Bab Iii.
Bab Iii.
Gagasan untuk membangun suatu Rumah Sakit TNI AU tercetus dengan alasan
bahwa TNI AU harus mempunyai tempat penampungan penderitanya sendiri
dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi kesehatan umum dan kesehatan khusus.
Kesehatan umum adalah dalam arti merawat dan mengobatai para anggota TNI AU
berserta keluarganya. Sedangkan kesehatan khusus yaitu rangkaian kegiatan bidang
kesehatan penerbangan, dengan mengadakan medical check up, kegiatan penelitian
34
dan pengembangan melalui tim kesehatan khusus, serta kegiatan dukungan operasi
khusus tingkat angkatan (TNI) maupun nasional. Selain kegiatan-kegiatan tersebut
diatas, rumah sakit mengadakan pula Civic Mission dengan melayani masyarakat
disekitarnya.
Sejalan dengan tuntutan organisasi, Rumah Sakit TNI Angkatan Udara tingkat II
Dr. M. Salamun yang semangkin berkembang dan semangkin komplek dalam
permasalahan, maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes TNI AU
sehingga permasalahan Rumah Sakit dapat teratasi. Berdasarkan keputusan Kasau
Nomor : Kep/03/II/1998 3 Februari 1998 tentang pokok-pokok organisasi dan
prosedur oselon pelaksana pusat tingkat Mabes AU, status Rumah Sakit TNI AU
Tk: II Dr. M. Salamun Lanud Husein Satranegara kembali dibawah kendali pusat
sebagai Badan Pelaksana Teknis Diskes TNI AU dengan tugas pokok sebagai
berikut: Melaksanakan Dukungan Kesehatan Bagi Setiap operasi TNI AU,
Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Bagi Anggota TNI atau Keluarga, Sebagai
Rumah Sakit Rujukan Bagi Rumah Sakit TNI AU Wilayah Jawa Barat.
35
Ruang Merak merupakan ruang rawat inap kelas II dan III merupakan ruangan
pelayanan interne, pasien dewasa perempuan. Jumlah perawat di ruangan 13 orang
sudah termasuk kepala ruangan dengan tingkat pendidikan lulusan Ners berjumlah
3 orang, S1 Keperawatan 1 orang, dan DIII keperawatan 9 orang. Kapasitas tempat
tidur 27 bed, dan 3 ruangan isolasi.
KEPALA URUSAN
RUANG MERAK DPJP
WAKIL KEPALA
URUSAN
RUANG MERAK
URUSAN CLINICAL
ADMINISTRASI INSTRUKTUR
KELOMPOK LOGISTIK
TIM I TIM II PENDUKUNG
36
Pendidikan Lama
No Nama Jabatan
Terakhir Bekerja
Tabel 3.3
Kualifikasi Pendidikan
Perawat Ruang Merak RSAU dr. M. Salamun
No. Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. S.Kep,.Ners 3 orang 23,1%
2. DIII Keperawatan 9 orang 69,2%
3. Sarjana Keperawatan 1 orang 7,7%
Total 13 orang 100%
Sumber : Dok. Ruangan Merak November, 2018
Interpretasi data:
Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan perawat di ruang Merak
adalah profesi Ners berjumlah 3 orang dengan persentase 23,1%, tingkat
pendidikan S1 keperawatan berjumlah 1 orang dengan persentase 7,7% dan
tingkat pendidikan D3 Keperawatan berjumlah 9 orang dengan persentase
69,2% dari keseluruhan tenaga kerja perawat di ruang Merak.
3) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Perawat Merak
a. Perhitungan BOR
Perhitungan BOR menggunakan rumus DEPKES RI, 2005 adalah :
𝑙𝑎𝑚𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐵𝑂𝑅 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑑 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
119
= 𝑥 100%
26𝑥31
= 25%
25% x 26 = 6,5
Jadi, jumlah rata-rata pasien dalam bulan Oktober 2018 adalah 6 orang.
Diketahui:
Minimal Care = 3% x 6 pasien = 0,18 (1 pasien)
38
104 + 12 + 14
= 𝑥 12
235
39
= 6,63 (7𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
Faktor Koreksi
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 + 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑑𝑎𝑦)𝑥 25%
Interpretasi data :
Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah penyakit selama 1 Bulan terakhir di
Ruang Merak berjumlah 22 penyakit yang terdiri dari penyakit CHF yang
berjumlah 10 dengan persentase 9,25%, GEA berjumlah 17 dengan persentase
15,7%, DHF berjumlah 6 dengan persentase 5,55 %, Stroke berjumlah 16
dengan persentase 14,81 %, CKD berjumlah 7 dengan persentase 6,48 %,
Pneumonia berjumlah 1 dengan persentase 0,92 %, TB berjumlah 1 dengan
persentase 0,92 %, STEMI sebanyak 2 dengan persentase 1,85 %,
Broncopneumonia berjumlah 2 dengan persentase 1,85 %, PPOK berjumlah
2 dengan persentase 1,85, Ileus berjumlah 2 dengan persentase 1,85 %,
Dispepsia sebanyak 2 dengan persentase 1,85 %, Anemia berjumlah 2 dengan
persentase 1,85%, Vertigo berjumlah 4 dengan persentase 3,70 %, Thypoid
berjumlah 4 dengan persentase 5,4%, Asma berjumlah 6 dengan persentase
5,55%, DM berjumlah 10 dengan persentase 9,25%, Vertigo berjumlah 9
dengan persentase 8,33%, Radiculopaty berjumlah 9 dengan persentase
8,33%, Hernia serebri berjumlah 1 dengan persentase 0,92 %, Cephalgia
berjumlah 1 dengan persentase 0,92 %, Ensepalopaty berjumlah 2 dengan
persentase 1,85 %, GERD berjumlah 1 dengan persentase 0,92 %.
b. Sarana dan Prasarana (Material)
a) Lokasi dan denah
42
R. Isolasi
WC WC
Gudang 25
S.H
2 3
KELAS II 24
3 2 1 WC
4
N.S
43
Keterangan :
1 : kelas 2 kamar 1
2 : kelas 2 kamar 1
3 : kelas 2 kamar 3
4 : kelas 3 kamar 4
5 : kelas 3 kamar 5
6 : kelas 3 kamar 6
7 : kelas 3 kamar 7
8 : kelas 3 kamar 8
9 : kelas 3 kamar 9
10 : kelas 3 kamar 10
11 : kelas 3 kamar 11
12 : kelas 3 kamar 12
13 : Ruang Isolasi
14 : Ruang Isolasi
15 : kelas 3 kamar 15
16 : kelas 3 kamar 16
17 : kelas 3 kamar 17
18 : kelas 3 kamar 18
19 : kelas 3 kamar 19
20 : kelas 3 kamar 20
21 : kelas 3 kamar 21
22 : kelas 3 kamar 22
23 : kelas 3 kamar 23
24 : kelas 3 kamar 24
25 : Ruang Isolasi
26 : Isolasi Baru
RG : Ruang ganti perawat
R.K :Ruang Kepala Ruangan
44
LL : Lemari laken
N.S : Nurse Station
WC 1 : kamar mandi peraw
WC 2 : kamar mandi pasien
WC 3 : kamar mandi pasien
WC : kamar mandi pasien
S.H : Spoelhoek
G : gudang
b) Peralatan dan fasilitas
Tabel 3.6
Fasilitas dan Alat Kesehatan
Ruang Merak RSAU DR M Salamun
Interpretasi data :
Berdasarkan tabel 3.6 diatas, menunjukkan fasilitas yang paling banyak
tersedia di ruang Merak yaitu standar infuse dan tempat sampah non
infeksius masih layak pakai.
1) Fasilitas untuk petugas kesehatan
Fasilitas yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan di Ruang Merak
terdiri atas ruangan kepala ruangan, 1 kamar mandi perawat/WC dengan
wastafel, 1 nursing station berada di depan pintu masuk ruangan pasien
beserta dengan 1 ruang ganti perawat dan 1 ruang alat tenun.
2) Fasilitas atau Kapasitas tempat tidur yang ada di ruang Merak
Tabel 3.7
Jumlah Tempat Tidur di Ruang Merak
Jumlah Tempat
No. Ruang Kamar
Tidur
Kelas II 3
Kelas III 19
1 Merak
Ruang Isolasi 4
f. Lingkungan (Environtment)
Tabel 3.9
Kajian lingkungan ruang Merak
Kategori Nilai Usulan
Ventilasi Baik -
Pencahayaan Baik -
Kebersihan Baik -
Kerapihan tempat -
Baik
tidur
Dispensing room Cukup baik Sebaiknya penempatan
kursi roda dipisahkan
dan jangan disatukan di
dispensing
Penempatan Cukup baik -
safety box
Tempat sampah Baik -
infeksius dan non
infeksius
4. Ruang Merak memiliki staf non kesehatan yang terdiri atas 1 orang
petugas administrasi, tim gizi, tim kesling dan tim house keeper.
5. Ruang Merak memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) sejumlah
88, SAK sejumlah 30.
6. Ruang Merak memiliki peralatan yang sesuai dengan daftar peralatan
ruangan dan dapat menunjang kebutuhan pasien.
7. Ruang Merak memiliki bed cangih yang mempermudah pelayanan
terhadap pasien (Bed Acesor Support Platinum) 26 bed.
8. Ruang Merak memiliki tenaga perawat yang telah mengikuti pelatihan
yang diprogramkan dari rumah sakit (BHD, PPGD, ENIL, Patien safety,
APAR).
9. Lingkungan ruang Merak terlihat bersih, rapi, lingkungan sangat
kondusif bagi klien, pengunjung dan saat melakukan pelayanan
kesehatan
10. Ruang Merak memiliki tempat penyimpanan obat yang sesuai dengan
identitas masing-masing pasien
11. Ruang Merak memiliki O2 sentral memudahkan penanganan emergancy
pada pasien gangguan pola pernapasan.
12. Ruang Merak memiliki formulir EWS, hak dan kewajiban pasien.
b. Kelemahan (Weakness)
1. Belum optimalnya penerapan MPKP metode Tim
2. Belum optimal edukasi tentang identifikasi penggunaan gelang pasien
3. Belum optimal pendidikan kesehatan pada keluarga pasien mengenai
cuci tangan.
c. Peluang (opportunities)
1. Telah disahkannya UU Keperawatan no 38 Tahun 2014, mengenai
profesionalisme perawat
2. Adanya peluang untuk melanjutkan pendidikan bagi semua perawat ke
jenjang yang lebih tinggi di ruangan Merak
3. Peluang untuk meningkatkan ketrampilan sebagi perawat profesional
agar meningkatakn mutu pelayanan di ruang Merak
49
1 1. Matriks Strategi
Internal Strength (S) Weakness (W)
1. RSAU dr. M. Salamun adalah Rumah 1. Belum optimalnya penerapan
Sakit yang terakreditasi Paripurna MPKP metode Tim
2. Kepala ruangan Merak berlatar belakang 2. Belum optimal edukasi tentang
anggota TNI dengan pengalaman kerja 20 identifikasi penggunaan gelang
tahun tersertifikasi. pasien
3. Ruang Merak memiliki tenaga kerja 3. Belum optimal pendidikan
dengan kualifikasi pendidikan Ners 3 kesehatan pada keluarga pasien
orang, S-1 Keperawatan 1 orang dan D-III mengenai cuci tangan.
Keperawatan 9 orang.
4. Ruang Merak memiliki staf non kesehatan
yang terdiri atas 1 orang petugas
administrasi, tim gizi, tim kesling dan tim
house keeper .
5. Ruang Merak memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) sejumlah 88,
SAK sejumlah 30.
51
profesional agar meningkatakn mutu 3. Dengan dijadikannya ruang Merak serta melanjutkan studi ke jenjang
pelayanan di ruang Merak sebagai lahan praktik pendidikan, yang lebih tinggi.
5. Adanya pasar bebas Masyarakat dapat membantu perawat dalam
Ekonomi Asean, dimana perawat melakukan setiap tindakan sesuai
berpotensi terlibat dalam pertukaran dengan Standar Operasional
tenaga keperawatan atau tenaga Prosedur.
kesehatan baik dalam maupun luar 4. Ruang Merak memiliki tenaga
negeri. perawat yang telah mengikuti
6. Adanya mahasiswa Program Profesi pelatihan yang diprogramkan dari
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan rumah sakit (BHD, PPGD, ENIL,
Immanuel yang praktek di ruang Patien safety, APAR). Merupakan
Merak kekuatan untuk meningkatkan
peluang ketrampilan sebagai perawat
profesional agar meningkatakn mutu
pelayanan di ruang Merak.
yang sama baiknya dari RSAU dr. M. merupakan sebuah kekuatan dalam kebutuhan tenaga kerja harus sesuai
Salamun. memenuhi hak-hak konsumen. dengan jumlah pasien yang dirawat
2. Adanya peningkatan teknologi 2. Dengan adanya bed canggih di ruang 2. Terkait dengan tingginya tuntutan
informasi yang membuat masyarakat Merak dapat meningkatkan pemberian masyarakat mengenai pemberian
semakin kritis dalam menilai pelayanan yang berkualitas pada pasien. pelayanan kesehatan yang professional
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. 3. Adanya perawat dengan kualifikasi dan berkualitas, maka penerapan
3. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pendidikan Ners, S-1 dan D-III model praktik keperawatan
pelayanan kesehatan profesional dan merupakan kekuatan untuk memperkecil professional harus dioptimalkan
berkualitas. persaingan antar rumah sakit yang secara signifikan
semakin kuat.
4. Ruang Merak memiliki tenaga perawat
yang telah mengikuti pelatihan yang
diprogramkan dari rumah sakit (BHD,
PPGD, ENIL, Patien safety, APAR).
Dengan mengikuti pelatihan tersebut
masyarakat dapat mendapatkan
pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas.
2
55
2. MATRIKS IFE
NO Faktor Bobot Rating Skor
1. 1. RSAU dr. M. Salamun adalah 0,1 3 0,3
Rumah Sakit yang terakreditasi
Paripurna
2. Kepala ruangan Merak berlatar 0,06 3 0,18
belakang anggota TNI dengan
pengalaman kerja 20 tahun
tersertifikasi.
3. Ruang Merak memiliki tenaga 0,1 1 0,1
kerja dengan kualifikasi
pendidikan Ners 3 orang, S-1
Keperawatan 1 orang dan D-III
Keperawatan 9 orang.
4. Ruang Merak memiliki staf non 0,04 2 0.08
kesehatan yang terdiri atas 1
orang petugas administrasi, tim
gizi, tim kesling dan tim house
keeper . 0,08 2 0,16
5. Ruang Merak memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP)
sejumlah 88, SAK sejumlah 30. 0,04 3 0,12
6. Ruang Merak memiliki peralatan
yang sesuai dengan daftar
peralatan ruangan dan dapat
menunjang kebutuhan pasien. 0,03 2 0,06
7. Ruang Merak memiliki bed
cangih yang mempermudah
pelayanan terhadap pasien (Bed
Acesor Support Platinum) 26 0,2 4 0,8
bed.
56
Total S 2,17
57
Total W 0,15
Total nilai 1
58
Keterangan :
Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki
nilai :
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat
Jadi, reting mengacu pada kondisi RS, sedangkan bobot mengacu pada
industri dimna perusahan berada
1. Kalikan antara bobot dan reting dari masing-masing faktor untuk
menentukan nilai skor
2. Jumlah semua skor untuk mendapat skor total bagi RS yang dinilai.
Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilai dibawah 2,5 menandakan bahwa
secara internal, RS adalah lemah, sedangkan nilai yang berada diatas
2,5 menunjukan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks
EFE, matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-
faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selaulu
berjumlah 1,0.
59
3. MATRIKS EFE
No Faktor Bobot Reting Skor
1. Peluang
1. Telah disahkannya UU 0,3 4 1,2
Keperawatan no 38 Tahun 2014,
mengenai profesionalisme
perawat
2. Adanya peluang untuk 0,1 2 0,2
melanjutkan pendidikan bagi
semua perawat ke jenjang yang
lebih tinggi di ruangan Merak 0,04 4 0,16
3. Peluang untuk meningkatkan
ketrampilan sebagi perawat
profesional agar meningkatakn
mutu pelayanan di ruang Merak 0,08 3 0,24
4. Adanya pasar bebas Masyarakat
Ekonomi Asean, dimana perawat
berpotensi terlibat dalam
pertukaran tenaga keperawatan
atau tenaga kesehatan baik dalam
maupun luar negeri. 0,05 3 0,15
5. Adanya mahasiswa Program
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Immanuel yang
praktek di ruang Merak
Total O 1
2. Ancaman
60
Keterangan :
Reting setiap critical success factors antara 1 sampai 4, dimana:
1= dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus
Reting ditentukan berdasarkan efektifitas strategis rumah sakit. Dengan
demikian nilai didasarkan pada kondisi RS.
Jadi, reting mengacu pada kondisi RS, sedangkan bobot mengacu pada
industri dimana perusahan berada :
1. Kalikan antara bobot dan reting dari masing-masing faktor untuk
menentukan nilai skor
2. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahan
yang dinilai. Skor 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon
61
dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan
menghindari ancama-ancaman di pasar industri. Sementara itu, skor
total sebesar 1,0 menunjukan bahwa perusahan tidak memanfaatkan
peluang-peluang yang ada atau tidak menghindar ancaman-ancaman
eksternal.
Opportunity
,5
-7 Weaknes
-6 -5 -4 -3 -2 -1 4 5 6 Strength
1 2 3 7
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-,7
Treats
Jadi dilihat dari diagram cartesius ruang Merak berada pada kuadaran 1
yaitu kuadran Aggressive Strategy. Dimana kuadran ini menunjukan
situasi yang sangat menguntungkan. Ruangan tersebut memiliki peluang
dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategi)
5. Identifikasi Masalah
1. Belum optimalnya penerapan MPKP metode Tim
2. Belum optimal edukasi tentang identifikasi penggunaan gelang pasien
62
3 Kurang optimal 5 4 3 3 4 19 II
pendidikan
kesehatan pada
keluarga pasien
mengenai cuci
tangan
4. Prioritas Masalah
a. Belum optimalnya penerapan MPKP metode Tim
b. Belum optimal edukasi tentang identifikasi penggunaan gelang pasien
c. Belum optimal pendidikan kesehatan pada keluarga pasien mengenai
cuci tangan.
63
Rentang Nilai:
Sangat tidak penting :1
Tidak Penting :2
Cukup Penting :3
Penting :4
Sangat Penting :5
108
METHODE ENVIRONMENT
MACHINE
109
MAN
MONEY
PROBLEM
Belum optimal edukasi
tentang identifikasi
penggunaan gelang
pasien
METHODE
ENVIRONMENT
MACHINE
110
3. Kurang optimal pendidikan kesehatan pada keluarga pasien mengenai cuci tangan.
MAN
a) Kurangnya
pengetahuan keluarga
MATERIAL
tentang penularan
infeksi nosocomial Ketersedianya westafel yang
jauh dari jangkauan
MONEY
PROBLEM
Belum optimal edukasi
cuci tangan pada
keluarga pasien .
PLANING OF ACTION
No Masalah Tujuan Strategi Kegiatan Sasaran Waktu PJ
1 Kurang Optimalnya Meningkatkan Koordinasi a) melakukan Perawat Pukul Firmina
penerapan MPKP SDM khusunya dengan CI deseminasi tentang ruangan 13:00 Wib Dewi dan
Metode Tim di ruangan dalam MPKP Metode tim merak Dewi
merak dan pembuatan b) melakukkan Adriana
mengurangi proposal redemonstrasi atau Kawang
beban kerja mengenai role play tentang
perawat perekrutan MPKP metode tim
tenaga perawat
serta
melakukan
workshop
tentang MPKP
metode tim
2. Kurang optimal Meningkan 6 Koordinasi a) melakukan Pasien Pukul Hengki
edukasi tentang sasaran dengan karu demseminasi dan 09:00 WIB Joktery
identifikasi keselamatan dalam tentang 6 sasaran keluarga Dan Desy
pasien resosialisasi keselamatan pasien pasien
112