Oleh:
dr.Elvira Cesarena
Pembimbing:
BANDUNG
2019
BIOPSI DAN PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Pendahuluan
3. Shave biopsy
Shave biopsy dilakukan pada lesi kulit yang menonjol seperti BCC
nodular, SCC, atau tumor yang berasal dari folikel. Dilakukan tindakan antiseptik,
lalu dilakukan anestesi lokal di bawah lesi. Dengan menggunakan jari telunjuk
dan ibu jari, kulit diregang agar stabil. Lalu, gunakan ujung scalpel no. 15 untuk
membatasi batas lesi. Dengan perut scalpel parallel dengan kulit, lakukan shave
biopsy. Gunakan forceps atau ujung jarum untuk mengambil lesi. Untuk
hemostasis dapat dilakukan kauterisasi elektrik atau kimia. Perawatan post operasi
mudah. Luka harus dicuci satu sampai dua kali sehari denhan sabun ringan dan
dibiarkan lembab dengan mengoleskan petroleum jelly pada balutan sampai
menyembuh.
5
Sebelum anestesi dan eksisi, operator menandai batas lesi. Kemudian
dilakukan eksisi berbentuk fusiform dengan sudut 30o atau lebih sirkular.
Disrankan untuk melakukan jahitan pada posisi jam 12 pada spesimen sebagai
penanda untuk patologis. Komplikasi biopsy eksisi antara lain adalah infeksi luka,
dehisensi, dan pembentukan jaringan parut, serta hematom.
6
ekstermitas, penggunaan tourniquet dapat membantu mengontrol perdarahan.
Instrument yang digunakan pada prosedur biopsi merupakan sumber
kontaminasi potensial lainnya pada jaringan sekitarnya. Tidak biasa dilakukan
mengambila biopsi dari beberapa lesi tersangka pada satu waktu. Kontak
instrumen yang telah mengenai jaringan tumor dengan jaringan normal harus
dihindari.
3. Drainase tidak rutin dikerjakan, tetapi bila diperlukan, maka drain harus
ditempatkan melalui atau dekat dengan insisi biopsi. Bila didiagnosis dengan
keganasan, jalur drain harus tereksisi bersamaan dengan massa tumor.
4. Sampel jaringan yang adekuat harus diambil untuk memenuhi kebutuhan
patologis. Untuk mendiagnosis tumor, mikroskop electron, kultur jaringan,
atau teknik lain diperlukan. Jaringan yang cukup harus diambil untuk
mengantisipasi kesulitan diagnostic tersebut.
5. Penting untuk menandai area tumor tententu untuk menjadi penanda spesimen
oleh patologist. Fiksatif tertentu baik untuk digunakan pada jenis dan ukuran
tumor tententu.
6. Penempatan klip radioopak saat biopsi dan prosedur staging terkadang penting
untuk menandai area tumor dan memandu terapi radiasi pada area ini.
10
Pembacaan gambaran makroskopis
Dengan penglihatan mata biasa diperhatikan jaringan tumor tersebut.
Bagaimana bentuk dan morfologi tumor, warna, adanya nekrotik, adanya
perdarahan. Secara makroskopik juga dapat ditentukan ada tidaknya sampai
tumor, adanya pertumbuhan yang infiltratif, konsistensinya, apakan jaringan
tumor rapuh atau tidak, dan ukuran tumor.
11
Derajat deferensiasi tumor ganas dapat dinilai secara hsitologis, dan tumor
dapat ditentukan derajatnya (tingkatan, grade)menjadi deferensiasi baik (derajat
I), berdeferensiasi sedang (derajat II), atau berdeferensiasi buruk (derajat III)
misalnya adenokarsinoma berdeferensiasi baik mempunyai kelenjar yang
berbentuk teratur. Pada adenokarsinoma yang berdeferensi sedang kelenjar kurang
begitu teratur dan pada tumor yang berdeferensiasi buruk (derajat III).
Staging kanker
Staging kanker merupakan sistem yang digunakan untuk menggambarkan
penyebaran anatomic pada proses keganasan pada pasien. Sistem ini berhubungan
dengan faktor prognostik, seperti ukuran tumor, lokasi, ekstensi, gradasi, dan
diseminasi pada KGB regional, atau tempat jauh. Staging yang akurat penting
untuk menentukan regimen terapi yang tepay untuk pasien.
Sistem staging pentimg untuk perbandingan pada institusi berbeda di
seluruh dunia. Sistem staging yang diusulkan oleh American Joint Committee on
Cancer (AJCC) dan Union Internationale Contre Cancer (International Union
Against Cancer, UICC) merupakan system yang banyak digunakan. Keduanya
mengadaptasi system TNM yang menentukan ekstensi anatomik kanker
berdasarkan 3 komponen berikut: tumor primer (T), ada/tidaknya metastasis KGB
regional (N), dan adanya metastasis jauh (M).
Sistem TNM diaplikasikan hanya untuk kasus yang secara mikroskopik
ganas. Staging TNM standar (klinis dan patologis) dilakukan pada saat diagnosis
awal. Staging klinis (cTNM atau TNM) berdasarkan informasi sampai terapi
definitive pertama. Staging patologis (pTNM) mencakup informasi klinis dan
informasi dari pemeriksaan patologi pada tumor primer dan KGB yang direseksi.
Klasifikasi lain adalah re-treatment (rTNM), dan autopsy (aTNM).
Clark dan Breslow mendefinisikan kedalaman invasi melanoma primer:
Clark level I : melanoma in situ, terbatas pada epidermis atau dermal/epidermal
junction
Clark level II : melanoma menginvasi papilla dermis
Clark level III : melanoma mengisi papilla dermis
12
Clark level IV : melanoma menginvasi retikula dermis
Clark level V : melanoma menginvasi lemak subkutan
Breslow T2 : ketebalan lesi 1-2 mm
Breslow T3 : ketebalan lesi 2-4 mm
Breslow T4 : ketebalan lesi > 4 mm
MACAM BIOPSI
13
Biopsi eksisional yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai untuk
kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Metode ini dilakukan di bawah
bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila
massa tumor kecil dan belum ada metastase atau penyebaran tumor.
Biopsi jarum yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara
disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya
area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan
radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan bagi dokter untuk
membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan. Bila biopsi
jarum menggunakan jarum berukuran besar maka disebut core biopsi,
sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine
needle aspiration biopsi.
14
Biopsy jarum dengan bantuan endoskopi. Prinsipnya sama yaitu
pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini
menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor
dalam saluran tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan
kandungan. Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju
lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.
15
Digunakan triple test, meliputi:
16
Pastikan pasien dalam keadaan nyaman, hangat dan hadirnya seorang
pendamping. Lakukan inspeksi payudara: apakah simetris, benjolan yang
jelas, perlekatan kulit, periksa dengan kedua lengan terangkat. Lakukan
palpasi : setiap kuadran termasuk ujung jaringan payudara di aksila. Adakah
benjolan, dimana letaknya, konsistensinya, nyeri tekan atau tidak, cari
kemungkinan adanya metastatis.
3. BIOPSI
Tidak terhadap semua kasus benjolan payudara dilakukan biopsi. Beberapa
panduan terkini lebih menganjurkan core biopsy sebagai pilihan pertama. Apabila
tidak ada fasilitas ini, maka biopsi insisi/ekstirpasi sebagai gantinya. Biopsi
aspirasi dengan jarum halus tidak dianjurkan, kecuali dilakukan oleh ahli yang
berpengalaman.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Libutti SK, Saltz LB, Tepper JE. Colon cancer, in De Vita V.T. Jr. Hellman
S, Rosenberg A.A.: Cancer principles and practice of oncology, vol 1. 8th ed,
Philladelphia. Lippincott Raven Publisher. 2008
2. Rosenberg AS. Principles of surgical oncology, in De Vita V.T. Jr. Hellman
S, Rosenberg A.A.: Cancer principles and practice of oncology, vol 1. 8th ed,
Philladelphia. Lippincott Raven Publisher. 2008
3. Sidransky D. Cancer of the head and neck, in De Vita V.T. Jr. Hellman S,
Rosenberg A.A.: Cancer principles and practice of oncology, vol 1. 8th ed,
Philladelphia. Lippincott Raven Publisher. 2008
4. Conzen SD, Grushko TA, Olopade OI. Cancer of the breast. in De Vita V.T. Jr.
Hellman S, Rosenberg A.A.: Cancer principles and practice of oncology, vol 1.
8th ed, Philladelphia. Lippincott Raven Publisher. 2008
5. Thomas VD, Aasi SZ, Wilson LD, Lefell DJ. Cancer of the skin, in De Vita V.T.
Jr. Hellman S, Rosenberg A.A.: Cancer principles and practice of oncology, vol
1. 8th ed, Philladelphia. Lippincott Raven Publisher. 2008
6. Fisher DE, Kwong LN, Chin L. Melanoma, in De Vita V.T. Jr. Hellman S,
Rosenberg A.A.: Cancer principles and practice of oncology, vol 1. 8th ed,
Philladelphia. Lippincott Raven Publisher. 2008
7. Chang A, Sondak VK. Clinical evaluation and treatment of soft tissue tumors, in
Weiss SW, Goldbum JR: Enzinger and Weiss’s Soft tissue tumors, 4th edition, St
Louis. Mosby, 2001
8. Ddesen W, Japaries W. Onkologi Klinis, Edisi 2. Jakarta, FK-UI. 2008
9. Nouri K, Patel AA, Vejjabhinanta V. Biopsy techniques, in Nouri K: Skin cancer.
New York, Mc Graw Hill. 2008
10. Bernstam FM, Pollock RE. Oncology, in Brunicardi et al.: Schwartz’s principles
of surgery. 8th ed. New York: Mc Graw Hill. 2005
18