Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ACTUAL STIGMA KUSTA DENGAN KUALITAS HIDUP

PENDERITA KUSTA

Relationship Of Actual Stigma Leprosy With The Quality Of Life Of Leprosy Patients

Rina Nur Hidayati1*, Allifta Nur Fadhilah2, Arief Andriyanto3


1,2,3
STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
, Jl Raya Jabon Km 06 Mojokerto
*rnh_hq@yahoo.com

ABSTRAK

Masyarakat menganggap penyakit kusta adalah penyakit menular, kutukan dan penderita
harus di asingkan. Actual stigma tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup penderita kusta.
Penderita kusta merasa malu, takut untuk keluar rumah, dan mereka cenderung menutupi
penyakitnya dari masyarakat, bahkan untuk berobatpun harus sembunyi-sembunyi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan actual stigma kusta dengan kualitas hidup
penderita kusta di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Kecamatan Pacet
Kabupaten Mojokerto. Desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Sampel sebanyak 40 orang yang diambil dengan consecutive sampling. Variabel independen
actual stigma diukur dengan menggunakan kuesioner actual stigma dan variabel dependen
kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari WHOQOL-BREF. Hasil
penelitian menggunakan Fisher Exact Test menunjukkan bahwa Pv (0,000) < α (0,05) artinya
terdapat hubungan actual stigma kusta dengan kualitas hidup penderita kusta. Pembelajaran
intensif perlu diberikan kepada masyarakat agar masyarakat mempunyai pandangan positif
pada penderita kusta, sehingga kualitas hidup penderita tetap tinggi.

Kata kunci: Actual Stigma, Kualitas Hidup, Kusta

ABSTRACT
People think leprosy is an communicable disease, a curse and the patient must be
alienated. Actual stigma will affect the quality of life for patients with leprosy. Lepers feel
embarrassed, afraid to leave the house, and they tend to cover up their illnesses from the
community, even for medical treatment, they must be clandestine. This condition results a late
in the treatment of leprosy. The purpose of this research was to determine the relationship of
actual stigma of leprosy with the quality of life for patients with leprosy at room Outpatient
Leprosy Hospital Sumberglagah Subdistrict Pacet Regency Mojokerto. Design research used
correlational analytic with cross sectional. Sample of 40 people were taken with consecutive
sampling. The independent variables actual stigma measured using a questionnaire and the
dependent variable quality of life using a questionnaire adapted from WHOQOL-BREF.
Stastitical test results using the Fisher Exact Test showed that Pv (0,000) < α (0,05), meaning
there relationship of actual stigma of leprosy with the quality of life for patients with leprosy.
Intensive learning needs to be given to the community so that the community has a positive
perception on lepers, so that the quality of life of patients remains high.

Keyword: Actual Stigma, Quality of Life, Leprosy

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 10


PENDAHULUAN masyarakat menganggap penyakit kusta
Penyakit kusta pada saat ini masih adalah penyakit menular, kutukan dan
menjadi salah satu masalah kesehatan di penderita harus di asingkan. Anggapan
dunia, penyakit ini merupakan salah satu masyarakat yang demikian itu
daftar penyakit menular yang angka menyebabkan penderita malu dan takut
kejadiannya masih tinggi. Kusta merupakan untuk keluar rumah, dan mereka cenderung
suatu penyakit menular, menahun dan menutupi penyakitnya dari masyarakat
disebabkan oleh kuman kusta bahkan untuk berobatpun harus sembunyi-
“Mycobacterium leprae” yang menyerang sembunyi untuk menutupi penyakitnya
saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya (Soedarjatmi, Istiarti, & Widagdo, 2009).
kecuali susunan saraf pusat. Salah satu yang Fenomena yang timbul dari stigma ini
menghambat upaya penanggulangan kusta semakin kuat dan memberikan dampak
adalah adanya stigma yang melekat pada psikososial pada penderita kusta, mereka
penyakit kusta dan orang yang mengalami tidak mau berobat karena malu dan hal ini
kusta bahkan keluarganya (Kemenkes, membuat penyakit mereka semakin parah.
2012). Secara psikis, mereka sudah terbebani
Stigma adalah memberikan label sosial dengan penyakit mereka ditambah stigma
yang bertujuan untuk memisahkan atau yang muncul dimasyarakat, penyakit
mendeskritkan seseorang atau sekelompok mereka akan cenderung menyebabkan
orang dengan cap atau pandangan buruk. kecacatan dan akibatnya penderita kusta
Stigma actual terjadi jika ada orang atau mengalami kehilangan kemampuan fisik,
masyarakat yang melakukan tindakan kepercayaan diri dan kualitas hidup yang
nyata, baik verbal maupun non verbal yang rendah, ikatan sosial yang memudar (Fajar,
menyebabkan orang lain dibedakan dan 2010).
disingkirkan (Kemenkes, 2012). Stigma Adanya stigma yang muncul dari
kusta muncul karena kerusakan fisik yang masyarakat tersebut karena kecacatan yang
ditimbulkan. Walaupun saat ini informasi timbul akibat penyakit kusta dan adanya
ilmiah tentang penyakit kusta mudah di tindakan diskriminasi penolakan oleh
dapatkan, akan tetapi selama ini stigma masyarakat terhadap penderita kusta, hal ini
yang muncul tentang penyakit kusta oleh akan membuat penderita mengalami
masyarakat masih sama, kebanyakan keterbatasan dalam beraktifitas sehingga

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 11


kualitas hidupnya mengalami penurunan. Adanya stigma yang muncul pada
Kualitas hidup terdiri dari berbagai aspek penderita kusta tersebut dapat
kehidupan serta dipengaruhi oleh menpengaruhi ruang gerak penderita untuk
pengalaman hidup seseorang dan berkumpul dimasyarakat. Dalam kehidupan
bagaimana cara pandangnya terhadap sehari-hari perlakuan diskriminatif dapat
pengalaman hidup yang telah dilewatinya terjadi dalam hal kesempatan mencari
tersebut sehingga akan memberikan lapangan pekerjaan, beribadah di rumah-
perasaan senang dan puas di masa yang rumah ibadah, menggunakan kendaraan
akan datang. Secara umum, kualitas hidup umum, mendapatkan pasangan hidup, dan
melibatkan 4 domain yaitu kesehatan fisik, lain-lain. Keadaan ini berdampak negatif
psikologis, hubungan social dan lingkungan secara psikologis bagi mereka yang
(Agustanti, 2006). mengakibatkan munculnya self stigma,
Menurut data WHO (2013) tentang frustasi bahkan upaya bunuh diri. Dari sisi
masalah penyakit kusta Indonesia masih penanggulangan penyakit, stigma kusta
menempati urutan ke tiga setelah India dan dapat menyebabkan seseorang yang sudah
Brazil, ditemukan 16,856 kasus baru di terkena kusta enggan berobat karena takut
Indonesia atau 6,79 per 100.000 penduduk. keadaannya diketahui oleh masyarakat
Pada tahun 2012, penemuan penderita baru sekitarnya, hal ini akan mengakibatkan
di Indonesia sebanyak 18.853 orang, sedang berlanjutnya mata rantai penularan kusta,
penemuan penderita baru di Provinsi Jawa timbulnya kecacatan pada yang
Timur sebanyak 4.807 orang (25,5% dari bersangkutan, sehingga terjadilah lingkaran
jumlah penderita baru di indonesia) setan yang tak terselesaikan (Kemenkes,
(Dinkes, 2016). Berdasarkan data tahun 2012).
2014 di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Tindakan yang dapat dilakukan untuk
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto mengurangi stigma menurut Rafferty,
pada tahun terdapat 268 kasus baru dan 612 (2005) dalam reviewnya curing the stigma
kasus lama. Berdasarkan penelitian yang of leprosy menyebutkan bahwa rehabilitasi
dilakukan oleh Slamet, Sukandar, & fisik dan sosial ekonomi lebih bermanfaat
Gondodiputro (2014) tentang faktor yang dalam mengembalikan harga diri dan status
mempengaruhi kualitas hidup orang yang pasien kusta dengan stigma dalam
pernah menderita kusta (OYPMK) masyarakat dan membantu mencari
didapatkan hasil bahwa stigma pekerjaan. Konseling kelompok juga
mempengaruhi kualitas hidup penderita memungkinkan pasien kusta untuk
kusta. berbicara tentang perasaan dan

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 12


pengalamannya serta berbagi dengan pasien consecutive sampling yaitu setiap pasien
kusta yang lain. Salah satu misi yang berobat di Poli Rawat Jalan RSUD
Departemen Kesehatan dalam Sumberglagah yang memenuhi kriteria
pemberantasan penyakit kusta adalah penelitian dimasukkan dalam penelitian,
menghilangkan stigma sosial (ciri negatip sampai kurun waktu tertentu, sehingga
yang menempel pada pribadi seseorang jumlah responden yang diperlukan
karena pengaruh lingkungannya) dengan terpenuhi.
mengubah persepsi masyarakat terhadap Variabel bebas dalam penelitian ini
penyakit kusta melalui pembelajaran secara adalah actual stigma kusta dan variabel
intensif tentang penyakit kusta (Depkes RI, tergantung adalah kualitas hidup. Actual
2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk stigma diukur menggunakan kuesioner dan
mengetahui hubungan actual stigma kusta kualitas hidup diukur menggunakan
dengan kualitas hidup penderita kusta di kuesioner WHOQOL-BREF.
Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Kusta Analisa data pada penelitian ini
Sumberglagah Kecamatan Pacet Kabupaten menggunakan program SPSS (16.0) for
Mojokerto. Windows untuk analisa univariat dan
analisa bivariat. Analisa univariat untuk
METODE mengidentifikasi karakteristik responden,
Penelitian ini menggunakan desain mengidentifikasi gambaran actual stigma
penelitian analitik korelasional dengan dan gambaran kualitas hidup penderita
pendekatan cross sectional. Lokasi kusta. Sedangkan analisa bivariat dengan
penelitian di Ruang Rawat Jalan Rumah memakai Fisher Exact Test untuk
Sakit Kusta Sumberglagah Kecamatan mengetahui hubungan actual stigma kusta
Pacet Kabupaten Mojokerto. Penelitian dengan kualitas hidup penderita kusta.
dilakukan mulai bulan Desember 2015 – Dimana jika P value < α maka hipotesis Ho
Agustus 2016. ditolak dan H1 diterima dengan α 0,05.
Populasi dalam penelitian ini adalah Artinya ada hubungan actual stigma kusta
semua pasien kusta yang berobat di Ruang dengan kualitas hidup penderita kusta.
Rawat Jaln Rumah Sakit Kusta Peneliti melindungi hak responden
Sumberglagah pada bulan April 2016. dengan memegang teguh etika penelitian
Sampel dalam penelitian adalah sebanyak meliputi penjelasan penelitian (informed
40 responden yang memenuhi kriteria concent), menjaga kerahasiaan penelitian
inklusi yaitu penderita kusta cacat tingkat 2. (confidentiality) dan tanpa nama
Sampling menggunakan metode (anonimity).

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 13


HASIL tinggal di kampung kusta Sumber
1. Karakteristik Responden Glagah sebanyak 25 responden (62,5%).

Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik


responden di Ruang Rawat Jalan Rumah 2. Actual Stigma
Sakit Kusta Sumberglagah Kecamatan
Pacet Kabupaten Mojokerto Tabel 2 Distribusi frekuensi actual stigma
kusta di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit
No Karakteristik F % Kusta Sumberglagah Kecamatan Pacet
Responden Kabupaten Mojokerto
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 27 67,5 No Actual F %
Perempuan 23 33,5 Stigma
2. Usia
1. Stigma 13 32,5
20-44 tahun 10 25
45-59 tahun 21 52,5 2. Tinggi 27 67,5
> 59 tahun 9 22,5 Stigma
3. Pendidikan Rendah
SD 17 42,5 Total 40 100
SMP 15 37,5 Sumber: Data Primer, April 2016
SMA 8 20
PT 0 0 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
4. Status sebagian besar responden mengalami
Pernikahan tindakan actual stigma rendah yaitu
Menikah 33 82.5
Belum Menikah 7 17,5 sebanyak 27 responden (67,5%).
5. Riwayat
Keluarga
dengan Kusta
Ya 24 60 3. Kualitas Hidup
Tidak 16 40
6. Tinggal di Tabel 3 Distribusi frekuensi kualitas hidup
Kampung Kusta secara keseluruhan penderita kusta di
Ya 25 62,5 Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Kusta
Tidak 15 37,5 Sumberglagah Kecamatan Pacet Kabupaten
Mojokerto.
Sumber: Data Primer, April 20016
No Kualitas hidup F %
Berdasarkan tabel 1 didapatkan
1. Rendah 14 35
karakteristik responden sebagian besar 2. Tinggi 26 65
Total 40 100
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27 Sumber: Data Primer, April 2016
responden (67,5%), berusia 45-59 tahun
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
sebanyak 21 responden (52,5%),
sebagian besar responden mempunyai
berpendidikan SD sebanyak 17
kualitas hidup tinggi yaitu sebanyak 26
responden (42,5%), status menikah
responden (65%).
sebanyak 33 responden (82,5%), ada
riwayat keluarga dengan kusta sebanyak 4. Hubungan Actual Stigma Kusta Dengan
24 responden (60%) dan responden Kualitas Hidup Penderita Kusta Di Ruang

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 14


Rawat Jalan Rumah Sakit Kusta Hasil penelitian menunjukkan
Sumberglagah Kecamatan Pacet Kabupaten sebagian besar penderita kusta dengan
Mojokerto. kecacatan tingkat II mengalami tindakan
Tabel 4 Tabulasi silang actual stigma kusta actual stigma rendah yaitu sebanyak 27
dengan kualitas hidup penderita kusta di
orang (67,5%) akan tetapi ada pula yang
Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Kusta
Sumberglagah Kecamatan Pacet Kabupaten mengalami tindakan stigma tinggi yaitu
Mojokerto.
sebanyak 13 responden (32,5%). Menurut
P Ertiandani, (2013) semakin kecil stigma
Kualitas hidup Total
Actual value
Stigma Rendah Tinggi masyarakat tentang kusta maka penerimaan
f % f % f %
Stigma diri penderita dan anggota keluarga
12 92,3 1 7,7 13 100
Tinggi
Stigma 0,000
penderita semakin meningkat karena stigma
2 7,4 25 92,6 27 100
Rendah
cenderung membuat penderita menutupi
Total 14 35 26 65% 40 100
Sumber: Data Primer, April 2016 penyakitnya, sehingga dengan menurunnya
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel stigma dan pengetahuan yang benar tentang
4 dapat di ketahui bahwa hampir seluruh kusta penderita dapat menerima dirinya.
responden mengalami stigma rendah dan Berdasarkan hasil penelitian tersebut
mengalami kualitas hidup tinggi yaitu diatas menunjukkan bahwa hasil terbanyak
sebanyak 25 responden (92,6%). Artinya adalah penderita kusta yang mengalami
bahwa semakin rendah stigma yang tindakan stigma rendah. Stigma rendah
diterima penderita kusta, maka semakin merupakan tindakan/ perlakuan negatif oleh
tinggi kualitas hidup penderita kusta. keluarga, teman maupun masyarakat
Berdasarkan hasil analisa Fisher Exact terhadap seseorang yang masih dalam
Test yang dilakukan dengan menggunakan konsistensi ringan, jarang ataupun tidak
SPSS (Statistical Package for the Social pernah dilakukan, sedangkan stigma tinggi
Sciences) versi 16.0, diperoleh hasil (ρ = yang dimaksud adalah tindakan/ perlakuan
0,000 < α = 0,05) maka H0 ditolak dan H1 negatif oleh keluarga, teman maupun
diterima yang artinya bahwa ada hubungan masyarakat terhadap seseorang dalam
actual stigma kusta dengan kualitas hidup konsistensi berat, sering dilakukan dan
penderita kusta di Ruang Rawat Jalan diterima oleh orang yang terstigma tersebut.
Rumah Sakit Kusta Sumberglagah
2. Kualitas Hidup Penderita Kusta
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
Hasil penelitian diketahui sebagian
besar responden mempunyai kualitas hidup
PEMBAHASAN
tinggi yaitu sebanyak 26 responden (65%)
1. Actual Stigma Kusta
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 15
dan 14 responden lainnya (35%) mengalami bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup
kualitas hidup rendah. Menurut Calman antara individu yang tidak menikah,
yang dikutip oleh Silitonga, (2007) individu bercerai atau janda, dan individu
mengungkapkan bahwa konsep dari yang menikah atau kohabilitasi. Demikian
kualitas hidup adalah bagaimana perbedaan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
antara keinginan yang ada dibandingkan Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal & Moum
perasaan yang ada sekarang, definisi ini dalam Nofitri, (2009) menemukan bahwa
dikenal dengan sebutan “Calman’s Gap”. baik pada pria taupun wanita, individu
Calman mengungkapkan pentingnya dengan status menikah atau kohabilitasi
mengetahui perbedaan antara perasaan yang memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.
ada dengan keinginan yang sebenarnya, Responden yang berstatus menikah
dicontohkan dengan membandingkan suatu memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi
keadaan antara “dimana seseorang berada” dibandingkan yang bercerai atau belum
dengan “dimana seseorang ingin berada”. menikah, hal ini bisa terjadi karena dengan
Jika perbedaan antara kedua keadaan ini seseorang menikah berarti seseorang
lebar, ketidakcocokan ini menunjukkan tersebut akan membentuk suatu keluarga
bahwa kualitas hidup seseorang tersebut baru. Dimana dengan adanya keluarga itu
rendah. Sedangkan kualitas hidup tinggi seseorang merasa bahwa dirinya
jika perbedaan yang ada antara keduanya mempunyai dukungan dari pasangan nya
kecil. dan kepercayaan akan terbentuk antar
keduanya sehingga secara tidak langsung
Kualitas hidup penderita kusta
individu yang menikah akan lebih memiliki
dipengaruhi oleh status pernikahan, riwayat
kualitas hidup yang lebih tinggi dibanding
kusta dalam keluarga dan tempat tinggal.
yang belum menikah ataupun yang
Berdasarkan tabel 1 diperoleh data sebagian
berstatus janda/duda.
besar responden menikah yaitu sebanyak 33
Berdasarkan tabel 1 diperoleh data
responden (82,5%). Hampir seluruh
sebagian besar ada riwayat keluarga yang
responden berstatus menikah dan
menderita kusta yaitu sebanyak 24
mempunyai kualitas hidup tinggi sebanyak
responden (60%). Responden yang
21 responden (63,6%) dan mengalami
memiliki riwayat kusta dalam keluarga dan
kualitas hidup rendah sebanyak 12
mengalami kualitas hidup tinggi sebanyak
responden (36,4%).
20 responden (83,3%) dan mengalami
Menurut Moons, Marquet, Budst, dan kualitas hidup rendah sebanyak 4 responden
Geest dalam Nofitri, (2009) mengatakan (16,7%).

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 16


Menurut klasifikasi oleh Berdasarkan tabel 1 diperoleh data
Rahayuningsih, (2012) tentang analisis sebagian besar responden tinggal di
kualitas hidup penderita kusta, dari kampung kusta Sumberglagah yaitu
penelitian bebererapa peneliti, dia sebanyak 25 responden (62,5%). Sebagian
menyebutkan faktor-faktor yang besar responden tinggal dikampung kusta
memepengaruhi kualitas hidup penderita dan mempunyai kualitas hidup tinggi
kusta adalah adanya riwayat penyakit kusta sebanyak 23 responden (92%) dan ada yang
dalam keluarga, karena dengan adanya mempunyai kualitas hidup rendah sebanyak
riwayat kusta dalam keluarga dapat 2 responden (8%). Menurut (Chairani,
berkontribusi terhadap pengalaman 2013), kualitas hidup didefenisikan sebagai
penerimaan keluarga terhadap anggota persepsi individu sebagai laki-laki atau
keluarga dengan penyakit serupa. wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks
Penerimaan keluarga terhadap penderita budaya dan system nilai dimana mereka
kusta sangat berperan dalam proses tinggal, dan berhubungan dengan standar
penyembuhan penderita kusta. Penerimaan hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian
keluarga juga mempengaruhi penerimaan mereka. Tempat dimana penderita tinggal
diri pada penderita kusta, karena keluarga inilah yang paling berkontribusi terhadap
merupakan komunitas terdekat dari para kualitas hidup penderita kusta, dimana
penderita (Ertiandani, 2013). diketahui bahwa hampir semua responden
Riwayat kusta keluarga berkontribusi yang tinggal dikampung kusta memiliki
terhadap kualitas hidup penderita kusta, kualitas hidup tinggi, hal tersebut wajar
dimana dengan adanya riwayat penyakit karena dikampung kusta tersebut karena
yang sama dalam keluarga membuat penduduknya mayoritas sama penderita
seorang penderita baru bisa diterima lebih kusta, oleh karena itu penderita kusta pun
baik dalam keluarganya jadi dengan adanya bisa mengungkapkan perasaannya satu
penerimaan dari keluarga penderita merasa sama lain tanpa dihinggapi perasaan malu
memiliki dukungan dari keluarga dengan dan takut oleh masyarakat lain karena
diterimanya dirinya didalam keluarga penyakitnya. Sehingga responden masih
tersebut sehingga walaupun secara tetap merasa baik walaupun dengan
kesehatan fisik individu tersebut merasa keadaan fisik yang berbeda dengan orang
kurang puas akan tetapi dengan adanya lain tapi karena dari segi lingkungan hampir
penerimaan keluarga membuat kesehatan semua penduduknya memiliki kondisi fisik
mental, psikologi, dan kepercayaan pribadi yang sama membuat mereka tidak merasa
mereka lebih baik. sendiri atau asing dalam kampung kusta

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 17


tersebut dan hubungan sosial antar penderita kusta, mereka tidak mau berobat
penduduk dikampung kusta tersebut bisa karena malu dan hal ini membuat penyakit
berjalan dengan baik tanpa adanya hal yang mereka semakin parah. Secara psikis,
harus ditakutkan sehingga masalah mereka sudah terbebani dengan penyakit
psikologis yang kemungkinan timbul bisa mereka ditambah stigma yang muncul
diminimalkan dan membuat kualitas hidup dimasyarakat, penyakit mereka akan
penderita kusta yang tinggal di kampung cenderung menyebabkan kecacatan dan
kusta tersebut lebih tinggi daripada yang akibatnya penderita kusta mengalami
tinggal diluar kampung kusta. kehilangan kemampuan fisik, kepercayaan
Hasil penelitian pada penderita kusta diri dan kualitas hidup yang rendah, ikatan
banyak yang memiliki kualitas hidup tinggi. social yang memudar. Kualitas hidup
Namun, penelitian juga mendapatkan fakta mempunyai pengertian yang bersifat
hanya sedikit yang memiliki kualitas hidup subjektif atau individual. Kualitas hidup
rendah dan hal tersebut tidak dapat terdiri dari berbagai aspek kehidupan serta
diabaikan karena kualitas hidup yang dipengaruhi oleh pengalaman hidup
rendah adalah suatu keadaan yang seseorang dan bagaimana cara pandangnya
menekan, berbahaya, dan memerlukan terhadap pengalaman hidup yang telah
perawatan aktif yang dini. dilewatinya tersebut sehingga akan
memberikan perasaan senang dan puas di
3. Hubungan Actual stigma kusta masa yang akan datang (Agustanti, 2006).
dengan kualitas hidup penderita kusta di Dari hasil penelitian didapatkan hasil
Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Kusta bahwa hampir seluruh responden responden
Sumberglagah Kecamatan Pacet Kabupaten mengalami tindakan stigma rendah dan
Mojokerto. mempunyai kualitas hidup tinggi, akan
Berdasarkan tabel 3 dapat di ketahui bahwa tetapi ada juga 2 responden yang
dari 40 responden paling banyak adalah mengalami stigma rendah dan mempunyai
responden yang mengalami stigma rendah kualitas hidup rendah. Dari hasil analisa
dan mengalami kualitas hidup tinggi yaitu data penelitian diketahui bahwa yang
sebanyak 25 responden (92,6%) akan tetapi membuat seseorang yang mengalami
ada responden yang mengalami tindakan stigma rendah dan mempunyai kualitas
stigma rendah dan memiliki kualitas hidup hidup rendah adalah tidak adanya riwayat
rendah yaitu sebanyak 2 responden (7,4%). kusta dalam keluarga dan responden tidak
Menurut Fajar, (2010) bahwa stigma dapat bekerja. Seperti diketahui pada pembahasan
memberikan dampak psikososial pada kualitas hidup diatas bahwa riwayat kusta

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 18


dalam keluarga berperan penting terhadap penderita kusta. Selain itu kondisi
tingkat kualitas hidup penderita kusta, kecacatan yang dialami penderita kusta
dimana jika terdapat anggota keluarga dapat pula mengganggu fisik penderita
dengan riwayat penyakit yang sama maka untuk melakukan aktifitas secara normal.
akan membuat keluarga lebih bisa Dengan adanya perubahan fisik yang
menerima dengan baik anggota keluarga dialami penderita kusta dapat
lainnya yang memiliki penyakit yang sama, mempengaruhi status hubungan social pada
selain itu juga dengan adanya penyakit yang penderita, dimana tidak hanya dilihat dari
sama dalam keluarga membuat penderita segi penderita yang merasakan malu dan
merasa bahwa dirinya merasa asing dalam minder berhubungan dengan orang lain,
keluarganya. Pada status pekerjaan, masyarakat yang melihat perubahan fisik
walaupun status pekerjaan tidak pada penderita kusta tersebut cenderung
berpengaruh terhadap tingkat kualitas hidup akan merasa takut dan memilih untuk
penderita kusta akan tetapi karena menghindari dan mengasingkan penderita
responden disini diketahui berjenis kelamin serta penderita cenderung tidak akan
laki-laki dan berstatus menikah, sehingga dihargai oleh lingkungan dimana dia
kemungkinan responden merasa bahwa tinggal. Hal tersebutlah yang dapat
dirinya tidak bisa mencukupi kebutuhan mempengaruhi tingkat kualitas hidup.
ekonomi dalam keluarganya sehingga Semakin tinggi tindakan stigma yang
respnden mengalami kualitas hidup rendah. diterima oleh penderita dapat
Stigma berpengaruh terhadap kualitas mempengaruhi rendahnya kualitas hidup
hidup penderita kusta. Dari tindakan stigma penderita dan sebaliknya jika stigma yang
yang dialami penderita kusta dapat dialami penderita rendah atau penderita
mempengaruhi psikologis penderita dimana tidak merasakan dan mengalami tindakan
penderita akan merasa malu, sedih, dan stigma maka kualitas hidup penderita pun
bahkan depresi. Hal tersebut juga dapat akan baik/kualitas hidup tinggi.
mempengaruhi kesehatan fisik/
memperburuk kecacatan penderita kusta KESIMPULAN
dimana karena adanya rasa malu, minder 1. Penderita kusta dengan kecacatan tingkat
yang dialami penderita membuat penderita II sebagian besar mengalami tindakan
cenderung akan menyembunyikan actual stigma rendah yaitu sebanyak 27
penyakitnya dan memilih untuk menunda orang (67,5%). Faktor yang paling
pengobatan yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap rendahnya actual
memperburuk tingkat kecacatan pada stigma yang diterima penderita kusta

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 19


karena dipengaruhi oleh tempat tinggal selalu melakukan perawatan diri agar
penderita kusta yang mayoritas tinggal tidak terjadi kecacatan fisik yang lebih
dikampung kusta. parah dan menjaga kebersihan tempat
2. Penderita kusta dengan kecacatan tingkat tinggal agar tercipta lingkungan yang
II sebagian besar mempunyai kualitas bersih dan terhindar dari komplikasi
hidup tinggi yaitu sebanyak sebanyak 27 penyakit lain dan segera periksakan
responden (67,5%). Faktor penting yang keluarga ke pelayanan kesehatan
mempengaruhi kualitas hidup penderita terdekat jika ada anggota keluarga yang
kusta adalah status pernikahan, riwayat merasakan keluhan yang sama agar
kusta keluarga dan tempat tinggal dapat meminimalkan adanya tindakan
penderita kusta. stigma dari masyarakat sehingga kualitas
3. Ada hubungan antara actual stigma kusta hiduppun akan tinggi.
dengan kualitas hidup penderita kusta 2. Diharapkan agar petugas kesehatan
yang dibuktikan dengan nilai p value lebih meningkatkan penyuluhan dan
(0,000) <α (0,05). konseling tentang penyakit kusta baik
pada penderita kusta agar bisa
meningkatkan penerimaan diri penderita
SARAN
kusta terhadap penyakit yang
1. Bagi penderita kusta terutama penderita
dideritanya, juga pada keluarga agar
cacat tingkat 2 yang berobat di Rumah
keluarga selalu mendukung penderita
Sakit Kusta Sumberglagah disarankan
kusta untuk selalu melakukan
agar tetap menjalani pengobatan secara
pengobatan dan perawatan serta pada
secara tuntas sehingga dapat sembuh
masyarakat agar masyarakat bisa
secara total, selalu mengikuti program
mengubah pemikiran tentang penyakit
penyuluhan ataupun konseling tentang
kusta yang salah dan bisa menghilangkan
penyakit kusta agar dapat menambah
stigma sosial tentang penyakit kusta
pengetahuan supaya anda tidak malu,
sehingga bisa mempertahankan kualitas
minder dan yakin bahwa penyakit anda
hidup penderita kusta agar tetap tinggi/
bisa sembuh. Selain itu juga diharapkan
baik.
agar anda tetap berinteraksi sosial
3. Diharapkan agar masyarakat juga selalu
terutama pada sesama penderita kusta
mengikuti program penyuluhan yang ada
dan keluarga agar bisa berbagi perasaan
terutama kusta agar tidak lagi
satu sama lain dan bisa saling
memandang penyakit kusta sebagai
menguatkan dan juga diharapkan agar
penyakit yang menakutkan dan tidak

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 20


memperlakukan penderita kusta secara Penderita Kusta dalam Proses
Penyembuhan. Jurnal Pembangunan
berbeda.
Manusia. Retrieved from
4. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya http://eprints.unsri.ac.id/3320/
untuk melanjutkan ke penelitian Kemenkes. (2012). Pedoman Nasional
kualitatif tentang pengalaman penderita Program Pengendalian Penyakit
Kusta. Jakarta: Direktoral
kusta menghadapi stigma dari Pengendalian Penyakit Menular
masyarakat. Diharapkan juga Langsung. Retrieved from
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/bk2
menggunakan kuesioner terbuka dan 012-406a.pdf
juga dilakukan observasi langsung Nofitri, N. F. M. (2009). Gambaran
tentang tindakan stigma masyarakat yang Kualitas Hidup Penduduk Dewasa
Pada Lima Wilayah di Jakarta.
dialami penderita kusta. Universitas Indonesia. Retrieved from
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/1255
95-155.9 NOF g - Gambaran kualitas -
DAFTAR PUSTAKA HA.pdf

Agustanti, D. (2006). Hubungan dukungan Rafferty, J. (2005). Curing the stigma of


sosial dengan kualitas hidup orang leprosy. Duncarse Rd Dundee, UK,
dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota 119–126. Retrieved from
Bandar Lampung. Universitas https://pdfs.semanticscholar.org/28cd/
Indonesia. Retrieved from 55fe3e4d259b90db91311d3b73a08fd4
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak- 5f28.pdf
95978.pdf
Rahayuningsih. (2012). Analisis kualitas
Chairani, N. (2013). Kualitas Hidup Wanita hidup penderita Kusta di Puskesmas
Lansia di Kelurahan Pabatu Kedaung Wetan Kota Tangerang
Kecamatan Padang Hulu Tebing tahun 2012. Universitas Indonesia.
Tinggi. Universitas Sumatera Utara. Retrieved from
Retrieved from http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak/i
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ha d_abstrak-20315188.pdf
ndle/123456789/39155/Abstract.pdf?s
equence=6&isAllowed=y Silitonga, R. (2007). Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Kualitas Hidup
Dinkes. (2016). Profil Kesehatn Tahun Penderita Penyakit Parkinson di
2016 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Poliklinik Saraf Rs Dr Kariadi.
Timur. Universitas Diponegoro Semarang.
Retrieved from
Ertiandani, P. (2013). Penerimaan Diri http://eprints.undip.ac.id/19152/
Penderita Dan Anggota Keluarga
Penderita Kusta di Kecamatan Slamet, E. S., Sukandar, H., &
Sumber, Kabupaten Rembang, Gondodiputro, S. (2014). Faktor-
Provinsi Jawa Tengah. Airlangga. faktor yang Mempengaruhi Quality Of
Retrieved from Life Orang Yang Pernah Mengalami
http://journal.unair.ac.id/download- Kusta di Kabupaten Cirebon. Jurnal
fullpapers-aun036fe900e0full.pdf Promosi Kesehatan. Universitas
Padjajaran Bandung. Retrieved from
Fajar, N. . (2010). Dampak Psikososial http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 21


content/uploads/2015/02/JURNAL-
TESISI-ELSYA.pdf
Soedarjatmi, S., Istiarti, T., & Widagdo, L.
(2009). Faktor-faktor Yang
Melatarbelakangi Persepsi Penderita
Terhadap Stigma Penyakit Kusta.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
Volume 4,.
https://doi.org/https://doi.org/10.14710
/jpki.4.1.18-24

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No. 1. Maret 2019 22

Anda mungkin juga menyukai