Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga berencana merupakan suatu perencanaan tentang waktu yang

tepat untuk memiliki anak. Di dalam keluarga berencana terdapat tehnik

kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan sebagai upaya untuk

mengatur kehamilan. www.anggrekidea.com online diakses tanggal 13 juni

2009

Pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB, jumlah penduduk

dunia akan mencapai 7 milyar jiwa. Badan Kependudukan PBB menetapkan

tanggal 12 Oktober 1999 sebagai tanggal dimana penduduk dunia mencapai 6

milyar jiwa, sekitar 12 tahun setelah penduduk dunia mencapai 5 milyar jiwa.

www.id.wikipedia.org/wiki/penduduk online diakses tanggal 15 Agustus

2009.

Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia dengan jumlah

penduduk menempati peringkat ke empat di dunia yaitu 241.973.879 jiwa,

sehingga perlu dilakukan pengendalian penduduk dengan mengurangi jumlah

kelahiran yang disebut dengan program Keluarga Berencana (KB).

Kalau kita cermati dengan seksama, berbagai tantangan dan masalah

yang dihadapi bangsa ini mengerucut pada satu masalah pokok yakni `jumlah

penduduk yang terlalu banyak. Jumlah penduduk yang besar memang bisa
2

menjadi modal kalau berkualitas, tapi kalau tidak justru akan menjadi beban.

Target itu bisa dicapai melalui pembangkitan kembali program KB nasional

dan program Lingkaran Biru KB.

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),

Sugiri Syarief mengatakan, jumlah akseptor (pengguna alat kontrasepsi) di

Indonesia saat ini baru mencapai 4,2 juta orang.

Peserta atau akseptor Program Keluarga Berencana (KB) yang awal

tahun ini 29,2 juta pasangan usia subur, ditargetkan bertambah 6,6 juta

pasangan usia subur pada akhir tahun 2008. Targetnya tahun ini akseptor baru

sebanyak 6,6 juta dan empat juta diantaranya peserta program KB mandiri,

Lingkaran Biru KB. (http://www.bkkbn.go.id online diakses tanggal 15

Agustus 2009

Kebutuhan masyarakat akan pemakaian kontrasepsi hormonal di

Indonesia terus meningkat. Data SDKI 2002-2003 menunjukkan prevalensi

kontrasepsi hormonal mencapai 45 persen dari total prevalensinya yang

tingginya 60 persen. Dengan kata lain, metode hormonal secara keseluruhan

mendominasi kebutuhan kontrasepsi, yaitu mencapai tiga per empat

kebutuhan kontrasepsi secara nasional.

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Selatan pada tahun 2008 jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak

1.047.575 jiwa. Pengguna KB suntik 62.539 (47,05%) dan peserta KB aktif


3

sebanyak 726.737 (84,53%). Pemakai KB tertinggi adalah suntikan sebanyak

335.003 (45,003%).

Data yang diperoleh dari Puskesmas Plus Bara-baraya jumlah peserta

Keluarga Berencana tahun 2008 sebanyak 2973 peserta. Pemakai KB suntik

sebanyak 1.413 (47,53%), dan yang menggunakan suntikan depo progestin

sebanyak 875 peserta.

Walaupun suntikan depo progestin aman dan efektif tetapi terdapat

juga efek samping yang mungkin terjadi siklus haid yang memanjang dan

memendek, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak

teratur (spooting) atau tidak haid sama sekali (amenorea) sehingga konseling

merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan keluarga

berencana agar tidak terjadi drop out akseptor keuarga berencana karena efek

samping tersebut sehingga penulis akan membahas metode suntikan depo

progestin dengan amenorea dalam karya tulis ilmiah ini.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan penulisan karya

tulis ini adalah Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. “ M“, Akseptor

KB suntikan depo progestin dengan amenorea di Puskesmas Plus Bara-

baraya tanggal 24 s.d 29 juni 2009

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
4

Mampu melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny”M”,

Akseptor suntikan depo progestin dengan amenorea di puskesmas Plus

Bara-baraya tanggal 24 s.d 29Juni 2009 sesuai dengan wewenang

bidan.

2. Tujuan khusus

a. Melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada Ny.”M”,

Akseptor suntikan depo progestin dengan amenorea di Puskesmas

Plus Bara-baraya tanggal 24 s.d 29 Juni 2009

b. Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual pada Ny.”M”, Akseptor

suntikan depo progestin dengan amenorea di Puskesmas Plus

Bara-baraya tanggal 24 s.d 29 Juni 2009

c. Menentukan dan merumuskan diagnosa / masalah potensial pada

Ny.”M”, Akseptor suntikan depo progestin dengan amenorea di

Puskesmas Plus Bara-baraya tanggal 24 s.d 29 Juni 2009

d. Melakukan identifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi

pada Ny.” M”, Akseptor suntikan depo progestin dengan

amenorea di Puskesmas Plus Bara-baraya tanggal 24 s.d 29 Juni

2009

e. Menentukan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.”M”,

Akseptor suntikan depo progestin dengan amenorea di Puskesmas

Plus Bara-baraya tanggal 24 s.d 29 Juni 2009


5

f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny.”M”, Akseptor

suntikan depo progestin dengan amenorea di Puskesmas Plus

Bara-baraya tanggal 24 s.d 29 Juni 2009

g. Melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan pada Ny.”M”,

Akseptor suntikan depo progestin dengan amenorea di Puskesmas

Plus Bara-baraya tanggal 24 s.d 29 Juni 2009.

h. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny ”M”,

akseptor suntikan depo progestin dengan amenorea di Puskesmas

Plus Bara-baraya tanggal 24 s.d 29 Juni 2009.

D. Manfaat Penulisan

a. Instansi

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan kepada instansi terkait dalam meningkatkan kualitas pelayanan

khususnya Departement Kesehatan.

b. Institusi

Sebagai bahan ilmiah atau bahan bacaan untuk penulisan berikutnya

c. Penulis

Dapat memperluas wawasan keilmuan dan menjadi sarana

pengembangan diri melalui penulisan karya tulis ilmiah dan merupakan

pengalaman berharga bagi penulis.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
6

1. Studi Kepustakan

Yaitu dengan membaca literatur yang berhubungan dengan Keluarga

berencana.

2. Studi Kasus

Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam

asuhan kebidanan yang meliputi : pengkajian dan analisa data dasar,

mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual, mengidentifikasi

diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan

kolaborasi, menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan,

melaksanakan tindakan asuhan kebidanan, mengevaluasi asuhan

kebidanan serta mengdokumentasikan asuhan kebidanan untuk

menghimpun data dan informasi dalam pengkajian dengan

menggunakan tehnik :

a. Anamnese

Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien, keluarga dan bidan

di ruangan keluarga berencana yang berhubungan dengan masalah

klien.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematik mulai dari kepala

sampai kaki meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi

c. Studi Dokumentasi
7

Dengan membaca dan mempelajari status serta menginterpretasikan

data yang berhubungan dengan masalah klien, bidan maupun sumber

lain yang menunjang.

d. Diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yakni, bidan maupun pembimbing

karya tulis ilmiah serta sumber lain yang menunjang.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan untuk penulisan karya

tulis ilmiah ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penulisan

E. Metode Penulisan

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Akseptor

1. Pengertian

2. Akseptor KB menurut sasaran


8

3. Macam-macam akseptor KB

B. Tinjauan Umum Tentang Suntikan depo progestin

1. Pengertian Depo Progestin

2. Jenis Suntikan Depo Progestin

3. Mekanisme Kerja

4. Efektifitas

5. Keuntungan

6. Keterbatasan

7. Indikasi

8. Kontra Indikasi

9. Cara penggunaan Kontrasepsi suntikan

10. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Progestin

11. Efek Samping Kontrasepsi suntikan

C. Tinjauan Umum Tentang Amenorea

1. Pengertian

2. Klasifikasi

3. Penyebab

4. Penanganan

D. Tinjauan Umum Tentang Proses Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

2. Tahapan Manajemen Kebidanan

3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan


9

BAB III TINJAUAN KASUS

Merupakan laporan hasil studi kasus pada Ny”M”, dengan akseptor

suntikan depo progestin dengan amenorea di Puskesmas Plus Bara-baraya

dengan pendekatan manajemen kebidanan.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bagian ini membahas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada,

dibahas secara sistematik mulai dari pengkajian dan analisa data dasar,

mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual, mengidentifikasi diagnosa/masalah

potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana

tindakan asuhan kebidanan, melaksanakan tindakan asuhan kebidanan,

mengevaluasi asuhan kebidanan serta mengdokumentasikan asuhan kebidanan

(7 langkah varney) di Puskesmas Plus Bara-baraya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan Bab terakhir yang memuat kesimpulan akhir pelaksanaan pada

akhir studi kasus yang dilaksanakan dan juga berisikan saran – saran

operasional untuk peningkatan kualitas asuhan kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Akseptor

1. Pengertian

1.1. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia akseptor adalah

orang yang mengikuti program keluarga berencana.

(Hoetomo M.A, 2005)

1.2. Akseptor adalah orang yang menerima dan memakai salah

satu alat kontrasepsi efektif misalnya pil, suntikan, IUD,

dan implant. (www.id.wikipedia.org/wiki/penduduk online

diakses tanggal 15 agustus 2009)

2. Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu

fase menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan

kehamilan dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau

kesuburan.

3. Macam-macam Akseptor KB

Akseptor keluarga berencana yang diikuti oleh pasangan usia subur

dapat dibagi menjadi tiga macam :

3.1. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur

yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah


11

mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau

persalinan.

3.2. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih

menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

3.3. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang

ganti pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode

kontrasepsi lainnya. www.antaranews.com. Online diakses

tanggal 15 Agustus.

B. Tinjauan Umum Tentang Suntikan Depo Progestin

1. Pengertian Depo Progestin merupakan salah satu metode keluarga

berencana hormonal yang mengandung medroxyprogesteron asetat

150 mgr yang diberikan dengan interval 12 minggu. (Saifuddin

A.B, 2006)

2. Jenis Suntikan DepoProgestin

2.1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),

mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan

dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah bokong).


12

Gambar 1. Depo Medroksi Progesteron Asetat 150 mg.

Sumber

http//www.tundakehamilan.com/artikel.kontrasepsi.metode

suntikan.
13

Gambar 2. Jadwal suntikan Depo Medroksi Progesteron Asetat 150 mg.


14

2.2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang diberikan

setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler.

3. Mekanisme kerja

Mekanisme kerja komponen progesterone atau derivat testosteron

adalah:

3.1. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak

terjadi pelepasan ovum .

3.2. Mengentalkan lender serviks, sehingga sulit ditembus

spermatozoa.

3.3. Perubahan peristaltik tuba fallopi, sehingga konsepsi

dihambat.

3.4. Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna

untuk implantasi hasil konsepsi. (Manuaba I.B.G, 1998)

4. Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi,

dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan – tahun, asal

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah

ditentukan. (Saifuddin A.B, 2006)

5. Keuntungan

5.1. Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu.

5.2. Tingkat efektivitasnya tinggi.


15

5.3. Dapat dipakai / diberikan pascapersalinan, pascakeguguran

atau pascamenstruasi.

5.4. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh

kembang bayi. (Manuaba I.B.G, 1998)

6. Keterbatasan

6.1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:

6.1.1. Siklus haid yang memendek atau memanjang.

6.1.2. Perdarahan yang banyak atau sedikit.

6.1.3. Perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan

bercak (spooting)

6.1.4. Tidak haid sama sekali.

6.2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan (harus kembali untuk suntikan).

6.3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikut.

6.4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering.

6.5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus

HIV.

6.6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.
16

6.7. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena

terjadinya kerusakan / kelainan pada organ genitalia,

melainkan karena belum habisnya pelepasan obat

suntikan dari deponya (tempat suntikan)

6.8. Terjadinya perubahan lipid serum pada penggunaan

jangka panjang.

6.9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit

menurunkan kepadatan tulang (densitas).

6.10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan

emosi (jarang), sakit kepala, nervositas , jerawat.

7. Indikasi

7.1. Usia reproduksi

7.2. Nullipara dan yang telah memiliki anak.

7.3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang

memiliki efektivitas tinggi.

7.4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

7.5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

7.6. Setelah abortus atau keguguran.

7.7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

7.8. Perokok.
17

7.9. Tekanan darah <180 / 110 mmHg, dengan masalah

gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

7.10. Menggunakan obat epilepsi (feniton dan barbiturat) atau

obat tuberkolosis (rifampisin).

7.11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung

estrogen.

7.12. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

7.13. Anemia defesiensi besi.

7.14. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kombinasi.

8. Kontra indikasi

8.1. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per

100.000 kelahiran)

8.2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

8.3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,terutama

amenorea.

8.4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

8.5. Diabetes militus disertai komplikasi.

9. Cara penggunaan kontrasepsi suntikan

9.1. Kontrasepsi suntikan DMPA (Depo Medroksiprogesteron

asetat) diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

intramuskular dalam daerah pantat. Apabila suntikan


18

diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan

akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan

diberikan setiap 90 hari.

Kalender suntikan 3 bulan

9.2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol

yang dibasahi oleh etil /isopropil alkohol 60-90%. Biarkan

kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru

disuntik

9.3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu

didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul,

upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.

10. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin

10.1. Setiap saat siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.

10.2. Mulai hari pertama sampai hari ke- 7 siklus haid.

10.3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat

diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak

hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

10.4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan

ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu

telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya


19

secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan

tersebut dapat segera diberikan. Tidak menunggu

sampai haid berikutnya datang.

10.5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi

suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang

akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi

suntikan yang sebelumnya.

10.6. Ibu menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan

pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan

dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak

hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid

berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke – 7

siklus haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan

tidak boleh melakukan hubungan seksual.

10.7. Ibu ingin menggunakan AKDR dengan kontrasepsi

hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari

pertama sampai hari ke – 7 siklus haid, atau dapat

diberikan setiap saat setelah hari ke – 7 siklus haiad,

asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.

10.8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak

teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,


20

asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari

setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual. (Saifuddin A.B, 2006)

11. Efek samping kontrasepsi suntikan

Keluhan terbanyak para pemakai suntikan depoprogestin adalah

gangguan perdarahan, baik berupa bercak, amenorea, dan haid

tidak teratur. Kenaikan berat badan juga merupakan salah satu efek

samping yang sering dikeluhkan para akseptor. Beberapa wanita

juga mengeluh timbulnya jerawat di wajah, rambut rontok, pusing,

dan sakit kepala, mual dan muntah, perubahan tekanan darah,

gelisah dan susah tidur. http://www.mitraset.com./2009/04/

C. Tinjauan Tentang Amenorea

1. Pengertian

Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya tiga

bulan berturut-turut

2. Klasifikasi amenorea

2.1. Amenorea primer adalah Jika menstruasi tidak pernah terjadi.

2.2. Amenorea sekunder jika menstruasi pernah terjadi tetapi

kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih maka

3. Penyebab

Amenorea bisa terjadi secara fisiologis dan patologis, ada beberapa

penyebab amenorea fisiologis, yaitu kehamilan, menopause,


21

prepubertas. Dan laktasi. Sedangkan pada amenorea patologis bisa

disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya : ada kelainan pada

otak, gangguan pada kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar

adrenal, kelenjar ovarium, kelianan kejiwaan, gangguan pada

hipothalamus.

Penyebab amenorea primer yaitu :

Tertundanya menarche, kelainan bawaan pada sistem kelamin

(misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada

vagina , serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi

vagina ), penurunan berat badan yang drastis, kelainan kromosom,

obesitas yang ekskrim, hipoglikemia, disgenesis gonad,

hipogonadisme hipogonadotropik, sindrom feminisasi testis,

hermafrodit sejati, penyakit menahun, kekurangan gizi, penyakit

cushing, fibrosis kistik, penyakit jantung bawaan, tumor ovarium,

hipotiroidisme, sindroma adrenogenital, sindroma prader – Willi,

penyakit ovarium polikista, hiperplasia adrenal kongenital.

Penyebab Amenorea sekunder :

kehamilan, kecemasan akan kehamilan, penurunan berat badan

yang drastis, olah raga yang berlebihan, lemak tubuh kurang dari

15 – 17 extreme, mengkomsumsi hormon tambahan, obesitas,

stress emotional, menopause, kelainan endokrin, obat – obatan,


22

prosedur dilatasi dan kuretase, kelainan pada rahim, seperti mola

hidatidosa.

4. penanganan

4.1. Tidak selalu memerlukan terapi, misalnya pada wanita

berumur > 40 th dengan amenorea tanpa sebab yang

mengkhawatirkan tidak memerlukan pengobatan

4.2. Dalam kategori ini, yang memerlukan terapi adalah wanita-

wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas, atau sangat

terganggu dengan tidak datangnya haid.

4.3. Tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, perbaikan gizi,

kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang.

4.4. Pengurangan berat badan pada wanita obesitas

4.5. Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid

4.6. Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula

suprarenalis (Penyakit Addison laten)

4.7. Pemberian estrogen dan progesteron dapat menimbulkan

perdarahan siklik, dan perdarahan ini bersifat withdrawal

bleeding, bukan merupakan suatu haid yang didahului oleh

ovulasi. (Prawirohardjo, 1999)


23

D. Tinjauan Tentang Proses Manajemen Kebidanan

1. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengoranisasikan

fikiran dan tindakan berdasarkan metode ilmiah. Penemuan-

penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk

pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. (Simatupang

E.J, 2006)

2. Tahapan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan.

Menurut Simatupang proses manajemen asuhan kebidanan

terdiri dari 7 langkah. Manajemen asuhan kebidanan dimulai

dengan pengumpulan data dan diakhiri dengan evaluasi asuhan

kebidanan.

3.1. Langkah I. Pengumpulan Data dasar

Pada langkah ini dilakukan dengan pengumpulan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, meninjau

catatan sebelumnya, meninjau dari data laboratorium dan

membandingkan dengan hasil studi.

3.2. Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan


24

interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan

sehingga masalah atau diagnose yang spesifik.

3.3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose

yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan melakukan pencegahan, bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose / masalah

potensial ini benar-benar terjadi.

3.4. Langkah IV. Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi

Pada langkah ini dilakukan identifikasi perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan dengan

tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari

proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya

selama asuhan promer periodic atau kunjungan prenatal saja

tetapi juga selama wanita tersebut dalam persalinan.

3.5. Langkah V. Merencanakan AsuhanMenyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan manajemen,

dituangkan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau

masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada


25

langkah ini identifikasi data dasar yang belum lengkap dapat

dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

apa yang sudah diidentifikasi dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi

terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan

terjadi berikutnya.

3.6. Langkah VI. Melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika

bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung

jawab untuk mengerahkan pelaksanaannya. Bidan dalam

melaksanakan manajemen asuhan bagi klien adalah tanggung

jawab

3.7. Langkah VII. Mengevaluasi Asuhan Kebidanan.

Evaluasi adalah cara menilai tentang efektifitas tindakan

yang telah diberikan serta mengadakan penyesuaian kembali

pada langkah sebelumnya pada setiap aspek dari proses

manajemen yang efektif.

3. Dokumentasi Asuhan Kebidanan

1. Dokumentasi SOAP

Metode dokumentasi SOAP merupakan intisari dari proses pikir dalam

manajemen kebidanan yang menggambarkan catatan tentang


26

perkembangan klien (progress note) yang dicatat dalam rekam medik

dengan pengertian :

S (Subjektif ) adalah yang disampaikan oleh klien kepada pemeriksa.

O (Objektif) adalah yang ditemukan baik melalui apa yang dilihat, diraba

ataupun dirasakan oleh pemeriksa.

A (Assesment/Analisis) adalah kesimpulan pemeriksa berdasarkan dari

data subjektif dan objektif serta hasil pemeriksaan laboratorium.

P (Planning) adalah penatalaksanaan asuhan apa yang dilakukan dan di

evaluasi berdasarkan assessment/analisis sebelumnya.

2. Penggunaan Dokumentasi SOAP

Catatan SOAP digunakan sebagai salah satu metode dokumentasi

Asuhan Kebidanan oleh karena merupakan :

2.1. Kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir

penemuan dan kesimpulan menjadi rencana asuhan

2.2. Intisari dari langkah-langkah dalam proses manajemen

kebidanan.

2.3. Urutan-urutannya dapat membantu dalam mengorganisir pikiran

dalam memberi asuhan yang menyeluruh.

2.4. Pencatatan atau pendokumentasian penting karena :

2.4.1. Merupakan catatan yang bersifat permanent tentang

asuhan yang diberikan.


27

2.4.2. Memfasilitasi berbagai informasi di antara para pemberi

asuhan.

2.4.3. Memfasilitasi pemberian asuhan yang

berkesinambungan.

2.4.4. Memfasilitasi evaluasi efektifitas asuhan yang diberikan.

2.4.5. Dapat digunakan sebagai data nasional, keperluan riset,

statistic morbiditas dan mortalitas.

2.4.6. Meningkatkan pemberian asuhan yang aman, efektif dan

berkualitas.

3. Hubungan manajemen kebidanan dengan dokumentasi asuhan untuk

menggambarkan keterkaitan antara manajemen kebidanan sebagai

proses pikir dengan dokumentasi SOAP sebagai catatan perkembangan

klien, dapat dijelaskan sebagai berikut :


28

Tabel 3.1 : Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

ALUR PIKIR BIDAN PENCATATAN ASKEB

PROSES MANAJEMEN DOKUMENTASI ASUHAN


KEBIDANAN KEBIDANAN

7 LANGKAH PROSES CATATAN


PIKIR VARNEY PERKEMBANGAN (SOAP)

1. Pengumpulan Data Subjektif


Objektif

2. Diagnosis/masalah actual
3. Antisipasi
diagnosis/masalah
Assesment (kesimpulan)
potensial

4.Menetapkan perlunya
tidakan segera atau
konsultasi /kolaborasi

5. Rencana asuhan
Plan :
6. Implementasi langsung - Konsul
pada klien - Tes diagnostik/lab
- Rujukan
7. Evaluasi efektifitas - Pendidikan/
asuhan yang diberikan konseling
- Follow up
Sumber: Simatupang E.J 2006
29

BAB III

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “M”, AKSEPTOR SUNTIKAN


DEPO PROGESTIN DENGAN AMENOREA
DI PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA
TANGGAL 24 JUNI 2009

No. register : 23 22 010

Tanggal kunjungan : 24 Juni 2009 jam 10.20 wita

Tanggal pengkajian : 24 Juni 2009 jam 10.25 wita

Langkah I : Identifikasi Data Dasar

A. Identitas ibu / suami

Nama : Ny “M” / Tn “I”

Umur : 35 Th/ 36 Th

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Swasta

Nikah/Lamanya : 1x/ lamanya 10 tahun

Alamat : Jl. Balana 2 No 27


30

B. Data biologis

1. Keluhan utama

Klien mengatakan tidak pernah haid sejak menggunakan suntikan depo

progestin selama 1 tahun

2. Riwayat keluhan utama

2.1. Ibu datang ke puskesmas untuk suntikan 3 bulan (depo progestin)

sesuai dengan jadwal

2.2. Ibu mengatakan menjadi akseptor KB suntik yang 3 bulan sekali

selama 1 tahun

2.3. Ibu mengatakan terakhir disuntik 1 April 2009 kembali tanggal 24 Juni

2009

2.4. Ibu mengatakan haid terakhir tanggal 20 Juli 2008

2.5. Ibu mengatakan sejak 1 tahun yang lalu tidak mendapat haid

2.6. Ibu mengatakan menjadi akseptor KB suntikan 3 bulan sejak tanggal

23 Juli 2008

2.7. Ibu mengatakan ingin menjarangkan kehamilan

3. Riwayat kesehatan lalu

3.4. Tidak ada riwayat operasi

3.5. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan

3.6. Tidak pernah menderita penyakit hipertesi, jantung, DM, ginjal.


31

4. Riwayat reproduksi

4.1. Riwayat haid

Menarche : umur 15 tahun

Siklus haid : 28 – 30 hari (sebelum ber-KB)

Lamanya : 5 – 6 hari

Dismenorhoe : tidak ada

4.2. Riwayat obstetri

 Anak 1: kehamilan aterm, lahir PBK, spontan, ditolong oleh

bidan, BB:2800gr, PB:47cm, JK:♂ dan umur sekarang : 5 tahun

 Anak 2 : Kehamilan aterm, lahir PBK, spontan, ditolong oleh

bidan, BB:3100gr, PB:50 cm, JK:perempuan dan umur sekarang

: 2 tahun

4.3. Riwayat ginekologi

 Ibu tidak pernah mengalami tumor kandungan ataupun payudara

 Ibu tidak pernah mengalami gangguan sisitem reproduksi

 Ibu tidak pernah mengalami sakit kepala, pusing sejak

menggunakan kontrasepsi suntikan.

4.4. Riwayat KB

4.4.1. Ibu menjadi akseptor KB sejak tanggal 24 juni 2008 dengan

metode suntikan 3 bulan.

4.4.2. Pada kartu akseptor ibu, tercantum bahwa ibu memakai

suntikan depo progestin 150 mg.


32

 Suntikan I pada tanggal 23 Juli 2008

 Suntikan II pada tanggal 15 Oktober 2008

 Suntikan III pada tanggal 07 Januari 2009

 Suntikan IV pada tanggal 01 April 2009

 Suntikan V pada tanggal 24 Juni 2009

 Jadwal suntikan berikutnya 16 September 2009

5. Pemeriksaan fisik

5.1. Kondisi ibu baik

5.2. Kesadaran normal

5.3. BB : 61 kg

5.4. Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg

N : 80x/i

S : 36,5

P :20x/i

5.5. Inspeksi dan palpasi

 Wajah : pada wajah tampak cemas

 Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih

 Gigi dan mulut : gigi dan mulut bersih, tidak ada caries

 Telinga : simetris kiri/kanan dan tampak bersih

 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena

jugularis
33

 Payudara : simetris kiri dan kanan dan tidak teraba massa

 Abdomen : tidak ada nyeri tekan

 Ektremitas : tidak ada varises

C. Data Psikologi/Sosiologi

1. Ibu mengatakan ingin menjarangkan kehamilan

2. Dalam mengambil keputusan ibu dibantu oleh suami

3. Alasan ibu memilih kontrasepsi suntikan karena mudah dijangkau dan

murah

4. Tidak ada larangan dalam keluarga ibu untuk ber KB.

Langkah II. Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual

Akseptor KB metode depo progestin dengan masalah amenorea dan kecemasan.

1. Akseptor KB metode depo progestin

1.1. Data dasar

Subjektif :

Ibu mengatakan menjadi akseptor KB metode depo progestin sejak

tanggal 23 Juli 2008

Objektif :

a. Ibu menjadi akeptor KB sejak tanggal 23 Juli 2008 dengan metode

suntikan 3 bulan

b. Pada kartu akseptor KB ibu, tercantum bahwa ibu memakai suntikan

depo progestin 150 mg.


34

 Suntikan I pada tanggal 23 Juli 2008

 Suntikan II pada tanggal 15 Oktober 2008

 Suntikan III pada tanggal 07 Januari 2009

 Suntikan IV pada tanggal 01 April 2009

 Suntikan V pad tanggal 24 Juni 2009

 Jadwal suntikan berikutnya 16 September 2009

c. Alasan ibu ber KB untuk menjarangkan kehamilan

1.2. Analisa dan interpretasi data

Depo progestin merupakan metode kontrasepsi hormonal yang

mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat, mengandung 150 mg

DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler

di daerah bokong. (saifuddin A.B, 2006)

2. Amenorea

2.1. Data dasar

Subjektif :

Ibu mengatakan tidak pernah haid sejak menggunakan suntikan depo

progestin selama 1 tahun

Objektif :

a. Ibu menjadi akseptor KB sejak tanggal 23 Juli 2008 dengan metode

suntikan 3 bulan

b. Pada kartu akseptor ibu, tercantum bahwa ibu memakai suntikan depo

progestin 150 mg
35

 Suntikan I pada tanggal 23 Juli 2008

 Suntikan II pada tanggal 15 Oktober 2008

 Suntikan III pada tanggal 07 Januari 2009

 Suntikan IV pada tanggal 01 April 2009

 Suntikan V pada tanggal 24 juni 2009

c. Alasan ber KB untuk menjarangkan kehamilan

2.2. Analisa dan interpretasi data

Mekanisme kerja metode suntikan depo progestin adalah menjadikan

selaput lendir rahim menjadi tipis dan atropi yang menyebabkan haid

sedikit ( spooting ) atau tidak haid sama sekali. (Saifuddin A.B, 2006)

3. Kecemasan

3.1. Data dasar

Subjektif :

a. Ibu menanyakan keadannya sekarang sehubungan dengan tidak pernah

haid selama menggunakan suntikan depo progestin

b. Ibu berharap keluhannya dapat segera teratasi

Objektif :

Ekspresi wajah cemas

3.2. Analisa dan interpretasi data

Keadaan tidak haid yang dialami ibu dapat mempengaruhi kondisi ibu

mengakibatkan timbulnya respon pikologis yang melebihi kemampuan

ibu dalam mengadaptasikan sehingga memicu timbulnya kecemasan.


36

Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

1. Potensial terjadi Drop Out akseptor KB

1.1. Data dasar

Subjektif :

a. Ibu mengatakan tidak pernah haid sejak menggunakan suntikan depo

progestin selama 1 tahun

b. Ibu menanyakan keadaannya sekarang sehubungan dengan tidak pernah

haid selama menggunakan suntikan depo progestin

Objektif : -

1.2. Analisa dan interpretasi data

Secara teoritis suntikan depo progestin mempunyai kegagalan 0,3 kehamilan

per 100 perempuan, kegagalan ini disebabkan oleh faktor antara lain

penyuntikan yang tidak dilakukan secara IM yang benar dan cara

menghitung suntikan berikutnya yang tidak tepat, sehingga dapat

menyebabkan Drop Out akseptor KB. (Saifuddin A.B, 2006)

Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi

Tidak ada data yang mendukung untuk tindakan segera / kolaborasi

Langkah V. Rencana Asuhan Kebidanan

Tanggal 24 Juni 2009 Jam 11.00 wita

1. Tujuan :

a. Ibu dapat menjarangkan kehamilan

b. Ibu tetap menjadi akseptor KB metode depo progestin


37

c. Ibu memahami perubahan yang terjadi setelah menggunakan suntikan

tersebut.

d. Ibu tidak Drop out dari suntikan depo progestin

2. Kriteria :

a. Tidak terjadi kehamilan

b. Tidak terjadi efek samping yang berat ( komplikasi )

c. Ibu dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi selama menjadi

akseptor KB

d. Ibu bersedia datang untuk suntik pada waktu yang telah ditentukan

pada tanggal 16 September 2009.

3. Intervensi : jam 11.30 wita

a. Ciptakan hubungan yang baik antara bidan dan klien

Rasional : agar ibu tidak merasa tegang, justru ibu merasa nyaman

dan terbuka untuk berkonsultasi pada bidan.

b. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan

masalahnya

Rasional : agar ibu mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan

masalah yang dialaminya sehingga tidak terjadi

penyimpangan penyimpangan yang nantinya akan

merugikan.

c. Jelaskan pada ibu tentang efek samping suntikan jenis depo

progestin
38

Rasional : informasi yang jelas dapat meyakinkan ibu terhadap

metode kontrasepsi yang telah dipilihnya

dan mengetahui efek samping yang terjadi salah

satunya adalah amenorea.

d. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui keadaan umum ibu dan sebagai dasar

untuk tindakan selanjutnya.

e. Informed consent sebelum menyuntik

Rasional : agar tindakan yang akan dilakukan diketahui oleh pasien

sehingg tidak terjadi kesalahpahamam antara pasien dan

bidan.

f. Berikan suntikan depo progestin

Rasional :kebutuhan klien terpenuhi dalam kesinambungan

pelayanan KB.

g. Anjurkan ibu datang ke klinik KB untuk suntik ulang sesuai jadwal

yang telah ditentukan.

Rasional : agar hormon progesteron dapat bekerja dengan hormon

estrogen, kemudian dapat mengatur menghambat

terjadinya ovulasi maksimal.

h. Anjurkan ibu untuk memeriksakan diri jika ada keluhan yang berat

Rrasional : pemeriksaan dan penanganan secara dini dapat

mengatasi masalah secara cepat dan tepat.


39

i. Informasikan risiko yang ditimbulkan bila terlambat datang

suntikan berikutnya.

Rasional : risiko yang ditimbulkan bila terlambat suntik yaitu akan

menyebabkan peningkatan hormon estrogen dan

progesteron sehingga akan terjadi ovulasi.

Langkah VI. Implementasi

Tanggal 24 juni 2009, Jam : 12.00 wita

1. Menciptakan hubungan yang baik antara bidan dan klien yaitu dengan cara

menciptakan komunikasi yang baik sehingga dapat menumbuhkan

kepercayaan klien.

Hasil : Tercipta komunikasi yang baik dan menumbuhkan kepercayaan klien

2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan masalah yaitu

mendengar semua keluhan sehingga klien merasa diperhatikan.

Hasil : Ibu mengemukakan semua keluhannya sehubungan dengan tidak

pernah haid

3. Menjelaskan pada ibu tentang efek samping yang dapat timbul dari

kontrasepsi suntikan yaitu :

 Gangguan haid

- Amenorea

- Spotting

- Menoragia

 Perubahan berat badan


40

Berat badan bertambah beberapa kg dalam beberapa bulan setelah

menggunakan kontrasepsi

 Pusing dan sakit kepala

Rasa berputar atau sakit kepala yang terjadi pada satu sisi, kedua sisi

atau keseluruhan di bagian kepala.

Hasil : ibu mengerti tentang efek samping kontrasepsi suntikan

4. Mengobservasi tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

80x/I, suhu 36,5 ºc dan pernapasan 20 x/ i.

5. Melakukan informed consent sebelum menyuntik

Hasil : ibu sudah setuju disuntik dengan depo progestin

6. Memberikan suntikan depo progestin, 50 ml di daerah bokong secara

intramuscular tanpa dimassage.

Hasil : Ibu bersedia

7. Menginformasikan jadwal pemberian suntikan berikutnya yaitu tanggal 16

September 2009.

Hasil : Ibu bersedia datang kembali untuk disuntik sesuai jadwal yang telah

ditentukan

8. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan diri jika ada keluhan yang berat

misalnya perdarahan yang banyak, sakit kepala yang hebat. Adanya

pembesaran kelenjar tyroid, varises.

Hasil : Ibu bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan


41

9. Menginformasikan risiko yang ditimbulkan bila terlambat datang bulan

untuk suntikan berikutnya dan ibu bersedia datang untuk suntikan

berikutnya.

Hasil : ibu bersedia datang untuk suntikan berikutnya

Langkah VII. Evaluasi

Tanggal 24 Juni 2009 Jam 12.45 wita

Akseptor suntikan depo progestin :

1. Masalah aktual

 Amenorea

 Kecemasan

2. Evaluasi

Tanggal 24 Juni 2009 Jam 12.45 wita

1. Amenorea belum dapat dievaluasi

2. Ibu masih bersedia menjadi akseptor KB metode depo progestin ditandai

dengan:

 Ibu mengerti apa yang sudah dijelaskan

 Ibu bersedia datang sesuai jadwal yang telah ditentukan, pada tanggal

16 September 2009.

 Ibu bersedia ke klinik bila ada keluhan / masalah

3. Kecemasan teratasi yang ditandai dengan :

 Ibu memahami sistem kerja alat kontrasepsi yang digunakan.

 Ekspresi wajah ibu tenang


42

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas perbandingan tinjauan kasus berdasarkan hasil

pelaksanaan asuhan kebidanan Ny “M” akseptor depo progestin dengan amenorea

di Puskesmas Plus Bara-Baraya tanggal 24 Juni 2009. Pendekatan dalam kasus ini

dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah manajemen kebidanan yang selanjutnya

didokumentasikan dalam bentuk SOAP selama 1 kali kunjungan klinik. Kunjungan

klinik klien sebenararnya bukan kunjungan ulang yang bagi penulis merupakan

kunjungan awal sesuai dengan waktu pelaksanaan studi kasus bagi penulis.

Pembahasan pada bab ini diawali dengan hasil tinjauan kasus dibandingkan dengan

tinjauan pustaka, selanjutnya akan diuraiakan kesenjangan yang ditemukan, yang

ditemukan antara tinjauan kasus dibanding tinjauan pustaka serta upaya untuk

mengurangi kesenjangan yang ada berdasarkan lingkup tugas, tanggung jawab dan

wewenang bidan.

A. Kunjungan Klinik I pada tanggal 24 juni 2009

Hasil assesment pada kunjungan ini menunjukkan bahwa Ny “M”,

akseptor KB suntik jenis depo progestin dengan amenorea. Kesimpulan ini

berdasarkan data yang dikemukakan Ny “M”, berupa siklus haid yang yang tidak

teratur sejak 1 tahun yang lalu tidak pernah mendapat haid selama menggunakan

suntikan depo progestin dan dari hasil pemeriksaan fisik terlihat pada kartu ibu

kembali pada tanggal 16 September 2009. Antisipasi masalah berdasarkan

diagnosis dan masalah sekarang telah mendapat penatalaksanaan dengan baik


43

adalah kemungkinan terjadinya kecemasan. Pada kasus ini penulis tidak

menemukan adanya indikasi tindakan segera ataupun kolaborasi mengingat

keadaan ibu pada saat pelaksanaan asuhan kebidanan tidak dalam keadaan gawat

darurat.

Penatalaksanaan asuhan kebidanan hasil assesment yaitu dengan cara

menciptakan hubungan yang baik antara bidan dan klien yaitu dengan cara

menciptakan komunikasi sehingga dapat membutuhkan kepercayaan klien,

memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan masalah yaitu

mendengarkan semua keluhannya sehingga klien merasa diperhatikan,

menjelaskan pada ibu tentang efek samping yang dapat timbul dari kontrasepsi

suntik yaitu : efek samping dari suntikan biasanya dapat terjadi gangguan haid

amenorea, spooting (bercak darah), dan menoragia, seperti halnya dengan

kontrasepsi hormonal lainnya maka dijumpai pula keluhan berupa mual, sakit

kepala, pusing, menggigil dan berat badan yang bertambah , menganjurkan

kepada ibu untuk istirahat yang cukup dengan cara mengurangi kerja berat dan

tidur tepat pada waktunya, memberikan ibu informed consent sebelum disuntik,

memberikan suntiukan depo progestin yang disuntikan secara Intra Muskuler

pada otot kosong ( muskulus gluteus ) agak dalam. Sebelum diberikan botol

dikocok agak lama dulu sampai seluruhnya betul-betul larut dan tercampur

dengan baik. Menganjurkan ibu untuk kembali suntik pada tanggal 16 September

2009 atau kapan saja jika ada keluhan.


44

Berdasarkan tinjauan pustaka, masalah amenorea ditegakkan berdasarkan

data yang telah dikemukakan oleh ibu yaitu siklus haid yang tidak teratur sejak 1

tahun yang lalu dan tidak pernah haid selama menggunakan suntikan depo

progestin dan dari hasil pemeriksaan fisik terlihat pada kartu ibu kembali pada

tanggal 16 September 2009. Masalah potensial yang dapat terjadi pada amenorea

antara lain kecemasan.

Penanganan apabila terjadi gangguan haid menurut Hartanto, H, (2004)

adalah memberikan penjelasan kepada calon akseptor bahwa pada pemakaian

kontrasepsi suntikan dapat membedakan gejala-gejala perdarahan tidak

berlangsung lama, pemberian tablet estradiol 25 mg 3 kali sehari untuk 3 hari

atau 1 tablet pil oral kombinasi perhari untuk 14 hari. Bila hal tersebut tidak

menolong berikan suntikan intramuskuler estrogen sintetif seperti 5 mg

estradiolcypionate atau estradiol. Apabila perdarahan tidak berhenti dalam waktu

24 jam dan jika perdarahan tetap berlangsung terus pertimbangkan untuk

melakukan dilatasi dan kuretasi.

B. Kunjungan Klinik II pada tanggal 26 Juni 2009

Hasil anamnesis ibu menyampaikan bahwan ibu memahami sisitem

kerja alat kontrasepsi yang digunakan

Pada kunjungan ini didapatkan hasil subjektif sebagai berikut:

1. Ibu tidak cemas dengan keadannya sehubungan dengan tidak haid

selama menggunakan suntikan depo progestin


45

2. Ibu masih ingin menjadi akseptor suntikan depo progestin dan bersedia

datang kembali pada tanggal 16 September 2009.

Berdasarkan temuan di atas hasil assesment pada kunjungan kedua ini

ada perubahan yaitu ibu tidak cemas dengan keadannya sehubungan dengan

tidak pernah haid selama menggunakan suntikan depo progestin jadi

masalah kecemasan teratasi.

Penatalaksanaan asuhan pada kunjungan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan pada ibu tentang keuntungan dan kerugian

suntikan depo progestin.

2. Menganjurkan ibu untuk datang ke puskesmas jika terdapat masalah

yang berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi suntikan depo

progestin.

3. Mengingatkan pada ibu untuk tetap kembali ke puskesmas sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan.

C. Kunjungan Rumah pada tanggal 29 Juni 2009

Hasil assesment pada kunjungan rumah ini menunjukkan bahwa Ny

“M” adalah akseptor KB suntikan depo progestin dengan amenorea dengan

kecemasan sudah teratasi.

Pada kunjungan ini didapatkan hasil subjektif sebagai berikut:

1. Ibu tidak cemas dengan keadannya sehubungan dengan tidak haid

selama menggunakan suntikan depo progestin.


46

2. Ibu masih ingin menjadi akseptor suntikan depo progestin dan bersedia

datang kembali pada tanggal 16 September 2009.

Berdasarkan temuan diatas hasil assesment pada kunjungan rumah

terjadi perubahan setelah mendapat penjelasan tentang mekanisme kerja

dan efek samping dari suntikan depo progestin, yaitu ibu tidak cemas

dengan keadannya sehubungan dengan tidak pernah haid selama

menggunakan suntikan depo progestin.

Penatalaksanaan asuhan pada kunjungan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan penyuluhan pada ibu tentang mekanisme kerja,

keuntungan dan kerugian suntikan depo progestin

2. Menganjurkan ibu untuk datang ke puskesmas jika terdapat masalah

yang berhubungan dengan pemakaian alat kntrasepsi suntikan depo

progestin

3. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap kembali ke puskesmas sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian dalam tinjauan kasus dan tinjauan pustaka, tidak

ditemukan adanya kesenjangan yang berarti dalam penatalaksanaan klinis

Ny “M”, hal ini dapat dilihat dari teori bahwa kontrasepsi suntikan depo

progestin dapat menimbulkan efek samping amenorea dan kecemasan yang

timbul karena ketidaktahuan/kurang pahamnya ibu mengenai mekanisme

kerja obat dan efek samping yang ditimbulkannya, dalam studi kasus

petugas memberikan penyuluhan tentang mekanisme kerja, keuntungan dan


47

efek samping suntikan depo progestin sehingga ibu mengerti tentang

mekanisme kerja, keuntungan dan efek samping suntika depo progestin dan

ibu tidak cemas dengan keadannya.


48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari teori, konsep dan prinsip prinsip Keluarga

Berencana dengan pengalaman langsung studi kasus Ny “M”, akseptor depo

progestin dengan amenorea dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai

berikut :

A. Kesimpulan

1. Depo progestin merupakan salah satu metode suntikan diberikan dengan

interval 3 bulan yang sangat efektif aman, dan dapat dipakai oleh semua

perempuan dalam usia reproduksi dan cocok untuk masa laktasi karena

tidak menekan produksi ASI.

2. Dari hasil pengkajian Ny “M”, ditegakkan diagnosa aktual dan potensial

akseptor suntikan depo progestin, amenorea, kecemasan dan potensial

droup out akseptor KB.

3. Penanganan yang diberikan pada Ny “M”, dengan masalah amenorea

secara garis besar menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

4. Pendokumentasian hasil asuhan adalah sesuatu yang sangat penting

karena merupakan suatu pembuktian pertanggung jawaban atas setiap

penanganan yang dilakukan terhadap klien


49

B. Saran

1. Untuk suntikan depo progestin

Diharapkan untuk selalu memeriksakan dirinya sesuai dengan jadwal

yang ditetapkan atau setiap saat jika ada keluhan setelah menggunakan

suntikan depo progestin.

2. Bagi Bidan

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mampu menegakkan

diagnosa secara dini tentang hal-hal yang dialami oleh klien dan

memberikan penanganan yang sesuai sehingga tidak menimbulkan

komplikasi yang lebih berat bagi klien.

b. Bidan harus selalu memberikan konseling tentang efek samping

metode kontrasepsi sehinnga tidak terjadi drroup out akseptor

Keluarga Berencana.

3. Bagi Institusi Pendidikan

a. Institusi pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan metode

pelasanaan manajemen asuhan kebidanan dalam memecahkan

masalah, mengingat metode tersebut sangat bermanfaat dalam

membina petugas kesehatan guna menciptakan Sumber Daya Manusia

yang berpotensi dan profesional

b. Dapat meningkatkan metode pembelajaran sehinnga alumni lebih

kompeten dalam memberikan perlayanan kepada masyarakat untuk

mensukseskan gerakan KeluargaBerencana yang berkualitas.


50

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Keluarga Berencana

2. Sasaran : Klien Ny”M”

3. Tanggal : 24 Juni 2009

4. Waktu : 1100 – 1130 Wita

5. Tempat : Ruang Poli Keluarga Berencana

6. Tujuan :

a. Tujuan Umum

Ibu memakai salah satu kontrasepsi

b. Tujuan Khusus

1) Ibu mengerti serta memahami tentang keluarga berencana

2) Ibu dapat menggunakan kontrasepsi yang sesuai dengan

umurnya

7. Pembimbing : Bidan “N”

8. Metode : Ceramah dan diskusi

9. Alat dan bahan : Leaflet

10. Daftar pustaka : (http://www.tundakehamilan.com /artikel.

Kontrasepsi.metode suntikan online diakses

tanggal 15 Agustus 2009)


51

METODE KONTRASEPSI DIUSIA > 35 TAHUN

Usia 35 tahun bagi seorang wanita adalah gerbang memasuki periode usia

resiko tinggi dari segi reproduksi. Dari segi reproduksi wanita yang berusia 35 tahun

keatas umumnya telah pernah merasakan uniknya masa kehamilan, tegangnya

mengalami proses persalinan dan kebahagian dalam merawat anak. Mereka biasanya

juga telah mempunyai jumlah anak yang cukup dan sudah pernah mencoba serta

memakai beberapa alat ,obat atau metode kontrasepsi.

Sayangnya keterbiasaan / keyakinan dengan salah satu alat / metode kontrasepsi,

sering terusik dengan datangnya rumor mengenai kontrasepsi bagi wanita yang telah

memasuki usia 35. Seperti rumor mengenai kontrasepsi pil yang dapat menyebabkan

kanker payudara, kontrasepsi suntik yang dapat menyebabkan kanker leher rahim

hingga penggunaan IUD dan Implant yang kabarnya bisa berjalan hingga tembus ke

jantung. Rumor-rumor seperti ini tentunya sangat mengganggu dan sering

menyebabkan wanita menjadi mengganti cara dan bahkan mengakibatkan wanita

berhenti menggunakan kontrasepsi hingga sering terjadi kehamilan yang tidak

diinginkan. Selain itu yang lebih mengkhawatirkan, kehamilan pada wanita usia 35

tahun keatas sangat beresiko bagi janin dan wanita itu sendiri. Karena wanita yang

berusia lebih dari 35 tahun akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas

jika mereka hamil.

Bukti-bukti terakhir menunjukkan bahwa baik pil kombinasi maupun suntikan

kombinasi dapat digunakan dengan aman oleh wanita berusia > 35 tahun sampai
52

masa menopause, jika tidak terdapat faktor resiko lain. Kekhawatiran tentang resiko

kanker mamae(kanker payudara) pada pemakaian kontrasepsi hormonal sesudah usia

35 tahun , menurut penelitian akhir juga tidak terbukti. Disamping terbukti turunnya

tingkat prevalensi kanker payudara diantara perempuan usia > 35 tahun, ternyata

resiko kanker endometrium dan kanker ovarium juga turun. Namun, perempuan usia

lebih dari 35 tahun yang merokok sebaiknya tidak menggunakan pil kombinasi

ataupun suntikan kombinasi.

Berbagai cara kontrasepsi pada perempuan berusia > 35 tahun :

1. Metode Kontrasepsi Pil Kombinasi / Suntikan Kombinasi

- Sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan >35 tahun yang perokok.

- Perokok berat (>20 batang/hari) jangan menggunakan pil/suntikan kombinasi.

- Pil kombinasi dosis rendah dapat berfungsi sebagai terapi sulih hormon pada

masa premenopause.

2. Metode Kontrasepsi Progrestin ( Implan, Suntikan, Pil)

- Dapat digunakan pada masa premenopause (usia 40-50 tahun)

- Dapat digunakan oleh perempuan berusia >35 tahun dan perokok.

- Implan dapat digunakan pada perempuan >35 tahun yang mengingginkan

kontrasepsi jangka panjang, tetapi belum siap untuk kontrasepsi mantap.

3. Metode Kontrasepsi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

- Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun yang tidak terpapar Infeksi Saluran

Reproduksi dan IMS.


53

- AKDR Cu dan Progestin : sangat efektif, dan efektif jangka panjang ( TCu 380

A efektif hingga 10 tahun)

4. Kontrasepsi Mantap (Tubektomi)

- Sangat tepat untuk pasangan yang benar-benar tidak ingin menambah jumlah

anak lagi.

- Efektivitas dan efisiensinya tinggi

5. Kondom

- Satu-satunya metode kontrasepsi yang dapat mencegah Infeksi Menular Seksual

termasuk HIV/AIDS

- Perlu motivasi tinggi bagi pasangan untuk mencegah kehamilan

Untuk itu, agar terhindar dari kekeliruan dan keraguan dalam penggunaan alat /

obat/ metode kontrasepsi, ada baiknya kita mengetahui dengan cermat

kontrasepsi apa saja yang tepat digunakan untuk perempuan yang berusia lebih

dari 35 tahun. Berkonsultasi dengan dokter dalam mengguna metode

kontrasepsi pilihan anda merupakan satu langkah bijak, karena kelompok

wanita usia ini benar-benar memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif.
54

Gambar 3 . Jenis – jenis kontrasepsi

Sumber : http://www.tundakehamilan.com/artikel.kontrasepsi. metode

suntikan
55

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Berencana,


www.anggrekidea .com online. Diakses tanggal 13 Juni 2009.

Anonim, 2009, Pertumbuhan Penduduk Dunia,


www.id.wikipedia.org/wiki/penduduk. Diakses tanggal 15 Agustus
2009.

Anonim, 2009, Jumlah penduduk. http://www.bkkbn.go.id online. Diakses


tanggal 15 Agustus 2009.

Anonim, 2009, Akseptor Keluarga Berencana, www.bkkbn.com online


Diakses tanggal 15 Agustus 2009.

Anonim, 2009, http://www.tundakehamilan.com/artikel.kontrasepsi. metode


suntikan online Diakses tanggal 15 Agustus 2009

Hartanto H, 2004, Keluarga berencana & Kontrasepsi , Sinar Harapan,


Jakarta.

Hoetomo M.A, 2005, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Pustaka Agung


Harapan, Jakarta.

Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Operatif, Obstetri Sosial Jilid 2


edisi 2, EGC, Jakarta.

Manuaba I.B.G, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Saifuddin A.B, 2006, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, YBP-SP, Jakarta.

Simatupang E.J,2006, Penerapan Unsur – unsur Manajemen Dalam


Praktek Kebidanan, Jakarta.

Wiknjosastro H, 1999, Ilmu Kebidanan, YBP-SP.


56

Anda mungkin juga menyukai