Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing:

Ns. Fatimah, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep,Kom

Disusun oleh :

Alvian Fauzhan (1032161008)

Annisa Yunita (1032161016)

Ary Rachmat Kusuma (1032161047)

Cicih Kartika (1032161007)

Nuri Handayani (1032161029)

Nurkholis Wadud (1032161045)

Putri Wahyuni (1032161036)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMAD HUSNI THAMRIN

TAHUN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Usia Remaja”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Anak Usia Remaja”. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 10 Juli 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Keluarga ...................................................................................................................... 3
2.2 Tipe Keluarga................................................................................................................................ 3
2.3 Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun) .............................................................................. 4
2.4 Perkembangan Remaja.................................................................................................................. 8
2.4.1. Perkembangan Kognitif Remaja ........................................................................................... 8
2.4.2. Perkembangan Psikososial Remaja ....................................................................................... 8
2.4.3. Perkembangan Identitas Diri ................................................................................................. 8
2.4.4. Faktor-Faktor Terjadinya Kenakalan Remaja ....................................................................... 9
2.4.5. Secara Umum Mekanisme Koping Pada Remaja ................................................................. 9
BAB III ................................................................................................................................................. 10
ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA.............................................................................................. 10
3.1 Pengkajian ................................................................................................................................... 10
3.2 Masalah keperawatan yang muncul ............................................................................................ 10
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluraga ...................................................................................... 1
3.4 Implementasi dan Evaluasi ........................................................................................................... 3
PENUTUP .............................................................................................................................................. 1
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................... 1
4.2 Saran ............................................................................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 2

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan
kita.Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya dan
dikeluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti. Tahun 1960-an
menjadi 35 - 40 juta, dan pada awal abad ke – 21 diperkirakan berlipat jumlahnya menjadi 60
– 65 juta (BKKBN, 1996). Pada bab ini, penulis ingin menguraikan berbagai hal yang
berhubungan dengan keluarga sebagai dasar untuk mempelajari asuhan keperawatan keluarga
lebih lanjut.

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali
dengan matangnya organ organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas perkembangan


keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga.Gambaran tugas
perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap perkembangannya.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah: Pengembangan terhadap remaja
(memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah
seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonom), memelihara komunikasi terbuka
(cegah gep komunikasi), memelihara hubungan intim dalam keluarga, mempersiapkan
perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga. Melihat tugas perkembangan keluarga inlah sehingga dirasakan
perlu dibuatnya asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Dalam makalah ini kami membahas tentang keluarga pada tahap perkembangan keluarga
dengan anak remaja

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian keluarga
2. Bagaimana peran dan fungsi keluarga pada tahapan perkembangan dengan anak
remaja
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian keluarga
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi keluarga pada tahap perkembangan dengan anak
remaja
3. Untuk mengeahui asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keluarga


Pengertian keluarga akan berbeda. Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang
mendefinisikannya. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling
keluarga dari yogyakarta, sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan
atau/persekutuan hidup atas dasar perkawinanantara orang dewasa yang berlainan jenis yang
hidup bersama atau seorang laki – laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri,
atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian
tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan
hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan perang masing – serta
keterikatan emosional. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat
ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti
yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah.

2.2 Tipe Keluarga


Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan.
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,


pengelompokan tipe keluaraga selain kedua diatas berkembang menjadi:

3
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di indonesia juga
menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang
sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau ditinggal pasangannya cenderung
hidup sendiri untuk membesarkan anak – anaknya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak – anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone). Kecenderungan di Indonesia yang juga meningkat
dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jikatelah
menikah.
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosexual
cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan (besar),
tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota)
meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status anak-anaknya.
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).

2.3 Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)


Sebelum memahami remaja dan permasalahannya, kita harus terlebih dahulu memahami
karakteristik psikososial yang dialami oleh remaja. Menurut Depkes RI (1999) dalam Purwanto
(1999) dijelaskan bahwa perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
perkembangan psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-16 tahun), dan
remaja akhir (17-19 tahun).

1. Remaja Awal (10 -14 tahun)


Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak yang biasanya tidak
menyenangkan, dimana dengan meningkatnya kesadaran diri (self consciousness)
terjadi juga perubahan secara fisik, psikis maupun sosial pada remaja sehingga remaja
mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung
bahkan agresif. Selain hal tersebut, remaja juga menjadi sulit bertoleransi dan
berkompromi dengan lingkungan sekitar sehingga cenderung memberontak dan terjadi
konflik. Masa remaja awal ini juga remaja senang bereksperimen dalam pakaian, gaya
yang dianggap tidak ketinggalan zaman dan senang membentuk kelompok sebaya yang

4
sesuai dengan mereka. Rasa keterikatan dengan kelompoknya ini sangat penting bagi
remaja, sehingga cenderung mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya karena
keinginan untuk tampak sama dan dianggap dalam kelompok pergaulan. Konsumsi
obat (narkoba) juga dapat berkaitan dengan alasan sosial, yang membantu remaja
merasa lebih nyaman dan menikmati kebersamaan dengan orang lain (Ksir, Hart, &
Ray dalam Santrock, 2007).

2. Remaja Pertengahan (15 – 16 tahun)

Remaja pertengahan terjadi pada usia 15-16 tahun, pada tahap ini biasanya remaja lebih
mudah untuk diajak bekerjasama karena mampu berkompromi, tenang, sabar, lebih
toleran untuk menerima pendapat orang lain. Saat ini remaja lebih belajar untuk berfikir
independen dan menolak campur tangan orang lain termasuk orang tua. Remaja juga
mulai terfokus pada diri sendiri, mudah bersosialisasi, tidak lagi pemalu dan mulai
membutuhkan lebih banyak teman bersifat solidaritas bahkan mulai membina
hubungan dengan lawan jenis sehingga lebih memilih untuk menghabiskan waktu
dengan teman-teman dibandingkan keluarga. Remaja mulai memiliki minat yang besar
dalam seni, olah raga, organisasi, dan sebagainya seiring dengan berkembangnya
intelektualitas mereka. Pada masa ini remaja mampu berfikir abstrak, berhipotesa dan
peduli untuk mendiskusikan atau berdebat terhadap permasalahannya sehingga remaja
sering bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman bagi mereka
walaupun berisiko. Beberapa remaja menyalahgunakan narkoba karena tertarik dengan
keterangan yang diberikan oleh media mengenai sensasi yang dihasilkan, mereka
bertanya-tanya seandainya obat yang dideskripsikan dapat memberikan pengalaman
yang sangat unik (Santrock, 2007).

3. Remaja Akhir (17 – 19 tahun)


Masa remaja akhir ini, remaja lebih berkembang dalam intelektualitasnya sehingga
mulai menggeluti masalah sosial, politik, agama. Remaja yang tumbuh dengan baik dan
tanpa masalah akan mulai belajar mandiri baik secara finansial maupun emosional
dengan lebih baik mengatasi stress sehingga pada tahap ini remaja ingin diakui sudah
menjadi seseorang yang dewasa dan dapat menentukan keputusan hidupnya sendiri.
Remaja juga mulai menjalin hubungan yang serius dengan temantemannya, khususnya
lawan jenis sehingga semakin sulit untuk diajak dalam acara keluarga. Keluarga

5
diharapkan terus memantau perkembangan remaja di tahap ini tanpa memberikan
banyak peraturan karena mereka sudah ingin dianggap dewasa.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan


bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonom)
2. Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)
3. Memelihara hubungan intim dalam keluarga
4. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali
dengan matangnya organ organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan masa anak-anak ke masa dewasa. Istila itu
menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya dimulai dari usia
14tahun pada pria dan 12 tahun pada wanita. Menurut World Healt Organization (WHO),
batasan remaja secara umum adalah mereka yang berusia 10tahun sampai 19 tahun.

Ciri utama pada remaja, ditandai dengan adanya berbagai perubahan. Perubahan-perubahan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Perubahan fisik

Pada masa remaja ininterjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan prosespematangan
seksual

2) Perubahan intelektual

Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif, seorang remaja telah beralih dari masa
konkrit-operasional ke masa formal-operasional.pada masa konkrit-operasional,
seorang remaja mampu berfikir sistematis terhadap hal-hal atau obyek-obyek yang
bersifat konkrit, sedangkan masa formal-operasional ia mampu berfikir secara
sistematis terhadap hal-hal yang bersifat abstrak dan hipotesis. Pada masa remaja
seseorang juga sudah dapat berfikir secara kritis.

6
3) Perubahan emosi

Pada umumnya emosional pada masa remaja berubah menjadi labil.Menurut aliran
tradisional yang dipelopori oleh G.Stanley Hall, perumaban ini terutama disebabkan
oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar hormonal.Namun, penelitian-
penelitian ilmiah selanjutnya menolak pendapat ini.Sebagai contoh, Elizabet B.
Hurlock menyatakan bahwa pengaruh lingkungan social terhadap perubahan emosi
pada masa remaja lebih besar artinya biladibandingkan dengan pengaruh hormonal.

4) Perubahan sosial

Pada masa remaja, seseorang memasuki status social yang baru.Ia dianggap bukan lagi
seorang anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat cepat
sehingga menyerupai orang dewasa,maka seorang remaja sering diharapkan bersikap
dan bertingkah laku seperti layaknya orang dewasa. Pada masa ini, seorang remaja
cenderung untukbergabung dengan teman sebayanya dengan membentuksebuah
kelompok.

5) Perubahan moral

Pada masa remaja ini akan terjadi perubahan dari konsep moral khusus menjadi konsep
moral umum.oleh karena itu pada masa ini seorang remaja sudah diharapkan
mempunyai nilai-nilai moral untuk landasan tingkah lakunya.

Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas perkembangan


keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga. Gambaran tugas
perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap perkembangannya.

Tahap Perkembangan Tugas perkembangan (utama)

1. Keluarga dengan anak - Memberikan kebebasan yang


remaja seimbang dan bertanggung jawab
mengingat remaja adalah seorang
dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi.

7
- Mempertahankan hubungan intim
dalam keluarga

- Mempertahankan komunikasi
terbuka antara anak dan orang tua.
Hindarkan terjadinya perdebatan,
kecurigaan, dan permusuhan.

- Mempersiapkan perubahan sistem


peran dan peraturan (anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh – kembang anggota
keluarga.

2.4 Perkembangan Remaja

2.4.1. Perkembangan Kognitif Remaja


a. Abstrak. (teoritis) menghubungkan ide,pemikiran atau konsep pengertian guna
menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah abstrak ; aljabar.
b. Idealistik. berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain maupun masalah social
kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya.
c. Logika. berfikir seperti seorang ilmuwan, membuat suatu perencanaan
untukmemecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara pemcahan secara
runtut, tratur dan sistematis.

2.4.2. Perkembangan Psikososial Remaja


Tugas Perkembangan (Menurut Havighurst)

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis – psikologis


b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain
d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis

2.4.3. Perkembangan Identitas Diri


1. Konsep diri
2. Evaluasi diri

8
3. Harga diri
4. Efikasi diri
5. Kepercayaan diri
6. Tanggung jawab
7. Komitmen
8. Ketekunan
9. Kemandirian

2.4.4. Faktor-Faktor Terjadinya Kenakalan Remaja


1. Kondisi keluarga yang berantakan (Broken Home)
2. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua
3. Status sosial ekonomi orang tua rendah
4. Penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat

2.4.5. Secara Umum Mekanisme Koping Pada Remaja


1. Penguasaan Kognitif

a. Usaha untuk belajar terhadap sistuasi atau stresor


b. Perbaiki informasi dengan sharing, diskusi.

2. Conformity (penyesuaian)

a. Pengakuan kelompok

3. Perilaku terkontrol

a. Remaja butuh perubahan dalam hidupnya


b. Tidak dapat menerima peraturan keluarga dan sekolah tanpa bertanya.

4. Fantasi

a. Membantu mengembangkan berfikir fantasi yang kreatif.

5. Aktivitas gerak

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA

3.1 Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat & tahap perkmbangan keluarga
3. Lingkungan
4. Struktur keluarga
5. Fungsi keluarga
6. Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga
7. Status kesehatan sekarang dan masalalu
8. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
9. Pola aktivitas dan latihan
10. Pola nutrisi
11. Pola eliminasi
12. Pola istirahat
13. Pola kognitif persepsual
14. Pola toleransi stress/koping
15. Pola seksualitas dan reproduksi
16. Pola peran dan hubungan
17. Pola nilai dan kenyakinan
18. Penampilan umum
19. Perilaku selama wawancara
20. Pola komunikasi & Pola asuh orang tua
21. Kemampuan interaksi
22. Stresor jangka pendek & jangka panjang

3.2 Masalah keperawatan yang muncul


1. Promosi kesehatan
2. Penurunan pelaksanaan akrivitas pengalih
3. Gaya hidup kurang gerak
4. Kesiapan meningkatkan nutrisi
5. Kesiapan meningkatkan tidur

10
6. Resiko hambatan menjadi orang tua
7. Hambatan menjadi orang tua
8. Ketidakefektifan koping
9. Kesiapan meningkatkan koping
10. Pelemahan koping keluarga
11. Ketidakmampuan koping keluarga
12. Kesiapan meningkatkan koping keluarga
13. Gangguan citra tubuh
14. Gangguan pola tidur
15. Kesiapan meningkatkan pengetahuan

11
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluraga

Data Diagnosa Keperawatan NOC NIC


DS : Kesiapan meningkatkan TUK 1 TUK 1
1.Ny.S mengatakan ingin pengetahuan Setelah dilakukan tindakan intervensi Pendidikan kesehatan mengenai penyakit DBD
lebih mengetahui tentang keperawatan 1 x 45 menit diharapkan
kesehatan keluarganya masalah klien dapat teratasi dengan tujuan : Aktivitas :
2.Ny. S mengatakan 1. Klien mampu mengetahui pengertian 1. Promkes nasional dan tujuan pencegahan
ingin menambah penyakit DBD penyakit DBD
wawasan kesehatan 2. Klien mampu mengenali tanda dan 2. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
3.Ny. S mengatakan gejala penyakit DBD terkait penyakit
ingin mengetahui tentang 3. Klien mengetahui cara mencegah 3. Bantu keluarga untuk memperjelas keyakinan
penyakit DBD penyakit DBD dan nilai-nilai kesehatan
Kriteria :
DO : 1. Perilaku yang meningkatkan kesehatan
1.Klien tampak antusian 2. Strategi mengelola stres
saat kami memeriksa 3. Pemeriksaan kesehatan yang
kondisinya direkomendasikan
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi
penyakit DBD

TUK 2 TUK 2
Setelah dilakukan tindakan intervensi Membantu klien untuk dapat mengambil keputusan
keperawatan 1 x 45 menit diharapkan
masalah klien dapat teratasi dengan tujuan : Aktivitas :
1. Menjelaskan tindakan alternatif yang dapat
Klien mampu membuat keputusan dalam menanggulangi penyakit DBD yang bisa
memilih tindakan alternatif dilakukan oleh keluarga

1
Kriteria
1. Klien memilih tindakan alternatif yang
ingin di pelajari

TUK 3 TUK 3
Setelah dilakukan tindakan intervensi Pengajaran : cara mengompres pada anak
keperawatan 1 x 45 menit diharapkan
masalah klien dapat teratasi dengan tujuan : Aktivitas :
Klien dapat melakukan tindakan alternatif 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai cara
yang diajarkan oleh perawat mengompres pada anak
2. Ajarkan tata cara mengompres
Kriteria : 3. Evaluasi klien apakah sudah mengerti atau belum
1. Klien dapat melakukan sesuai yang
diajarkan oleh perawat

TUK 4 TUK 4
Setelah dilakukan tindakan intervensi Memonitor lingkungan yang dapat berpotensi
keperawatan 1 x 45 menit diharapkan perkembangbiakan nyamuk
masalah klien dapat teratasi dengan tujuan :
Meminimalisir dampak lingkungan yang Aktivitas :
dapat menimbulkan wabah DBD terulang 1. Kaji lingkungan yang dapat menimbulkan
kembali penyakit DBD
2. Kubur barang-barang yang dapat
Kriteria : menimbulkan perkembangbiakan DBD
1. Lingkungan bebas dari bahaya DBD 3. Ajarkan kepada klien tentang mencegah
penyakit DBD

2
3.4 Implementasi dan Evaluasi
No. No Dx/ Implementasi dan Respons (S-O) Paraf
TUK
1. Kesiapan Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit DBD
meningkatkan Aktivitas :
pengetahuan/ TUK I 1. Melaskan pengertian Penyakit DBD
2. Melaskan penyebab penyakit DBD
3. Melaskan cara mencegah penyakit DBD
4. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
2. Kesiapan Membantu klien untuk dapat mengambil keputusan
meningkatkan Aktivitas :
pengetahuan/ TUK 2 1. Menjelaskan tindakan alternatif yang dapat menanggulangi
penyakit DBD yang bisa dilakukan oleh keluarga
2. Memberikan pilihan kepada keluarga tindakan yang ingin
keluarga pelajari
3. Kesiapan Memberikan pendidikan cara mengompres pada anak
meningkatkan Aktivitas :
pengetahuan/ TUK 3 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai cara mengompres
pada anak
2. Ajarkan tata cara mengompres
3. Evaluasi klien apakah sudah mengerti atau belum
4. Kesiapan Memonitor lingkungan yang dapat berpotensi perkembangbiakan
meningkatkan nyamuk
pengetahuan/ TUK 4 Aktivitas :
1. Kaji lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit DBD
2. Kubur barang-barang yang dapat menimbulkan
perkembangbiakan DBD
3. Ajarkan kepada klien tentang mencegah penyakit DBD

3
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tumbuh Kembang Adolescense (anak remaja):
1. Pertumbuhan Fisik:
Pertumbuhan yang pesat ( growth sprut ) TB 25%, BB 50%
Semua sistem berubah, paling banyak perubahan endokrin
Bagian-bagian tubuh tertentu memanjang misalnya: tangan, kaki, proporsi tubuh memanjang
2. Sosial Emosional
Kemampuan bersosialisasi meningkat.
Relasi dengan teman wanita/pria, tetapi lebih penting dengan kawan sejenis.
Penampilan fisik adolescense sangat penting, supaya di terima oleh kawan dan di samping itu
persepsi terhadap badannya mempengaruhi konsep diri.
Peranan orangtua/keluarga sudah tidak dianggap penting, tetapi sudah beralih pada teman
sebaya
3. Bermain pada anak
Pada usia ini anak dapat bermain dalam kelompok (keluar), misalnya melalui sepak bola,
basket, badminton, mendengar musik atau TV serta dengan buku-buku.

4.2 Saran
Dalam mengerjakan asuhan keperawatan keluarga dibutuhkan Dalam memberika asuhan
keperawatan tentang keluarga kepada anak remaja, keluarga harus tahu tahapan tumbuh
kembang anak.Orang tua harus bisa menempatkan diri dalam menghadapi anak remaja agar
tidak terjadi perselisihan

1
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik. Edisi ke-6.
Jakarta: Media Grafika.

Allender, J. A., & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting and
protecting the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

NANDA. (2012). Panduan diagnosa keperawatan NANDA 2012-2014 definisi dan klasifikasi.
Philadhelpia.

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu: Yogyakarta
Stoppard Mirian. 2010. Panduan Kesehatan Keluarga. Erlangga. Jakarta
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Transkultural. EGC:
Jakarta
Gloria Bulecheck, Howard Butcher, Joanne Doachterman and Cheryl Wagner, 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC), edisi ke-6. Singapore: CV. Mocomedia

Sue Moorhead, Mario Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson, 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC), edisi ke-5. Singapore: CV. Mocomedia

Anda mungkin juga menyukai