Anda di halaman 1dari 5

PANDANGAN PERKEMBANGAN SAINS

POPPER DAN KUHN

A. Perkembangan Sains Menurut Pandangan Popper


Setiap penelitian ilmiah dituntun oleh teori tertentu yang mendahuluinya.
Teori merupakan hasilrekayasa intelek manusia yang kreatif dan bebas untuk
mengatasi problem-problem sehari-hari.Teori-teori itu kemudian diuji dengan
eksperimen-eksperimen atau observasi-observasi. Teori yangtidak dapat bertahan
terhadap suatu eksperimen harus dinyatakan gagal dan digantikan oleh
teorispekulatif lain. Itu berarti, ilmu pengetahuan berkembang melalui kesalahan
dan kekeliruan, melaluihipotesis dan reputasi.
Menurut teori falsifikasi, ada teori yang dapat dibuktikan salah
berdasarkan hasil observasi dan eksperimen. Ilmu pengetahuan tidak lain dari
rangkaian hipotesis-hipotesis yang dikemukakansecara tentatif untuk menjelaskan
tingkah laku manusia atau kenyataan dalam alam semesta. Tetapitidak setiap
hipotesis dapat begitu saja diklasifikasikan di bawah ilmu pengetahuan. Hipotesis
yanglayak disebut sebagai teori atau hukum ilmiah harus memenuhi syarat
fundamental berikut:hipotesis itu harus terbuka terhadap kemungkinan falsifikasi.
Falsifikasi merupakan metode yang digunakan oleh Popper untuk menolak
gagasan dari lingkaranWina tentang metode verifikasi induktif. Beberapa kritik
yang dikemukakan Popper terhadap prinsipverifikasi:
Pertama, prinsip verifikasi tidak pernah mungkin untuk menyatakan kebenaran
hukum-hukum umum. Menurut Popper, hukum-hukum umum dan ilmu
pengetahuan tidak pernah dapat diverifikasi. Kedua, sejarah membuktikan bahwa
ilmu pengetahuan juga lahir dari pandangan-pandangan metafisis. Karena itu
Popper menegaskan bahwa suatu ucapan metafisis bukan sajadapat bermakna
tetapi dapat benar juga, walaupun baru menjadi ilmiah setelah diuji. Ketiga,
untukmenyelidiki bermakna atau tidaknya suatu ucapan atau teori, lebih dulu harus
kita mengerti ucapanatau teori itu. Alih-alih menekankan pada prinsip verifikasi
-pembuktian dengan fakta-fakta empiris- untukmendukung sebuah teori sains,
Karl Popper mengajukan sebuah gagasan yang menarik mengenaifalsifikasi.
Falsifikasi adalah kebalikan dari verifikasi, yaitu pengguguran teori lewat fakta-
fakta.
Penerapan Perkembangan Sains Menurut Popper dalam Pembelajaran
Biologi
B. Perkembangan Sains Menurut Pandangan Kuhn
Thomas Samuel Kuhn (1922-1996) menulis tentang sejarah ilmu
pengetahuan atau sains, dan mengembangkan beberapa gagasan penting dalam
filsafat ilmu. Thomas Kuhn sangat terkenal dalam kajian filsafat ilmu karena
bukunya “The Structure of Scientific Revolutions” yang berisi gagasan bahwa
sains tidak berkembang secara bertahap menuju kebenaran, tetapi sebaliknya
mengalami revolusi secara periodik yang disebut pergeseran paradigma. Analisis
Kuhn tentang sejarah ilmu menunjukkan bahwa ilmu datang dalam tiga fase
berikut.
1) Tahap pra-ilmiah, yang mengalami hanya sekali dimana tidak ada konsensus
tentang teori apapun. Penjelasan fase ini umumnya ditandai oleh beberapa
teori yang tidak sesuai ataupun teori yang tidak lengkap. Akan tetapi berakir
pada kemenangan salah satu teori.
2) Sains yang normal (normal science). Seorang ilmuwan yang bekerja dalam
fase ini memiliki teori override (kumpulan teori) yang merupakan pencapaian
sains sebelumnya. Berbagai pencapaian tersebut menjadi fondasi bagi praktik
ilmiah selanjutnnya. Pencapaian ini diistilahkan dengan paradigma. Dalam
sains normal, tugas ilmuwan adalah memperluas dan mencari kebenaran
paradigma. Akhirnya, ketika masalah muncul (adanya kesenjangan antara
hasil eksperimental dengan teori yang ada), kemudian teori ini diubah untuk
mengakomodasi bukti eksperimental yang mungkin tampaknya bertentangan
dengan teori asli. Ketika penjelasan teoritis pada masa ini gagal untuk
menjelaskan beberapa fenomena kemudian seseorang mengusulkan
penggantian atau redefinisi dari teori ini.
3) Pergeseran paradigma. Fase ini merupakan pengantar menuju periode baru
ilmu pengetahuan revolusioner. Menurut Kuhn (2002), semua bidang ilmu
melalui pergeseran paradigma seperti ini berkali-kali, seperti misalnya adanya
teori-teori baru menggantikan yang lama.
Kuhn (2002) menyatakan bahwa revolusi adalah proses menjebol tatanan
lama hingga ke akar-akarnya kemudian menggantinya dengan tatanan yang benar-
benar baru. Berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa revolusi sains muncul jika
paradigma yang lama mengalami krisis sehingga akhirnya tidak digunakan lagi
dan kemudian merangkul paradigma yang baru. Kuhn (dalam Moeis, 2009)
menggambarkan posisi revolusi intelektual dan hubungannya di antara unsur-
unsur/tahap-tahap perkembangan sains sebagai berikut.

Paradigma
Paradigma merupakan pencapaian ilmiah yang memiliki dua ciri, yaitu 1)
pencapaian tersebut cukup baru (belum pernah ada sebelumnya), sehingga dapat
menghindarkan terjadinya persaingan penggunaan metode ilmiah, dan 2)
pencapaian tersebut cukup terbuka sehingga pemecahan masalah bersifat terbuka
bagi ilmuwan. Tidak adanya interpretasi yang baku atau pengubahan menjadi
kaidah-kaidah tidak akan menghalangi suatu paradigma menjadi suatu pedoman
dalam riset. Suatu riset yang dipandang normal akan dapat ditentukan oleh
pemeriksaan langsung terhadap paradigma-paradigma yang ada.
Pra-paradigma Sains
Kuhn Mengemukakan bahwa, jalan menuju konsensus penelitian sangat
sulit. Perjalanan ilmu ini dimulai dari suatu disiplin ilmu dengan identifikasi
fenomena alam yang kemudian diselidiki secara eksperimen dan dijelaskan secara
teoritis. Pengkajian ilmu ini juga memiliki kaitan dengan disiplin ilmu lainnya.
Apabila konesensus dalam penelitian mengalami kekurangan maka semua fakta
yang terlihat relevan akan mengalami masalah dalam pengumpulan fakta karena
bersifat acak. Keadaan ini disebut dengan pra-paradigma (atau dewasa) ilmu
pengetahuan. Dengan kata lain, tidak ada paradigma tunggal yang mendefinisikan
ilmu. Pra-paradigma sains tidak diarahkan dan fleksibel, serta menawarkan
sebuah komunitas dengan disiplin ilmu lainnya.
Sains Normal
Ilmu pengetahuan yang normal (normal science) berarti riset yang kuat
dengan berdasar pada satu atau lebih pencapaian ilmiah yang terdahulu.
Pencapaian beberapa masyarakat ilmiah tertentu pada suatu ketika dinyatakan
sebagai pemberi fondasi bagi praktek selanjutnya. Pencapaian ini cukup terbuka
sehingga memberikan peluang bagi yang lain untuk menguji atau melakukan
kegiatan yang sama untuk membuktikannya. Pencapaian-pencapaian tersebut
selanjutnya disebut dengan paradigma. Sejarah sains menunjukkan bahwa
paradigma dalam sains diolah dan dikembangkan terus untuk mengeluarkan riset
yang baru, untuk memperkuat dan bahkan untuk menyingkirkan hasil riset
sebelumnya.
Anomali
Anomali merupakan suatu kondisi di mana harapan yang sesuai dengan
paradigma yang sedang digunakan tidak sesuai dengan fenomena yang
ditunjukkan oleh alam. Dalam perkembangan sains, paradigma yang pertama
diterima biasanya digunakan untuk menerangkan keberhasilan ataupun kegagalan
dari berbagai eksperimen yang diperoleh oleh ilmuwan. Segala penemuan yang
dilakukan oleh para pendalam sains bukanlah peristiwa yang asing lagi, namun
kebanyakan merupakan episode-episode yang diperluas dengan struktur yang
berulang secara teratur. Penemuan-penemuan itu diawali dengan kesadaran akan
anomali yaitu dengan pengakuan bahwa alam dengan suatu cara telah melanggar
pengharapan-pengharapan yang didorong oleh paradigma yang menguasai sains
yang normal. Kemudian hal ini berlanjut dengan eksplorasi yang diperluas pada
wilayah anomal. Pada kondisi ini, menemukan sesuatu merupakan satu tindakan
tersendiri yang dapat diasimilasikan pada konsep yang telah biasa diterima.
Krisis
Semua penemuan menjadi sumbangan bagi perubahan paradigma.
Perubahan yang melibatkan penemuan-penemuan terkadang bersifat destruktif
sekaligus konstruktif. Kemunculan suatu teori baru dihasilkan oleh kegagalan dari
ilmu pengetahuan normal untuk memecahkan suatu masalah. Kegagalan dari
suatu pengetahuan merupakan jalan untuk pencarian pengetahuan lain. Kegagalan
ini dapat disempurnakan oleh adanya pertentangan yang diamati antara teori dan
fakta. Munculnya teori-teori pada umumnya didahului oleh adanya periode
ketidakpastian. Ketidakpastian itu ditimbulkan oleh gagalnya teka-teki sains yang
normal memberi jawaban seperti yang diharapkan. Kegagalan kaidah-kaidah yang
ada merupakan pendahuluan bagi pencarian kaidah-kaidah yang baru, sehingga
mendorong kemunculan teori sains yang baru.
Krisis merupakan prakondisi yang diperlukan dan penting bagi munculnya
teori-teori baru. Tanggapan dan kesadaran dari suatu krisis yang ada
mengendurkan kerangka teoritis dan menyediakan data yang penting bagi suatu
pergeseran pokok dari paradigma. Ilmu pengetahuan normal harus dikerjakan
secara terus menerus untuk membawa fakta dan teori ke dalam kesepakatan akhir.
Tanggapan dan pengenalan dari anomali mengakibatkan krisis yang merupakan
suatu prasyarat untuk perubahan paradigma. Krisis menjadi hal yang penting
namun tersembunyi dalam riset ilmiah. Krisis selalu tersembunyi dalam riset,
karena tiap-tiap masalah dapat dipandang sebagai suatu teka-teki yang dapat
dilihat oleh sains normal, namun teka-teki ini belum dapat dipecahkan.

Penerapan Perkembangan Sains Menurut Kuhn dalam Pembelajaran


Biologi

Anda mungkin juga menyukai