Anda di halaman 1dari 16

Referat

VOLUME PARU STATIK DAN DINAMIS

Oleh:
dr.Annisa Permatasari

Pembimbing
dr. Kgs Yangtjik, SpA (K)
dr. Fifi Sofiah, SpA (K)
dr. Azwar Aruf, SpA, MSc

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNSRI


DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK RSMH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Ventilasi dipengaruhi oleh saluran napas, paru dan dinding dada. Dua bagian
terakhir mengatur besarnya volume dan aliran udara pada saat istirahat dan ketika
beraktivitas, seperti: kegiatan fisik, bersuara, batuk, tertawa, perubahan posisi tubuh,
dan lain-lain. Pada penyakit kardiopulmoner, volume paru dapat berubah sebagai
hasil dari mekanisme dinamis saluran napas dan pola bernapas disertai perubahan
statis pada paru dan dinding dada. 1
Resistensi elastik dihasilkan oleh sifat elastis paru (tegangan permukaan
cairan yang membatasi alveolus dan serabut elastis yang terdapat di seluruh paru) dan
rongga toraks (kemampuan meregang otot, tendon, dan jaringan ikat). Resistensi
nonelastik dihasilkan oleh tahanan gesekan terhadap aliran udara dalam saluran
napas, dalam jumlah kecil yang juga disebabkan karena viskositas jaringan paru.1,2
Parameter yang digunakan untuk menilai kemampuan kerja pernapasan dalam
mengatasi kedua resistensi tersebut adalah volume paru, baik volume statis maupun
dinamis. Volume statis menggambarkan kemampuan kerja pernapasan dalam
mengatasi resistensi elastik, sedangkan volume dinamik mengukur kecepatan aliran
udara dalam saluran pernapasan dibandingkan dengan fungsi waktu yang digunakan
untuk menilai kemampuan kerja pernapasan mengatasi resistensi nonelastik.3
BAB II

VOLUME PARU STATIK DAN DINAMIS

II.1 Anatomi dan Fisiologi Paru

Organ pernapasan merupakan organ yang mempunyai peranan penting


dalam memenuhi kebutuhan oksigen di dalam tubuh. Organ pernapasan
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian penghantar udara dan bagian
yang berperan sebagai tempat pertukaran gas. Bagian penghantar udara
terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkhi dan bronkioli. Sedangkan
bagian pertukaran gas terdiri dari bronkhiolus respiratorius, duktus
alveolaris dan alveoli. Struktur saluran udara ini berperan dalam mengatur
jalannya udara, dengan cara menghangatkan dan serta menyingkirkan
benda-benda asing yang masuk .4
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak
(kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir
berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.
Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring
partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang
masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring
melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung
terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung. 4,5
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan nasofaring pada bagian
depan dan saluran pencernaan orofaring pada bagian belakang. Pada bagian
belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita
suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita
suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat
mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran
pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf
kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak
terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi
utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan
juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga
menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan. 4
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian
di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan
kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk
ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan
kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi
dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok
bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus.
Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru
(alveolus). 4
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian
bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan
sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Batang
tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan
sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi
menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang
menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus
sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Dinding alveolus
mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus
inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus
adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru. 4
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam
keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding
dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada.
Tekanan pada ruangan antara paru- paru dan dinding dada berada di bawah
tekanan atmosfer. Paru-paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru
lahir. Pada akhir ekspirasi tenang, cenderung terjadi “recoil” dinding dada
yang diimbangi oleh kecenderungan dinding dada berkerut kearah yang
berlawanan.5

Gambar 1. Penampang Paru


Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis
kontraksinya bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika
udara masuk ke dalam paru-paru, diluar muskulus interkostalis menekan
tulang iga dan mengendalikan luas rongga toraks yang menyokong pada saat
ekspirasi sehingga bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan bagian
perut. Kekuatan diafragma kearah atas membantu mengembalikan volume
rongga pleura.4,5
Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi
pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup
dalam, penarikan napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-
paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup
ke posisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak
tulang rusuk sewaktu bernapas dalam dan volume udara bertambah. 4,5
Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi
menaikkan volume intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intrapleura
kira-kira 2,5mmHg relatif terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi
menurun sampai -6mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih
mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit
negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil
menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru
dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernapasan
seimbangmenjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-
paru. 5,6
Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru-paru
berhenti sebentar ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak
mengelilingi atmosfer. Pada waktu penguapan, pernapasan volume sebuah
paru-paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk memperoleh
dorongan keluar pada sistem pernapasan.4-6
Selama pernapasan tenang, ekspirasi adalah pasif, dalam arti bahwa
tidak ada otot-otot yang menurunkan volume unuk toraks berkontraksi. Pada
permulaan ekspirasi, kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan
kekuatan recoil dan melambatkan ekspirasi. Insiprasi yang kuat berusaha
mengurangi tekanan intrapleura sampai 30mmHg sehingga menimbulkan
pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih besar. Bila ventilasi
meningkat seluas deflasi maka paru-paru meningkat dengan kontraksi otot-
otot pernapasan yang menurunkan volume intratoraks. 4-6

II.2 Kapasitas Vital Paru

Kapasitas vital paru adalah volume paru udara maksimal yang dapat
masuk dan keluar paru –paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah
inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal. Kapasitas itu menggambarkan
kemampuan pengembangan paru–paru dan dinding dada.6
Berikut adalah macam–macam volume paru dan kapasitas paru
menurut Guyton dan Hall (2008):6
1. Macam–macam volume paru
a. Volume tidal (volume alun napas) adalah volume udara yang
diinspirasi atau diekspirasi setiap kali melakukan pernapasan normal.
b. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat
diinspirasi setelah dan di atas volume alun napas.
c. Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah volume udara ekstra yang
dapat diekspirasi dengan cara melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya
pada akhir ekspirasi alun napas normal.
d. Volume residu adalah volume udara yang masih tetap berada dalam
paru –paru stelah ekspirasi paling kuat.
2. Macam –macam Kapasitas Paru
a. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume
cadangan inspirasi
b. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume residu
c. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah
dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah
udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah
terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian
mengeluarkan sebanyak –banyaknya.
d. Kapasitas paru total adalah volume maksimum dimana paru dapat
dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa. jumlah ini
sama dengan kapasitas vital ditambah dengan volume residu.

Pengembangan atau perluasan dan kontraksi paru-paru dan dada pada


saat pernapasan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, (1) menggerakkan
diafragma keatas dan kebawah untuk memperluas dan memperpendek rongga
dada, (2) dengan mengangkat dan menekan tulang rusuk untuk meningkatkan
dan menurunkan diameter anteroposterior rongga dada. Kapasitas vital paru
merupakan kesanggupan paru dalam menampung oksigen yang dalam
pengukurannya dapat dilakukan dengan melakukan inspirasi dan ekspirasi
sekuat-kuatnya.

II.3 Volume Statik dan Volume Dinamis Paru

Volume statik paru merupakan volume paru yang tidak dipengaruhi


oleh aliran udara, terdiri dari volume dan kapasitas spesifik. Volume statik
paru dipengaruhi oleh usia dan meningkat seiring meningkatnya usia. Volume
statik paru dapat dinilai dengan manuver pernapasan “lambat”.11
Volume statik terdiri dari Volume Tidal (TV/Tidal Volume), Volume
Cadangan Inspirasi (IRV/Inspiratory Residual Volume), Volume Cadangan
Ekspirasi (ERV/Expiratory Residual Volume), Volume Residu (RV/Residual
Volume), Kapasitas Paru Total (TLC/Total Lung Capacity), Kapasitas Vital
(VC/Vital Capacity), Kapasitas Inspirasi (IC/Inspiratory Capacity), Kapasitas
Residu Fungsional (FRC/Functional Residual Volume).7-10
Vital Capacity (VC) yang diukur berdasarkan volume paru dari udara
yang dihembuskan dari inspirasi maksimal sampai ekspirasi maksimal, atau
dihisap dari ekspirasi maksimal sampai inspirasi maksimal. Hal ini menjadi
faktor penyulit pengukuran VC pada anak. 11
Terdapat beberapa tehnik pengukuran untuk mengukur komponen
volume statik paru, seperti plethysmography dan tehnik dilusi gas, yang dapat
digunakan untuk mengukur volume residu (RV), yang berperan dalam proses
pertukaran gas. Dengan pengukuran diatas, dapt pula diukur Kapasitas Paru
Total (TLC/Total Lung Capacity) dan Kapasitas Residu Fungsional
(FRC/Functional Residual Volume). 11
FRC merupakan volume udara dalam paru setelah ekspirasi normal
selama pernapasan tidal. FRC dipengaruhi oleh tinggi badan, usia, postur
tubuh, komplians diafragma.11
Beberapa parameter ukuran volume statik paru terdiri dari:
 Volume Tidal (VT) adalah jumlah udara yang dihisap (inspirasi) tiap kali
pada pernapasan tenang.
 Expiratory Residual Volume (ERV) atau volume cadangan ekspirasiadalah
jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara maksimal setelah Inspirasi
biasa.
 Inspiratory Residual Volume (IRV) atau volume cadangan inspirasi adalah
jumlah udara yang dapat dihisap maksimal setelah inspirasibiasa.
 Residual Volume (RV) atau volume residu adalah jumlah udara yang
tinggal di dalam paru pada akhir ekspirasi maksimal.
 Vital Capacity (VC) atau kapasitas vital adalah jumlah udara yang
dapatdikeluarkan maksimal setelah inspirasi maksimal yaitu gabungan
dari IRV + VT + ERV.
 Forced Vital Capacity (FVC) adalah sama dengan VC tetapi dilakukan
secara cepat dan paksa.
 Inspiration Capacity (IC) atau kapasitas inspirasi adalah jumlah udara
yang dapat dihisap maksimal ekspirasi gabungan dari VT + IRV.
 Functional Residual Capacity (FRC) atau kapasitas residu
fungsionaladalah udara yang ada di dalam paru pada akhir ekspirasi biasa,
gabungan dari ERV + RV.
 Total Lung Capacity (TLC) atau kapasitas paru total adalah jumlah udara
di dalam paru pada akhir inspirasi maksimal, gabungan dari FRV + VT +
ERV + RV.

Gambar 2. Volume Paru Statik12


Berbeda dengan volume statik paru, volume dinamis paru dipengaruhi
oleh aliran udara. Volume dinamis paru, serupa dengan aliran udara ekspirasi,
dapat diukur menggunakan spirometri dengan ekspirasi paksa.11
Ekspirasi paksa jarang terjadi pada kondisi fisiologis sehari-hari.
Untuk mencapai ekspirasi paksa dibutuhkan inhalasi sampai mencapai TLC
dilanjutkan ekshalasi sampai mencapai RV, sepanjang dan secepat mungkin.
Pengukuran ekspirasi paksa hanya terbatas pada anak yang kooperatif,
sehingga hanya mungkin dilakukan pada anak usia sekolah yang lebih tua.11
Volume dinamis paru dan aliran ekspirasi yang dapat diukur melalui
spirometri adalah :11
I. Volume
a) Forced Vital Capacity (FVC) merupakan volume udara yang
dikeluarkan selama ekspirasi paksa setelah inspirasi maksimal
yang mencapai TLC
b) Forced Expiratory Volume (FEV1) merupakan FEV dalam 1 detik.
Merupakan volume udara yang dikeluarkan dalam 1 detik dalam
ekspirasi paksa setelah inspirasi maksimal yang mencapai TLC
c) Forced Expiratory Volume in x Second (s) (FEVx) merupakan
volume udara yang dikeluarkan selama x detik dalam ekspirasi
paksa setelah inspirasi maksimal yang mencapai TLC. Parameter
ini dapat digunakan pada anak usia sekolah yang tidak dapat
mencapai FEV dalam 1 detik, sebagai contoh FEV0.5 atau FEV0.75
d) Tiffeneau Index (FEV1/FVC) merupakan perbandingan antara
FEV1 dan FVC
II. Aliran
a) Peak Expiratory Flow (PEF) merupakan aliran ekspirasi maksimal
selama ekspirasi paksa
b) Forced Expiratory Flow at X% of FVC-setelah ekshalasi (FEFx,
FEF75, FEF50,FEF25) merupakan aliran ekspirasi maksimal
berdasarkan 25%, 50% dan 75% FVC setelah ekshalasi
c) Maximal Expiratory Flow at X% of FVC-yang akan diekshalasi
(MEFx, MEF75, MEF50, MEF25) merupakan aliran ekspirasi
maksimal berdasarkan 25%, 50% dan 75% FVC yang akan
diekshalasi
d) Maximal Midexpiratory Flow (MMEF atau FEF25-75 atau MEF25-
75) merupakan rerata aliran ekspirasi maksimal antara 25% sampai
75% FVC setelah ekshalasi

Gambar 3. Hubungan Volume dan Waktu Selama Ekspirasi Paksa


II.4 Pemeriksaan Kapasitas Paru dan Volume Paru

Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi


terintegrasi mekanik paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan
mengukur jumlah volume udara yang dihembuskan dari kapasitas paru total
(TLC) ke volume residu.8-10
Indikasi spirometri dibagi dalam 4 manfaat, yaitu: 8-10
1. Diagnostik : evaluasi individu yang mempunyai gejala, tanda, atau hasil
laboratorium yang abnormal; skrining individu yang mempunyai risiko
penyakit paru; mengukur efek fungsi paru pada individu yang mempunyai
penyakit paru; menilai risiko preoperasi; menentukan prognosis penyakit
yang berkaitan dengan respirasi dan menilai status kesehatan sebelum
memulai program latihan.
2. Monitoring : menilai intervensi terapeutik, memantau perkembangan
penyakit yang mempengaruhi fungsi paru, monitoring individu yang
terpajan agen berisiko terhadap fungsi paru dan efek samping obat yang
mempunyai toksisitas pada paru.
3. Evaluasi kecacatan/kelumpuhan : menentukan pasien yang membutuhkan
program rehabilitasi, kepentingan asuransi dan hukum.
4. Evaluasi risiko suatu intervensi seperti sebelum tindakan anestesi,
kemoterapi dan izin terbang
5. Kesehatan masyarakat : survei epidemiologis (skrining penyakit obstruktif
dan restriktif) menetapkan standar nilai normal dan penelitian klinis.
Kontraindikasi Spirometri terbagi dalam kontraindikasi absolut dan
relatif. Kontraindikasi absolut meliputi: Peningkatan tekanan intrakranial,
space occupying lesion (SOL) pada otak, ablasio retina, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam kontraindikasi relatif antara lain: hemoptisis
yang tidak diketahui penyebabnya, pneumotoraks, angina pektoris tidak stabil,
hernia skrotalis, hernia inguinalis, hernia umbilikalis, Hernia Nucleous
Pulposus (HNP) tergantung derajat keparahan, dan lain-lain.8
Pada pengukuran volume paru statik, spirometri dapat mengukur
Volume Tidal, Volume Cadangan Inspirasi, Volume Cadangan Ekspirasi,
Kapasitas Inspirasi dan Kapasitas Vital. Sedangkan Volume Residu, Kapasitas
Residu Fungsional dan Kapasitas Paru Total membutuhkan plethysmography
atau tehnik dilusi gas seperti multiple-breath washouts (MBW).11
BAB III
RINGKASAN

Kapasitas vital paru adalah volume paru udara maksimal yang dapat masuk
dan keluar paru –paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi maksimal
dan ekspirasi maksimal.
Volume statik terdiri dari Volume Tidal (TV/Tidal Volume), Volume
Cadangan Inspirasi (IRV/Inspiratory Residual Volume), Volume Cadangan Ekspirasi
(ERV/Expiratory Residual Volume), Volume Residu (RV/Residual Volume),
Kapasitas Paru Total (TLC/Total Lung Capacity), Kapasitas Vital (VC/Vital
Capacity), Kapasitas Inspirasi (IC/Inspiratory Capacity), Kapasitas Residu
Fungsional (FRC/Functional Residual Volume).
Volume Dinamis terdiri dari Kapasitas Vital Paksa/Forced Vital Capacity
(FVC), Kapasitas Vital Lambat/ Slow Vital Capacity (SVC), Volume Ekspirasi Paksa
pada Detik Pertama/ Forced Expiration Volume (FEV) dan Maximal Voluntary
Ventilation (MVV).
Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi terintegrasi
mekanik paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan mengukur jumlah
volume udara yang dihembuskan dari kapasitas paru total (TLC) ke volume residu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bellarny D. Spirometry in Practice: A Practical Guide to Using Spirometry in


Primary Care. 2nd Edition. British: BTS COPD Consortium. 2005.
2. Mccarthy K.”Spirometri”.2012 (dikutip: Des 2013). tersedia dari
http://emedicine.medscape.com/article/303239-overview.
3. Pellegrino R, Antonelli A.Static and Dynamic Lung Volumes dalam ERS
Handbook Respiratory Medicine First Edition.2010: 58-62.
4. Algasaff H.. 1995. Anatomi dan Fisiologi Paru. Dalam Abdul Mukty : Dasar-
dasar ilmu penyakit paru. Penerbit Airlangga University Press. hal. 1 – 48.
5. Astrand PO, Rodahl K. 1986. Textbook of work physiology, New York: Mc
Graw-Hill Book Company. Ed. P 223-4rd
6. Comroe JH.1975. Physiology of respiration Chicago : Year Book. 220-21, 238.
7. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11.Jakarta: EGC
8. Primary Care Commisioning. A Guide to Performing Quality Assured Diagnostic
Spirometry. British: PCC. 2013.
9. Shifren A. Pulmonary Function Test dalam Washington Manual(R) Pulmonary
Subspeciality Consult, The, 1st Edition. 2006.
10. Uyainah A. Spirometri dalam Kompendium: Tatalaksana Penyakit Respirasi dan
Kritis Paru. Jilid 2. Bandung: PERPARI;2012.p.709 –719 , 2012
11. Fuchs O. Static and Dynamic Lung Volumes dalam: ERS Handbook: Paediatric
Respiratory Medicine. Hermes; 2013. p70-76
12. Jones and bartlett. Lung Volumes. 2011. tersedia dari
http://samples.jbpub.com/9780763781187/81187_CH02_FF.pdf

Anda mungkin juga menyukai