Kurikulum 2006/2013
s
Kela
sosiologi
POLA HUBUNGAN DALAM MASYARAKAT
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami tentang pengertian dan jenis tindakan sosial.
2. Memahami tentang pengertian, syarat terjadinya interaksi sosial, dan faktor yang
memengaruhi terjadinya interaksi sosial.
3. Memahami tentang bentuk interaksi sosial asosiatif.
4. Memahami tentang bentuk interaksi sosial disosiatif.
5. Memahami tentang tahap keteraturan sosial dan faktor pendorong dan penghambat
keteraturan sosial.
6. Memahami klasifikasi status, peran, dan kelas sosial.
B. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan sosial (hubungan timbal balik) yang dinamis antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan
kelompok.
2
akan kedudukannya sehingga dapat memberi tanggapan. Orang lain pun dapat
menjadi perantara sehingga terjadi kontak tidak langsung.
Dilihat dari wujudnya kontak sosial dibedakan menjadi:
1.) kontak antarindividu;
2.) kontak antarkelompok;
3.) kontak antarindividu dan kelompok.
Dilihat dari langsung tidaknya, kontak sosial dibedakan menjadi:
1.) kontak primer (langsung)/kontak tanpa perantara;
2.) kontak sekunder (tidak langsung)/kontak dengan perantara.
Kontak sekunder dibagi dua.
1.) Kontak sekunder langsung, yaitu kontak yang terjadi melalui alat tertentu,
misalnya surat, telepon, dan sebagainya.
2.) Kontak sekunder tidak langsung, yaitu kontak yang memerlukan pihak ketiga,
misalnya menggunakan orang ketiga sebagai perantara.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah cara menyampaikan pesan dari satu pihak kepada pihak lain
sehingga terjadi pengertian bersama. Komunikasi dapat dilakukan melalui kata-kata
dan dapat juga dilakukan dengan gerak gerik badan atau kode tertentu (komunikasi
nonverbal).
c. Pelaku lebih dari satu individu.
d. Ada tujuan yang hendak dicapai.
e. Ada dimensi waktu.
3. Teori Interaksi Sosial
Dalam sosiologi, teori-teori yang menjelaskan interaksi sosial antara lain sebagai berikut.
a. Teori Interaksi Simbolik
Teori ini dikemukakan oleh George Herbert Mead. Menurut teori ini, interaksi
dilakukan dengan menggunakan simbol atau tanda. Simbol adalah sesuatu yang nilai
atau maknanya diberikan kepadanya oleh seseorang yang mempergunakannya.
b. Teori Definisi Situasi
Teori ini dikemukakan oleh William I. Thomas. Menurut teori ini, seseorang tidak
segera memberikan reaksi ketika dia mendapat rangsangan dari luar. Tindakan
seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan. Rangsangan dari
luar dirinya diseleksi terlebih dahulu melalui proses yang dinamakannya pembuatan
definisi atau penafsiran situasi. Selanjutnya, orang yang menerima rangsangan atau
tindakan dari luar memberi makna pada rangsangan yang diterimanya itu.
3
c. Teori Dramaturgi
Teori ini dikemukakan oleh Erving Goffman. Menurut teori ini bahwa kehidupan
sosial dapat diibaratkan dengan serangkaian pertunjukan drama dalam sebuah
pentas seni. Menurut teori dramaturgi, interaksi sosial berlangsung dalam bagian-
bagian berikut.
1.) Panggung depan, yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan
situasi penonton pertunjukan.
2.) Panggung belakang, yaitu ruang tempat berjalannya skenario pertunjukan
oleh masyarakat dan sutradara yang mengatur pementasan tiap aktor.
Imitasi dilakukan dengan bertahap. Tahap-tahap imitasi antara lain sebagai berikut.
1.) Tahap proyeksi
Pada tahap ini individu memperoleh kesan dari sesuatu yang diimitasi.
4
2.) Tahap subjektif.
Pada tahap ini individu cenderung untuk menerima hal-hal yang akan diimitasi,
seperti sikap dan tingkah laku dari individu lain.
3.) Tahap objektif
Pada tahap ini individu telah menguasai apa yang akan diimitasi sehingga
akhirnya ia dapat berbuat seperti individu lain yang akan diimitasi.
5
SUPER "Solusi Quipper"
Esti kasi mita motivasi ati-ati
6
f. Keputusan mayoritas (majority rule) adalah keputusan yang diambil
berdasarkan suara terbanyak dalam voting.
g. Persetujuan minoritas (minority consent) adalah golongan minoritas yang
tidak merasa dikalahkan, tetapi dapat menjalankan kegiatan bersama.
h. Stalemate, adalah keadaan yang ditandai adanya kekuatan seimbang dari
kedua pihak yang bertikai sehingga pertikaian terhenti pada titik tertentu.
i. Segregasi, adalah upaya dari tiap pihak yang bertikai dengan saling menghindar
dalam rangka mengurangi ketegangan.
j. Subjugasi/subjugation (dominasi), adalah cara mengembalikan suasana
akomodatif dari pertikaian antarkelompok yang mana pihak yang mempunyai
kekuatan besar meminta pihak lain untuk menaati keinginannya.
k. Gencatan senjata, adalah penangguhan permusuhan atau peperangan dalam
jangka waktu tertentu. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan bagi pihak
yang bertikai untuk mencari penyelesaian.
l. Rasionalisasi adalah pemberian keterangan atau alasan yang kedengarannya
rasional untuk membenarkan tindakan-tindakan yang sebenarnya akan dapat
menimbulkan konflik.
m. Arbitrasi (arbitration), yaitu suatu usaha penyelesaian sengketa dengan
bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak. Biasanya pihak
arbitrasi melibatkan pihak berwajib/berwenang untuk menyelesaikan
masalah.
n. Penaklukan, kelompok yang kalah harus menaati kelompok yang menang,
o. Eliminasi, adalah upaya menuju akomodasi yang mana salah satu pihak yang
bertikai mengalah.
p. Toleransi, yaitu sikap menghargai perbedaan yang ada dalam masyarakat.
q. Adjudikasi (adjudication) adalah penyelesaian konflik/perselisihan di
pengadilan (meja hijau).
3. Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur budaya asing menjadi
bagian dari kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan kepribadian ataupun
ciri khas kebudayaan yang asli.
4. Asimilasi adalah peleburan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda menjadi satu
kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagai kebudayaan milik bersama. Proses
7
asimilasi mengarah pada hilangnya perbedaan. Asimilasi terbentuk dengan tiga
syarat.
a. Terdapat kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.
b. Terjadi pergaulan antarindividu secara intensif dalam waktu lama.
c. Kebudayaan tiap kelompok saling berubah dan menyesuaikan diri.
5. Amalgamasi adalah meleburnya dua kelompok budaya menjadi satu dan melahirkan
kelompok budaya baru. Proses amalgamasi mempertegas hilangnya perbedaan
yang ada.
6. Paternalisme adalah penguasaan kelompok pendatang terhadap kelompok
pribumi. Penguasaan tidak hanya dalam bidang ekonomi atau perdagangan tetapi
juga bidang pertanahan, pendidikan, permodalan, kesehatan, dan sebagainya.
8
d. Kontravensi intensif, misalnya penghasutan dan penyebaran desas- desus.
e. Kontravensi taktis, misalnya mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan
intimidasi.
3. Konflik adalah proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika pihak yang satu
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya
tidak berdaya. Faktor yang menyebabkan konflik antara lain sebagai berikut.
a. Perbedaan individu, perbedaan pendirian, dan perbedaan perasaan.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang
berbeda.
c. Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok menyangkut bidang
politik, ekonomi, dan sosial.
Adanya konflik, dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.
a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik
dengan kelompok lain.
b. Keretakan hubungan antara anggota kelompok, misalnya akibat konflik
antarsuku.
c. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya adanya rasa benci dan saling
curiga akibat perang.
d. Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
e. Dominasi, bahkan penaklukan terhadap salah satu pihak yang terlibat dalam
konflik.
E. Keteraturan Sosial
1. Pengertian
Keteraturan sosial adalah keadaan di mana hubungan-hubungan sosial yang berlangsung
di antara anggota masyarakat berlangsung selaras, serasi, dan harmonis sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan urutannya, keteraturan
terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut.
a. Order sosial adalah suatu sistem atau tatanan norma dan nilai sosial yang
pelaksanaannya disadari sepenuhnya oleh masyarakat dari waktu ke waktu.
Contohnya peraturan yang berlaku di sekolah, seperti jam belajar, ketentuan
memakai seragam sekolah, dan sebagainya.
b. Pola lebih berkaitan dengan bentuk dan warna suatu interaksi sosial. Contohnya
olahraga golf hingga kini dipandang sebagai pola hidup masyarakat kelas atas.
c. Tertib sosial dari suatu masyarakat apabila terdapat keselarasan antara tindakan
9
anggota masyarakat dan nilai serta norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
Contohnya ketertiban di jalan raya akan tercapai bila ada aturan yang jelas. Adapun
ciri-ciri tertib sosial adalah sebagai berikut.
1.) Terdapat serangkaian nilai dan norma yang jelas.
2.) Individu atau kelompok dalam masyarakat mengetahui dan memahami norma
sosial dan nilai yang berlaku.
3.) Individu dan kelompok dalam masyarakat menyesuaikan. tindakannya dengan
norma dan nilai sosial yang berlaku.
d. Keajegan adalah suatu keadaan yang memperlihatkan kondisi keteraturan sosial
yang sifatnya tetap dan berlangsung secara terus-menerus. Contoh petani pergi
ke sawah pagi hari dan pulang menjelang sore hari yang dilakukan secara terus-
menerus.
10
• Mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan pola
pikir dan benturan fisik.
• Mengupayakan terjadinya penyatuan yang telah dipisahkan oleh kasta
dan kelas sosial.
• Mengupayakan terjadi pembauran atau asimilasi antarsuku dan antarras.
11
2. Konflik Status
Konflik status adalah pertentangan-pertentangan yang timbul di dalam diri seseorang
sehubungan dengan kedudukan yang dimilikinya. Konflik status dapat dibedakan menjadi
tiga hal berikut.
a. Konflik yang bersifat pribadi/individu, artinya konflik tersebut dirasakan oleh orang
yang bersangkutan di dalam batinnya sendiri.
b. Konflik yang bersifat antarindividu yakni konflik yang terjadi antara seseorang
dengan orang lain karena ada perbedaan kepentingan terhadap sesuatu hal yang
sama.
c. Konflik yang bersifat antarkelompok artinya peraturan yang dikeluarkan oleh
kelompok tertentu menimbulkan kerugian pada kelompok lainnya.
3. Simbol Status
Status-status yang dimiliki seseorang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari melalui
ciri-ciri berikut.
a. Cara berpakaian, memakai bahan yang mahal dan mode yang mutakhir.
b. Cara bergaul, hanya bergaul dengan kalangan atas saja.
c. Cara rekreasi, berlibur ke luar negeri.
4. Peran Sosial
Peran sosial adalah perilaku yang diminta sesuai dengan status yang dimiliki dalam
masyarakat. Peran dianggap sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam
masyarakat, berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam masyarakat, terdapat
banyak individu dengan peran beraneka ragam. Beragamnya peran sosial membawa
akibat berupa konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan.
a. Konflik peran (role conflict)
Konflik peran terjadi apabila seseorang dengan kedudukan tertentu harus
melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak diharapkan. Hal ini terjadi karena
seseorang mempunyai banyak status sosial.
b. Ketegangan peran
Ketegangan peran terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan
peran sosial yang dimiliki karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban yang
harus dia lakukan dan tujuan dari peran sosial itu sendiri.
12
c. Kegagalan peran
Kegagalan peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan beberapa
peran sekaligus karena terdapat tuntutan yang saling bertentangan.
d. Kesenjangan peran (role distance)
Kesenjangan peran yang terjadi apabila seseorang harus menjalankan peran yang
tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan menjalankan peran
tersebut.
5. Kelas Sosial
Definisi kelas sosial menurut para sosiolog.
a. Soerjono Soekanto
Kelas sosial adalah pembedaan atau tingkatan antarindividu dalam masyarakat
berdasarkan faktor ekonomi, tanah, atau kekuasaan.
b. Kornblum
Kelas sosial hampir sama dengan kasta, hanya saja penentuannya berdasarkan
kriteria ekonomi, misalnya pekerjaan, penghasilan, dan kemakmuran.
c. Max Weber
Membuat pembedaan antara dasar ekonomi dan dasar kedudukan sosial, tetapi
tetap menggunakan istilah kelas sosial bagi semua lapisan. Kelas sosial bersifat
ekonomi di mana di dalam kelas terdapat subkelas berdasarkan kecakapan di bidang
ekonomi.
13