Anda di halaman 1dari 25

Asrama Medica Fakultas Kedokteran UNHAS

http//Asrama Medica Fakultas Kedokteran UNHAS

Patogenesis dan Gejala Klinis Tumor Hipofisis


ASRUL MAPPIWALI-ILUS

Hingga saat ini dikenal 2 hipotesis tentang asal tumor hipofisis yaitu: 1).Adanya kelainan intrinsik
dalam kelenjar hipofisis sendiri, 2). Sebagai hasil stimulasi yang terus menerus oleh hormon
hipotalamus atau faktor.
Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari monoklonal, yang timbul dari mutasi
sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia hipofisis merupakan proses multi-step yang
meliputi disregulasi pertumbuhan sel atau proliferasi, diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi
sebagai hasil aktifasi fungsi onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor. Proses aktivasi fungsi
onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya gangguan allel tunggal dapat menyebabkan
perubahan fungsi sel.
Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus terlibat untuk
mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik ditemukan pada adenoma hipofisis sesuai
dengan proses neoplastik multi step.
Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen, delesi gen p53, 14 q, dan
mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan adenoma kelenjar
hipofisis.
Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi terjadinya hiperplasia hipofisis
dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG (Pituitary tumor transforming gene) menyebabkan
transformasi aktifitas dan menginduksi sekresi dasar bFGF, sehingga memodulasi angiogenesis
hipofisis dan formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh estrogen.

Secara garis besar, gejala tumor hipofisis dapat dibagi:


1. Tanda dan gejala yang berhubungan atau disebabkan oleh produksi hormon yang berlebihan,
misalnya tanda dan gejala hiperkortisolemia pada pasien dengan adenoma sekresi ACTH, atau tanda
akromegali pada pasien dengan adenoma sekresi GH.
2. Tanda dan gejala yang berhubungan dengan efek mekanik perluasan tumor dalam sela tursika,
misalnya nyeri kepala, gangguan penglihatan dan kelumpuhan saraf kranial. Nyeri kepala merupakan
gejala awal yang sering terjadi dan sebagai akibat terjadinya peregangan dari diafragma sella, nyeri
kepala biasanya bitemporal, periorbital atau menjalar ke verteks dan besarnya massa tidak
berhubungan dengan derajat nyeri kepala. Gangguan penglihatan dapat pula terjadi karena adanya
penekanan pada jaras visual anterior dan hemianopia bitemporal inkongruen merupakan defisit
penglihatan yang klasik. Defisit penglihatan yang terjadi tergantung dari letak kiasma (prefixed,
normal atau postfixed), ukuran, progresifitas serta lamanya penyakit. Gangguan lapang pandang ini
mempunyai beberapa variasi tergantung dari posisi kiasma optikum, bentuk dan ukuran sella, arah
pertumbuhan tumor maupun distribusi dari serabut saraf dalam kiasma yang menyilang dan
membentuk lekuk (loops). Pada kiasma letak normal umumnya terjadi hemianopia bitemporal, pada
tipe postfixed terjadi gangguan pada satu atau kedua saraf optik, sedangkan pada tipe prefixed terjadi
gangguan pada traktus optiknya. Pada pertumbuhan tumor hingga melibatkan hipotalamus dapat
disertai gangguan fungsi endokrin, keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan regulasi termal
maupun otonom sedangkan pertumbuhan pada arah lateral dapat mempengaruhi struktur dalam
sinus kavernosus.
3. Tanda dan gejala kegagalan fungsi normal hipofisis (misalnya parsial atau panhipopituitarisme). Ini
hampir selalu terlihat pada pasien dengan makroadenoma.

Prolactin Secreting Adenomas

- Wanita lebih sering dari pria dengan perbandingan 10:1 akan tetapi setelah dekade ke-5 sama
banyak.
- Wanita lebih sering dengan mikroadenoma, pria cenderung dengan makroadenoma.
- Pada wanita hiperprolaktinemia dapat menyebabkan oligomenore, amenore maupun galaktorea.
Pada pria impotensi dan libido menurun.
- Gejala-gejala akibat efek mekanik tumor.
- Gejala hipopituitarisme terlihat pada makroadenoma.
- Hiperprolaktinemia menyebabkan periode panjang hipogonadism yang mengakibatkan densitas
mineral tulang menurun dan osteoporosis.
- Laboratorium: Peningkatan konsentrasi serum prolaktin. Pada prolaktinoma, konsentrasi serum >
200 ng/l, sedangkan pada prolactin secreting adenoma biasanya antara 100-200 ng/l .
GH-secreting Adenomas atau adenoma somatorotroph
- Pada orang dewasa biasanya dengan sindroma klinis akromegali, sedangkan pada anak dengan
gigantisme.
- Prevalensi DM, hipertensi, kelainan kardiovaskuler, dan saluran pernapasan meningkat pada pasien
dengan akromegali.
- Kebanyakan pasien dengan sekresi GH berlebihan setelah 5-10 tahun mengalami perubahan
berupa pertumbuhan tulang yang berlebihan, pembengkakan jaringan halus, perubahan kulit, DM,
hipertensi dan gejala kardiovaskuler lainnya. Beberapa pasien mengalami gangguan tidur dan
hipopituitarism, selain itu nyeri kepala dan gejala visual.
- Sekitar 30% pasien adenoma mengalami hiperprolaktinemia karena kosekresi GH dan prolaktin oleh
tumor atau sekunder karena kompresi pembuluh darah portal.
- Pada pasien dengan akromegali biasanya ditemukan galaktore, walaupun konsetrasi serum
prolaktin normal.
- Pasien akromegali beresiko tinggi terjadi polip kolon dan kanker kolon.
- Standar diagnostik dengan pemeriksaan respons GH terhadap glukosa. Pemeriksaan yang lain
adalah IGF-I (Insulin like Growth Factor I) untuk diagnostik biokimia akromegali.

Corticotropin-secreting Pituitary Adenomas atau adenoma kortikotroph


- Kebayakan ditemukan pada wanita dengan rasio 8:1, insiden tertinggi pada dekade ke 3-4.
- ACTH-secreting pituitary adenomas merupakan penyebab tersering hiperkortisolism endogen,
sekitar 65-70% dari seluruh kasus sindroma Cushing.
- Walaupun jinak tapi lebih infasiv, sehingga kebanyakan pasien mengalami nyeri kepala dan
kelainan visual.
- Gejala hiperkortisolism, yaitu obesitas sentral, mudah memar, miopati proksimal, striae, hipertensi,
hirsutism, haid tidak teratur, perubahan mood, peningkatan lemak supraklavikuler dan dorso-servikal,
luka yang sulit sembuh, osteoporosis dan hiperglikemi. Hipokalemi ditemukan pada 20-25% pasien
dengan sindroma Cushing.
- Untuk memastikan diagnosis hiperkortisolism dan sindrom Cushing atau pseudoCushing dilakukan
tes CRH-deksametason. Diberikan deksametason 0,5 mg oral tiap 6 jam selama 24 jam diikuti
pemberian CRH bolus IV. Didiagnosis sindrom Cushing bila serum kortisol lebih dari 1.4ng/dl 15
menit setelah pemberian CRH.

Gonadotroph Pituitary Adenomas atau adenoma gonadotroph


- Tumor ini disebut non fungsional atau nonsekresi, tapi sebenarnya terdapat sekresi follicle
stimulating hormone (FSH) atau luteinizing hormone (LH) atau keduanya, tapi dalam jumlah minimal.
- Biasanya berukuran besar (>10 mm) dan sering berekstensi melewati sela tursika.
- Gejala klinis umumnya berhubungan dengan efek mekanik, meliputi gangguan visual (penurunan
tajam penglihatan, penyempitan lapang pandang dan gangguan gerakan bola mata), nyeri kepala dan
hipopituitarism.
- Kadang-kadang ditemukan peningkatan produksi LH. Pada pria terdapat peningkatan serum
testosteron dan peningkatan libido, pada wanita berupa sindroma hiperstimulasi ovarium
(peningkatan estradiol, kista ovarium multiple dan hiperplasia endometrium).
- Kebanyakan pasien dengan tanda dan gejala hipopituitarism, karena tumor ini berukuran besar.
- Peningkatan LH setelah stimulasi TRH merupakan tanda spesifik adenoma gonadotroph.
(red/herlyani)

“ SEORANG WANITA NYERI KEPALA DENGAN PENGLIHATAN MENURUN

SKENARIO KASUS

Sesi I Lembar 1

Seorang wanita 42 tahun, ibu rumah tangga, dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RS
oleh keluarganya dengan keluhan sakit kepala dan penglihatan menurun.

Sesi I Lembar 2

Sejak beberapa minggu terakhir pasien mengeluh nyeri kepala yang makin memberat,
sampai 2 hari yang lalu pasien merasa nyeri kepala sangat berat dan disertai mual muntah
sehingga pasien datang ke UGD. Pasien sudah merasakan nyeri sejak hampir 1 tahun yang
lalu, hilang timbul dan sudah berobat ke puskesmas namun tidak ada perbaikan.

Sejak 6 bulan yang lalu pasien merasa penglihatan mata kiri menjadi menurun,
awalnya mata kiri masih bisa melihat, namun makin lama makin memberat sehingga hanya
bisa melihat jarak 1 meter. Pasien mengeluh tidak mendapat haid sejak 1 tahun terakhir.

Pada pemeriksaan didapatkan pasien dengan kesadaran compos mentis, tensi


140/90mmHg, nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,5˚C. Jantung dan paru normal,
abdomen dalam batas normal.

Pada pemeriksaan neurologik, kaku kuduk (-), pupil bulat isokor, diameter ODS
3mm, refleks cahaya +/+, visus OD 6/60; OS 1/60, lapang pandang kanan dan kiri menyempit
(hemianopsia bitemporal), funduskopi papil ODS batas kabur, gerak bola mata baik ke segala
arah, motorik hemiparesis (-), refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-, sensorik dalam
batas normal.

Sesi II Lembar 1

Pemeriksaan laboratorium:

Hb: 13,4 gr/dl Hematokrit: 41% Na: 138 meq/l


Leukosit: 4200/ mm3 Ureum: 23 mg/dl K: 3,3 meq/l
Trombosit: 208000/mm3 Kreatinin: 0,7 mg/dl SGOT: 29
LED: 34/65 mm/jam Gula darah sewaktu: 111 mg/dl SGPT: 23

Ro thorax : Pembesaran jantung tanpa bendungan paru


CT-Scan kepala dengan kontras :

Sesi II lembar 2
Prolaktin 10.000 ug/dl

Cortisol 9,45 ug/dl

PEMBAHASAN KASUS

Identitas

Nama : -

Usia : 42 tahun

Jenis kelamin : Wanita

Alamat : -

Pekerjaan : Ibu rumah tangga


Status pernikahan : -

Keluhan utama : Sakit kepala dan penglihatan menurun.

Berdasarkan keluhan utama pasien, timbulnya keadaan sakit kepala dapat disebabkan
oleh berbagai macam penyakit. Pembagian nyeri kepala menurut The Intenational
Classification of Headache Disorders dibedakan menjadi 3 yaitu
The primary •Migrain
•Tension-type headche
headaches •Cluster headche

•Headache attributed to head and/or neck trauma


•Headache attributed to cranial or cervical vascular disorders
•Headache attributed to non-vascular intracranial disorders
The secondary •Headache attributed to a substance or its withdrawal
•Headache attributed to infection
headaches •Headache attributed to disorders of homeostatis
•Headache or facial pain attributed disorder of facial or cranial structures
•Headache attributed to psychiatric disorders

Cranial neuralgias,
•Cranial neuralgias & central causes of facial pain
central & primary facial •Others headache, cranial neuralgia & central or primary facial pain
pain & other headaches
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan di
wilayah kepala dan leher yang peka nyeri. Sakit kepala merupakan keluhan yang sangat
sering dijumpai dan selalu memerlukan pemeriksaan yang cermat karena sejumlah kecil
keluhan sakit kepala timbul akibat keadaan yang menyebabkan kematian. Deskripsi sakit
kepala yang lengkap yang dialami pasien harus didapatkan. Atribut yang paling penting pada
keluhan sakit kepala adalah pola kronologis dan tingkat keparahannya. Tanyakan tentang
keluhan lain yang menyertainya. Khususnya tanyakan secara spesifik apakah sakit kepala
tersebut disertai rasa mual serta muntah-muntah dan gangguan neurologi seperti perubahan
penglihatan atau gangguan sensorimotorik. Pada pasien ini keluhan nyeri kepala disertai
dengan perubahan penglihatan yang semakin menurun. Aura visual dapat menyertai
migraine. Nausea dan vomitus dapat pula dijumpai pada tumor otak dan perdarahan
subaraknoid. Berdasarkan keluhan utama pasien tersebut dapat dipikirkan beberapa penyakit
yang bisa menyebabkan keluhan tersebut adalah tumor, meningitis, migraine. nyeri kepala
cluster, DM yang berkomplikasi, galukoma dan trauma.6

Untuk menentukan penyebab keluhan utama pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan
lanjut berupa anamnesis.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):

 Apakah sakit kepalanya hanya satu sisi atau mengenail kedua sisi?
 Apakah serangan terus-menerus atau hilang timbul?
 Apakah keluhan ini baru dirasakan dan bersifat akut?
 Apakah kronis dan hilang timbul disertai dengan sedikit perubahan pola sakit kepala?
 Kronis dan kambuhan, tetapi disertai terjadinya perubahan pola yang baru atau yang
menjadi progresif?
 Apakah rasa sakit tersebut terjadi kembali pada saat yang sama setiap harinya?
 Apakah penurunan pengliahatan bersifat mendadak atau terjadi secara berangsur-
angsur?
 Apakah terdapat serangan seperti kejang?
 Sudah berapa lama pasien mengalami keluhan tersebut?
 Apa pasien mempunyai keluhan tambahan selain keluhan utama?
 Faktor apa yang memperberat dan memperingan keluhan pasien?
 Apakah ada gejala peringatan terlebih dahulu?
 Apakah pasien sedang berdiri, duduk atau tidur ketika kejadian itu mulai terasa?
 Seberapa cepat pasien pulih kembali?
 Apakah ada trauma yang menyertai?
 Apakah ada keluhan badan panas sebelumnya?
 Apakah disertai mual dan muntah?
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):

 Apa pasien pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya?


 Apakah ada penyakit lain yang menyertai? (hipertensi, DM, penyakit ginjal, hepatitis)

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):

 Apakah keluarga ada yang mengalami hal seperti ini?

Riwayat Sosial dan Kebiasaan (RSK):

 Bagaimana pola hidup pada pasien ini?


 Apa pekerjaan pasien?
 Bagaimana keadaan lingkungan rumah pasien?
 Bagaimana jadwal tidur pasien?
Dari hasil anamnesis didapatkan sejak beberapa minggu terakhir pasien mengeluh
nyeri kepala yang makin memberat yang menandakan adanya suatu progresifitas dari nyeri
kepala tersebut yang bisa disebabkan oleh tumor,abses, atau lesi massa lainnya. Sampai dua
hari yang lalu pasien merasa nyeri kepala sangat berat dan disertai mual dan muntah yang
menunjukkan adanya peningkatan intracranial yang menyebabkan mual muntah. Nausea dan
vomitus sering terjadi pada migraine, tetapi dapat pula dijumpai pada tumor otak. Nyeri
kepala dirasakan sejak satu tahun yang lalu dan dilakukan pengobatan namun tidak ada
perbaikan, ini menunjukkan perjalanan penyakit ini kronis.

Sejak 6 bulan yang lalu pasien merasa penglihatan mata kirinya menurun, awalnya
mata kiri masih bisa melihat namun makin lama memberat, sehingga hanya bisa melihat jarak
1 meter. Penurunan pengliahatan yang terjadi secara berangsur-angsur tetapi semakin lama
semakin memburuk, yang tidak disebabkan oleh kausa oftalmogik, adalah karena penekanan
pada nervus optikus atau khiasmanya. Penekanan tersebut dapat disebabkan oleh
meningioma, aneurisma, karsinoma nasofaring dan adenoma hipofisis. Pasien juga mengeluh
tidak mendapat haid sejak 1 tahun terakhir yang bisa disebabkan oleh kelainan yang
berhubungan dengan keluhan pasien yang lain atau pasien mengalami penyakit lain yang
menyebabkan keluhan tersebut.

Pemeriksaan Fisik

 Kesadaran : compos mentis


 Tekanan darah : 140/90  meningkat, kemungkinan adanya riwayat hipertensi
 Nadi : 84x/menit  Normal
 Respirasi : 20x/menit  Normal
 Suhu : 36,5 °C  Normal
 Jantung dan paru-paru : Normal
 Kaku kuduk (-)  Tidak ada rangsangan meningeal
 Refleks cahaya +/+  Normal
 Visus OD 6/60  N=6/6
 Lapang pandang kanan dan kiri menyempit (Hemianopsia bilateral)
 Papil sinistra kabur
 Gerak bola mata : Normal
Hemianopsia bitemporal adalah penurunan kemampuan penglihatan mata akibat
penekanan pada chiasma (N.II). Biasanya terjadi akibat adanya penekanan oleh tumor.
Beberapa contoh tumor yang dapat menyebabkan hemianopsia bitemporal adalah
meningioma, craniopharyioma, adenoma hipofisis.

Hipotesis

 Tumor
 Retinopati diabetikum
 Glaukoma

Diagnosis kerja : Tumor Intraserebral

Klinis : Nyeri kepala, penglihatan menurun, mual, muntah, amenorre.

Topis : Makroadenoma dengan pembesaran tumor hingga keluar dari fossa


hipofisis di sella turicica
Patologis : Neoplasma
Etiologi : Adenoma hipofisis

Diagnosis banding : Glaukoma, DM berkomplikasi

Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang ini dapat dibuat suatu diagnosis pasti pada
pasien ini adalah Adenoma hipofisis dan hipertensi dengan diagnosa banding adalah
Kraniofaringoma.
Diagnosis ini dapat ditegakan dengan melihat hasil anamnesis yang menunjukan
adanya nyeri kepala progresif yang disebabkan oleh tumor intracranial, penurunan
penglihatan yang secara perlahan yang disebakan oleh tumor yang menekan chiasma
opticum, dan ammenore yang dialami pasien karena overproduksi dari prolaktin yang
diakibatkan oleh tumor pada hipofisis dan berdasarkan hasil pemeriksaan lab yang
menunjukkan adanya peningkatan hormone prolaktin. Diagnosis ini juga ditegakan
berdasarkan hasil CT SCAN yang menunjukan adanya tumor di sella turcica. Hipertensi
esensial pada pasien ini ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang menunjukan
adanya peningkatan tekanan darah dan hasil foto thorax yang menunjukkan adanya
pembesaran jantung dikarenakan hipertensi dan hasil lab yang menunjukkan hormone
kortisol dalam batas normal, ini menyingkirkan diagnosis kami bahwa hipertensi ini
disebakan meningkatnya hormone cortisol yang disebakan oleh tumor pada hipofisis.

Pemeriksaan penunjang yang disarankan :

 Lab darah rutin  Hb, LED, hitung jenis, leukosit


 CT-scan kepala untuk melihat lokasi tumor pada kepala
 Cek gula darah
 Foto thorax
 Cek hormon FSH/LH
 Tonometer untuk mengukur tekanan intraorbital mata

Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi yang digunakan untuk tumor hipofisis, yaitu:

A. Klasifikasi berdasarkan gambaran patologi (mulai jarang digunakan)


1. Chromophobe, asalnya dianggap sebagai non fungsional, walaupun pada
kenyataannya memproduksi prolactin, GH atau TSH. Perbandingan antara
chromophobe dan acidophilic 4-201.
B. Klasifikasi berdasarkan gambaran radiologi
1. Grade 0 : Tumor tidak terlihat secara radiologi
2. Grade I dan II : Adenoma yang terbatas dalam sella turcica
3. Grade III dan IV : Adenoma yang menginvasi ke jaringan sekitarnya.
Berdasarkan penyebarannya tumor ke extrasellar maka dibagi lagi dalam
subklasifikasi berikut:
1. A,B,C yaitu penyebaran langsung ke suprasellar
2. D yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus kavernosus
3. E yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus intrakranial
C. Klasifikasi berdasarkan hormon yang diproduksinya, tumor pada kelenjar ini
dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)
2. Tumor hipofisis fungsional yang terdiri dari:
a. Adenoma yang bersekresi prolaktin
b. Adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
d. Adenoma yang bersekresiadrenokortikotropik hormon (ACTH)

1. Adenoma Hipofisis Non Fungsional


Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya
muncul pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering
ditemukan pada laki-laki daripada wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell
tumor, undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma.
Karena tumor ini tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali
tidak memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika diagnosa ditegakkan umumnya
tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek
masanya. Tumor biasanya solid walaupun bisa ditemukan tumor dengan campuran
solid dan kistik
2. Tumor Hipofisis Fungsional
Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630 pasien
merupakan tipe functioning pituitary tumors yang terdiri dari :
 52% merupakan tumor yang mengsekresikan prolactin
 27% tumor yang mengsekresikan GH
 20% tumor yang mengsekresikan ACT
 0,3% tumor yang mengsekresikan TSH
Pemeriksaan Laboratorium Tambahan

 Tes hormon prolaktin

Prolaktin diperlukan untuk laktasi normal pada wanita post partum, dimana
pada wanita menyusui kadarnya 150-200 ng/ml. Normal kadar prolaktin pada laki-
laki kurang dari 15 ng/ml, pada waita tidak hamil kurang dari 20 ng/ml. Selain oleh
karena adanya adenoma kadar prolaktin akan meningkat pada keadaan kehamilan,
stress, hipoglikemi, gagal ginjal, hypothyroidism dan terapi dengan phenothiazine.
Kadar prolaktin yang berlebihan akan menyebabkan dilepaskannya dopamin oleh
hypothalamus, kontrol inhibisi ini penting dalam terapi medis dari prolactinomas.

Prolaktin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel-sel kelenjar hipofisis di


otak. Bila kadar prolaktin tinggi akan menyebabkan reaksi umpan balik negatif yang
membatasi produksi dua hormon yang punya peran penting dalam proses ovulasi
yakni hormon GnRH dan FSH. Kedua hormon ini yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan sel telur dalam ovarium. Bila kadar prolaktin dalam badan tinggi,
ovulasi tidak akan terjadi dan menyebabkan susah hamil.

Penatalaksanaan

Kemoterapi

1. Untuk mengatasi gejala-gejala keadaan umumnya, pasien ini bisa diberikan


analgetik (untuk sakit kepalanya), antihipertensi, dan antiemetik (untuk
mengatasi muntah).
2. Untuk mengatasi hiperprolaktinemia pada pasien ini diberikan bromokriptin
(parlodel), yaitu suatu dopamin agonis yang merupakan terapi pilihan untuk
prolactin secreting adenoma, menggantikan terapi operasi. Respon terhadap
terapi bromokriptin sangat jelas, kadar prolaktin akan menutun dalam
beberapa hari, disertai dengan membaiknya lapang pandang, fungsi endokrin
akan kembali normal, dan siklus mens kembali teratur.

Operasi

Indikasi:

- Pasien yang intoleran atau respon yang minimal terhadap bromokriptin.


- Pasien dengan perburukan yang cepat dari fungsi penglihatan.
- Pasien sesudah 2 bulan terapi medis tidak ada kemajuan.

Apabila terdapat indikasi-indikasi di atas pada pasien, maka terapi operasi bisa
dilakukan pada pasien ini dengan merujuk pasien ke bedah saraf.

Radioterapi

Sebagai terapi tambahan sesudah operasi, dimana masih terdapat residual


tumor yang tidak membaik dengan bromokriptin.

KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

- Memberitahukan dengan jelas dan benar mengenai penyakit pada pasien ini
kepada pasien sendiri maupun pada keluarganya.
- Memberikan edukasi mengenai dukungan/support kepada pasien ini.
- Menjelaskan mengenai operasi (jika perlu dilakukan) yang akan dilakukan
kepada pasien dan rujuk ke bedah saraf.
- Edukasi kepada pasien tentang gaya hidup yang harus diubah setelah
menjalani pengobatan.

Prognosis

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad functionam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Obat-obatan
Bromocrptine (parlodel) suatu dopamin agonist, merupakan terapi pilihan
untuk prolactin secreting adenoma, menggantikan terapi operasi. Obat ini secara
langsung akan merangsang dopamin reseptor pada lactotrops (prolactin screeting
cells). Respon terhadap terapi bromocrpitin sangat jelas, kadar prolactin akan
menurun dalam beberapa hari, disertai dengan membaiknya lapang pandang,
fungsi endokrin akan kembali normal, siklus mens kembali teratur dan fungsi
libido pada laki-laki membaik. Selain kehamilan dan perburukan yang cepat dari
fungsi penglihatan, tidak ada kontra indikasi lain dari pemakaian obat ini.
Bromocriptine bukan merupakan tumoricidal sehingga kemungkinan tumor
tumbuh kembali bisa terjadi setelah terapi dihentikan, sehingga setelah terapi
berlangsung beberapa tahun perlu dievaluasi apakah terapi perlu dilanjutkan.
Efek samping, mual dan muntah, efek teratogenik pada wanita hamil
Wanita yang mempunyai ukuran tumor > 12 masing-masing sebaiknya menjalani
operasi reseksi sebelun dia hamil, untuk mencegah rangsangan pembesaran
tumor oleh karena kehamilannya.

BAB V

KESIMPULAN

Adenoma hipofisis. Availabke at http://www.scribd.com/doc/57833969/ADENOMA-


HIPOFISIS. accessed on July, 21st 2011.

1. Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. 5th ed. In: Dimanti A,
Hartanto H, editors. Jakarta: EGC; 2006.
2. Adenoma Hipofise. Accesed on july 21th , 2011. Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1960/1/bedah-
iskandar%20japardi50.pdf

3. Glaukoma. Accesed on july 21th , 2011. Available at :


http://www.klinikmatanusantara.com/index.php?option=com_content&task=view&id
=124&Itemid=9

4. Hipertensi. Accesed on july 21th , 2011. Available at : http://www.rsbk-


batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25

5. Bickley SL. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatanJakarta: EGC;
2009. p. 138-139.

Anda mungkin juga menyukai