Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MIKROBIOLOGI

PERAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI

Dosen Pengampu : Sri Wahyuni, M.Mid

OLEH :

DINDA MEGA ANNISA


P27224018294

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2018
PERAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

A. Prinsip-prinsip Pencegahan Infeksi


Prinsi-prinsip pencegahan infeksi menurut Sursilah (2010) meliputi :
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3. Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan dan
telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tidak utuh, lecet-lecet, selaput
mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan harus
di proses secara benar
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah di proses
dengan benar maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi
5. Bekerja dengan hati-hati (perhatikan faktor keamanan)
6. Gunakan pelindung diri
7. Keterbatasan sumberdaya bukan alasan tidak efektifnya pencegahan infeksi
Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi hingga sekecil
mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan PI secara benar dan konsisten.

B. Tindakan Pencegahan Infeksi


Menurut Sembiring (2017) tindakan pencegahan infeksi yang harus diterapkan oleh Bidan
atau Perawat yaitu :
1. Kewaspadaan pencegahan infeksi
Anggaplah bahwa setiap orang berpotensi untuk menularkan infeksi
2. Perlengkapan perlindungan diri
3. Perawatan Umum
Contohnya dalam melakukan perawatan bayi baru lahir gunakan sarung tagan,
celemek plastik atau karet waktu memegang bayi baru lahir
4. Teknik aseptik untuk melakukan tindakan
Dapat dilakukan dengan cuci tangan 3-5 menit menggunakan sikat lembut dam
sabun antiseptik
5. Alat dan instrumen
Lakukan pemrosesan alat bekas pakai dengan cara :
a. Dekontaminasi (rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit)
b. Cuci bilas (gunakan deterjen dan sikat kemudian pakai sarung tangan tebal/kerja
c. Sterilisasi/DTT
C. Perkembangan Penanganan Infeksi Nasokomial
Nasokomial berasal dari bahasa Yunani dari kata Nosos yang artinya penyakit dan
Komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat atau rumah sakit.
Jadi, infeksi nasokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah
sakit (Darmadi, 2008).
Infeksi nasokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka
kematian (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit. Sehingga dapat menjadi
masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun di negara maju (Darmadi,
2008).
Infeksi nasokomial dikenal pertama kali pada tahun 1997 oleh Semmelwels dan
hingga saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita perhatian. Sejak tahun 1950
infeksi nasokomial mulai di teliti dengan sungguh sungguh diberbagai negara termasuk di
Amerika dan Eropa. Insiden infeksi nasokomial berlainan antara satu rumah sakit dengan
rumah sakit lainnya, angka infeksi nasokomial yang tercatat di beberapa negara berkisar
antara 3,3% - 9,2%, artinya sekian persen penderita yang di rawat tertular infeksi
nasokomial dan dapat terjadi secara akut atau kronis (Darmadi, 2008).
Saat ini, angka kejadian infeksi nasokomial telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu
pelayanan rumah sakit. Ijin operasional sebuah rumah sakit bisa di cabut karena tingginya
angka kejadian infeksi nasokomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar biaya yang
ditimbulkan akibat infeksi nasokomial sehingga pihak penderita sangat dirugikan (Darmadi,
2008).
Bagaimana masalah penanganan infeksi nasokomial di Indonesia ?. Sebagai rumah
sakit pusat rujukan nasional RSUP dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dan RSUD dr. Soetomo
Surabaya pada tahun 1983-1984 mulai aktif meneliti dan menangani infeksi nasokomial.
Saat ini hampir dipastikan semua rumah sakit besar di Indonesia telah membentuk dan
memiliki panitia medik pengendalian infeksi, dengan tugas utamanya mencegah dan
mengendalikan infeksi nasokomial. Infeksi nasokomial tidak hanya merugikan penderita tapi
juga merugikan pihak rumah sakit secara perusahaan atau pemerintahan dimana penderita
bekerja (Darmadi, 2008).

D. Pengendalian Infeksi Nasokomial


Seperti diketahui penderita yang terindikasi harus menjalani proses asuhan
keperawatan yaitu penderita harus menjalani observasi tentunya berasal dari sekitar
penderita, dimana penderita menjalani proses asuhan keperawatan seperti :
1. Penderita lain yang juga sedang dalam proses perawatan
2. Petugas pelaksana (dokter, perawat, dan seterusnya)
3. Peralatan medis yang digunakan
4. Tempat (ruangan atau bangsal atau kamar) dimana penderita di rawat.
5. Tempat atau kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar
operasi dan kamar bersalin.
6. Makanan dan minuman yang disajikan
7. Lingkungan rumah sakit secara umum
Semua unsur diatas, besar atau kecil dapat memberikan kontribusi terjadinya infeksi
nasokomial. Pencegahan melalui pengendalian infeksi nasokomial di rumah sakit saat ini
mutlak harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran manajemen rumah sakit mulai dari direktur,
wakil direktur pelayanan medis, wakil direktur umum, kepala update, para dokter, bidan atau
perawat dan lain-lain (Darmadi, 2008).
Objek pengendalian infeksi nasokomial adalah mikroba patogen yang dapat berasal
dari unsur-unsur diatas. Untuk dapat mengendalikan diperlukan adanya mekanisme kerja
atau sistem yang bersifat lintas sektoral atau bagian dan diperlukan adanya sebuah wadah
atau organisasi di luar struktur organisasi rumah sakit yang telah ada. Dengan demikian
diharapkan adanya kemudahan berkomunikasi dan berkonsultasi langsung dengan petugas
pelaksana disetiap bagian atau ruang atau bangsal yang terindikasi adanya infeksi
nasokomial. Wadah atau organisasi ini adalah panitia medik pengendalian infeksi(Darmadi,
2008).
Adanya sebuah organisasi dengan tugas atau pekerjaan sebagai pengendali mikroba
patogen, adanya sejumlah personil disertai pembagian tugas, serta adanya sistem kerja
yang baku. Maka tugas panitia medik pengendalian infeksi adalah mengelola (managing)
unsur-unsur penyebab timbulnya infeksi nasokomial (Darmadi, 2008).
Pencegahan artinya jangan sampai timbul sedangkan pengendalian artinya
meminimalisasi timbulnya resiko infeksi dengan demikian tugas utama panitia medik
pengendalian infeksi adalah mencegah dan mengendalikan dengan cara menghambat
pertumbuhan dan transmisi mikroba yang berasal dari sumber disekitar penderita yang
sedang dirawat (Darmadi, 2008).

DAFTAR PUSTAKA :
Darmadi, 2008, Infeksi Nasokomial Problematika dan Pengendaliannya, Jakarta:
Penerbit Salemba Medika
Sembiring, Jualiana BR, 2017, Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah,
Yogyakarta: Penerbit Deepublish
Sursilah, Ilah, 2010, Pencegahan Infeksi dalam Pelayanan Kebidanan, Yogyakarta:
Penerbit Deepublish
s

Anda mungkin juga menyukai