Anda di halaman 1dari 10

KEGIATAN BERMAIN MENIUP MAINAN TIUPAN TERHADAP

STATUS OKSIGENASI BALITA DENGAN PNEUMONIA


N.L.K Sulisnadewi
I Ketut Labir
I Nyoman Ribek
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
Email : dewisulisna@yahoo.co.id

Abstract: The playing activity toys puffs to oxygenation status of children under
five years old with pneumonia. This study aims to determine the effect of playing
activity toys puffs to oxygenation status of children under five years old with
pneumonia. This study used a pre-experimental design with pretest-posttest approach
with 15 sample that taken with accidental sampling technique. There results shown
significant differences oxygenation status (RR, HR and oxygen saturation) before and
after play activities puffs (p value = 0.000). The results of this study can be applied in
providing nursing care for children with disorders of oxygenation.
Abstrak: Kegiatan Bermain Meniup Mainan Tiupan Terhadap Status
Oksigenasi Balita Dengan Pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh aktivitas bermain meniup mainan tiupan terhadap status oksigenasi anak
usia balita. Penelitian ini menggunakan pra-experimental design dengan pendekatan
rancangan pretest-posttest design dengan jumlah sampel sebanyak 15 balita yang
diambil dengan teknik accidental sampling. Metoda pengumpuln data dilakukan
dengan cara observasi dan pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan Terdapat
perbedaan yang signifikan status oksigenasi ( RR,HR dan saturasi oksigen) sebelum
dan sesudah diberikan kegiatan bermain tiupan (p value = 0,000). Hasil penelitian ini
dapat diaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan oksigenasi.

Kata kunci : Bermain tiupan, Status oksigenasi, Pneumonia

Tujuan pembangunan millennium balita setiap tahun yang sebagian besar


(Millennium Development Goals) salah terjadi di negara berkembang Berbagai
satunya adalah mengurangi angka kematian faktor risiko mortalitas pneumonia anak
anak sebanyak dua pertiga antara tahun 1990 balita di Negara berkembang adalah
sampai dengan 2015 (Unicef, 2009). Salah pneumonia pada masa bayi, berat badan
satu upaya menurunkan angka kematian lahir rendah, tidak mendapat imunisasi,
pada balita adalah dengan menurunkan tidak mendapat ASI adekuat, malnutrisi,
angka kematian balita akibat pneumonia defisiensi Vitamin A, prevalensi kolonisasi
sebagai penyebab utama kematian pada bakteri patogen di nasofaring, dan pajanan
balita. Pneumonia adalah proses imflamasi terhadap polusi udara. Pneumonia
parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan merupakan pembunuh utama anak dibawah
terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih
yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, banyak dibandingkan dengan penyakit lain
jamur dan benda-benda asing (Muttaqin, seperti Aquired Imuno Defisiency Syndrom
2008). (AIDS), Malaria dan Campak. Namun,
Pneumonia membunuh anak lebih belum banyak perhatian terhadap penyakit
banyak daripada penyakit lain apapun, ini. Lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap
mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak- tahun dari 9 juta kematian Balita akibat
balita, membunuh lebih dari 2 juta anak- pneumonia atau sama dengan 4 Balita
meninggal setiap menitnya. Satu diantara 5 hidung kembang kempis saat bernapas),
kematian Balita disebabkan pneumonia. retraksi dinding dada (pada sela-sela iga dan
Data yang dikeluarkan World Health ulu hati cekung ke dalam), dan terdapat
Organization (WHO) dalam Salim, 2013, suara tambahan dalam bernapas. Jika sudah
menyatakan pneumonia menjadi penyebab bisa berkomunikasi/berbicara, anak akan
kematian terhadap sekitar 1,2 juta anak mengeluhkan sesak napas (Safarodiyah,
setiap tahunnya (Salim, 2013). Menurut 2007).
data dari UNICEF pada tahun 2012, Masalah keperawatan yang umumnya
Pneumonia merenggut 21.000 nyawa anak banyak ditemukan pada anak dengan
Indonesia atau 14 persen dari kematian pneumonia adalah masalah bersihan jalan
balita. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan nafas tidak efektif. Berdasarkan studi
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Indonesia, pendahuluan pada catatan asuhan
menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: keperawatan anak dengan pneumonia di
25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), Ruang Kaswari RSUD Wangaya, dari 10
angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pasien pneumonia ditemukan 100%
pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka mengalami masalah bersihan jalan nafas
kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan tidak efektif. Salah satu intervensi
Balita 15,5% (Kemenkes , 2009). Salim keperawatan yang dapat diberikan untuk
(2013) juga menyampaikan bahwa dari mengatasi masalah tersebut adalah dengan
hasil Survei Demografi dan Kependudukan Pursed Lips Breathing (PLB). Pursed Lips
(SDKI) tahun 2012 yang dilakukan oleh Breathing dapat meningkatkan ekspansi
BPS, BKKBN, dan Kementerian Kesehatan alveolus pada setiap lobus paru sehingga
Republik Indonesia, Pneumonia dan diare tekanan alveolus meningkat dan dapat
dinyatakan sebagai penyebab kematian mendorong secret pada jalan nafas saat
utama pada batita dan balita di Indonesia. ekspirasi. PLB bisa digunakan pada anak
Data dari profil kesehatan propinsi Bali yang mau diajak bekerjasama. Namun sering
tahun 2012, menunjukkan cakupan kali anak sulit diajak bekerjasama untuk
penemuan kasus pneumonia pada balita melakukan tehnik tersebut. Untuk dapat
tahun 2012 sebesar 14,98 % masih diatas menarik minat anak-anak, dibutuhkan
tahun 2011 sebesar 10,9% namun masih modifikasi intervensi yaitu dengan aktivitas
dibawah angka tahun 2010 sebesar 74,46%. bermain meniup mainan tiupan yang
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di mekanismenya mirip dengan PLB.
RSUD Wangaya ditemukan 177 kasus Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
pneumonia pada tahun 2012, dan 182 kasus dirumuskan masalah penelitian sebagai
pneumonia pada tahun 2013. Selama bulan berikut : Apakah ada pengaruh kegiatan
Januari sampai Mei 2014 ditemukan 74 bermain meniup mainan tiupan terhadap
kasus. status oksigenasi balita dengan pneumonia
Penyebab utama pneumonia 50% adalah di Ruang Kaswari RSUD Wangaya tahun
bakteri Streptococcus pneumoniae (bakteri 2014? Penelitian ini bertujuan untuk
pneumokokus), 20% disebabkan oleh mengetahui pengaruh kegiatan bermain
Haemophillus influenza type B (Hib), meniup tiupan terhadap status oksigenasi
sisanya adalah virus dan penyebab lainnya balita dengan pneumonia di ruang Kaswari
(IDAI, 2010). Tanda dan gejala yang RSUD Wangaya
mengarahkan kepada diagnosis pneumonia
pada anak adalah demam, sianosis METODE
(kebiruan, terutama pada bibir), dan lebih Penelitian ini menggunakan pra-
dari salah satu gejala tertekannya experimental design dengan pendekatan
pernapasan (biasa disebut dengan distress rancangan pretest–posttest group design,
respirasi) berikut: napas cepat (takipnea), yang dilaksanakan di Ruang Kaswari RSUD
batuk, pernapasan cuping hidung (ujung Wangaya Denpasar. Pengumpulan data
dilaksanakan bulan Agustus sampai dengan Berdasarkan tabel terlihat bahwa
September 2014. Populasi dalam penelitian sebagian besar (53,3%) balita yang
ini adalah balita yang dirawat di Ruang menderita pneumonia berjenis kelamin
Kaswari RSUD Wangaya. Tehnik perempuan dan 46,7 % laki-laki.
pengambilan sampel secara accidental
sampling, dengan total sampel yang Tabel 2. Distribusi responden menurut
diperoleh selama kurun waktu 1 bulan umur, suhu tubuh dan kekuatan
sebanyak 16 orang meniup
Analisis pada variabel- variabel dalam
penelitian ini dilakukan secara univariat dan Variabel Mean SD Minimal- 95% CI
bivariat. Analisis univariat digunakan untuk maksimal
menjelaskan variabel karakteristik Umur 32,67 13,70 18- 56 25,08-
responden yang meliputi umur, dan jenis 40,25
kelamin serta gambaran status oksigenasi Suhu 36,55 0,31 36 -37 36,38-
yang meliputi RR, HR dan saturasi oksigen. 36,72
Semua data dianalisis dengan tingkat Kekuatan 18
kemaknaan 95% (α=0.05). Analisis bivariat meniup
digunakan untuk mengetahui hubungan atau
perbedaan yang bermakna antara dua Berdasarkan tabel , rata-rata umur anak
variabel. Sebelum dilakukan analisis adalah 32,67 bulan ( CI: 25,08-40,25),
bivariat, dilakukan uji normalitas data dengan standar deviasi 13,70 bulan. Umur
dengan berpedoman pada nilai skewness termuda 18 bulan dan umur tertua 56 bulan.
dibagi dengan standar errornya. Nilai Berdasarkan estimasi interval disimpulkan
perbandingan skewness dan standar error bahwa 95 % diyakini bahwa rata-rata umur
dari data yang diperoleh dalam penelitian ini anak adalah diantara 25,08 bulan sampai
semuanya menunjukkan nilai kurang dari 2, dengan 40,25 bulan. Rata-rata suhu tubuh
sehingga data berdistribusi normal. Analisis anak 36,550C ( CI: 36,38-36,72), dengan
bivariat yang digunakan adalah dependent standar deviasi 0,32 0C . Suhu tubuh
sample T-test untuk mengetahui perbedaan terendah 360C dan tubuh tertinggi sebesar
status oksigenasi sebelum dan sesudah 370C. Dari estimasi interval disimpulkan
dilakukan kegiatan bermain meniup mainan bahwa 95 % diyakini bahwa rata-rata suhu
tiupan. tubuh anak 36,380C sampai dengan
36,720C.
HASIL DAN PEMBAHASAN Status oksigenasi balita dengan
Karakteristik responden yaitu anak peneumonia sebelum dan sesudah
dirawat dengan pneumonia yang kegiatan bermain tiupan di Ruang
diidentifikasi berdasarkan umur, jenis Kaswari RSUD Wangaya.
kelamin. Dalam penelitian ini juga diukur
Tabel 3. Distribusi RR, HR, Saturasi
suhu tubuh dan kekuatan meniup yang
Oksigen sebelum kegiatan
kemungkinan akan berpengaruh terhadap
bermain tiupan pada balita
hasil penelitian . Hasil analisis masing-
dengan pneumonia
masing variabel ditunjukkan sebagai
berikut. Variabel Mean SD Minimal- 95% CI
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan maksimal
jenis kelamin Respirasi 42,73 4,17 36-50 40.43 -
Variabel Jenis f % Rate (RR) 45.04
kelamin Heart Rate 95,87 9,51 84-111 90,60-
Laki-laki 7 46,7 (HR) 101,13
Perempuan 8 53,3 Saturasi 92,93 1,67 90-96 92,01 –
Total 15 100 oksigen 93,86
Hasil analisis diperoleh respirasi rate Tabel 5 menunjukkan nilai mean
responden sebelum diberikan kegiatan perbedaan RR balita sebelum dan sesudah
bermain tiupan sebesar 42,73kali/menit intervensi adalah sebesar 5,267 kali/menit
(95% CI : 40.43 - 45.04), dengan standar dengan standar deviasi 2,251 kali/menit.
deviasi 4,17. RR terendah responden sebesar Analisis lebih lanjut menunjukkan rata-rata
36 kali/menit dan tertinggi 50 kali/menit. RR sebelum intervensi lebih tinggi
Dari hasil estimasi interval dapat dibandingkan dengan sesudah diberikan
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa kegiatan bermain tiupan (p=0,000; α=0,05).
rata-rata RR responden berdistribusi diantara Nilai mean perbedaan HR balita sebelum
40,43 sampai dengan 45,04 kali/menit. dan sesudah intervensi adalah sebesar -4,6
kali/menit dengan standar deviasi 3,562
Tabel 4. Distribusi RR, HR, Saturasi kali/menit. Analisis lebih lanjut
Oksigen sesudah kegiatan menunjukkan rata-rata HR setelah intervensi
bermain tiupan pada balita lebih tinggi dibandingkan dengan sesudah
dengan pneumonia diberikan kegiatan bermain tiupan (p=0,000;
α=0,05). Nilai mean perbedaan Saturasi
Variabel Mean SD Minimal- 95% CI oksigen (SaO2) balita sebelum dan sesudah
maksimal intervensi adalah sebesar -4,933% dengan
Respirasi 37,47 3,96 30-44 39,66- standar deviasi 1,335% . Analisis lebih
Rate 37,52 lanjut menunjukkan rata-rata saturasi
Heart 100,47 9,28 87-116 95,33 - oksigen setelah intervensi lebih tinggi
Rate 105,61 dibandingkan dengan sebelum diberikan
Saturasi 97,87 1,19 96-100 97,21- kegiatan bermain tiupan (p=0,000; α=0,05).
oksigen 98,52
Hubungan umur, jenis kelamin, kekuatan
Hasil analisis tabel diperoleh respirasi meniup dan suhu tubuh tehadap status
rate responden setelah diberikan kegiatan oksigenasi balita dengan pneumonia.
bermain tiupan sebesar 37,47 kali/menit
(95% CI : 39,66-37,52), dengan standar Tabel 6. Hubungan umur, jenis kelamin,
deviasi 3,96. RR terendah responden sebesar kekuatan meniup dan suhu tubuh
30 kali/menit dan tertinggi 44 kali/menit. terhadap status oksigenasi balita
Dari hasil estimasi interval dapat dengan pneumonia
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa Variabel r p Value
RR HR SaO2 RR HR SaO2
rata-rata RR responden berdistribusi diantara
Umur -0,593 -0,807 0,438 0,02 0,000 0,103
39,66 sampai dengan 37,52kali/menit. Jenis -0,220 -0,78 -0,262 0,431 0,782 0,345
kelamin
Perbedaan status oksigenasi balita Suhu -0,60 -0,342 0,118 0,832 0,212 0,675
dengan pneumonia sebelum dan sesudah tubuh
kegiatan bermain tiupan di Ruang * Bermakna pada α =0,05
Kaswari RSUD Wangaya tahun 2014
Variabel umur berhubungan secara
Tabel 5. Perbedaan status oksigenasi balita signifikan dengan RR dan HR, dengan nilai
dengan pneumonia sebelum dan p value ≤ 0,05, dan nilai r masing-masing
sesudah kegiata bermain tiupan sebesar -0,593 dan 0,807. Sedangkan
variable yang lain tidak menunjukkan
Variabel Mean SD p Value hubungan yang signifikan dengan nilai p
RR pre-post 5.267 2.251 0,000* value ≥ 0,05.
HR pre-post -4.600 3.562 0,000*
SaO2 pre-post -4.933 1.335 0,000* Rata-rata usia balita pada penelitian ini
* Bermakna pada α =0,05 adalah 32, 67 bulan, yang dikatagorikan
dalam usia todler. Umur responden dalam (panjang tiupan jika mengembang maksimal
penelitian ini sudah diupayakan dalam 18 cm), sebanyak 30 kali dalam rentang
rentang usia yang sama yaitu usia toddler waktu 10 sampai dengan 15 menit. Dalam
sehingga diharapkan tidak akan berpengaruh penelitian ini, data dari variabel kekuatan
banyak pada hasil penelitian. Kegiatan meniup tidak bisa dianalisis karena data
bermain tiupan hanya dapat dilakukan pada yang diperoleh tidak cukup bervariasi
anak yang sudah bisa mengikuti perintah Hasil analisis diperoleh respirasi rate
untuk menarik nafas dalam kemudian responden sebelum diberikan kegiatan
menghembuskannya. Berdasarkan bermain tiupan sebesar 42,73kali/menit
karakteristik perkembangannya, anak usia (95% CI : 40.43 - 45.04), dengan standar
todler sudah dapat mengikuti perintah deviasi 4,17. RR terendah responden sebesar
dengan cukup baik. Selain itu anak usia 36 kali/menit dan tertinggi 50 kali/menit.
todler adalah golongan usia yang rentan Dari hasil estimasi interval dapat
terhadap infeksi saluran pernafan. Wong disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
(2009) menyatakan usia bayi dan todler rata-rata RR responden berdistribusi diantara
sering mengalami infeksi saluran pernafasan 40,43 sampai dengan 45,04 kali/menit.
akibat terpapar dari anak lain yang juga Bayi dan anak yang lebih kecil
mengalami infeksi saluran pernafasan menghirup jumlah udara yang relatif kecil,
disamping juga terpapar oleh asap rokok. dan menghembuskan jumlah oksigen yang
Kecepatan infeksi meningkat dari usia 3 relatif besar. Bayi dan anak kecil
bulan sampai usia 6 bulan waktu antara mempunyai lebih sedikit alveoli, sehingga
hilangnya antibody maternal dan munculnya permukaan alveolus sebai tempat pertukaran
antibody bayi itu sendiri. Kecepatan infeksi udara juga sedikit. Faktor-faktor ini
virus terus meningkat selama toddler dan bersama dengan tingkat metabolik yang
usia sekolah, dan saat anak mencapai usia 5 lebih tinggi bersifat mempengaruhi
tahun, infeksi pernafasan yang disebabkan peningkatan frekwensi pernafasan pada
oleh virus cenderung jarang terjadi. anak-anak (Angel, 2009). Berdasarkan buku
Suhu tubuh balita dalam penelitian ini pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit
36,550C, masih dalam rentang normal atau (MTBS) frekwensi pernafasan balita usia
tidak dalam kondisi demam. Suhu tubuh lebih dari 1 tahun disebut cepat apabila 40
responden dalam rentang normal sehingga kali/menit atau lebih. Hasil penelitian
tidak akan berpengaruh pada hasil menunjukkan rata-rata frekwensi nafas
penelitian. Suhu tubuh merupakan salah satu balita dalam penelitian ini sebesar 42,73
faktor yang dapat mempengaruhi status kali/menit, yang berarti bahwa frekwensi
oksigenasi. Metabolisme tubuh yang nafas anak termasuk dalam katagori cepat.
meningkat menyebabkan kebutuhan oksigen Salah satu indikator anak mengalami
meningkat juga. Demam meningkatkan pneumonia adalah adanya nafas cepat sesuai
kebutuhan jaringan akan oksigen, akibatnya dengan rentang usia anak.
produksi karbondioksida juga meningkat. Rata-rata frekwensi nadi responden
Tubuh akan berusaha berdaptasi dengan sebelum diberikan kegiatan bermain tiupan
kondisi tersebut dengan meningkatkan sebesar 95,87 kali/menit (95% CI : 90,60-
frekwensi pernafasan (Dilon, 2007). 101,13), dengan standar deviasi 9,51.
Kemampuan meniup pada seluruh Frekwensi nadi terendah responden sebesar
responden yang kemungkinan akan 84 kali/menit dan tertinggi 111 kali/menit.
berpengaruh pada hasil penelitian juga Dari hasil estimasi interval dapat
sudah diupayakan sama. Hasil penelitian disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
menunjukkan 100% responden mampu rata-rata frekwensi nadi responden
meniup dengan baik. Hampir semua anak berdistribusi diantara 90,60 kali/menit
mampu meniup mainan tiupan dengan sampai dengan 101,13.
mengembang maksimal sampai ujung
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata dikeluarkan saat bernafas. Selain itu juga
denyut nadi responden sebelum diberikan dapat meningkatkan tekanan alveolus paru
kegiatan bermain tiupan masih berada pada sehingga dapat meningkatkan aliran udara
rentang normal untuk usia balita. Frekwensi saat ekspirasi. (Brunner dan Sudarth, 2008)
denyut jantung mempengaruhi aliran darah, Rata-rata frekwensi nadi responden
karena interaksi antara frekwensi dan waktu setelah diberikan kegiatan bermain tiupan
pengisian diastolik. Denyut jantung yang sebesar 100,47kali/menit (95% CI : 95,33 -
adekuat dapat dijadikan sebagai indikator 105,61), dengan standar deviasi 9,28.
untuk menilai status oksigenasi jaringan, Frekwensi nadi terendah responden sebesar
karena denyut jantung mempengaruhi 84 kali/menit dan tertinggi 111 kali/menit.
sirkulasi darah secara sistemik. Kondisi Dari hasil estimasi interval dapat
sesak nafas pada pasien pneumonia, disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
umumnya akan diikuti oleh frekwensi nadi rata-rata frekwensi nadi responden
yang cepat. Suhu tubuh yang tinggi dan berdistribusi diantara 95,33 kali/menit
aktivitas juga akan berpengaruh pada sampai dengan 105,61. Rata-rata frekwensi
meningkatnya frekwensi nadi. nadi responden setelah diberikan kegiatan
Berdasarkan tabel 3 terlihat rata-rata bermain lebih tinggi dibandingkan
saturasi oksigen responden sebelum sebelumnya namun masih dalam rentang
diberikan kegiatan bermain tiupan sebesar normal sesuai dengan rata-rata usia
92,93 dengan (95% CI : 92,01 – 93,86), responden. Salah satu faktor yang dapat
dengan standar deviasi 1,67. Saturasi meningkatkan frekwensi nadi adalah
oksigen terendah responden sebesar 90 dan aktivitas. Aktivitas meniup mainan tiupan
tertinggi 96. Dari hasil estimasi interval dapat meningkatkan inspirasi dan ekspirasi
dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini yang akan berpengaruh pada peningkatan
bahwa rata-rata saturasi oksigen denyut nadi.
responden berdistribusi diantara 92,01 Berdasarkan hasil analisis rata-rata
sampai dengan 93,86. Nilai saturasi oksigen saturasi oksigen responden setelah diberikan
yang normal pada permukaan laut pada anak kegiatan bermain tiupan sebsebesar 97,87
adalah 95–100%; pada anak dengan (95% CI : 97,21-98,52), dengan standar
pneumonia berat, yang ambilan oksigennya deviasi 1,19. Saturasi oksigen terendah
terhambat, nilai ini menurun (Duke, 2006). responden sebesar 96 dan tertinggi 100.
Rata-rata saturasi oksigen pada anak dalam Hasil estimasi interval dapat disimpulkan
penelitian ini sebelum diberikan kegiatan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata saturasi
bermain tiupan berada dalam katagori di oksigen responden berdistribusi diantara
bawah normal. Hal ini disebabkan anak 97,21 sampai dengan 98,52.
sedang mengalami peradangan pada paru- Terdapat perbedaan yang signifikan
paru yang berdampak pada gangguan dalam status oksigenasi balita dengan pneumonia
pemenuhan oksigen. sebelum dan sesudah diberikan kegiatan
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata bermain tiupan. Kegiatan bemain tiupan
frekwensi nafas responden setelah diberikan merupakan salah satu intervensi
mainan tiupan menurun dibandingkan keperawatan yang merupakan analogi dari
dengan sebelumnya. Kegiatan bermain PLB. Latihan nafas dalam dapat
tiupan dianalogikan dengan PLB merupakan meningkatkan aliran udara inspirasi dan
salah satu tehnik yang mudah untuk eksperasi. Inspirasi yang adekuat dapat
mengurangi sesak nafas. Merupakan cara meningkatkan volume dan tekanan alveoli
yang mudah dalam memperlambat sehingga dapat meningkatkan tekanan aliran
frekwensi nafas, sehingga nafas menjadi udara. Peningkatan tekanan aliran udara
lebih efektif. Tehnik ini dapat membantu ekspirasi dapat menggerakkan silia-silia
menghasilkan udara yang banyak ke paru- saluran nafas yang berguna untuk
paru sehingga mengurangi energi yang mengeluarkan benda asing yang ada di
dalamnya, termasuk sekret ( Brunner dan berpola negative yang artinya semakin
Sudarth, 2008). bertambahnya umur anak maka frekwensi
Hasil penelitian ini didukung oleh RR akan semakin menurun. Hasil uji
penelitian serupa yang dilakukan oleh statistik menunjukkan p = 0,02 lebih kecil
Almeida (2005) tentang efektifitas EFIT dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan adanya
terhadap fungsi paru yang dilakukan pada hubungan yang signifikan antara umur anak
anak yang mengalami gangguan pernafasan dan frekwensi RR.
dengan ventilasi mekanik. Tehnik ini Hubungan antara umur anak dengan HR
digunakan untuk meningkatkan ekspirasi didapatkan r = -0,807, yang menggambarkan
secara fisiologis yang dilakukan oleh hubungan yang sangat kuat dan berpola
fisioterapi. Hasil penelitian menunjukkan negatif. Semakin bertambah umur anak
adanya perbedaan yang signifikan dalam maka frekwensi nadi semakin menurun.
Respirasi rate, saturasi oksigen dan tekanan Hasil uji statistik menunjukkan adanya
O2 setelah perlakuan. Terjadi peningkatan hubungan yang signifikan antara umur anak
RR, SaO2, Pa O2 secara signifikan. dengan HR ( p = 0,000). Muscary ( 2001)
Penelitian tentang tehnik nafas dalam menyatakan bahwa secara normal frekwensi
juga dilakukan oleh Almudatzir (2014), nadi akan menurun seiring bertambahnya
meneliti tentang “ Efektifitas Pengeluaran usia, tetapi akan mengalami peningkatan
Sekret Dengan Tehnik Napas Dalam Dan jika anak melakukan aktivitas dan kondisi
Batuk Efektif Pada Pasien TB”. Hasil demam.
penelitian ini menemukan ada pengaruh
latihan batuk efektif dan napas dalam SIMPULAN
terhadap pengeluaran sekret pada pasien TB Balita yang dirawat dengan pneumonia
dengan gangguan bersihan jalan napas. PLB di Ruang Kaswari RSUD Wangaya
sebagai salah satu bagian dari tehnik nafas Denpasar rata- rata berusia 33 bulan,
dalam merupakan salah satu upaya yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan,
diduga mampu meningkatkan status dengan rata-rata suhu 36,6 0C, rata-rata
oksigenasi karena memberikan efek yang kemampuan meniup sebesar 18 cm. Rata-
baik terhadap system pernafasan, rata respirasi rate, heart rate dan saturasi
diantaranya meningkatkan ventilasi, oksigen sebelum diberikan kegiatan bermain
membebasakan udara yang terperangkap tiupan masing-masing sebesar 42,73
dalam paru-paru, menjaga jalan nafas kali/menit, 95,87 kali/menit dan 92,93
terbuka dan megurangi kerja nafas, %Rata-rata respirasi rate, heart rate dan
memperpanjang waktu ekshalasi yang saturasi oksigen sebelum diberikan kegiatan
kemudian memperlambat frekuensi nafas, bermain tiupan masing-masing sebesar
menghilangkan sesak nafas dan 37,47 kali/menit, 100,47 kali/menit dan
menigkatkan relaksasi. 97,87 %. Terdapat perbedaan yang
Berdasarkan beberapa penelitian signifikan status oksigenasi ( RR,HR dan
pendukung dan literature, serta dari hasil saturasi oksigen) sebelum dan sesudah
peelitian ini menunjukkan PLB memberikan diberikan kegiatan bermain tiupan (p value
dampak positif terhadap perubahan status = 0,000).
oksigenasi balita yang mengalami gangguan
pernafasan. DAFTAR RUJUKAN
Pada penelitian ini juga dilakukan Almeida,.(2005). Effect of expiratory flow
analisis hubungan umur anak dengan RR increase technique on pulmonary
function of infants on mechanical
dengan HR. Hasil analisis menunjukkan ventilation.Pubmed. Diunduh dari
bahwa hubungan umur anak dengan http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
frekwensi nafas diperoleh nilai r = -0,593. d/16411616, tanggal 10 Oktober
Hasil tersebut menunjukkan hubungan kuat 2014.
antara umur anak dengan frekwensi RR dan
Almudatzir. 2014. Efektifitas Pengeluaran Salim, R.S .2013. Pneumonia sebabkan
Sekret Dengan Tehnik Napas Dalam kematian batita dan balita di
Dan Batuk Efektif Pada Pasien TB . Indonesia. Diunduh tanggal 20 Maret
Diunduh darhttp://repository.usu. 2014 dari
ac.id/, tanggal 2 Oktober 2014 http://wartakota.tribunnews.com
Angel,J. 2009. Pengkajian pediatric: Seri Wong, D.L. 2009. Buku Ajar Keperawatan
pedoman praktis. Edisi 4. Jakarta: Pediatrik. Volume 2. Jakarta : EGC.
EGC
UNICEF.2009. Resiko kematian Ibu dan
Bruner dan Sudarth. 2008. Buku Ajar Anak Indonesia masih tinggi
Keperawatan Medikal Bedah. walaupun Angka kematian sudah
Jakarta: EGC. menurun. Diunduh dari
http://www.unicef.org/indonesia/id/
Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Propinsi media tanggal 6 Oktober 2015
Bali 2012. Diunduh dari
www.depkes.go.id tanggal 5
Desember 2014
Duke,T.el al. 2006. Hospital Care for
Children in Developing Countries.
International Child Health Review
Collaboration. Diunduh dari
http://www.ichrc.org/, tanggal 6
Oktober 2014
Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit. Jakarta
:Depkes RI
Dilon. P.M. 2007. Nursing health
assessment : critical thinking case
studies approach.
Phipadhelpia:F.A.Davis Company.
Hockenberry,M.E, Wilson, D.,
Winkelstein,M.L & Schwartz, P
2009. Buku ajar keperawatan
pediatric. (Edisi 6). Volume 1. Alih
bahasa Hartono, A., Kurnianingsih,
S. & Setiawan. Jakarta: EGC
IDAI. (2010). Upaya percepatan
penanggulangan penumonia pada
anak di Indonesia. (Acceesed 15
Pebruari 2013). Available from :
http://www.idai.or.id/
Kemenkes RI. 2009. Pneumonia penyebab
kematian utama balita. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id tanggal 10
Desember 2014.
Muttaqin,A. 2008. Buku ajar asuhan
keperawatan klien dengan gangguan
sistem pernafasan. Jakarta: Salemba
Medika.
Safarodiyah, A. 2007. Pneumonia pada bayi
dan anak. ( acceesed 15 Maret
2013). Available from :
http://salamsehat.com/pneumonia-
pada-bayi-dan-anak.php

Anda mungkin juga menyukai