Anda di halaman 1dari 13

X

Kurikulum 2006/2013

s
Kela
sosiologi
POLA HUBUNGAN DALAM MASYARAKAT

SEMESTER 1 KELAS X SMA/MA/SMK/MAK - KTSP 2006 & K-13

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami tentang pengertian dan jenis tindakan sosial.
2. Memahami tentang pengertian, syarat terjadinya interaksi sosial, dan faktor yang
memengaruhi terjadinya interaksi sosial.
3. Memahami tentang bentuk interaksi sosial asosiatif.
4. Memahami tentang bentuk interaksi sosial disosiatif.
5. Memahami tentang tahap keteraturan sosial dan faktor pendorong dan penghambat
keteraturan sosial.
6. Memahami klasifikasi status, peran, dan kelas sosial.

A. Pengertian dan Jenis Tindakan Sosial


1. Pengertian Tindakan Sosial
Para ahli mendefinisikan tindakan sosial sebagai berikut.
a. Max Weber
Tindakan sosial adalah tindakan individu yang memengaruhi individu-individu
lain dalam masyarakat dan merupakan tindakan bermakna, yaitu tindakan yang
dilakukan dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain.
b. Talcott Parsons
Tindakan sosial banyak dipengaruhi oleh orientasi motivasional, yaitu orientasi yang
bersifat pribadi yang menunjukkan pada keinginan individu yang bertindak untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. 1
Jadi, tindakan sosial adalah tindakan yang lahir dari kehendak individu yang
dikontrol dengan standar normatif dan dipengaruhi oleh kondisi situasional. Dengan kata
lain, tindakan sosial merupakan tindakan yang memiliki maksud atau tujuan tertentu.
Tindakan sosial dilakukan oleh individu dalam keadaan sadar dan rasional sehingga
tindakan tersebut dituntut suatu pertanggungjawaban.

2. Jenis-Jenis Tindakan Sosial


Tindakan sosial terdiri dari sebagai berikut.
a. Tindakan rasional instrumental
Tindakan rasional instrumental adalah tindakan sosial yang dilakukan seseorang
dengan memperhitungkan kesesuaian cara yang digunakan dengan tujuan yang
hendak dicapai.
b. Tindakan berorientasi nilai
Tindakan berorientasi nilai adalah tindakan sosial yang lebih banyak mementingkan
manfaat yang dianggap baik dan benar yang harus dicapai hidup.
c. Tindakan tradisional
Tindakan tradisional adalah tindakan sosial yang tidak mempertimbangkan
rasional dan hanya tindakan sosial yang mempertimbangkan kebiasaan atau adat
yang sudah ada secara turun-temurun yang tidak dibantah baik buruknya.
d. Tindakan afektif
Tindakan afektif adalah tindakan yang tidak mengutamakan rasio dan hanya
berdasarkan pada emosi/perasaan/afeksi yang ada dalam diri individu.

B. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan sosial (hubungan timbal balik) yang dinamis antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan
kelompok.

2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Interaksi sosial dapat terjadi dengan syarat sebagai berikut.
a. Kontak sosial
Kontak sosial tidak hanya berarti saling menyentuh secara fisik atau berhadapan
langsung. Kontak dapat terjadi lewat perantara seperti telepon, radio, surat kabar,
dan media jaringan lain. Kontak dapat berlangsung apabila kedua belah pihak sadar

2
akan kedudukannya sehingga dapat memberi tanggapan. Orang lain pun dapat
menjadi perantara sehingga terjadi kontak tidak langsung.
Dilihat dari wujudnya kontak sosial dibedakan menjadi:
1.) kontak antarindividu;
2.) kontak antarkelompok;
3.) kontak antarindividu dan kelompok.
Dilihat dari langsung tidaknya, kontak sosial dibedakan menjadi:
1.) kontak primer (langsung)/kontak tanpa perantara;
2.) kontak sekunder (tidak langsung)/kontak dengan perantara.
Kontak sekunder dibagi dua.
1.) Kontak sekunder langsung, yaitu kontak yang terjadi melalui alat tertentu,
misalnya surat, telepon, dan sebagainya.
2.) Kontak sekunder tidak langsung, yaitu kontak yang memerlukan pihak ketiga,
misalnya menggunakan orang ketiga sebagai perantara.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah cara menyampaikan pesan dari satu pihak kepada pihak lain
sehingga terjadi pengertian bersama. Komunikasi dapat dilakukan melalui kata-kata
dan dapat juga dilakukan dengan gerak gerik badan atau kode tertentu (komunikasi
nonverbal).
c. Pelaku lebih dari satu individu.
d. Ada tujuan yang hendak dicapai.
e. Ada dimensi waktu.
3. Teori Interaksi Sosial
Dalam sosiologi, teori-teori yang menjelaskan interaksi sosial antara lain sebagai berikut.
a. Teori Interaksi Simbolik
Teori ini dikemukakan oleh George Herbert Mead. Menurut teori ini, interaksi
dilakukan dengan menggunakan simbol atau tanda. Simbol adalah sesuatu yang nilai
atau maknanya diberikan kepadanya oleh seseorang yang mempergunakannya.
b. Teori Definisi Situasi
Teori ini dikemukakan oleh William I. Thomas. Menurut teori ini, seseorang tidak
segera memberikan reaksi ketika dia mendapat rangsangan dari luar. Tindakan
seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan. Rangsangan dari
luar dirinya diseleksi terlebih dahulu melalui proses yang dinamakannya pembuatan
definisi atau penafsiran situasi. Selanjutnya, orang yang menerima rangsangan atau
tindakan dari luar memberi makna pada rangsangan yang diterimanya itu.

3
c. Teori Dramaturgi
Teori ini dikemukakan oleh Erving Goffman. Menurut teori ini bahwa kehidupan
sosial dapat diibaratkan dengan serangkaian pertunjukan drama dalam sebuah
pentas seni. Menurut teori dramaturgi, interaksi sosial berlangsung dalam bagian-
bagian berikut.
1.) Panggung depan, yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan
situasi penonton pertunjukan.
2.) Panggung belakang, yaitu ruang tempat berjalannya skenario pertunjukan
oleh masyarakat dan sutradara yang mengatur pementasan tiap aktor.

4. Faktor Interaksi Sosial


Interaksi sosial dipengaruhi oleh faktor berikut.
a. Sugesti adalah pendapat, pandangan, dan sikap yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain dan diterima oleh pihak lain. Jadi, sugesti merupakan suatu
anjuran tertentu yang melahirkan suatu reaksi langsung dan tanpa berpikir rasional
karena individu yang menerima sugesti sedang dilanda emosi.
Sugesti sering berasal dari kelompok tersebut atau mayoritas kepada kelompok
yang lebih kecil atau minoritas. Hal ini disebabkan karena yang memberi pandangan
atau sikap berasal dari bagian terbesar dari kelompoknya. Reklame dan propaganda
yang diperkuat pengaruhnya dengan teknik-teknik modern dapat digolongkan ke
dalam sugesti.

b. Identifikasi adalah kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam


diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Orang lain yang sasaran
identifikasi disebut idola.
c. Imitasi terjadi dengan syarat sebagai berikut.
1.) Ada perhatian terhadap sesuatu yang akan diimitasi (ada objek yang ditiru).
2.) Ada sikap menjunjung tinggi atau mengagumi terhadap hal-hal yang diimitasi
(ada rasa kagum).
3.) Ada penghargaan sosial yang tinggi.
4.) Ada pengetahuan dari individu.

Imitasi dilakukan dengan bertahap. Tahap-tahap imitasi antara lain sebagai berikut.
1.) Tahap proyeksi
Pada tahap ini individu memperoleh kesan dari sesuatu yang diimitasi.

4
2.) Tahap subjektif.
Pada tahap ini individu cenderung untuk menerima hal-hal yang akan diimitasi,
seperti sikap dan tingkah laku dari individu lain.
3.) Tahap objektif
Pada tahap ini individu telah menguasai apa yang akan diimitasi sehingga
akhirnya ia dapat berbuat seperti individu lain yang akan diimitasi.

Imitasi mengakibatkan hal berikut.


1.) Akibat positif imitasi
• Dapat diperoleh kecakapan dengan segera.
• Adanya sesuatu tingkah laku yang seragam.
• Dapat mendorong individu/kelompok untuk bertingkah laku.

2.) Akibat negatif imitasi


• Apabila hal-hal yang salah diimitasi, dapat menimbulkan kesalahan
massal.
• Dapat menghambat cara berpikir dan kreativitas.
d. Motivasi adalah rangsangan atau pengaruh yang dapat diberikan oleh seorang
individu kepada individu lain, individu kepada kelompok, dan kelompok kepada
kelompok lain. Pihak yang diberi motivasi akan mengikuti kemauan orang yang
memberi motivasi, namun dia tetap bersikap kritis, rasional, dan bertanggung jawab.
Berbeda dengan sugesti yang kurang rasional.
e. Simpati adalah suatu relasi kerja sama antara dua individu atau lebih yang
menjamin terdapatnya saling pengertian. Menurut Soerjono Soekanto, simpati
adalah kecakapan untuk merasa diri seolah-olah dalam keadaan orang lain dan
ikut merasakan apa yang dilakukan, dialami, atau diderita oleh orang lain tersebut.
Proses berlangsungnya simpati sering tidak didasari oleh alasan rasional. Simpati
lebih banyak terjadi atas dasar penilaian perasaan. Proses simpati berlangsung
secara perlahan-lahan, disadari, dan berkembang secara wajar di dalam interaksi
sosial. Tujuan simpati adalah agar tercipta kerja sama dan saling pengertian. Hal ini
sesuai dengan dorongan utama simpati yaitu ingin mengerti dan ingin bekerjasama
di antara mereka yang berinteraksi.
f. Empati mirip dengan perasaan simpati, namun empati tidak semata-mata merupakan
perasaan kejiwaan saja. Contohnya jika kita melihat seseorang mengalami kecelakaan
sampai menderita luka berat dan orang itu adalah kerabat atau teman dekat, maka
perasaan empati menempatkan kita seolah-olah ikut menderita. Kita tidak hanya
merasa kasihan terhadap orang yang mengalami musibah itu, tetapi ikut merasakan
penderitaannya.

5
SUPER "Solusi Quipper"
Esti kasi mita motivasi ati-ati

C. Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif


Tujuan dari proses asosiatif adalah terciptanya persatuan dalam masyarakat. Berikut yang
termasuk dalam proses asosiatif.
1. Kerja sama (cooperation) adalah suatu usaha bersama antara perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Berbagai bentuk kerja sama sebagai
berikut.
a. Koalisi (coalition), yaitu kerja sama dua organisasi politik atau lebih untuk
mencapai tujuan yang sama dengan cara bergabung menjadi satu.
b. Kooptasi (cooptation), yaitu bentuk kerja sama yang dilakukan dengan jalan
menyepakati pimpinan yang akan ditunjuk untuk mengendallikan jalannya
organisasi/kelompok.
c. Tawar menawar (bargaining), yaitu bentuk perjanjian mengenai pertukaran
barang dan jasa antara dua pihak atau lebih.
d. Patungan (joint venture), yaitu bentuk kerja sama dua badan usaha atau lebih
untuk meraih keuntungan dalam bidang ekonomi.
2. Akomodasi adalah interaksi sosial antara individu dan kelompok dalam upaya
menyelesaikan suatu pertentangan. Bentuk akomodasi dapat dibedakan sebagai
berikut.
a. Koersi (coercion), bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan dengan
menggunakan tekanan sehingga salah satu pihak yang berinteraksi berada
dalam keadaan lemah dibandingkan dengan pihak lawan.
b. Kompromi (compromise), yaitu persetujuan dengan jalan damai atau jalan
tengah untuk saling mengurangi tuntutan.
c. Konsiliasi (conciliation), adalah upaya mempertemukan keinginan dari pihak-
pihak yang berselisih demi tercapainya suatu pertunjukkan bersama. Konsiliasi
bersifat lunak dan membuka kesempatan untuk mengadakan asimilasi.
d. Konversi adalah penyelesaian konflik yang mana salah satu pihak bersedia
mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
e. Mediasi (mediation), yaitu proses pengikutsertaan pihak ketiga sebagai
penasehat yang netral dalam menyelesaikan sengketa. Keputusan berdamai
tergantung pihak yang bertikai.

6
f. Keputusan mayoritas (majority rule) adalah keputusan yang diambil
berdasarkan suara terbanyak dalam voting.
g. Persetujuan minoritas (minority consent) adalah golongan minoritas yang
tidak merasa dikalahkan, tetapi dapat menjalankan kegiatan bersama.
h. Stalemate, adalah keadaan yang ditandai adanya kekuatan seimbang dari
kedua pihak yang bertikai sehingga pertikaian terhenti pada titik tertentu.
i. Segregasi, adalah upaya dari tiap pihak yang bertikai dengan saling menghindar
dalam rangka mengurangi ketegangan.
j. Subjugasi/subjugation (dominasi), adalah cara mengembalikan suasana
akomodatif dari pertikaian antarkelompok yang mana pihak yang mempunyai
kekuatan besar meminta pihak lain untuk menaati keinginannya.
k. Gencatan senjata, adalah penangguhan permusuhan atau peperangan dalam
jangka waktu tertentu. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan bagi pihak
yang bertikai untuk mencari penyelesaian.
l. Rasionalisasi adalah pemberian keterangan atau alasan yang kedengarannya
rasional untuk membenarkan tindakan-tindakan yang sebenarnya akan dapat
menimbulkan konflik.
m. Arbitrasi (arbitration), yaitu suatu usaha penyelesaian sengketa dengan
bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak. Biasanya pihak
arbitrasi melibatkan pihak berwajib/berwenang untuk menyelesaikan
masalah.
n. Penaklukan, kelompok yang kalah harus menaati kelompok yang menang,
o. Eliminasi, adalah upaya menuju akomodasi yang mana salah satu pihak yang
bertikai mengalah.
p. Toleransi, yaitu sikap menghargai perbedaan yang ada dalam masyarakat.
q. Adjudikasi (adjudication) adalah penyelesaian konflik/perselisihan di
pengadilan (meja hijau).

SUPER "Solusi Quipper"


K4 M3 S3 GRAPETA

3. Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur budaya asing menjadi
bagian dari kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan kepribadian ataupun
ciri khas kebudayaan yang asli.
4. Asimilasi adalah peleburan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda menjadi satu
kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagai kebudayaan milik bersama. Proses

7
asimilasi mengarah pada hilangnya perbedaan. Asimilasi terbentuk dengan tiga
syarat.
a. Terdapat kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.
b. Terjadi pergaulan antarindividu secara intensif dalam waktu lama.
c. Kebudayaan tiap kelompok saling berubah dan menyesuaikan diri.
5. Amalgamasi adalah meleburnya dua kelompok budaya menjadi satu dan melahirkan
kelompok budaya baru. Proses amalgamasi mempertegas hilangnya perbedaan
yang ada.
6. Paternalisme adalah penguasaan kelompok pendatang terhadap kelompok
pribumi. Penguasaan tidak hanya dalam bidang ekonomi atau perdagangan tetapi
juga bidang pertanahan, pendidikan, permodalan, kesehatan, dan sebagainya.

D. Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif


Proses disosiatif merupakan proses yang mengarah pada perpecahan. Proses ini terbagi
menjadi beberapa bentuk sebagai berikut.
1. Persaingan atau kompetisi adalah suatu proses sosial yang dilakukan individu/
kelompok untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan tertentu.
Persaingan merupakan suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling
berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.
Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya
terbatas atau menjadi pusat perhatian umum. Misalnya ratusan ribu siswa mengikuti
ujian SBMPTN untuk memperebutkan kursi untuk kuliah di PTN. Persaingan dilakukan
dengan nilai dan norma yang berlaku, kecil kemungkinan persaingan menggunakan
kekerasan atau ancaman. Dengan kata lain, persaingan dilakukan secara sehat atau
sportif. Persaingan yang menggunakan kekerasan, ancaman, atau keinginan yang
merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak sehat.
2. Kontravensi adalah usaha untuk merintangi atau menggagalkan tercapai
tujuan pihak lain. Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai adanya
rasa ketidaksukaan yang disembunyikan karena adanya perbedaan pendirian
antarkalangan tertentu. Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat
lima bentuk kontravensi.
a. Kontravensi umum, misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes,
gangguan, dan mengancam pihak lawan.
b. Kontravensi sederhana, misalnya menyangkal pernyataan orang di depan
umum.
c. Kontravensi rahasia, misalnya pembocoran rahasia atau berkhianat.

8
d. Kontravensi intensif, misalnya penghasutan dan penyebaran desas- desus.
e. Kontravensi taktis, misalnya mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan
intimidasi.
3. Konflik adalah proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika pihak yang satu
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya
tidak berdaya. Faktor yang menyebabkan konflik antara lain sebagai berikut.
a. Perbedaan individu, perbedaan pendirian, dan perbedaan perasaan.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang
berbeda.
c. Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok menyangkut bidang
politik, ekonomi, dan sosial.
Adanya konflik, dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.
a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik
dengan kelompok lain.
b. Keretakan hubungan antara anggota kelompok, misalnya akibat konflik
antarsuku.
c. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya adanya rasa benci dan saling
curiga akibat perang.
d. Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
e. Dominasi, bahkan penaklukan terhadap salah satu pihak yang terlibat dalam
konflik.

E. Keteraturan Sosial
1. Pengertian
Keteraturan sosial adalah keadaan di mana hubungan-hubungan sosial yang berlangsung
di antara anggota masyarakat berlangsung selaras, serasi, dan harmonis sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan urutannya, keteraturan
terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut.
a. Order sosial adalah suatu sistem atau tatanan norma dan nilai sosial yang
pelaksanaannya disadari sepenuhnya oleh masyarakat dari waktu ke waktu.
Contohnya peraturan yang berlaku di sekolah, seperti jam belajar, ketentuan
memakai seragam sekolah, dan sebagainya.
b. Pola lebih berkaitan dengan bentuk dan warna suatu interaksi sosial. Contohnya
olahraga golf hingga kini dipandang sebagai pola hidup masyarakat kelas atas.
c. Tertib sosial dari suatu masyarakat apabila terdapat keselarasan antara tindakan

9
anggota masyarakat dan nilai serta norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
Contohnya ketertiban di jalan raya akan tercapai bila ada aturan yang jelas. Adapun
ciri-ciri tertib sosial adalah sebagai berikut.
1.) Terdapat serangkaian nilai dan norma yang jelas.
2.) Individu atau kelompok dalam masyarakat mengetahui dan memahami norma
sosial dan nilai yang berlaku.
3.) Individu dan kelompok dalam masyarakat menyesuaikan. tindakannya dengan
norma dan nilai sosial yang berlaku.
d. Keajegan adalah suatu keadaan yang memperlihatkan kondisi keteraturan sosial
yang sifatnya tetap dan berlangsung secara terus-menerus. Contoh petani pergi
ke sawah pagi hari dan pulang menjelang sore hari yang dilakukan secara terus-
menerus.

2. Syarat Terwujudnya Keteraturan Sosial


Terdapat tiga syarat terwujudnya keteraturan sosial.
a. Terdapat norma sosial yang sesuai dengan kebutuhan serta peradaban manusia.
b. Terdapat aparat penegakan hukum yang konsisten dalam menjalankan tugas, fungsi,
dan wewenangnya dalam upaya mewujudkan keteraturan sosial.
c. Kesadaran warga tentang pentingnya keteraturan masyarakat.

3. Faktor Pendorong dan Penghambat Keteraturan Sosial


a. Faktor pendorong keteraturan sosial
1.) Adanya kerja sama dapat dibedakan menjadi berikut.
• Kerja sama spontan, adalah kerja sama yang dilakukan secara spontan.
• Kerja sama langsung, adalah kerja sama yang terjadi karena adanya
perintah atasan atau penguasa.
• Kerja sama kontrak, adalah kerja sama yang berlangsung atas dasar
ketentuan yang disetujui bersama dalam waktu tertentu.
• Kerja sama tradisonal adalah kerja sama yang terbentuk karena adanya
sistem tradisi yang kondusif dan menjadi bagian dari kerukunan sistem
sosial.
2.) Adanya akomodasi
Tujuan akomodasi antara lain sebagai berikut.
• Mengurangi perbedaan paham, pertentangan politik, dan permusuhan
antarsuku maupun antarnegara.

10
• Mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan pola
pikir dan benturan fisik.
• Mengupayakan terjadinya penyatuan yang telah dipisahkan oleh kasta
dan kelas sosial.
• Mengupayakan terjadi pembauran atau asimilasi antarsuku dan antarras.

b. Faktor penghambat keteraturan sosial


Keteraturan sosial dapat terhambat oleh adanya bentuk interaksi sosial yang bersifat
disosiatif sehingga menimbulkan ketidakteraturan antara lain sebagai berikut.
1.) Persaingan atau kompetisi yang ditandai adanya perjuangan perorangan atau
kelompok agar memperoleh kemenangan tanpa menimbulkan ancaman atau
benturan fisik.
2.) Kontravensi ditandai dengan adanya rasa tidak suka atau benci yang
disembunyikan namun tidak sampai pada pertentangan atau konflik.
3.) Pertentangan atau konflik, ditandai dengan adanya perbedaan pandangan dan
kepentingan yang mengakibatkan adanya jurang pemisah yang menghambat
interaksi sosial dan keteraturan sosial.

F. Status, Peran, dan Kelas Sosial


1. Status Sosial (Kedudukan Sosial)
Kedudukan sosial atau status sosial adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Kedudukan sosial meliputi lingkungan pergaulan, prestasi, hak, dan kewajiban. Dilihat
dari proses terjadinya, status sosial dibedakan menjadi tiga.
a. Ascribed status adalah kedudukan yang diperoleh secara otomatis melalui
kelahiran atau keturunan. Ascribed status diperoleh tanpa usaha tertentu bagi yang
mendudukinya. Contohnya putra mahkota bagi seorang anak raja.
b. Achieved status adalah kedudukan yang dicapai seseorang melalui usaha yang
disengaja. Status sosial ini terbuka bagi setiap orang, asalkan memenuhi syarat-
syarat tertentu. Contohnya dokter, hakim, guru, dan sebagainya.
c. Assigned status adalah status sosial yang diberikan kepada seorang yang berjasa
telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat. Contohnya status “Bapak Koperasi” yang diberikan pada Drs. Mohamad
Hatta.

11
2. Konflik Status
Konflik status adalah pertentangan-pertentangan yang timbul di dalam diri seseorang
sehubungan dengan kedudukan yang dimilikinya. Konflik status dapat dibedakan menjadi
tiga hal berikut.
a. Konflik yang bersifat pribadi/individu, artinya konflik tersebut dirasakan oleh orang
yang bersangkutan di dalam batinnya sendiri.
b. Konflik yang bersifat antarindividu yakni konflik yang terjadi antara seseorang
dengan orang lain karena ada perbedaan kepentingan terhadap sesuatu hal yang
sama.
c. Konflik yang bersifat antarkelompok artinya peraturan yang dikeluarkan oleh
kelompok tertentu menimbulkan kerugian pada kelompok lainnya.

3. Simbol Status
Status-status yang dimiliki seseorang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari melalui
ciri-ciri berikut.
a. Cara berpakaian, memakai bahan yang mahal dan mode yang mutakhir.
b. Cara bergaul, hanya bergaul dengan kalangan atas saja.
c. Cara rekreasi, berlibur ke luar negeri.

4. Peran Sosial
Peran sosial adalah perilaku yang diminta sesuai dengan status yang dimiliki dalam
masyarakat. Peran dianggap sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam
masyarakat, berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam masyarakat, terdapat
banyak individu dengan peran beraneka ragam. Beragamnya peran sosial membawa
akibat berupa konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan.
a. Konflik peran (role conflict)
Konflik peran terjadi apabila seseorang dengan kedudukan tertentu harus
melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak diharapkan. Hal ini terjadi karena
seseorang mempunyai banyak status sosial.
b. Ketegangan peran
Ketegangan peran terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan
peran sosial yang dimiliki karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban yang
harus dia lakukan dan tujuan dari peran sosial itu sendiri.

12
c. Kegagalan peran
Kegagalan peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan beberapa
peran sekaligus karena terdapat tuntutan yang saling bertentangan.
d. Kesenjangan peran (role distance)
Kesenjangan peran yang terjadi apabila seseorang harus menjalankan peran yang
tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan menjalankan peran
tersebut.

5. Kelas Sosial
Definisi kelas sosial menurut para sosiolog.
a. Soerjono Soekanto
Kelas sosial adalah pembedaan atau tingkatan antarindividu dalam masyarakat
berdasarkan faktor ekonomi, tanah, atau kekuasaan.
b. Kornblum
Kelas sosial hampir sama dengan kasta, hanya saja penentuannya berdasarkan
kriteria ekonomi, misalnya pekerjaan, penghasilan, dan kemakmuran.
c. Max Weber
Membuat pembedaan antara dasar ekonomi dan dasar kedudukan sosial, tetapi
tetap menggunakan istilah kelas sosial bagi semua lapisan. Kelas sosial bersifat
ekonomi di mana di dalam kelas terdapat subkelas berdasarkan kecakapan di bidang
ekonomi.

13

Anda mungkin juga menyukai