Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN


HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO
WONOSOBO

Disusun oleh:
Widarika Santi Hapsari, M.Sc.,Apt NIK : 158408131
Herma Fanani Agusta, M.Sc.,Apt NIDN : 0622088504

PROGRAM STUDI DIII FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2016
i
` DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................... ........................................................ i


DAFTAR ISI ... ..... ............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 2
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
A. Teori Masalah ......................................................................... 4
1. Hipertensi .......................................................................... 4
a. Definisi ......................................................................... 4
b. Epidemiologi ................................................................ 4
c. Etiologi ......................................................................... 5
d. Terapi ........................................................................... 6
2. Resep ................................................................................. 10
3. Rumah Sakit ...................................................................... 10
a. Definisi ......................................................................... 10
b. Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian ............................ 11
c. Klasifikasi Rumah Sakit ............................................... 11
d. Profil Lokasi Penelitian ................................................ 12
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 13
A. Desain Penelitian .................................................................... 13
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 13
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 13
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.................................................. 13
E. Variabel Penelitian ................................................................. 14
F. Definisi Operasional .............................................................. 14

ii
G. Populasi dan Sampel .............................................................. 14
H. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ............................ 16
I. Metode Pengolahan dan Analisa Data ................................... 16
iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ............................................................................ 3


iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Algoritma Terapi Hipertensi Menurut JNC VII ............................ 7


v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi dilaporkan terjadi pada ± 50 juta penduduk di Amerika

Serikat dan ± 1 milyar di seluruh dunia. Hipertensi merupakan faktor resiko

utama gangguan jantung, gangguan ginjal dan gangguan serebrovaskular.

Berdasarkan Riskesdas 2013 hipertensi merupakan penyakit tidak menular

yang menempati peringkat 6 dimana prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran dengan penderita usia ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi

hipertensi cenderung lebih tinggi pada perempuan daripada lakilaki.

Prevalensi hipertensi akan terus meningkat jika tidak ada parameter untuk

melakukan tindakan pencegahan yang efektif (Anonim, 2003; Anonim, 2013).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Tekanan darah

bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Resiko menderita hipertensi

pada seseorang dengan umur ≥ 55 tahun adalah 90% dimana sebelumnya

mempunyai tekanan darah normal. Pada kebanyakan pasien penyebab

terjadi hipertensi tidak diketahui (hipertensi primer). Hipertensi primer ini

tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol (Anonim, 2006).

Pasien geriatri menunjukkan kondisi kesehatan yang beragam dimana

jika masingmasing kondisi tersebut diberikan terapi menyebabkan kondisi

polifarmasi. Publikasi panduan terapi terbaru menunjukkan manfaat bagi

pasien. Pada pasien postmyocardial infarction, terapi dengan menggunakan


1
2

statin bersama dengan ACEI, βbloker, dan antiplatelet, dibuktikan

kemanfaatannya pada pengujian klinik (Lin,P., 2003)

Berdasarkan panduan manajemen hipertensi oleh Seventh Report of the

Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure (JNC 7), pasien hipertensi memerlukan dua obat atau lebih

untuk mencapai tujuan tekanan darah ( <14090 mmHg atau 13080 mmHg pada

pasien hipertensi dengan CKD atau Diabetes). Jika tekanan darah >20 mmHg

dari tujuan tekanan darah, maka terapi dimulai dengan dua obat dimana salah

satu obat yang digunakan adalah Diuretik Tiazid (Anonim, 2003).

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian ini

untuk mengetahui pola peresepan obat hipertensi dimana difokuskan

pada pasien rawat jalan di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang

menggunakan BPJS sebagai jaminan asuransi kesehatanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah bagaimana pola penggunaan obat hipertensi

pada pasien rawat jalan BPJS di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo?

C. Tujuan Penelitian

Bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat hipertensi pada

pasien rawat jalan BPJS di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo dapat mengetahui pola

penggunaan obat hipertensi pada pasien rawat jalan BPJS


3

2. Bagi Ilmu Pengetahuan adalah untuk memperoleh pengetahuan yang

bermanfaat tentang pola penggunaan obat hipertensi

3. Bagi Peneliti adalah diperolehnya gambaran pola penggunaan obat

hipertensi pada pasien rawat jalan BPJS RSUD KRT Setjonegoro

Wonosobo

E. Keaslian Penelitian

Berikut ini penelitianpenelitian sebelumnya yang membedakan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis, seperti tercantum pada Tabel 1.1

berikut ini:

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Kategori Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan


Subyek Pasien usia lanjut (Ikawati dkk., 2008) Pasien dewasa
Obat Hipertensi Golongan ACEI Semua golongan obat
(Tarakolo, B.A., 2014) hipertensi
Pasien hipertensi gestasional rawat inap Pasien hipertensi tanpa
(Lisniawati dkk, 2011) penyakit penyerta
Tujuan Mengetahui keamanan penggunaan Mengetahui profil terapi
obat hipertensi dengan melihat potensi hipertensi pada pasien
interaksi, kontraindikasi, dan efek rawat jalan BPJS
samping obat (Ikawati dkk., 2008)
Mengetahui pola penggunaan dan
jumlah obat hipertensi golongan ACEI
(Tarakolo, B.A., 2014)
Mengetahui profil terapi obat hipertensi
pada pasien hipertensi gestasional
(Lisniawati dkk, 2011)

Desain Deskriptif evaluatif dengan Deskriptif retrospektif


Penelitian pengambilan data secara prospektf
(Ikawati dkk., 2008)
Instumen Rekam medik, wawancara dan Rekam medik
kuesioner (Ikawati dkk., 2008)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Masalah

1. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah arterial

yang persisten (Wells et all, 2015). JNC 7 mengklasifikasikan

tekanan darah pada pasien dewasa sebagai berikut :

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal < 120 Dan < 80
Pre‐hipertensi 120‐139 Atau 80‐89
Stage 1 hipertensi 140‐159 Atau 90‐99
Stage 2 hipertensi ≥ 160 Atau ≥ 100
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa (Anonim, 2003)

Krisis hipertensi merupakan suatu kondisi klinik yang ditandai

dengan tingginya tekanan darah yaitu >180/120 mmHg yang dapat

menyebabkan kerusakan organ. Krisis hipertensi dibedakan menjadi dua

yaitu hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. Hipertensi emergensi

adalah kenaikan tekanan darah ekstrim yang diikuti kerusakan organ

tubuh dan harus dilakukan penanganan segera untuk mencegah

kerusakan organ lebih lanjut. Hipertensi urgensi merupakan kenaikan

darah ekstrim tanpa disertai kerusakan organ (Anonim, 2006).

b. Epidemiologi

Sekitar 31% dari populasi mempunyai tekanan darah >140/90

mmHg. Jumlah penderita lakilaki lebih besar daripada perempuan pada


4
5

usia di bawah 45 tahun, namun pada usia 4554 penderita perempuan

sedikit lebih banyak. Pada usia >54 tahun penderita perempuan lebih

banyak daripada lakilaki (diPiro et all, 2005).

Tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia, dan

hipertensi umum terjadi pada orang tua. Peluang seseorang menderita

hipertensi pada usia ≥ 55 tahun, walaupun mempunyai tekanan darah

normal, adalah 90%. Kebanyakan orang menderita prehipertensi sebelum

akhirnya didiagnosa menderita hipertensi dimana diagnosa terjadi pada

dekade ketiga sampai kelima dalam kehidupan (diPiro et all, 2005).

c. Etiologi

Pada kebanyakan pasien, penyebab hipertensi tidak diketahui

(essential or primary hypertension). Hal ini menyebabkan hipertensi

tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikontrol. Hanya ada beberapa

pasien yang diketahui penyebab terjadinya hipertensi (secondary

hypertension). Jika penyebab kenaikan tekanan darah diketahui maka

hipertensi dapat disembuhkan (diPiro et all, 2005).

Mekanisme yang berkontribusi dalam terjadinya hipertensi

primer telah diidentifikasi. Faktor genetik memegang peranan dalam

perkembangan hipertensi jenis ini dimana terlihat pada pasien yang

menderita hipertensi juga mempunyai hubungan kekeluargaan yang

juga menderita hipertensi (diPiro et all, 2005; Anonim, 2006).

Kurang dari 10% pasien menderita hipertensi sekunder yang

disebabkan karena penyakit lain atau karena penggunaan obat tertentu.


6

Kebanyakan hipertensi sekunder disebabkan karena disfungsi ginjal

yang menyebabkan severe chronic renal disease atau renovaskular.

Jika penyebab kenaikan tekanan darah sudah diketahui, maka

penyebab tersebut dihindari atau penyebab tersebut diterapi ( jika

penyebab adalah penyakit utama) (diPiro et all, 2005).

d. Terapi

Tujuan terapi : tujuan keseluruhan adalah untuk mengurangi

kesakitan dan kematian. JNC 7 merekomendasikan target TD < 140/90

mmHg untuk keseluruhan pasien, kurang dari 140/80 mmHg untuk

pasien hipertensi dengan DM dan kurang dari 130/80 mmHg pada

pasien hipertensi dengan CKD yang mengalami albuminaria secara

persisten (> 30 mg urine albumin dalam 24 jam) (Wells et all, 2015).

Penatalaksanaan terapi hipertensi dilakukan dengan terapi

farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi

dilakukan dengan melakukan modifikasi gaya hidup yang dapat

dilakukan dengan cara mengurangi berat badan jika overweight,

menggunakan Dietary Approaches to Stop Hypertension sebagai diet,

diet intake Natrium ( ideal = 1,5 g/hari atau NaCl 3,8 g/hari),

olahraga aerobik, konsumsi alkohol dalam jumlah sedang ( 2 gelas

atau kurang dalam sehari), berhenti merokok (Wells et all, 2015).


7

Modifikasi Gaya Hidup

Tidak mencapai sasaran terapi (<140/90 mmHg atau <130‐80 mmHg untuk pasien
dengan diabetes melitus atau gagal ginjal

Terapi farmakologi

Hipertensi tanpa penyerta Hipertensi dengan penyerta

Obat antihipertensi sesuai


Hipertensi Stage 1 Hipertensi stage 2 dengan kondisi penyait
penyerta
Umumnya Diuretik Tiazid. Kombinasi dua obat (
Dapat digunakan CCB, ARB, Obat antihipertensi lain
umumnya diuretik Tiazid
ACEI, beta‐bloker atau seperti diuretik, ACEI,
dengan ACEI atau CCb atau
kombinasi ARB, CCB, BB diperlukan
ARB atau Beta‐bloker

Tidak mencapai sasaran terapi

Optimalkan dosis obat hipertensi atau tambahkan obat hipertensi lain hingga sasaran
tekanan darah tercapai Konsultasikan dengan spesialis

Gambar 1. Algoritma Terapi Hipertensi Menurut JNC VII (Anonim, 2003)


8

Pada terapi farmakologi pemilihan obat tergantung dari tingkat

kenaikan tekanan darah dan ada tidaknya penyakit penyerta.

a) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

ACEI bekerja dengan menghambat pembentukan Angiotensin

II dari Angiotensin I yang merupakan vasokonstriksi poten

dan stimulan sekresi aldosteron. ACEI juga menghambat

degradasi bradikinin sehingga menyebabkan batuk kering dan

menstimulasi sintesis agen vasodilator lain seperti

prostaglandin E2 dan prostasiklin (Wells et all, 2015).

b) Βbloker

Βbloker digunakan sebagai terapi lini pertama pada specific

compelling indication (seperti postMI, coronary artery disease).

Mekanisme hipotensi obat golongan ini melibatkan penurunan

cardiac output melalui efek inotropik dan kronotropik negatif

pada jantung dan penghambatan pelepasan renin pada ginjal

(Wells et all, 2015).

c) Calcium Cannel Bloker

CCB menimbulkan relaksasi bagi jantung dan otot polos, dengan

cara menghambat kanal kalsium sehingga menghambat masuknya

kalsium ekstraseluler ke sel. Hal ini akan menyebabkan

vasodilatasi dan menyebabkan penurunan TD. CCB Dihidropiridin

menyebabkan aktivasi syaraf simpatik dan semua golongan CCB

(kecuali Amlodipin dan Felodipin) mempunyai efek inotropik


9

negatif (Wells et all, 2015).

d) Angiotensin Receptor Inhibitor

Angiotensin II diperoleh dari jalur RAAS dan jalur alternative

yang menggunakan enzim chymase. ACEI hanya memblok

jalur RAAS dan ARB memblok Angiotensin II dari jalur lain.

ARB memblok reseptor Angiotensin 1 sehingga Angiotensin II

tidak dapat bekerja. Tidak seperti ACEI, ARB tidak

menghambat degradasi bradikinin. Walaupun karena sebab ini

maka obat golongan ARB tida menimbulkan batuk namun hal

ini mungkin juga menimbulkan konsekuensi negatif karena

efek antihipertensi ACEI juga dapat disebabkan karena

kenaikan kadar bradikinin (vasodilator) (Wells et all, 2015).

e) Diuretik

Diuretik menurunkan TD dengan cara diuresis. Reduksi volume

plasma dan volume stroke (jumlah darah jantung yang dipompa

keluar dari ventrikel pada setiap denyut) karena proses diuresis

menurunkan TD dan cardiac output. Penurunan cardiac output pada

awal terapi akan menimbulkan kompensasi berupa peningkatan

resistensi pheripheral vaskular. Pada terapi jangka panjang (chronic

therapy), cairan ekstraseluler dan cairan plasma akan kembali ke level

pretreatment, dan resistensi pheripheral vaskular menurun di bawah

baseline. Penurunan resistensi vaskular bertanggungjawab pada efek

hipotensi jangka panjang (Wells et all, 2015).


10

2. Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter

hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundangundangan yang

berlaku kepada apoteker untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik,

serta menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006).

3. Rumah Sakit

a. Definisi

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan dan gawat darurat (Anonim, 2014).

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dnegan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi adalah obat,

bahan obat, obat tradisional dan kosmetik (Anonim, 2014).

Tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian adalah untuk

memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam

memperoleh atau menetapkan sediaan farmasi, mempertahankan

dan meningkatkan mutu penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga

kefarmasian (Anonim, 2004).


11

b. Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian

Pada fasilitas pelayanan kefarmasian berupa apotek, instalasi

farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, atau toko obat. Pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan

manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik

(Anonim, 2014).

c. Klasifikasi Rumah Sakit

a) Klasifikasi berdasarkan kepemilikan

Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri dari rumah

sakit pemerintah dan swasta. Rumah sait pemerintah

terdiri dari rumah sakit pusat yang langsung dikelola oleh

Dinas Kesehatan, rumah sait pemerintah daerah, rumah

sakit militer, dan rumah sakit BUMN (Siregar, 2004)

b) Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan

Dibedakan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit

khusus. Rumah sakit umum memberikan pelayanan

kepada berbagai jenis kesakitan. Rumah sakit khusus

adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan diagnosis

dan pengobatan dengan kondisi medik tertentu baik bedah

maupun nonbedah (Siregar, 2004)

c) Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan

Terdiri dari dua jenis yaitu rumah sakit pendidikan dan rumah
12

sakit nonpendidikan. Rumah sakit pendidikan adalah

rumah sakit yang mengadakan program pelatihan

residensi dalam medik, bedah, pediatrik, dan bidang

spesialis lain (Siregar, 2004)

d. Profil Lokasi Penelitian

RSUD KRT Setjonegoro merupakan rumah sakit yang berada di

kabupaten Wonosobo. RSUD KRT Setjonegoro tersebut terletak di Jl.

RSU No. 1 Kelurahan Wonosobo Barat Kecamatan Wonosobo

Kabupaten Wonosobo.

Visi dan Misi:

1) Visi

Menjadi rumah sakit yang mempu memberikan pelayanan prima,

menyeluruh dan terintegrasi sesuai dengan standar nasional.

2) Misi

a) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh secara

profesional, jujur, ramah, ikhlas, dan santun kepada pasien

b) Memberdayakan karyawan sebagai mitra untuk kemajuan

bagi semua

c) Melaksanakan pelayanan yang terintegrasi dengan mempergunakan

sistem rujukan agar berdaya guna untuk kepentingan pasien

BAB III
13

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan deskriptif dimana

data dikumpulkan secara retrospektif. Data diambil dari rekam medik

pasien hipertensi rawat jalan BPJS RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Setjonegoro Wonosobo.

C. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

rekam medik pasien. Data yang diambil adalah data mengenai kelompok

umur, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi obat, lama hipertensi,

jenis asuransi yang digunakan dan peresepan.

D. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien yang terdiagnosa oleh dokter menderita hipertensi minimal

3 tahun

b. Semua pasien hipertensi yang berumur >18 tahun

c. Pasien hipertensi BPJS

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien hipertensi dengan penyakit penyerta seperti Diabetes

Melitus dan gagal ginjal

b. Pasien hipertensi yang didiagnosa hipertensi kurang dari 3 tahun


14

E. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek,

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah obat hipertensi yang

digunakan pada pasien rawat jalan melalui resep dokter.

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi sebuah konsep untuk

membuatnya bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi

perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukan oleh konsep (Sekaran, 2006).

1. Hipertensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyakit

hipertensi yang merupakan diagnosa dokter yang tercatat dalam rekam

medis di RSUD Setjonegoro Wonosobo.

2. Obat hipertensi adalah obat yag digunakan untuk menurunkan tekanan

darah tinggi yang diresepkan oleh dokter untuk pasien rawat jalan RSU

Setjonegoro Wonosobo

3. Pasien rawat jalan adalah pasien yang mendapatkan pelayanan pada

poli rawat jalan RSU Setjonegoro Wonosobo

G. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah suatu himpunan unit yang biasanya berupa orang, objek,

transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari. Populasi target

penelitian adalah pasien hipertensi yang terdaftar di RSUD Setjonegoro

Wonosobo. Populasi terjangkau penelitian adalah pasien asma yang berobat di


15

RSUD Setjonegoro Wonosobo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakternya hendak

diselidiki. Pengambilan responden secara purposive sampling yaitu

pengambilan sampel berdasarkan ciri atau sifatsifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. Karena jumlah populasi kurang dari 1000

maka penetuan sampel menggunakan rumus Slovin.

n= N
1+N d2
Keterangan:

n : besar sampel

N: besar populasi

2
d : penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 10% atau 0,1.

Sehingga apabila jumlah pasien di apotek berjumlah 750 orang,

maka jumlah sampel menurut rumus Slovin adalah:

n = 88 responden

Data yang diperlukan peneliti adalah 88 pasien. Dalam mengantisipasi

terjadinya data yang tidak valid, maka penelitian dilakukan pada 100 pasien.

H. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Lembar data rekam medik pasien, yaitu berisi nama, jenis kelamin pasien,

usia, pendidikan dan pekerjaan, riwayat alergi, diagnosa hipertensi dan


16

terapi hipertensi.

2. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dimulai dengan

proses seleksi rekam medik pasien rawat jalan yang mempunyai

diagnosa utama hipertensi. Seleksi dimaksudkan untuk mendapatkan

subyek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yang ditetapkan.

Rekam medik yang masuk kriteria inklusi kemudian dilakukan

pencataatn berupa nomor rekam medik, nama pasien, umur, jenis

kelamin, diagnosa pasien, dan terapi yang diterima.

I. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode pengolahan data

Setelah data sudah terkumpul selanjutnya diolah menjadi bentuk

presentase dan disajikan dalam bentuk diagram atau tabel.

Rumus presentase (Sibagariang, 2010) :

P=f x 100%
n

keterangan : P = presentase

f = frekuensi

n = jumlah sampel
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003, JNC 7 Express, The Seventh Report of The Joint National
Committe on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure, U.S department of Health and Human Service
Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Anonim, 2006, Pharmaceutical care untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat
Bina Farmasi Klinik dan Komunitas, Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI
Anonim, 2013, Riset Kesehatan dasar 2013, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Anonim, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 58
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
diPiro,J.T., Talbert,R.L., Yee,G.C., Matzke,G.R., Wells,B.G., Posey,L.M.,
2005, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Sixth Edition,
McGrawHill Education
Lin, P., 2003, Drug Interaction and Polypharmacy in the Elderly, The
Canadian Alzheimer Disease Review
Sibagariang, E.E., 2010, Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma
Kesehatan, CV. Trans Info Media, Jakarta
Siregar, C., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan, Penerbit EGC,
Jakarta
Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta
Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung
Syamsuni,H.A., 2006, Ilmu Resep, Penerbit EGC, Jakarta
Wells,B.G., DiPiro,J.T., Schwinghammer,T.L., DiPiro,C.V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edition, McGrawHill Education
17
18
33
34

Anda mungkin juga menyukai