Tugas Teknik Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

TEKNIK LINGKUNGAN DAN AMDAL

TEMA :

MANAJEMEN TERHADAP LIMBAH BENGKEL

Disusun oleh :

Nama : IMRAN JALIL

stambuk : 03220120045

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2016
Kata pengantar
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadiran allah swt, tuhan semesta sekalian alam
yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh makhluk di muka bumi
ini. Untuk itu hanya karena kekuasaan dan kehendaknya pulalah akhirnya penulis dapat
mewujudkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan yang sederhana ini.tema tulian kali ini yang
diambil adalah mengenai manajemen terhadap limbah bengkel. Tulisan kali ini juga dapat
mengamati dan menganalisis perilaku manusia terhadap lingkungan apakah berpengaruh besar
terhadap kehidupan sehari-hari mereka, sehingga tulisan ini dapat dipakai sebagai bahan
referensi untuk materi yang sama dengan mata kuliah yang bersangkutan.selanjutnya penulis
menyadari bahwa rasanya sulit untuk dapat mewujudkan tulisan ini kehadapan para pembaca
tanpa bantuan orang lain, untuk itu izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
bapak irwansyah sebagai dosen mata kuliah teknik lingkungan dan amdal dan tentunya juga
ucapan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan dukungan serta doanya. Selain
itu ucapan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan informasi-
informasi mengenai tema tulisan yang saya ambil kali ini.untuk itu kepada semua orang yang
telah penulis sebutkan diatas saya ucapkan terima kasih, teriring doa semoga allah yang maha
kaya yang akan membalas segala budi baik tersebut. Akhir kata, bahwa sebagai manusia biasa
tentunya penulis tidak luput dari segala kelemahan dan kekurangan. Harapan terakhir dari
penulis, semoga tulisan ini dapat memberikan arti dalam memperkaya khasanah keilmuan para
pembaca yang selalu haus dan lapar dengan ilmu pengetahuan.
MANAJEMEN TERHADAP LIMBAH BENGKEL
1. ABSTRAKSI

1.1 Latar Belakang


Dengan semakin meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri yang
meningkatkan kadar kerusakan lingkungan.
pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi
kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi
sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin.
Pola pemanfaatan sumberdaya alam seharusnya dapat memberikan akses kepada segenap
masyarakat, bukan terpusat pada beberapa kelompok masyarakat dan golongan tertentu,
dengan demikian pola pemanfaatan sumberdaya alam harus memberi kesempatan dan peran
serta aktif masyarakat, serta memikirkan dampak – dampak yang timbul akibat pemanfaatan
sumber daya alam tersebut. Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam
menganalisis mengenai dampak tehadap lingkungan. pembuangan limbah yang tidak
memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi
lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan dan pengelolaan hutan yang mengabaikan
daya dukung dan daya tampun lingkungan.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang ada dalam tulisan mengenai manajemen limbah bengkel ini ingin
mengetahui Seberapa parah limbah yang di hasilkan oleh bengkel baik pencemaran di air,tanah
,dah udara.dan mengambil salah satu contoh pencemaran melalui air yaitu pencemaran yang di
sebabkan oleh oli bekas.

1.3 Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, digunakan metode-metode sebagai berikut


:

a. Observasi.

Yaitu pengamatan langsung terhadap proses yang terjadi pada objek pengamatan.

b. Wawancara.

Yaitu dengan mengadakan wawancara langsung terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan
maksud untuk mengetahui hal-hal yang sulit diperoleh dengan metode observasi.
c. Studi Pustaka.

Untuk memperoleh data-data yang mendukung maka digunakan referensi buku-buku literature
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

2. PENDAHULUAN
2.1 Tujuan amdal
Tujuan disusunya tulisan ini yaitu untuk menjelaskan kepada para pembaca mengenai
baku mutu lingkungan yang meliputi baku mutu air, baku mutu limbah cair, baku mutu tanah,
baku mutu udara emisi, dan baku mutu air laut, serta menjelaskan suatu alat yang
sering di gunakan untuk menganalisa dampak lingkungan yang disebut amdal.
Dengan memperhatikan permasalahan dan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup
Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan dan berwawasan keadilan seiring meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta
meningkatnya kualitas lingkungan hidup sesuai dengan baku mutu lingkungan yang
ditetapkan, serta terwujudnya keadilan antar generasi, antar dunia usaha dan masyarakat, dan
antar negara maju dengan negara berkembang dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang optimal.
bagaimana suatu usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat beroperasi secara
berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan atau dengan kata lain usaha atau
kegiatan tersebut layak dari aspek
lingkungan hidup. Pada hakikatnya diharapkan dengan melalui kajian
amdal, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
diharapkan mampu secara optimal meminimalkan kemungkinan dampak lingkungan hidup
yang negative, serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien.
2.2 Manfaat Amdal
1. Pada pemerintah
sebagai alat pengambil keputusan tentang kelayakan lingkungan dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Merupakan bahan masukan dalam perencanaan pembangunan wilayah.
Mencegah potensi sda di sekitar lokasi proyek tidak rusak dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup.

2.Pada masyarakat
dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya sehingga dapat mempersiapkan diri
untuk berpartisipasi.
Mengetahui perubahan lingkungan yang akan terjadi dan manfaat serta kerugian akibat
adanya suatu kegiatan.
Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungan dengan usaha dan/atau kegiatan di
dalam menjaga dan mengelola kualitas lingkungan.

3. LANDASAN TEORI
Manajemen Limbah Bengkel ( OLI)

Setiap harinya, oli/minyak pelumas bekas


dihasilkan dari berbagai macam kegiatan antara lain perbengkelan, mesin/alat berat dan
kegiatan industri lainnya. Bagi orang awam mungkin bertanya-tanya dikemanakan oli bekas
itu? Melihat banyaknya bengkel, yang ada di Provinsi DIY saja bisa terbayangkan berapa
jumlah limbah oli bekas yang dihasilkan, belum termasuk oli bekas dari mesin- mesin proses
produksi. Sesuai dengan Tabel 1 Lampiran I Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 1999, pelumas bekas termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari sumber
yang tidak spesifik. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat dan konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk lain.
Karena termasuk dalam limbah B3, maka oli/minyak pelumas bekas perlu dikelola dengan
baik.

Pengelolaan oli/minyak pelumas bekas tidak bisa dilakukan dengan sembarangan karena sudah
jelas disebutkan oli termasuk limbah Bahan Berbahaya Beracun yang tentu saja berbahaya bila
terpapar pada makhluk hidup. Disebutkan dalam Pasal 1 PP Nomor 18 Tahun 1999 bahwa
pengelolaan limbah B3, termasuk di dalamnya minyak pelumas bekas adalah rangkaian
kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan dan penimbunan limbah B3. Reduksi limbah B3 merupakan suatu kegiatan pada
penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3
sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan. Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3
yang dilakukan oleh penghasil dan atau pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah dan
atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara. Pengumpulan limbah B3
adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3 dengan maksud
menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan atau pengolah dan atau
penimbun limbah B3. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah
B3 dari penghasil dan atau ke pengumpul, dan atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke
pengumpul dan atau ke pemanfaat dan atau ke pengolah dan atau ke penimbun limbah B3.
Pemanfaat limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan atau
penggunaan kembali (reuse) dan atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah
limbah B3 menjadi suatu produk uang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan
dan kesehatan manusia. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik
dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan sifat
racun. Penimbunan limbah B3 adalah suatu kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu
fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
hidup. Di samping itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18
Tahun 2009, tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
bahwa pengelolaan limbah B3 yang meliputi pengangkutan, penyimpanan sementara,
pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan wajib dilengkapi dengan izin.

Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas diatur
dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996. Pada pasal 3 disebutkan persyaratan
bangunan bagi pengumpul minyak pelumas bekas :

1. Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kebakaran dan peralatan


komunikasi.
2. Konstruksi bangunan disesuaikan dengan karakteristik pelumas bekas.
3. Lokasi tempat pengumpulan bebas banjir.
Sedangkan persyaratan bangunan pengumpulan:

1. Lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak bergelombang, kuat
dan tidak retak.
2. Konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan kemiringan
maksimum 1%.
3. Bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak pelumas bekas.
4. Rancang bangun untuk penyimpanan/pengumpulan dibuat beratap yang dapat
mencegah terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau
pengumpulan
5. Bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding dan apabila bangunan diberi dinding
bahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah didobrak.

Gambar 1. Perusahaan Pengumpul Oli Bekas di Kasihan, Bantul, sedang proses izin ke KNLH
Pada kenyataannya, pengelolaan oli bekas belum bisa sesuai dengan PP No 18 Tahun 1999 dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009. Saat ini sudah banyak
pengepul/pengumpul oli bekas yang mengumpulkan oli/pelumas bekas dari bengkel-bengkel
dan kegiatan industri kecil, namun sebagian besar belum memiliki izin baik izin pengumpulan
maupun izin pengangkutan. Kebanyakan pengepul oli ini akan mengirimkan oli yang mereka
kumpulkan ke pihak ketiga. Seandainya pihak ketiga ini akan mengolah/memanfaatkan oli
bekas tersebut, maka pihak ketiga tersebut harus memiliki izin pemanfaatan.
Berdasarkan PP 38/2007, kewenangan untuk perijinan dan pengendalian oli bekas mulai dari
pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sepenuhnya berada pada
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Hal ini berarti pengumpul oli/minyak pelumas bekas
di seluruh Indonesia harus mengurus perizinannya di pusat. Kenyataan di lapangan
menunjukkan pengumpul oli bekas skala kecil menyatakan keberatan dan kesulitan jika harus
mengurus perizinan di Jakarta karena biaya yang dibutuhkan tidak sedikit.
Akhirnya pengumpul oli skala kecil ini memilih tidak usah memiliki izin yang penting
kegiatan mereka bisa tetap berjalan.
Seiring dengan menjamurnya bengkel kendaraan terutama di Provinsi DIY, diperlukan
tindakan segera untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan akibat oli/minyak pelumas
bekas. Limbah oli bekas seharusnya ditampung dalam Tempat Penampungan
Sementara limbah B3 (TPS Limbah B3) sebelum diambil oleh pihak ketiga (pengumpul oli
bekas yang berizin). Diharapkan pihak bengkel/penghasil oli bekas juga memiliki komitmen
tinggi terhadap lingkungan sehingga ada kesadaran untuk melakukan pengelolaan limbah B3
tersebut. Dan tentunya pihak pemerintah daerah dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup harus
mendukung dengan program yang sesuai, misalnya pendampingan/bimbingan teknis
pengelolaan limbah oli bekas kepada bengkel-bengkel, bisa dimulai dari bengkel skala besar,
baru kemudian dilanjutkan bengkel skala menengah dan skala kecil.

Gambar 2. Tempat sampah di salah satu bengkel mobil besar di DIY sudah dipisahkan menurut
jenis sampahnya. Ember berwarna merah khusus untuk limbah B3.

4.1 Analisa Pembahasan


1 . O l i b e k a s m e r u p a k a n z a t ya n g s a n g a t b e r b a h a ya b a g i l i n g k u n g a n
d a n p e n g h u n i n ya jika dibuang langsung kelingkungan karena oli
bekasmengandung kotoran-kotoran logam, aditif,
s i s a b a h a n b a k a r d a n kotoran yang lain.

2 . P e r l u a d a n ya p e n g o l a h a n s e b e l u m o l i b e k a s d i b u a n g k e l i n g k u n g a n .

3.Dalam pengolahan oli bekas ini yang perlu diperhatikan


a d a l a h parameter kadar logam berat nya.
5.1Kesimpulan
lingkungan merupakan suatu acuan yang perlu kita pahami dalam memelihara lingkungan
hidup dan sember daya alam yang berkelanjutan. Sehingga kita dapat meminimalisasi
kerusakan lingkungan yang di akibatkan oleh aktivitas berbagai aspek kehidupan.
Persoalan kerusakan lingkungan akibat industri dan rumah tangga, khususnya di negara
berkembang seperti indonesia sudah sangat kompleks dan sudah menghawatirkan. Karena itu
perlu kesadaran semua pihak untuk turut menangai pencemaran lingkungan. Pemerintah
melalui kebijakan dan aturan harus mampu mengatur industi dalam pengolahan limbah baik
cair, kayu dan udara. Pihak industri pun harus menyadari peranan pencemarannya yang sangat
besar sehingga harus mau membangun pengolahan limbah. Masyarakat pun harus mempunyai
peranan yang sangat besar dalam pengolahan limbah rumah tangga dan lingkungan sekitar
sehingga kelestarian lingkungan baik, udara, tanah maupun air dapat terjaga dengan baik.
Daftar Pustaka

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/04/polusi_air_tanah_akibat_limbah_indus
tri.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/water_polution
www.menlh.go.id/i/art/pdf_1038886332.pdf
http://www.theceli.com/dokumen/produk/pp/1999/41-1999.htm
mages.soemarno.multiply.com/attachment/0/ru9esgok
ctgaaa7xvti1/standarisasi%20lingkungan.doc?nmid=58345430
http://blh.jogjaprov.go.id/2012/07/pengelolaan-oliminyak-pelumas-bekas/
http://andrifauzi.blogspot.com/2013/09/manajemen-terhadap-limbah-bengkel.html

Diposkan oleh amri budiman di 05.54

Anda mungkin juga menyukai