0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan4 halaman
Dokumen ini membahas hasil wawancara pasien asma tentang riwayat penyakit, faktor risiko, pengetahuan, pengobatan, dan kepatuhan pasien. Pasien didiagnosa asma sejak 2015, memiliki faktor risiko keturunan dan alergi, mengkonsumsi obat ambroxol, aminofilin, dan metilprednison, serta patuh dalam kontrol dan pengobatan.
Dokumen ini membahas hasil wawancara pasien asma tentang riwayat penyakit, faktor risiko, pengetahuan, pengobatan, dan kepatuhan pasien. Pasien didiagnosa asma sejak 2015, memiliki faktor risiko keturunan dan alergi, mengkonsumsi obat ambroxol, aminofilin, dan metilprednison, serta patuh dalam kontrol dan pengobatan.
Dokumen ini membahas hasil wawancara pasien asma tentang riwayat penyakit, faktor risiko, pengetahuan, pengobatan, dan kepatuhan pasien. Pasien didiagnosa asma sejak 2015, memiliki faktor risiko keturunan dan alergi, mengkonsumsi obat ambroxol, aminofilin, dan metilprednison, serta patuh dalam kontrol dan pengobatan.
Pada observasi/wawancara pasien Asthma, dari hasil wawancara pada pasien
asthma dapat dilihat dari tabel hasil responden/ wawancara berdasarkan data base pasien, riwayat penyakit, faktor resiko, pengetahuan pasien tentang penyakit, pengobatan yang dijalani, kepatuhan pasien, dan berdasarkan masalah terkait obat/DRP. Dari hasil wawancara, data base pasien telah lengkap. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada pasien Asthma yaitu riwayat penyakit yang terdiri dari sejak kapan terdiagnosa asthma yaitu sejak tahun 2015 sampai sekarang, untuk informasi diagnosa itu dari dokter. Pasien selalu rutin kontrol yaitu 1 kali seminggu/setelah obat dihabiskan, untuk derajat asthma pasien dimana penyakit pasien kambuh pada saat pasien melakukan aktivitas kerja berat, alergi dingin dan debu. Pada hasil wawancara pasien asthma yaitu faktor resiko terdiri dari keturunan, alergi, lingkungan, kerja berat, infeksi saluran nafas, merokok, dan stres. Dari hasil wawancara dimana pasien mengalami faktor keturunan penyakit astma dari keluarganya, dan alergi terhadap dingin, debu. Pasien tidak melakukan aktifitas kerja berat dan tidak merokok. Pada hasil wawancara pasien asthma yaitu pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang terdiri dari informasi tentang penyakit dan keluhan pasien. Dari hasil wawancara pasien asma dimana pasien tahu informasi tentang penyakitnya yaitu pada saat pasien melalukan pekerjaan berat, debu, dan merasa dingin penyakit pasien langsung kambuh. Berdasarkan hasil wawancara pasien asma yaitu pengobatan yang dijalani yaitu sejak kapan berobat, berapa kali kontrol ke dokter, penggunaan obat herbal, jenis obat yang dikonsumsi, dan dosis obat. Dari hasil wawancara pasien asthma dimana pasein berobat sejak pasien terdiagnosa asthma dari tahun 2015 sampai 2019, pasein melakukan kontrol setiap 1 kali seminggu, pasien tidak mengkonsumsi obat herbal, kemudian pasien mengkonsumsi obat racikan AAM (ambroxol, aminofilin, metilprednison 3 x 1 perhari dan menggunakan inhaler Fenoterol Hydrobromide 100 mcg/Semprot Aerosol Dosis Terukur. Uraian obat dari : Ambroxol, aminofilin dan metilprednison Mekanisme Kerja Obat: Ambroxol (Drug Bank) Ambroxol adalah agen mukolitik. Nitric oxide (NO) yang berlebihan dikaitkan dengan peradangan dan beberapa gangguan fungsi saluran udara lainnya. TIDAK meningkatkan aktivasi siklase guanylate terlarut dan akumulasi cGMP. Ambroxol telah terbukti menghambat aktivasi yang tidak bergantung NO dari siklase guanylate terlarut. Mungkin juga bahwa penghambatan aktivasi tidak tergantung- NO dari siklase guanylate terlarut dapat menekan sekresi lendir yang berlebihan, oleh karena itu mengurangi dahak kekentalan dahak dan meningkatkan transportasi mukosili sekresi bronkial.
Indikasi ( Drug Bank)
Ambroxol diindikasikan untuk terapi secretolytic pada penyakit bronchoplmonary dengan sekresi dan transportasi lendir yang abnormal. Ini memungkinkan lendir menjadi lebih mudah dibersihkan dan memudahkan pernapasan pasien.
Kontra Indikasi (ISO Volume 51)
Hipersensitif terhadap Ambroxol HCL
Mekanisme kerja obat:
Aminofilin (Drug Bank) Aminofilin adalah garam etilenadiamin dari teofilin. Setelah konsumsi, teofilin dilepaskan dari aminofilin, dan teofilin melemaskan otot polos saluran udara bronkial dan pembuluh darah paru serta mengurangi respons jalan napas terhadap histamin, metakolin, adenosin, dan alergen. Theophilin secara kompetitif menghambat tipe III dan tipe IV fosfodiesterase (PDE), enzim yang bertanggung jawab untuk memecah AMP siklik dalam sel otot polos, yang kemungkinan menghasilkan bronkodilasi. Teofilin juga berikatan dengan reseptor adenosin A2B dan menghambat adenosin yang dimediasi oleh bronkokonstriksi. Dalam keadaan inflamasi, theophilin mengaktifkan histone deacetylase untuk mencegah transkripsi gen inflamasi yang membutuhkan asetilasi histone untuk transkripsi untuk memulai. Indikasi (A to Z Drug Facts) Pencegahan atau pengobatan bronkospasme reversibel yang berhubungan dengan asma atau COPD. Penggunaan yang tidak berlabel: Pengobatan apnea dan bradikardia prematuritas.
Hipersensitif terhadap xanthines (mis., Kafein, theobromine) atau ethylenediamine; bisul perut; gangguan kejang tidak diobati dengan obat-obatan. Supositoria aminofilin dikontraindikasikan dengan adanya iritasi atau infeksi rektum atau usus besar bagian bawah.
Mekanisme Kerja (Drug Bank)
Glukokortikoid yang tidak terikat membran sel silang dan mengikat reseptor di sitoplasma dengan afinitas tinggi. Interaksi ini memodifikasi transkripsi dan sintesis protein untuk menghambat infiltrasi leukosit, mengganggu mediator inflamasi, dan menekan imunitas humoral. Penekanan peradangan mungkin melalui aksi lipocortin yang menekan penanda peradangan.
Indikasi (A to Z Drug Fact)
Terapi penggantian pada insufisiensi korteks adrenal primer atau sekunder; terapi djunctive untuk pemberian jangka pendek pada gangguan rematik; terapi eksaserbasi atau pemeliharaan pada penyakit kolagen; pengobatan penyakit kulit; ontrol dari keadaan alergi atau proses alergi dan peradangan mata; manajemen penyakit pernapasan; pengobatan gangguan hematologi; manajemen paliatif penyakit neo-plastik; manajemen edema serebral yang terkait dengan tumor otak primer atau metastasis, kraniotomi atau cedera kepala; induksi diuresis dalam keadaan edematosa (dari sindrom nefrotik); pengelolaan eksaserbasi kritis penyakit GI; manajemen eksaserbasi akut multiple sclerosis; pengobatan meningitis tuberkulosis; manajemen trikinosis dengan keterlibatan neurologis atau miokard. Administrasi intraartikular atau jaringan lunak: Terapi ajuvan untuk pemberian jangka pendek pada sinovitis osteoartritis, artritis reumatoid, bursitis, artritis gout akut, epikondilitis, tenosinovitis nonspesifik akut dan osteoartritis pascatrauma. Administrasi intralesi: Manajemen keloid; pengobatan lokal hipertrofi, infiltrasi, lesi inflamasi lichen planus, plak psoriatik, granuloma annulare, lichen simplex kronisus; pengobatan lupus erythematosus diskoid, necrobiosis lipoidica diabeticorum, alopecia areata dan tumor kistik aponeurosis atau tendon. Pemberian topikal: Pengobatan manifestasi inflamasi dan pruritus pada dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid. Penggunaan tanpa label: Pengurangan angka kematian pada hepatitis alkoholik berat; pencegahan sindrom gangguan pernapasan; pengobatan syok septik; peningkatan fungsi neurologis pada cedera medulla spinalis akut.
Kontra indikasi (A to Z Drug Fats)
Infeksi jamur sistemik; purpura trombositopenik idiopatik (pemberian IM); administrasi vaksin virus hidup; monoterapi topikal pada infeksi bakteri primer; penggunaan topikal pada wajah, pangkal paha atau aksila; gunakan pada bayi prematur (garam natrium suksinat).
Efek samping (AHFS Drug Information Essential, 2011)
Berdasarkan hasil wawancara pasien asma yaitu masalah terkait obat, dimana pasien tidak mengalami masalah terkait obat astma yang diminum.
Berdasarkan hasil wawancara pasien asthma yaitu kepatuhan pasien yang
terdiri dari kepatuhan kontrol asthma, dan kepatuhan berobat. Dari hasil wawancara pasien asthma patuh kontrol dan berobat, dimana pasein patuh kontrol tekanan darah ke dokter dan pada saat obat pasien habis, pasien langsung ke dokter untuk kontrol dan mengambil obat.