Anda di halaman 1dari 37

BAB III

KAJIAN SITUASI RUANG MERAK

A. Profil Rumah Sakit Tni Au Dr. M. Salamun


Rumah Sakit TNI AU dr. M. Salamun adalah Rumah Sakit Militer tingkat II yang
berlokasi di Jln. Ciumbuleuit No.203, Cidadap, Bandung, Jawa Barat (40142),
Indonesia. Rumah sakit ini didirikan pada tanggal 19 Agustus 1961 dan
mendapatkan akreditasi paripurna pada tahun 2009. RS TNI AU dr. M. Salamun
mempunyai :
Visi
“Menjadi Rumah Sakit Rujukan Terbaik Di Jawa Barat”
Misi
a. Menyelengarakan Dukungan Kesehatan Yang Diperlukan Setiap Operasi Dan
Latihan TNI/TNI AU
b. Menyelengarakan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu Terhadap Anggota
TNI/TNI AU Berikut Keluargannya Serta Masyarakat Umum
c. Meningkatkan Kemampuan Profesionalisme Personil Secara Bekesinambungan
Falsafah
“Jiwa Dan Semangat Pengabdian TNI Adalah Landasan Dalam Melaksanakan
Pelayanan Kesehatan”
Motto
HEBRING : Handal, Efisien, Bersih, Ramah, Ikhlas, Nyaman, Gemilang.

Gagasan untuk membangun suatu Rumah Sakit TNI AU tercetus dengan alasan
bahwa TNI AU harus mempunyai tempat penampungan penderitanya sendiri
dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi kesehatan umum dan kesehatan khusus.
Kesehatan umum adalah dalam arti merawat dan mengobatai para anggota TNI AU
berserta keluarganya. Sedangkan kesehatan khusus yaitu rangkaian kegiatan bidang
kesehatan penerbangan, dengan mengadakan medical check up, kegiatan penelitian
34

dan pengembangan melalui tim kesehatan khusus, serta kegiatan dukungan operasi
khusus tingkat angkatan (TNI) maupun nasional. Selain kegiatan-kegiatan tersebut
diatas, rumah sakit mengadakan pula Civic Mission dengan melayani masyarakat
disekitarnya.

Pembinaan Lanud Husein Satranegara Berdasarkan Keputusan Staf TNI Angkatan


Udara No.Kep/25/VII/1985 11 maret 1985 Status RUSPAU Dr. M. Salamun
mengalami perubahan alih kelola dari pembinaan dari Direktorat Kesehatan beralih
kebawah pembinaaan Lanut Husein Sastranegara, sehingga menjadi Rumah Sakit
Dr. M. Salamun Lanud Husein SastranegaraSanatorium Paru Pacet. Bedasarkan
Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara No.Kep/24/XII/1988 20 Desember
1988, adanya perubahan status sanatorium Paru Pacet dari bagian penyakit paru
Rumah Sakit Dr. M. Salamun Lanud Husein Sastranegara menjadi pusat pemulihan
kesehatan awak pesawat udara TNI Angkatan Udara Dibawah Lakespra Sarianto
Ditkes AU.

Sejalan dengan tuntutan organisasi, Rumah Sakit TNI Angkatan Udara tingkat II
Dr. M. Salamun yang semangkin berkembang dan semangkin komplek dalam
permasalahan, maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes TNI AU
sehingga permasalahan Rumah Sakit dapat teratasi. Berdasarkan keputusan Kasau
Nomor : Kep/03/II/1998 3 Februari 1998 tentang pokok-pokok organisasi dan
prosedur oselon pelaksana pusat tingkat Mabes AU, status Rumah Sakit TNI AU
Tk: II Dr. M. Salamun Lanud Husein Satranegara kembali dibawah kendali pusat
sebagai Badan Pelaksana Teknis Diskes TNI AU dengan tugas pokok sebagai
berikut: Melaksanakan Dukungan Kesehatan Bagi Setiap operasi TNI AU,
Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Bagi Anggota TNI atau Keluarga, Sebagai
Rumah Sakit Rujukan Bagi Rumah Sakit TNI AU Wilayah Jawa Barat.
35

Ruang Merak merupakan ruang rawat inap kelas II dan III merupakan ruangan
pelayanan interne, pasien dewasa perempuan. Jumlah perawat di ruangan 13 orang
sudah termasuk kepala ruangan dengan tingkat pendidikan lulusan Ners berjumlah
3 orang, S1 Keperawatan 1 orang, dan DIII keperawatan 9 orang. Kapasitas tempat
tidur 27 bed, dan 3 ruangan isolasi.

B. Kajian Situasi Ruang Merak


a. Sumber Daya Manusia (M1-Man)
1) Struktur Organisasi
Ruangan Merak RSAU Dr. M. Salamun dipimpin oleh kepala ruangan dan
dibantu oleh wakil kepala ruangan, 6 PJ Shift, 5 perawat pelaksana, tata usaha,
gizi atau dapur, house keeper serta cleaning service (CS). Adapun struktur
organisasinya adalah:
Bagan 3.1
Struktur Tenaga Perawatan di Ruang Merak RSAU Dr. M. Salamun

KEPALA URUSAN
RUANG MERAK DPJP

WAKIL KEPALA
URUSAN
RUANG MERAK

URUSAN CLINICAL
ADMINISTRASI INSTRUKTUR

KELOMPOK LOGISTIK
TIM I TIM II PENDUKUNG
36

2) Jumlah tenaga di ruang Merak (keperawatan maupun non keperawatan)


Tabel 3.2
Distribusi Perawat
Berdasarkan Jabatan, Pendidikan, dan Lama Kerja

Pendidikan Lama
No Nama Jabatan
Terakhir Bekerja

1 Essy Sridiawati S.Kep.,Ners Kepala Ruangan Ners 20 thn 8 bln

2 Dessy Triyatni, S.Kep CI Ruangan S1 13 thn 6 bln

3 Oktavia.,Amd.,Kep Wakaru D3 11 thn 6 bln

4 Sipa Agustina.,Amd.,Kep PJ Shift D3 6 thn 3 bln


Helmi Ika
5 CI Ruangan Ners 3 thn 7 bln
Nandi,S.Kep.,Ners
6 Tiara Jayanti,Amd.,Kep PJ Shift D3 2 thn 9 bln

7 Triana Nur Anisa,Amd.,Kep PJ Shift D3 1 thn 10 bln

8 Annisa Fauziah,Amd.,Kep PJ Shift D3 1 thn 6 bln


Anggi Dwi Perawat
9 D3 1 thn 3 bln
Kinanati,Amd.,Kep Pelaksana
Perawat
10 Zulva Zuliana,Amd.,Kep D3 1 thn 3 bln
Pelaksana
Perawat
11 Wilawati,Amd.,Kep D3 1 thn 7 bln
Pelaksana
12 Hilda Bidayatul,S.Kep.,Ners C1 Ruangan Ners 1 thn 7 bln
Resty Dwi
13 PJ Shift D3 7 thn 11 bln
Purwanti,Amd.,Kep

Sumber : Dokumen Ruang Merak, November 2018


Interpretasi data :
Tabel diatas menunjukan jumlah tenaga perawat yang ada di ruang Merak
berjumlah 13 orang, terdiri dari: 1 orang kepala ruangan, 1 wakil kepala
ruangan, 2 orang ketua tim, dan 9 orang tenaga pelaksana. Perawat yang
bekerja dengan masa kerja paling lama yakni 20 tahun 8 bulan, dan masa kerja
perawat baru adalah 1 tahun 3 bulan.
37

Tabel 3.3
Kualifikasi Pendidikan
Perawat Ruang Merak RSAU dr. M. Salamun
No. Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. S.Kep,.Ners 3 orang 23,1%
2. DIII Keperawatan 9 orang 69,2%
3. Sarjana Keperawatan 1 orang 7,7%
Total 13 orang 100%
Sumber : Dok. Ruangan Merak November, 2018
Interpretasi data:
Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan perawat di ruang Merak
adalah profesi Ners berjumlah 3 orang dengan persentase 23,1%, tingkat
pendidikan S1 keperawatan berjumlah 1 orang dengan persentase 7,7% dan
tingkat pendidikan D3 Keperawatan berjumlah 9 orang dengan persentase
69,2% dari keseluruhan tenaga kerja perawat di ruang Merak.
3) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Perawat Merak
a. Perhitungan BOR
Perhitungan BOR menggunakan rumus DEPKES RI, 2005 adalah :
𝑙𝑎𝑚𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐵𝑂𝑅 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑑 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

119
= 𝑥 100%
26𝑥31

= 25%

b. Rata-rata jumlah pasien


Perhitungan rata-rata jumlah pasien di ruang Merak menggunakan rumus :
BOR x Jumlah bed

25% x 26 = 6,5
Jadi, jumlah rata-rata pasien dalam bulan Oktober 2018 adalah 6 orang.
Diketahui:
Minimal Care = 3% x 6 pasien = 0,18 (1 pasien)
38

Partial Care = 57% x 6 pasien = 3,42 (4 pasien)


Total Care = 40% x 6 pasien = 2,4 (3 pasien)
Jumlah jam keperawatan langsung
1. Ketergantungan minimal = 1 orang x 1 jam = 1 jam
2. Ketergantungan partial = 7 orang x 3 jam = 21 jam
3. Ketergantungan total = 5 orang x 6 jam = 30 jam
Jumlah jam 52 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
6 pasien x 1 jam = 6 jam
Pendidikan kesehatan = 6 pasien x 0,25 jam = 1,5 (2 jam)
Sehingga jumlah total jam keperawatan pasien/ hari:
52 𝑗𝑎𝑚 + 6 𝑗𝑎𝑚 + 1 𝑗𝑎𝑚
= 9,8 = 10 𝑗𝑎𝑚/ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛⁄ℎ𝑎𝑟𝑖
6 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛
Jumlah
Shift Minimal Care Partial Care Total Care
Perawat
3,86 (4
Pagi 0,17x1 = 0,17 0,27x7 = 1,89 0,36x5 = 1,8
perawat)
2,69 (3
Sore 0.14x1 = 0,14 0,15x7 = 1,05 0,30x5 = 1,5
perawat)
1,77 (2
Malam 0,07x1 = 0,07 0,10x7 = 0,7 0,20x5 = 1
perawat)

c. Kebutuhan Tenaga Perawat menurut Depkes, 2005


Lose Day
𝑗𝑢𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑖𝑏𝑢𝑟 (𝑠𝑏𝑡&𝑚𝑛𝑔𝑔)𝑑𝑙𝑚 1 𝑡ℎ𝑛 + 𝑐𝑢𝑡𝑖 + ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
= × 𝑗𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓

104 + 12 + 14
= 𝑥 12
235
39

= 6,63 (7𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
Faktor Koreksi
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 + 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑑𝑎𝑦)𝑥 25%

(12 + 6,63) x 25% = 4,6 (5 orang)

Tenaga perawat yang diperlukan


𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 + 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖

= 12 + 5 = 17 (perawat) 2 orang struktural (kepala ruangan dan wakil)


Berdasarkan rumus Need Douglas. Jadi 12+5= 17
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa ruang Merak
membutuhkan 5 orang perawat untuk pemberian pelayanan serta asuhan
keperawatan terhadap pasien, ini berarti jumlah tenaga perawat di ruangan
Merak kurang mencukupi.
d. Kebutuhan Tenaga Perawat Menurut Gillies (1994)
𝐴×𝐵×𝐶 𝐹
= =𝐻
(𝐶 − 𝐷) × 𝐸 𝐺
Keterangan :
A : rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : Rata-rata jumlah pasein/hari
C : Jumlah hari/Tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun
G : Jumlah Jam perawatan yang diberikan perawat pertahun
H : Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
40

e. Kebutuhan Tenaga Perawat Menurut Swansburg (1999)


Jumlah tempat tidur 26 Bed, dan rata-rata pasien perhari 6 orang Jumlah jam
kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
1) Total jam perawat /hari : 6 x 5 jam = 30 jam jumlah perawat yang
dibutuhkan : 30 / 7 = 4,28 ( 12 orang) perawat/hari
2) Total jam kerja /minggu = 30 jam jumlah shift perminggu = 4 x 7 (1
minggu) = 28 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 28/6 =
5 orang (jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja
perminggu dan 7 jam/shift)
3) pembagian proporsi dinas dalam satu hari •¨ pagi : siang : malam = 47 %
: 36 % : 17 Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 5 orang
Pagi : 47% x 5 = 3 orang
Sore : 36% x 5 = 3 orang
Malam : 17% x 5 = 2 orang
4) Distribusi penyakit di Ruang Merak
Tabel 3.5
Distribusi penyakit bulan Oktober 2018
Ruang Merak RSAU dr. M. Salamun
No Nama Penyakit Jumlah Persentase
1. CHF 10 9,25
2. GEA 17 15,7
3. DHF 6 5,55
4. Stroke 16 14,81
5. CKD 7 6,48
6. Pneumonia 1 0,92
7. TB 1 0,92
8. STEMI 2 1,85
9. Broncopneumonia 2 1,85
10. PPOK 2 1,85
11. Ileus 2 1,85
12. Dispepsia 2 1,85
13. Anemia 2 1,85
14. Thypoid 4 3,70
15. Asma 6 5,55
41

16. Diabetes Militus 10 9,25


17. Vertigo 9 8,33
18. Radiculopaty 4 3,70
19. Hernia Serebri 1 0,92
20. Cephalgia 1 0,92
21. Ensepalopaty 2 1,85
22. GERD 1 0,92
Total 108 100 %

Interpretasi data :
Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah penyakit selama 1 Bulan terakhir di
Ruang Merak berjumlah 22 penyakit yang terdiri dari penyakit CHF yang
berjumlah 10 dengan persentase 9,25%, GEA berjumlah 17 dengan persentase
15,7%, DHF berjumlah 6 dengan persentase 5,55 %, Stroke berjumlah 16
dengan persentase 14,81 %, CKD berjumlah 7 dengan persentase 6,48 %,
Pneumonia berjumlah 1 dengan persentase 0,92 %, TB berjumlah 1 dengan
persentase 0,92 %, STEMI sebanyak 2 dengan persentase 1,85 %,
Broncopneumonia berjumlah 2 dengan persentase 1,85 %, PPOK berjumlah
2 dengan persentase 1,85, Ileus berjumlah 2 dengan persentase 1,85 %,
Dispepsia sebanyak 2 dengan persentase 1,85 %, Anemia berjumlah 2 dengan
persentase 1,85%, Vertigo berjumlah 4 dengan persentase 3,70 %, Thypoid
berjumlah 4 dengan persentase 5,4%, Asma berjumlah 6 dengan persentase
5,55%, DM berjumlah 10 dengan persentase 9,25%, Vertigo berjumlah 9
dengan persentase 8,33%, Radiculopaty berjumlah 9 dengan persentase
8,33%, Hernia serebri berjumlah 1 dengan persentase 0,92 %, Cephalgia
berjumlah 1 dengan persentase 0,92 %, Ensepalopaty berjumlah 2 dengan
persentase 1,85 %, GERD berjumlah 1 dengan persentase 0,92 %.
b. Sarana dan Prasarana (Material)
a) Lokasi dan denah
42

Lokasi penerapan proses manajemen keperawatan dilakukan di ruang Merak


Rumah Sakit TNI Angkatan Udara Dr. M Salamun dengan uraian sebagai
berikuit :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Ruangan Merpati
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Ruangan Parkit
3. Sebelah barat berbatasan dengan Ruangan Kutilang
4. Sebelah timur berbatasan dengan Ruang O
Gambar 3.1 Denah Ruangan Merak

R. Isolasi
WC WC
Gudang 25
S.H
2 3

26 Isolasi Isolasi Isolasi 13


13 14 13
Isolasi baru
12
15
11
10 16
17
9
8 Kelas III 18
19
7
6
20
21
WC 1 5 R. G
4
25 22
LL 23

KELAS II 24
3 2 1 WC
4

N.S
43

Keterangan :
1 : kelas 2 kamar 1
2 : kelas 2 kamar 1
3 : kelas 2 kamar 3
4 : kelas 3 kamar 4
5 : kelas 3 kamar 5
6 : kelas 3 kamar 6
7 : kelas 3 kamar 7
8 : kelas 3 kamar 8
9 : kelas 3 kamar 9
10 : kelas 3 kamar 10
11 : kelas 3 kamar 11
12 : kelas 3 kamar 12
13 : Ruang Isolasi
14 : Ruang Isolasi
15 : kelas 3 kamar 15
16 : kelas 3 kamar 16
17 : kelas 3 kamar 17
18 : kelas 3 kamar 18
19 : kelas 3 kamar 19
20 : kelas 3 kamar 20
21 : kelas 3 kamar 21
22 : kelas 3 kamar 22
23 : kelas 3 kamar 23
24 : kelas 3 kamar 24
25 : Ruang Isolasi
26 : Isolasi Baru
RG : Ruang ganti perawat
R.K :Ruang Kepala Ruangan
44

LL : Lemari laken
N.S : Nurse Station
WC 1 : kamar mandi peraw
WC 2 : kamar mandi pasien
WC 3 : kamar mandi pasien
WC : kamar mandi pasien
S.H : Spoelhoek
G : gudang
b) Peralatan dan fasilitas
Tabel 3.6
Fasilitas dan Alat Kesehatan
Ruang Merak RSAU DR M Salamun

No Nama Barang Ideal Jumlah Keterangan


1 Troli emergency 1 1 Bagus
2 Brancar 2 1 Ajukan pengadaan
3 Tensi Raksa 2 2 Bagus
4 Tensimeter Mobile 1 Bagus
5 Termometer digital 1 - Bagus
6 Urinal untuk pria - - Bagus
7 Urinal untuk perempuan 3 4 Bagus
8 Ambu Bag 2 1 Ajukan pengadaan
9 Baskom kamar mandi 2 6 Bagus
10 Buli – buli panas 1 5 Bagus
11 EKG 1 1 Bagus
12 Bengkok 3 5 Bagus
13 Tempat sampah Infeksius 3 4 Bagus
14 Tempat sampah Non 5 7 Bagus
15 Stetoskop 2 3 Bagus
16 Termometer 1 2 Bagus
17 Tabung O2, regulator, 1 2 Bagus
teroli
18 Bak instrument sedang 2 - Ajukan pengadaan
19 Saturasi O2 2 1 Ajukan pengadaan
20 Thermometer refol 1 - Ajukan pengadaan
21 Set GV 1 - Ajukan pengadaan
22 Timbangan 1 1 Bagus
23 Kursi roda 2 1 Ajukan pengadaan
24 Meja instrument besar 1 1 Bagus
25 Standar infuse 10 12 Bagus
26 Kom kecil 2 1 Ajukan pengadaan
27 Pinset sirugis 2 1 Bagus
28 Pinset anatomis 2 1 Bagus
29 klem 2 1 Bagus
30 Gunting perban 2 2 Bagus
31 Refleks Hamer 2 1 Bagus
32 Suction Pump 2 2 Bagus
33 Tornquet 2 2 Bagus
34 Gerusan Obat 2 2 Bagus
35 Infuse Pump 3 1 Bagus
36 Syrine Pump 3 2 Ajukan pengadaan
37 Suhu Ruangan 2 4 Ajukan pengadaan
45

38 Nebulizer 3 2 Ajukan pengadaan


39 Pen light 2 1 Bagus
40 Monitor 2 1 Rusak
41 Baki Tindakan 3 3 Bagus
Fasilitas
Sumber: Data Laporan Kepala Ruang Merak,Oktober 2018

Interpretasi data :
Berdasarkan tabel 3.6 diatas, menunjukkan fasilitas yang paling banyak
tersedia di ruang Merak yaitu standar infuse dan tempat sampah non
infeksius masih layak pakai.
1) Fasilitas untuk petugas kesehatan
Fasilitas yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan di Ruang Merak
terdiri atas ruangan kepala ruangan, 1 kamar mandi perawat/WC dengan
wastafel, 1 nursing station berada di depan pintu masuk ruangan pasien
beserta dengan 1 ruang ganti perawat dan 1 ruang alat tenun.
2) Fasilitas atau Kapasitas tempat tidur yang ada di ruang Merak
Tabel 3.7
Jumlah Tempat Tidur di Ruang Merak
Jumlah Tempat
No. Ruang Kamar
Tidur
Kelas II 3
Kelas III 19
1 Merak
Ruang Isolasi 4

Total tempat tidur 26


Sumber : Ruang Merak Rumah Sakit TNI AU dr. M. Salamun

c. Metode asuhan keperawatan (Method)


Model asuhan keperawatan yang dijalankan di ruang Merak adalah model
praktik keperawatan professional metode tim. Tim dibagi menjadi 2 tim yaitu
tim 1 untuk kelas 2, kamar 1-3, kelas 3 kamar 4 – 13 dan tim 2 untuk kamar
14 – 26. Di ruang Merak, seluruh perawat bekerja sama dalam memberikan
asuhan keperawatan di bawah kepemimpinan kepala ruangan.
46

a) Penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


Hasil wawancara dengan beberapa perawat ruang Merak bahwa penerapan
metode tim belum dilakukan secara maksimal hal ini disebabkan
kurangnya SDM, sehingga menyebabkan rasio perawat dengan pasien
tidak seimbang.
b) Ronde keperawatan
berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa ronde keperawatan yang
dilakukan di ruang merak dilaksanakan sebanyak 1 kali sebulan, namun
belum optimal dilaksanakan.
d. Keuangan (Money)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di ruang Merak diperoleh data
biaya perawatan pasien sebagian besar dari BPJS, masalah pembiayaan
terpusat langsung, jadi bisa dikatakan, tergantung dari alokasi anggaran yang
disediakan rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan. Menurut Nursalam kritikan
yang diterima oleh ruangan biasanya terkait dengan kurangnya sumber daya
tenaga kesehatan sehingga pelayanan menjadi kurang optimal.
e. Machine
Tabel 3.8
Fasilitas di ruang perawat
RSAU DR M Salamun

No Alat Jumlah Keterangan


1. Computer 1 Baik
2. Telpon ruangan 2 Baik
3. EKG 1 Bagus
4. Suction pum 2 Bagus
5. Nebulizer 1 Bagus
6. Alat sterilisasi - Bagus
7. Infus Pum 1 Bagus
8. Syringe Pum 2 Bagus
9. Monitoring 1 Rusak
Sumber : Data Ruang Merak Rumah Sakit TNI AU dr. M. Salamun
Interpretasi data :
Berdasarkan tabel 3.8 diatas, terdapat alat kesehatan yang rusak dan tidak
layak pakai yakni mesin Monitoring di ruang Merak.
47

f. Lingkungan (Environtment)
Tabel 3.9
Kajian lingkungan ruang Merak
Kategori Nilai Usulan
Ventilasi Baik -
Pencahayaan Baik -
Kebersihan Baik -
Kerapihan tempat -
Baik
tidur
Dispensing room Cukup baik Sebaiknya penempatan
kursi roda dipisahkan
dan jangan disatukan di
dispensing
Penempatan Cukup baik -
safety box
Tempat sampah Baik -
infeksius dan non
infeksius

Berdasarkan observasi yang dilaksanakan selama 2 hari di ruang Merak,


lingkungan klien sangat kondusif dan nyaman. Hal ini didukung dengan
baiknya fasilitas yang ada dilingkungan klien dan kondisi kebersihan
lingkungan klien terjaga. Hal ini dapat dilihat dari adanya cleaning service
yang membersihkan ruangan 2 kali dalam sehari yakni pada pagi dan sore
hari.
C. Analisa Swot
Pada tahap ini dilakukan analisis SWOT mengenai kekuatan dan kelemahan
(faktor internal) yang dimiliki oleh ruang Merak sekaligus juga menganalisis
peluang dan ancaman (faktor eksternal) yang dihadapi oleh ruang Merak adalah
sebagai berikut :
a. kekuatan (Strength)
1. RSAU dr. M. Salamun adalah Rumah Sakit yang terakreditasi Paripurna
2. Kepala ruangan Merak berlatar belakang pendidikan S.Kep.,Ners dengan
pengalaman kerja 20 tahun tersertifikasi .
3. Ruang Merak memiliki tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan Ners
3 orang, S-1 Keperawatan 1 orang dan D-III Keperawatan 9 orang.
48

4. Ruang Merak memiliki staf non kesehatan yang terdiri atas 1 orang
petugas administrasi, tim gizi, tim kesling dan tim house keeper.
5. Ruang Merak memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) sejumlah
88, SAK sejumlah 30.
6. Ruang Merak memiliki peralatan yang sesuai dengan daftar peralatan
ruangan dan dapat menunjang kebutuhan pasien.
7. Ruang Merak memiliki bed cangih yang mempermudah pelayanan
terhadap pasien (Bed Acesor Support Platinum) 26 bed.
8. Ruang Merak memiliki tenaga perawat yang telah mengikuti pelatihan
yang diprogramkan dari rumah sakit (BHD, PPGD, ENIL, Patien safety,
APAR).
9. Lingkungan ruang Merak terlihat bersih, rapi, lingkungan sangat
kondusif bagi klien, pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan
10. Ruang Merak memiliki tempat penyimpanan obat yang sesuai dengan
identitas masing-masing pasien
11. Ruang Merak memiliki O2 sentral memudahkan penanganan emergancy
pada pasien gangguan pola pernapasan.
12. Ruang Merak memiliki formulir EWS, hak dan kewajiban pasien.
b. Kelemahan (Weakness)
1. Belum optimalnya penerapan MPKP metode Tim
2. Belum optimal edukasi tentang identifikasi penggunaan gelang pasien
3. Belum optimal pendidikan kesehatan pada keluarga pasien mengenai
cuci tangan.
c. Peluang (opportunities)
1. Telah disahkannya UU Keperawatan no 38 Tahun 2014, mengenai
profesionalisme perawat
2. Adanya peluang untuk melanjutkan pendidikan bagi semua perawat ke
jenjang yang lebih tinggi di ruangan Merak
3. Peluang untuk meningkatkan ketrampilan sebagi perawat profesional
agar meningkatakn mutu pelayanan di ruang Merak
49

4. Adanya pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean, dimana perawat


berpotensi terlibat dalam pertukaran tenaga keperawatan atau tenaga
kesehatan baik dalam maupun luar negeri.
5. Adanya mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Immanuel yang praktek di ruang Merak
d. Ancaman (Threats)
1. Banyaknya rumah sakit dengan mutu dan pelayanan serta tenaga
kesehatan yang sama baiknya dari RSAU dr. M. Salamun.
2. Adanya peningkatan teknologi informasi yang membuat masyarakat
semakin kritis dalam menilai pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
3. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan profesional
dan berkualitas.
50

1 1. Matriks Strategi
Internal Strength (S) Weakness (W)
1. RSAU dr. M. Salamun adalah Rumah 1. Belum optimalnya penerapan
Sakit yang terakreditasi Paripurna MPKP metode Tim
2. Kepala ruangan Merak berlatar belakang 2. Belum optimal edukasi tentang
anggota TNI dengan pengalaman kerja 20 identifikasi penggunaan gelang
tahun tersertifikasi. pasien
3. Ruang Merak memiliki tenaga kerja 3. Belum optimal pendidikan
dengan kualifikasi pendidikan Ners 3 kesehatan pada keluarga pasien
orang, S-1 Keperawatan 1 orang dan D-III mengenai cuci tangan.
Keperawatan 9 orang.
4. Ruang Merak memiliki staf non kesehatan
yang terdiri atas 1 orang petugas
administrasi, tim gizi, tim kesling dan tim
house keeper .
5. Ruang Merak memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 88,
SAK sejumlah 30.
51

Eksternal 6. Ruang Merak memiliki peralatan yang


sesuai dengan daftar peralatan ruangan
dan dapat menunjang kebutuhan pasien.
7. Ruang Merak memiliki bed cangih yang
mempermudah pelayanan terhadap pasien
(Bed Acesor Support Platinum) 26 bed.
8. Ruang Merak memiliki tenaga perawat
yang telah mengikuti pelatihan yang
diprogramkan dari rumah sakit (BHD,
PPGD, ENIL, Patien safety, APAR).
9. Lingkungan ruang Merak terlihat bersih,
rapi, lingkungan sangat kondusif bagi
klien, pengunjung dan saat melakukan
pelayanan kesehatan
10. Ruang Merak memiliki tempat
penyimpanan obat yang sesuai dengan
identitas masing-masing pasien
52

11. Ruang Merak memiliki O2 sentral


memudahkan penanganan emergancy
pada pasien gangguan pola pernapasan.
12. Ruang Merak memiliki formulir EWS,
hak dan kewajiban pasien.
Opportunities (O) : SO Strategi: WO Strategi :
1. Telah disahkannya UU Keperawatan 1. Ruang Merak memiliki tenaga 1. Melakukan perekrutan atau
no 38 Tahun 2014, mengenai kesehatan professional dengan penambahan jumlah tenaga kerja serta
profesionalisme perawat kualifikasi pendidikan Ners, S-1 dan melakukan pelatihan kentrampila
2. Perawat bisa diikut sertakan dalam D-III diharapakan dapat meraih kerja profesional
setiap pelatihan (BHD, ENIL, pasien sama antar rumah sakit didalam 2. Perlu adanya workshop tentang
safety, PPGD, APAR). ataupun luar negeri. metode tim
3. Adanya peluang untuk melanjutkan 2. Tenaga kesehatan Ruang Merak 3. Memotivasi perawat tentang
pendidikan bagi semua perawat ke dengan kualifikasi pendidikan Ners, pentingnya edukasi tentang cuci
jenjang yang lebih tinggi di ruangan S-1 dan D-III merupakan kekuatan tangan
Merak untuk menangkap peluang kebijakan 4. Meningkatkan pengalaman perawat
4. Peluang untuk meningkatkan rumah sakit dalam mengadakan ruangan dengan menangkap peluang
ketrampilan sebagai perawat pelatihan-pelatihan serta melanjutkan kebijakan rumah sakit dalam
studi kejenjang yang lebih tinggi. mengadakan dan mengikuti pelatihan
53

profesional agar meningkatakn mutu 3. Dengan dijadikannya ruang Merak serta melanjutkan studi ke jenjang
pelayanan di ruang Merak sebagai lahan praktik pendidikan, yang lebih tinggi.
5. Adanya pasar bebas Masyarakat dapat membantu perawat dalam
Ekonomi Asean, dimana perawat melakukan setiap tindakan sesuai
berpotensi terlibat dalam pertukaran dengan Standar Operasional
tenaga keperawatan atau tenaga Prosedur.
kesehatan baik dalam maupun luar 4. Ruang Merak memiliki tenaga
negeri. perawat yang telah mengikuti
6. Adanya mahasiswa Program Profesi pelatihan yang diprogramkan dari
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan rumah sakit (BHD, PPGD, ENIL,
Immanuel yang praktek di ruang Patien safety, APAR). Merupakan
Merak kekuatan untuk meningkatkan
peluang ketrampilan sebagai perawat
profesional agar meningkatakn mutu
pelayanan di ruang Merak.

Threats (T) : ST Strategi: WT Strategi :


1. Banyaknya rumah sakit dengan mutu 1. Adanya perawat dengan kualifikasi 1. Terkait dengan tuntutan masyarakat
dan pelayanan serta tenaga kesehatan pendidikan Ners, S-1 dan D-III tentang pelayanan keperawatan maka
54

yang sama baiknya dari RSAU dr. M. merupakan sebuah kekuatan dalam kebutuhan tenaga kerja harus sesuai
Salamun. memenuhi hak-hak konsumen. dengan jumlah pasien yang dirawat
2. Adanya peningkatan teknologi 2. Dengan adanya bed canggih di ruang 2. Terkait dengan tingginya tuntutan
informasi yang membuat masyarakat Merak dapat meningkatkan pemberian masyarakat mengenai pemberian
semakin kritis dalam menilai pelayanan yang berkualitas pada pasien. pelayanan kesehatan yang professional
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. 3. Adanya perawat dengan kualifikasi dan berkualitas, maka penerapan
3. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pendidikan Ners, S-1 dan D-III model praktik keperawatan
pelayanan kesehatan profesional dan merupakan kekuatan untuk memperkecil professional harus dioptimalkan
berkualitas. persaingan antar rumah sakit yang secara signifikan
semakin kuat.
4. Ruang Merak memiliki tenaga perawat
yang telah mengikuti pelatihan yang
diprogramkan dari rumah sakit (BHD,
PPGD, ENIL, Patien safety, APAR).
Dengan mengikuti pelatihan tersebut
masyarakat dapat mendapatkan
pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas.
2
55

2. MATRIKS IFE
NO Faktor Bobot Rating Skor
1. 1. RSAU dr. M. Salamun adalah 0,1 3 0,3
Rumah Sakit yang terakreditasi
Paripurna
2. Kepala ruangan Merak berlatar 0,06 3 0,18
belakang anggota TNI dengan
pengalaman kerja 20 tahun
tersertifikasi.
3. Ruang Merak memiliki tenaga 0,1 1 0,1
kerja dengan kualifikasi
pendidikan Ners 3 orang, S-1
Keperawatan 1 orang dan D-III
Keperawatan 9 orang.
4. Ruang Merak memiliki staf non 0,04 2 0.08
kesehatan yang terdiri atas 1
orang petugas administrasi, tim
gizi, tim kesling dan tim house
keeper . 0,08 2 0,16
5. Ruang Merak memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP)
sejumlah 88, SAK sejumlah 30. 0,04 3 0,12
6. Ruang Merak memiliki peralatan
yang sesuai dengan daftar
peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien. 0,03 2 0,06
7. Ruang Merak memiliki bed
cangih yang mempermudah
pelayanan terhadap pasien (Bed
Acesor Support Platinum) 26 0,2 4 0,8
bed.
56

8. Ruang Merak memiliki tenaga


perawat yang telah mengikuti
pelatihan yang diprogramkan dari
rumah sakit (BHD, PPGD, ENIL, 0,04 2 0,08
Patien safety, APAR).
9. Lingkungan ruang Merak terlihat
bersih, rapi, lingkungan sangat
kondusif bagi klien, pengunjung
dan saat melakukan pelayanan 0,04 2 0,08
kesehatan
10. Ruang Merak memiliki tempat
penyimpanan obat yang sesuai
dengan identitas masing-masing 0,05 3 0,15
pasien
11. Ruang Merak memiliki O2 sentral
memudahkan penanganan
emergancy pada pasien gangguan 0,03 2 0,06
pola pernapasan.
12. Ruang Merak memiliki formulir
EWS, hak dan kewajiban pasien.

Total S 2,17
57

2. 1. Belum optimalnya 0,05 1 0,05


penerapan MPKP metode
Tim
2. Belum optimal edukasi 0,05 1 0,05
tentang identifikasi
penggunaan gelang pasien
3. Belum optimal pendidikan 0,05 1 0,05
kesehatan pada keluarga
pasien mengenai cuci
tangan.

Total W 0,15

Total nilai 1
58

Keterangan :
Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki
nilai :
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat
Jadi, reting mengacu pada kondisi RS, sedangkan bobot mengacu pada
industri dimna perusahan berada
1. Kalikan antara bobot dan reting dari masing-masing faktor untuk
menentukan nilai skor
2. Jumlah semua skor untuk mendapat skor total bagi RS yang dinilai.
Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilai dibawah 2,5 menandakan bahwa
secara internal, RS adalah lemah, sedangkan nilai yang berada diatas
2,5 menunjukan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks
EFE, matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-
faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selaulu
berjumlah 1,0.
59

3. MATRIKS EFE
No Faktor Bobot Reting Skor
1. Peluang
1. Telah disahkannya UU 0,3 4 1,2
Keperawatan no 38 Tahun 2014,
mengenai profesionalisme
perawat
2. Adanya peluang untuk 0,1 2 0,2
melanjutkan pendidikan bagi
semua perawat ke jenjang yang
lebih tinggi di ruangan Merak 0,04 4 0,16
3. Peluang untuk meningkatkan
ketrampilan sebagi perawat
profesional agar meningkatakn
mutu pelayanan di ruang Merak 0,08 3 0,24
4. Adanya pasar bebas Masyarakat
Ekonomi Asean, dimana perawat
berpotensi terlibat dalam
pertukaran tenaga keperawatan
atau tenaga kesehatan baik dalam
maupun luar negeri. 0,05 3 0,15
5. Adanya mahasiswa Program
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Merak

Total O 1
2. Ancaman
60

1. Banyaknya rumah sakit 0,2 4 0,8


dengan mutu dan pelayanan
serta tenaga kesehatan yang
sama baiknya dari RSAU dr.
M. Salamun.
2. Adanya peningkatan teknologi 0,09 4 0,36
informasi yang membuat
masyarakat semakin kritis
dalam menilai pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.
3. Tingginya tuntutan 0,06 3 0,18
masyarakat terkait pelayanan
kesehatan profesional dan
berkualitas.
Total T 1,34
Total nilai 1

Keterangan :
Reting setiap critical success factors antara 1 sampai 4, dimana:
1= dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus
Reting ditentukan berdasarkan efektifitas strategis rumah sakit. Dengan
demikian nilai didasarkan pada kondisi RS.
Jadi, reting mengacu pada kondisi RS, sedangkan bobot mengacu pada
industri dimana perusahan berada :
1. Kalikan antara bobot dan reting dari masing-masing faktor untuk
menentukan nilai skor
2. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahan
yang dinilai. Skor 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon
61

dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan
menghindari ancama-ancaman di pasar industri. Sementara itu, skor
total sebesar 1,0 menunjukan bahwa perusahan tidak memanfaatkan
peluang-peluang yang ada atau tidak menghindar ancaman-ancaman
eksternal.

4. Diagram Cartesius Analisa Swot

Opportunity

,5

-7 Weaknes
-6 -5 -4 -3 -2 -1 4 5 6 Strength
1 2 3 7

-1

-2

-3

-4

-5

-6

-,7

Treats

Jadi dilihat dari diagram cartesius ruang Merak berada pada kuadaran 1
yaitu kuadran Aggressive Strategy. Dimana kuadran ini menunjukan
situasi yang sangat menguntungkan. Ruangan tersebut memiliki peluang
dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategi)

5. Identifikasi Masalah
1. Belum optimalnya penerapan MPKP metode Tim
2. Belum optimal edukasi tentang identifikasi penggunaan gelang pasien
62

3. Belum optimal pendidikan kesehatan pada keluarga pasien mengenai


cuci tangan.Scoring Perumusan Masalah
No MASALAH Mg Sv Mn Nc Af SKOR KET
1 Kurang 5 5 3 3 4 20 I
optimalnya
penerapan
MPKP metode
Tim

2 Kurang optimal 4 5 3 3 3 18 III


edukasi tentang
identifikasi
penggunaan
gelang pasien

3 Kurang optimal 5 4 3 3 4 19 II
pendidikan
kesehatan pada
keluarga pasien
mengenai cuci
tangan

4. Prioritas Masalah
a. Belum optimalnya penerapan MPKP metode Tim
b. Belum optimal edukasi tentang identifikasi penggunaan gelang pasien
c. Belum optimal pendidikan kesehatan pada keluarga pasien mengenai
cuci tangan.
63

Proses untuk memprioritaskan masalah dengan metode pembobotan


yang memperhatikan aspek:
Magnitude (Mg) : Kecendrungan besar dan seringnya masalah
terjadi
Severy (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh
masalah
Managebility (Mn) : Berfokus pada perawatan sehingga dapat di atur
Nursing Consent (Ne) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
Affability (Af) : Ketersedian sumberdaya

Rentang Nilai:
Sangat tidak penting :1
Tidak Penting :2
Cukup Penting :3
Penting :4
Sangat Penting :5
108

5. Fish Bone Analysis


1. Kurang optimalnya penerapan MPKP metode Tim
MATERIAL
Tidak ada struktur
bagan metode tim dan
MAN MONEY
job description, belum
a) Tenaga perawat tidak sesuai dengan adanya
rasio perawat
b) Kurangnya pengetahuan perawat
tentang peran dan fungsinya dalam
metode tim
PROBLEM
Belum optimalnya
penerapan MPKP metode
Tim

METHODE ENVIRONMENT
MACHINE
109

2. Kurang optimal edukasi tentang identifikasi penggunaan gelang pasien

MAN

Kurangnya pengetahuan perawat


tentang pentingnya meakukan
identifikasi penggunaan gelang
pasien MATERIAL

MONEY

PROBLEM
Belum optimal edukasi
tentang identifikasi
penggunaan gelang
pasien
METHODE

ENVIRONMENT
MACHINE
110

3. Kurang optimal pendidikan kesehatan pada keluarga pasien mengenai cuci tangan.

MAN
a) Kurangnya
pengetahuan keluarga
MATERIAL
tentang penularan
infeksi nosocomial Ketersedianya westafel yang
jauh dari jangkauan

MONEY

PROBLEM
Belum optimal edukasi
cuci tangan pada
keluarga pasien .

METHODE MACHINE ENVIROMENT


111

PLANING OF ACTION
No Masalah Tujuan Strategi Kegiatan Sasaran Waktu PJ
1 Kurang Optimalnya Meningkatkan Koordinasi a) melakukan Perawat Pukul Firmina
penerapan MPKP SDM khusunya dengan CI deseminasi tentang ruangan 13:00 Wib Dewi dan
Metode Tim di ruangan dalam MPKP Metode tim merak Dewi
merak dan pembuatan b) melakukkan Adriana
mengurangi proposal redemonstrasi atau Kawang
beban kerja mengenai role play tentang
perawat perekrutan MPKP metode tim
tenaga perawat
serta
melakukan
workshop
tentang MPKP
metode tim
2. Kurang optimal Meningkan 6 Koordinasi a) melakukan Pasien Pukul Hengki
edukasi tentang sasaran dengan karu demseminasi dan 09:00 WIB Joktery
identifikasi keselamatan dalam tentang 6 sasaran keluarga Dan Desy
pasien resosialisasi keselamatan pasien pasien
112

penggunaan gelang tentang 6 b) melakukan ruang Arsandy


pasien sasaran redemonstrasi merak Lapangoyu
keselamatan edukasi tentang
pasien identifikasi
penggunaan gelang
pasien
3. Kurang optimal Untuk Konsultasi ci a) melakukan Pasien Pukul Hengki
pendidikan kesehatan meningkatkan dalam Desminasi tentang dan 10:00 WIB Joktery dan
pada keluarga pasien pencegahan pembuatan cuci tangan keluarga Aryuni santi
mengenai cuci tangan dalam penularan media sebagai b) melakukan pasien Dwijayanti
infeksi sumber redemonstrasi ruang
informasi tentang langkah- merak
tentang cuci langkah cuci tangan
tangan yang benar dan five
moment.

Anda mungkin juga menyukai