Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini
dapat dilihat dari bentuk sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh
tenaga farmasis. Setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan kegunaan masing-
masing sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemakaian. Diantara sediaan obat
tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat) dan
liquid (cair).
Dengan demikian pembuatan sediaan liquid dengan aneka fungsi sudah
banyak digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan yang ditawarkanpun
sangat beragam mulai dari segi pemilihan zat aktif serta zat tambahan, sensasi
rasa yang beraneka ragam, hingga merk yang digunakan pun memiliki peran
yang sangat penting dari sebuah produk sediaan liquid.
Sediaan liquid lebih banyak digunakan pada bayi, anak-anak dan lanjut
usia yang sukar minum obat, seperti tablet dan pil yang memiliki rasa pahit
atau tidak enak. Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk
sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan
mengalir dari sediaan liquid ini. Selain itu, dosis yang diberikan relatif lebih
akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan penggunaan sendok
takar.
Selain itu, sediaan liquid juga lebih mudah diabsorpsi oleh tubuh.
Namun, sediaan liquid sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba karena air
merupakan media yang paling bagus untuk pertumbuhan bakteri.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang sediaan obat bentuk
liquid (cair).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Obat ?
2. Bagaimana pengertian sediaan obat Liquid ?
3. Apa saja macam-macam sediaan obat Liquid ?

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian Obat
2. Untuk mengetahui sediaan obat Liquid
3. Untuk mengetahui macam-macam sediaan obat Liquid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Obat
Definisi obat menurut WHO adalah zat yang dapat mempengaruhi
aktivitas fisik dan psikis, sedangkan menurut KONAS (Komisi Obat Nasional)
obat adalah bahan atau sediaan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit,
dan/atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi. oleh karena
itu, pengertian obat meliputi bahan dan sediaan obat yang terwadah-kemaskan,
diberi label dan/klaim. Menurut pengertian KONAS obat meliputi obat
manusia dan hewan.
Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni
1971, yang disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan
untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia.
Menurut Undang-Undang Farmasi obat adalah suatu bahan atau bahan-
bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangi, menghilangkan dan menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka, ataupun kelainan badaniah, rohaniah pada manusia
ataupun hewan.
Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia
atau hewan. Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat
luas cakupannya.
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional,
Departemen Kesehatan RI, 2005).
Secara umum, obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah
pada manusia/hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia.
Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk.
Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat
yang tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk
kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus bukan dalam
lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi yang
diinginkan. Berbagai bentuk obat disesuaikan dengan kebutuhan
penggunaannya. Diantara sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid
(padat), semisolid (setengah padat) dan liquid (cair).

B. Pengertian Bentuk Sediaan Liquid


Bentuk sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair,
mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam
medium, yang homogen pada saat diaplikasikan.
Bentuk sediaan liquid dalam konsistensi cairnya, memiliki keunggulan
terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat terkait
sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain itu, dosis yang
diberikan relative lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi
dengan penggunaan sendok takar. Namun, bentuk sediaan ini tidak sesuai
untuk zat aktif yang tidak stabil terhadap air. Dengan kemasan botol dan
penggunaan sendok takar untuk sediaan oral, maka tingkat kepraktisan bentuk
sediaan ini relative lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan solid.
Untuk pemakaian topical, keunggulan bentuk sediaan liquid, jika
dibanding bentuk sediaan solid maupun semisolid, terletak pada daya sebar dan
bioadhesivitasnya, selama viskositasnya optimum. Namun terkait daya lekat
dan ketahanan pada permukaan kulit, bentuk sediaan liquid relative lebih
rendah jika dibanding bentuk sediaan semisolid. Hal ini terutama berhubungan
dengan tingkat viskositas dari kedua bentuk sediaan tersebut.
Ragam bentuk sediaan liquid adalah larutan, emulsi dan suspensi.

C. Macam-macam Sediaan Liquid


1. Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih jenis obat
dalam pelarut (dengan zat pelarut yang sesuai) dan digunakan sebagai obat
dalam atau obat luar.
a. Macam-macam larutan:
1) Penggolongan Menurut Tujuan Pemakaiannya
a) Larutan untuk mata : collyrium (obat cuci mata), guttae
ophtalmicae (obat tetes mata).
b) Larutan untuk telinga : solutio otic, guttae auriculares (obat
tetes telinga).
c) Larutan untuk hidung : collunarium (obat cuci hidung),
guttae nasales (obat tetes hidung), inhalationes (obat semprot
untuk hidung maupun mulut).
d) Larutan untuk mulut : collutorium (obat cuci mulut),
gargarisma / gargle (obat kumur), litus oris (obat oles bibir),
guttae oris (obat tetes mulut).
e) Larutan parenteral : injectiones (injeksi, obat suntik), infus
intravena / infundabila, serum dan vaksin.
f) Larutan untuk rektal : digunakan melalui anus / rektal
seperti Lavement / clysma / enema.
g) Laruta untuk vagina : digunakan melalui vagina seperti
douche.
h) Larutan oral : potiones (obat minum), sirop, elixir,
netralisasi, saturatio, potio effervescent, guttae.
i) Larutan topikal : ephitema (obat kompres), Lotiones.
2) Penggolongan Menurut Cara Pemberiannya
a) Larutan Oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian
oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven – air. Misalnya sirup, elixir.
(1) Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain dalam kadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup
yang hampir jenuh dengan sukrosa).
(2) Elixsir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai
kosolven (pelarut).
b) Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air,
tetapi seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol dan
poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain
oral topikal untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
Misalnya lotio, larutan otik.
(1) Lotio (larutan atau suspensi) yang digunakan secara topical.
(2) Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau
gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi.
3) Penggolongan Berdasarkan Sistem Pelarut dan Zat Terlarut :
a) Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol
dari zat mudah menguap umumnya digunakan sebagai bahan
pengaroma.
b) Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol
yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
c) Air Aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari
minyak mudah menguap atau senyawa aromatik, atau bahan
mudah menguap lainnya.
b. Pelarut yang biasa digunakan
1) Air, untuk melarutkan bermacam-macam garam.
2) Spiritus, untuk melarutkan kamfer, iodine, mentol.
3) Gliserin, untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol.
4) Eter, untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat.
5) Minyak, untuk melarutkan kamfer, mentol.
6) Paraffin liquidum, untuk melarutkan cera, cetasium, minyak-
minyak, kamfer, mentol, klorbutanol.
7) Kloroform, untuk melarutkan minyak-minyak, lemak.
c. Factor-faktor yang Mempengaruhi Larutan
1) Sifat Dari Solute dan Solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula.
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang
nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid
basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2) Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya
luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan
gliserin atau solutio petit.
3) Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat
yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat
anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a) Dapat Larut Dalam Air
Sem ua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua
garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut
kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b) Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3.
Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH,
BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4,
Na3PO3.
4) Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat
padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses
kelarutannya membutuhkan panas. Berdasarkan pengaruh ini maka
beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
(1) Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
(2) Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
(3) Saturatio
(4) Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
5) Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya
endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak
atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan
larutan NaCl jenuh.
6) Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan
kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya :
Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.
7) Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam
kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI
jenuh. Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh :
(1) Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran
partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan
solvent, solute makin cepat larut.
(2) Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta
solute.
(3) Pengadukan.
d. Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Larutan
1) Keuntungan :
(a) Merupakan campuran homogen
(b) Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
(c) Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan
tablet sulit diencerkan.
(d) Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi.
(e) Mudah diberikan pemanis, bau-bauan, wwarna dan hal ini cocok
untuk pemberian obat pada anak-anak.
(f) Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
2) Kerugian :
(a) Volume bentuk larutan lebih besar
(b) Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
(c) Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.
e. Syarat-syarat Larutan
1) Komponen berupa : cairan, gas, padatan
2) Pelarutnya berupa cairan
3) Zat terlarut harus dapat larut dalam pelarutnya

2. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak
melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan
padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa
zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa
yang ditetapkan. (Formularium Nasional : 3).
a. Macam-macam Suspensi
Suspensi menurut penggunaanya (Ilmu Resep Syamsuni, hal 35)
1) Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai ditujukan untuk penggunaan oral.
2) Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang
ditujukan untuk penggunaan kulit.
3) Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian
luar.
4) Suspensi ophtalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan
pembawa untuk pemakaian pada mata.
5) Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
b. Sifat-Sifat Fisika Suspensi Yang Baik
Beberapa sifat fisik suspensi yang baik adalah sebagai berikut :
1) Partikel suspense harus kecil dan seragam, sehingga memberikan
penampilan hasil yang baik dan tidak kasar.
2) Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode, paling tidak pada
periode antara pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang
dikehendaki.
3) Viskositas tidak boleh terlalu kental, sehingga tidak menyulitkan
pada saat penuangan dari wadah dan untuk mengurangi kecepatan
pengendapan partikel yang terdispersi.
4) Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah
didispersikan kembali pada pengocokan
c. Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi
adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga
homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan
untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
stabiltas suspensi adalah :
1) Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan
antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya
tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar
ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2) Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin
turun (kecil).
3) Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar,
maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas
karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu
akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh
karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang
singkat.
4) Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan
demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut
yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.
Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita
tidak dapat mempengruhi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan
menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan
mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan
penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut.
Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent
(bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam
air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu :
a) Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah
jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau
mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago
atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas
cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas
suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh
panas,PH, dan proses fermentasi bakteri.
(1) Termasuk golongan gom
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus,
Tragacanth , Algin.
(2) Golongan bukan gom
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
b) Bahan pensuspensi sintesis
(1) Derivat Selulosa
(2) Golongan organk polimer
d. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
1) Keuntugan :
a) Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat
memperlambat terlepasnya obat.
b) Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk
larutan. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak
dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung
kelarutannya.
2) Kerugian :
a) Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b) Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain,
misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c) Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi
kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air
sebagai katalisator .

3. Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi
menjadi butiran-butiran kecil dalam cairan yang lain. (IMO, 132).
a. Macam-macam Emulsi
1) Berdasarkan penggunaannya emulsi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu:
a) Emulsi Untuk Pemakaian Dalam (per-oral)
(1) Emulsi penggunaan per-oral, biasanya mempunyai tipe
minyak dalam air. Emulgator merupakan film penutup dari
minyak obatnya untuk menutupi rasa tidak enak. Zat perasa
diberikan pada fase ekstern untuk menaikkan rasa enak.
(2) Emulsi untuk enjeksi intravena, emulsi parenteral telah
diselidiki untuk penggunaan makanan dan minyak obat
untuk hewan dan manusia. Penggunaan emulsi untuk
parenteral meminta perhatian khusus selama produksi,
seperti pemilihan emulgator, ukuran dan kesamaan butir
tetes pada penggunaan intravena.
b) Emulsi Untuk Pemakaian Luar (topikal)
Baik bentuk minyak dalam air atau air dalam minyak dapat
dipakai untuk pemakaian kulit dan membrane mukosa. Dengan
proses emulsi, memungkinkan terbentuk lotion atau cream yang
konsistensinya mempunyai sifat-sifat :
(1) dapat meluas ke daerah yang diobati
(2) mudah dicuci
(3) tidak membekas pada pakaian
(4) dan rupa, bau, warna dan rasa yang baik
Syarat-syarat emulsi topical ( Formularium Kosmetik Indonesia
1985, hal 33), yaitu :
(1) Mudah dioleskan merata pada kulit
(2) Mudah dicuci
(3) Tidak berbau tengik
(4) Tidak menodai pakaian
(5) Bebas partikulasi keras
(6) Tidak mengiritasi kulit
(7) Sifatnya dalam penyimpanan : a) tetap homogeny dan stabil.
b) tidak berbau tengik.
2) Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal
ataupun eksternal, emulsi digolongkan menjadi 2 macam yaitu:
a) Emulsi tipe O/W / M/A (minyak dalam air)
adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau
terdispersi dalam iar. Minyak sebagai fase internal dan air
sebagai fase eksternal.
b) Emulsi tipe W/O / A/M (air dalam minyak)
adalah emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau
terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan
minyak sebagai fase eksternal.
b. Syarat-Syarat Emulsi
Sediaan emulsi dapat terbentuk jika :
(1) Terdapat 2 zat yang tidak saling melarutkan
(2) Terjadi proses pengadukan (agitasi)
(3) Terdapat emulgator
Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang stabil, dikatakan
stabil apabila sediaan emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi
yang teratur dan fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama. (R.
Voight, 434).
c. Keuntungan Sediaan Emulsi
1) Meningkatkan bioavalailibilitas obat
2) Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap
oksidasi dan hidrolis
3) Mentupi rasa tidak enak
4) Sebagai topikaal : membersihkan, pembawa air (pelembut yang
excellent) ke kulit.
5) Viskositas, penampilan dan tingkat lemak dari emulsi kosmetik
atau dermatologi dapat di control.
6) Emulsi parenteral, karena tetesan harus dipertahankan stabil
dengan ukuran < 1 µ untuk mencegah emboli.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional,
Departemen Kesehatan RI, 2005).
Bentuk sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung
satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium,
yang homogen pada saat diaplikasikan. Ragam bentuk sediaan liquid adalah
larutan, emulsi dan suspensi.
Sediaan liquid juga lebih mudah diabsorpsi oleh tubuh. Namun, sediaan
liquid sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba karena air merupakan media
yang paling bagus untuk pertumbuhan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia:Jakarta

Anonim b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia:Jakarta

Handbook Of Pharmaceutical Exipient

Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.

Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.

Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Erlangga:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai