Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN REKTAL SWAB

1. PENDAHULUAN
Rektal swab merupakan apusan yang dilakukan pada daerah rectum + 2-3 cm diatas
lubang anus.Kuman-kuman pathogen penyebab gastroenteritis dapat diisolasi dari swab
rectum.Kuman-kuman yang ditemukan dari swab rectum juga terdapat pada saluran
pencernaan.
Metode adeshive /cellophane tape
Metode adeshive cellophane tape merupakan salah satu bentuk anal swab. Anal swab /
Swab Perianal adalah pengambilan sampel untuk membantu menegakkan diagnosa dari
infeksi cacing kremi dengan bantuan alat berupa batang gelas atau spatel lidah yang pada
ujungnya dilekatkan scotch adhesive tape (Gandahusada S, 2004). Penggunaan swab
perianal dilakukan pada waktu pagi hari sebelum penderita buang air besar dan mencuci
pantat (cebok ). Bila adhesive tape ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan
menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan
dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan
empat hari berturut-turut (Lynnes S, 1996).
Metode Anal Swab / Apusan Perianal ( Melvin dan Brooke, 1974)
Pengambilan spesimen menggunakan swab yang pada ujungnya terdapat kapas yang
telah dicelupkan pada campuran minyak dengan parafin yang telah di panaskan hingga cair.
Kemudian swab disimpan dalam tabung berukuran 100 x 13 mm dan disimpan dalam lemari
es. Jika akan digunakan untuk pengambilan spesimen, swab diusapkan di daerah permukaan
dan lipatan perianal swab diletakkan kembali ke dalam tabung. Pada saat pemeriksaan,
tabung yang berisi swab diisi dengan xylen dan dibiarkan 3 sampai 5 menit, kemudian
sentrifus pada kecepatan 500 rpm selama 1 menit. Ambil sedimen lalu periksa dengan
mikroskup (Lynnes S, 1996).
2. TUJUAN
- Untuk mengisolasi dan idertifikasi kuman pathogen (gastroenteritis) pada saluran
pencernaan
3. BAHAN / SPESIMEN
Faeces/rectal swab.
Salah satu efek dari kuman pathogen penyebab gastroenteritis pada saluran pencernaan
adalah disentri. Disentri artinya radang usus yang menimbulkan luka atau ulkus di colon.
Ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai syndrome disentri yaitu sakit diperut yang
sering disertai dengan tenesmus, diare, dan tinja mengandung darah dan lender. Akibatnya
sering terjadi penurunan berat badan, anoreksia dan kerusakan usus karena bekteri invasive.
Penyebab utama adalah shigella, yang lain seperti Campylobacter Jejuni, E. coli.
4. REAGEN/MEDIA
- Carry and blair2.
- Ss agar, mc agar tcbs agar
- Antisera salmonela paratyphi
- Antisera salmonela paratiphy
- Antisera salmonela paratyphi
- Antisera coly pathogen
- Antisera coly pathogen
- Antisera shigella Disentriae
- Antisera shigella flexineri
- Antisera shigella boydii
- Antisera shigella sonii
- Alkali pepton 1 %
- Seletnite broth
- Alkohol 70 %
- Gulagula
ALAT
- Pinset
- Incubator
- Lampu busen
- Jarum ose
- Kertas label
- Lidi kapas (Lidi swab)- steril
- Object glass/kaca preparat
- Tabung reaksi
- Mediator agar
- Sarung tangan steril
- Mikroskop
- Selotip bening
5. CARA KERJA:
Cara Kerja Pengambilan Sampel Anal swab
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menyiapkan label untuk sampel yang sudah di ambil berupa nama, umur, alamat,
tangggal dan jam pengambilan sampel.
c. Siapkan media buffer pepton steril pada tabung reaksi.
d. Mencelupkan lidi swab pada buffer pepton tersebut hingga kapas menjadi basah.
e. Tiriskan kapas tersebut disekitar dinding tabung reaksi agar pada saat pengambilan
tidak terlalu basah dan menetes.
f. Pemeriksa berada dibelakang pasien (pasien dalam posisi membungkuk)
g. Tangan kiri petugas pengambil sampel memegang dan melebarkan lubang rectum
dengan cara meregangkan ke arah samping kanan kiri. Kemudian tangan kanan
bersiap dengan lidi swab steril dan diusapkan ke dalam rectum secara berputar.
h. Setelah usap selesai, segera ambil tabung reaksi yang berisi buffer pepton,
tenggelamkan lidi swab kedalamnya. Lalu panaskan diatas lampu spiritus sekitar
bibir tabung reaksi kemudian tutup dengan kapas.
i. Sampel dibawa ke laboratorium dan dilakukan pemeriksaan Hitung Jumlah Kuman
(HJK) dan Identifikasi Bakteri Patogen.
j. Bila hasil pemeriksaan sampel positif (+) maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya
yaitu Pewarnaan Gram.
Cara Kerja Metode adeshive /cellophane tape
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Menyiapkan label untuk sampel yang sudah di ambil berupa nama, umur, alamat,
tangggal dan jam pengambilan sampel.
c. Lakukan cuci tangan steril
d. Gunakan handscoon steril
e. Gunting selotip sepanjang ± 5 cm
f. Tempelkan selotip pada perianal balita
g. Lepaskan selotip dari perianal balita
h. Rekatkan pada kaca preparat
i. Amati melalui mikroskop

Pembacaan Hasil
- Vibrio choleraa.
Koloni yang berwarna kuningpada media TCBS agar, yang dicurigai sebagai
kuman vibriocolera diuji dengan antesera polyvalen vibrio, apabila hasilnya positif yang
ditandai denganterjadinya aglutinasi, test diulanjutkan dengan biokimii dan selnjutnya
dikomfirmasi dengan ujiantiera ogawa dan bila perlu dengan uji gula-gula. b. Apabila
koloni pada media TCBS menunjang untuk Vibrio colera namun tidak terjadiaglutinasi
pada test biokimia, konfirmasikan dengan uji antisera polivalent . Kalau uji
biokimia positif untuk Vibrio colera, uji lgi dengan Nacl 3%, kalau tidak terjadi
aglutinasi, diharapkanVibrio colera non aglutinasi (NAG, Vibrio corela)
- Salmonella sp.a.
Koloni tersangka pada media SS agar yaitu koloni putih trnasparan, diuji biokimia
(TSI, SIM,Simon sitrat) apabila terjdi aglutinasi pada salah satu tersebut. Pengujian
dkonfirmasikan dengan antesera Salmonella typhi A,B,dan C dan bila perlu diuji dengan
gula-gula. Sehinga diperolehhasil yang betul-betul akurat. b. Apabila koloni pada media
SS agar tersebut diuji dengan semua antisera tidak menghasilkanhasil positif, kalu
laporkan hasil negatif.
- Shigella sp.a.
Koloni yang berwarna putih kemerahan dengan titik merah tua pada media SS
agar, dicurigaisebagai koloni Shigella sp. Selanjutnya diuji dengan biokimia. Apabila
salah satu dari tersebutmenunjukkan aglutinasi positif, untuk konformasi lakukan
pengujian dengan antisera Shigelladysentriae, Shigella flexneri, Shigella boydii, dan
Shigella sonni dan gula-gula b. Apabila koloni yang dicurigai pada media SS agar
setelah dilakukan pengujian denganantisera hasilnya negatif, hasil bisa langsung
dikeluarkan.4. E coli pathogena. Koloni berwarna merah bata pada media Mc C agar.
Bentuk koloni datat b. Lakukan pengujian biokimia dan uji aglutinasi antisera E coli
pathogen 1-5 & 6- 11
- Enterobius Vermicularis
PENILAIAN SKILL LAB
PEMERIKSAAN ANAL SWAB
Nilai :
 0 bila tidak dilakukan
 1 bila dilakukan tapi belum memuaskan
 2 bila memuaskan
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
1. Cara menyiapkan pasien dan keluarganya
2. Cara memberikan medical consent
3. Membuat label pasien untuk sampel
4. Cara mencuci tangan
5. Cara memakai sarung tangan steril
6. Cara berdiri di samping pasien
7. Cara memposisikan penderita untuk pengambilan usap dubur
8. Memasukkan lidi kapas ke dalam rectum
9. Menarik lidi kapas keluar
10. Masukkan lidi kapas ke dalam medium transport
11. Cara membuka sarung tangan
12. Mencuci tangan setelah tindakan
13. Cara pengiriman specimen ke laboratorium

jumlah skor x 100%


𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 =
26

PENILAIAN SKILL LAB


PEMERIKSAAN ANAL SWAB METODE ADHESIVE/ CELLOPHANE TAPE

Nilai :

0 bila tidak dilakukan

1 bila dilakukan tapi belum memuaskan

2 bila memuaskan
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
1. Cara menyiapkan pasien dan keluarganya 0 1 2
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menyiapkan label untuk sampel pasien
4. Cara mencuci tangan
5. Cara memakai handscoon
6. Mengambil sampel dari pasien
7. Meletakkan sampel pada object glass
8. Memeriksa sampel di mikroskop dan menginterprestasikannya
9. Sikap profesional 1 2 3

jumlah skor x 100%


𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 =
19

PEMERIKSAAN FESES SECARA MAKROSKOPIS


DAN MIKROSKOPIS

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan feses secara makroskopis dan mikroskopis (sel
epitel, makrofag, leukosit, eritrosit, kristal-kristal, sisa makanan) dan menginterpretasi hasil
pemeriksaan.
PRASYARAT
Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:
- Pengetahuan tentang komposisi feses normal
- Persiapan pasien sebelum pengambilan sampel
- Cara pengambilan dan wadah serta pemilihan spesimen untuk pemeriksaan
- Pengetahuan tentang penggunaan mikroskop
TEORI
Feses normal terdiri dari sisa-sisa makanan yang tidak tercerna, air, bermacam produk hasil
pencernaan makanan, dan kuman-kuman nonpatogen. Untuk mendapatkan hasil yang baik perlu
diperhatikan tahap-tahap berikut ini:

Pemeriksaan Makroskopis
Persiapan Pasien:
Sebelum pemeriksaan pasien tidak dibenarkan makan obat-obat tertentu seperti pencahar, preparat
besi, barium, bismuth, dan obat anti diare.
Persiapan Sampel:
Feses untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan yang dikumpulkan pagi hari
sebelum sarapan atau dapat juga feses sewaktu dan harus segera diperiksa dalam 2-3 jam setelah
defekasi (feses segar); kalau dibiarkan mungkin sekali unsur unsur dalam tinja menjadi rusak. Pasien
diberitahu agar sampel tidak tercampur urine atau sekresi tubuh lainnya.
Pengumpulan/Pengambilan Sampel:
Wadah pengumpulan/pengambilan feses sebaiknya ialah pot kaca/plastik yang bermulut lebar,
tertutup rapat, dan bersih. Wadah diberi label/identitas pasien, dan keterangan klinis pasien. Pilihlah
selalu sebagian dari tinja yang memberi kemungkinan sebesarbesarnya untuk menemui kelainan
seperti bagian yang bercampur darah atau lendir.

Analitik
Sampel diperiksa di tempat yang terang.
Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir, nanah, cacing.
Pasca Analitik
Hasil dan Interpretasi
- Warna: tinja normal berwarna kuning coklat/coklat muda/coklat tua.
Warna tinja yang dibiarkan pada udara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih banyak
urobilin dari urobilinogen yang dieksresikan lewat usus. Selain urobilin yang normal ada,
warna tinja dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran cerna, dan oleh obat-
obat yang diberikan.
- Bau: Bau normal disebabkan oleh indol, skatol, dan asam butirat.
Bau busuk disebabkan proses pembusukan protein yang tidak dicerna oleh bakteri, bau asam
menunjukkan pembentukan gas dan fermentasi karbohidrat yang tidak dicerna atau
diabsorbsi sempurna/lemak yang tidak diabsorbsi. Bau anyir dapat disebabkan adanya
perdarahan pada saluran cerna.
- Bentuk dan Konsistensi: Feses normal berbentuk sosis dan agak lunak.
Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan pada konstipasi didapat
tinja dengan konsistensi keras.
- Lendir: Pada feses normal tidak ada lendir.
Bila terdapat lendir berarti ada iritasi atau radang dinding usus. Jika lendir hanya ditemukan
dibagian luar feses, lokasi iritasi mungkin usus besar, jika bercampur dengan feses mungkin
iritasi berasal dari usus halus.
- Darah: Feses normal tidak mengandung darah.
Jika terdapat darah, perhatikan apakah darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam dan
apakah bercampur atau hanya dibagian luar feses saja. Perdarahan yang terjadi di bagian
proksimal saluran cerna menyebabkan feses berwarna hitam. Jumlah darah yang banyak
mungkin disebabkan oleh ulkus, varises esofagus, karsinoma atau hemoroid.
- Cacing: cacing mungkin dapat terlihat

Pemeriksaan Mikroskopis
1. Persiapan pasien, persiapan dan pengumpulan sampel sama dengan pemeriksaan
mikroskopis
2. Sediaan hendaknya tipis, agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal
3. Hasil dan Interpretasi
- Sel epitel: Beberapa sel epitel yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat
ditemukan dalam keadaan normal. Jika sel epitel berasal dari bagian yang lebih
proksimal, sel-sel itu sebagian atau seluruhnya rusak. Jumlah sel epitel bertambah
banyak kalau ada peradangan dinding usus.
- Makrofag: Sel- sel berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering
dilihat sel-sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain.
- Leukosit: Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes larutan asam
acetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya.
- Jumlah leukosit meningkat pada disentri basiler, kolitis ulserosa, dan peradangan lain.
- Eritrosit: Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi dalam kolon, rektum atau anus.
Keadaan ini selalu bersifat patologis.
- Kristal-kristal: Pada umumnya tidak banyak artinya. Dalam feses normal mungkin
terlihat kristal tripelfosfat dan kalsium oksalat. Kristal Charcot-Leyden biasanya
ditemukan pada kelainan ulseratif usus, kristal hematoidin dapat ditemukan pada
perdarahan usus.
- Sisa makanan: Sebagian besar berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi
dari makanan yang berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik, dan lain-lain.

PROSEDUR KERJA
Pemeriksaan Makroskopis
- Sampel diperiksa di tempat yang terang.
- Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir, nanah, cacing.

Pemeriksaan Mikroskopis
Bahan dan alat
- Kaca objek
- Kaca penutup
- Larutan/reagen : Larutan NaCl 0,9% atau larutan eosin 1-2%, larutan asam asetat 10%
(untuk memperjelas leukosit)
- Lidi atau aplikator lainnya
- Mikroskop.

Prosedur Kerja
1. Tetesi kaca objek di sebelah kiri dengan 1 tetes NaCl 0,9% dan sebelah kanan dengan 1 tetes
larutan eosin 1-2%
2. Dengan lidi ambil sedikit tinja di bagian tengahnya atau pada bagian yang mengandung
lendir/darah/nanah.
3. Campurkan dengan tetesan larutan sampai homogen, buang bagian-bagian kasar
4. Tutup dengan kaca penutup sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk gelembung –
gelembung udara
5. Periksa secara sistematik dengan menggunakan pembesaran rendah (objektif 10x/lapangan
pandang kecil=LPK), kemudian dengan objektif 40X/lapangan pandang besar=LPB.
6. Jumlah unsur-unsur yang nampak dilaporkan secara semikuantitatif, yaitu jumlah rata-rata
per LPK atau per LPB (untuk eritrosit dan leukosit). Unsur-unsur yang kurang bermakna
seperti epitel dan kristal dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak), +++ (banyak sekali)

Untuk memperlambat kekeringan pada sediaan maka tepi sediaan dapat direkatkan dengan lilin
cair/entelan/pewarna kuku (kuteks). Pada pewarnaan dengan eosin, sediaan harus tipis sehingga
warnanya merah jambu muda. Bila warnanya merah jambu tua atau jingga maka berarti sediaan
terlampau tebal.
Kesalahan pada ketrampilan yang mungkin timbul adalah :
 Sediaan tidak homogeny
 Sediaan yang terlalu tebal
 Banyak rongga udara
 Sediaan berlepotan (cairan merembes keluar dari kaca tutup)
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. 2007
2. Hadidjaja P. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.1990
3. Sandjaja B. Protozoologi Kedokteran Buku 1. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.2007
4. Ismid IS, Winita R, Sutanto I, dkk. Penuntun Praktikum Parasitologi Kedokteran.FKUI. Jakarta.
2000
5. Hardjoeno. Substansi dan Cairan Tubuh. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanudin. 2000
PENILAIAN SKILL LAB
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS FESES

Nama Mahasiswa :
NIM
Kelompok :

No Aspek yang dinilai Nilai


1. Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur 0 1 2
2. Melakukan persiapan alat dengan benar
3. Menilai makroskopis feses :
a. Warna
b. Bau
c. Konsistensi
d. Lender
e. Darah
Melakukan pemeriksaan mikroskopis feses
4. Meneteskan satu tetes larutan keatas objek glas
5. Mengambil sedikit fesef dengan lidi dan dicampurkan dengan larutan sampai
homogen serta membuang bagian-bagian kasar
6. Menutup dengan kaca penutup
7. Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
8. Mampu menginterprestasikan hasil pemeriksaan feses secara mikroskopis

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan dengan perbaikan
2= dilakukan dengan sempurna

jumlah skor x 100%


𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 =
16

Anda mungkin juga menyukai