Tugas Ukm Intership Laporan Angka Kematian Bayi
Tugas Ukm Intership Laporan Angka Kematian Bayi
Disusun Oleh:
dr. Padrepio Ragil Rahadi
Pembimbing:
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari
pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO
(World Health Organization) (2015) pada negara ASEAN (Association of South East
Asia Nations) seperti di Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per 1000
kelahiran hidup, Thailan 17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000 kelahiran
hidup, dan Indonesia 27 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia
masih tinggi dari negara ASEAN lainnya, jika dibandingkan dengan target dari MDGs
(Millenium Development Goals) tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu dalam kandungan
dan luar kandungan. Kematian bayi dalam kandungan adalah kematian bayi yang dibawa
oleh bayi sejak lahir seperti asfiksia. Sedangkan kematian bayi luar kandungan atau
kematian post neonatal disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
dari luar (Vivian, 2014).
Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar (Riskerdas, 2015) menunjukkan angka
hiperbilirubin pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar 51,47%, di Sumatra Barat 47,3%
dengan faktor penyebabnya antara lain Asfiksia 51%, BBLR 42,9%, Sectio Cesaria
18,9%, Prematur 33,3%, kelainan kongenital 2,8%, sepsis 12%.
Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Kebumen Tahun 2015 sebanyak 201 kasus
kematian bayi dari 20.444 kelahiran hidup atau 9,83/1000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian Bayi di Kabupaten Kebumen Tahun 2015 terbanyak adalah Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) yaitu 56 kasus (27,86%). Untuk penyebab lainnya adalah Asfiksia 31
kasus (15,42 %), Kelainan Kongenital 26 kasus (12.94%), Diare 6 kasus (2.99 %),
Pneumonia 5 kasus (2.99%), Sepsis 5 kasus (2.99%), Ikterus 4 kasus (1,99%), kelaian
syaraf 1 kasus (0.5 %) dan 57 kasus disebabkan karena lain-lain seperti infeksi, keganasan,
kelainan jantung, febris, kejang dan lain sebagainya.
Bayi yang saat lahir beratnya kurang dari 2500 kilogram termasuk BBLR. Bayi-bayi
ini, memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar. WHO mencatat pada tahun 2010 ada satu
dari enam kelahiran dilahirkan prematur atau tidak cukup bulan. Jumlah kelahiran prematur
yang menyebabkan bayi lahir berberat badan rendah ini setara dengan 15,5 per 100
kelahiran hidup. Ketidakpahaman penanganan bayi lahir berberat rendah ini di 4 – 5 jam
pertama kelahirannya menjadi penyebabnya. Waktu inilah masa kritis bayi yang
menentukan apakah si bayi akan hidup atau meninggal. Hal ini juga disebabkan oleh
fasilitas kesehatan serta sarana prasarana yang belum memadai untuk penatalaksanaan bayi
berat lahir sangat rendah.
Persebaran kasus kematian bayi di Kabupaten Kebumen Tahun 2015 dapat dilihat
pada gambar 3.1 berikut. Gambar 3.1 Persebaran Kasus Kematian Bayi di Kabupaten
Kebumen Tahun 2015 Sumber Bidang Yankes 2015
Gambar 3.1
Persebaran Kasus Kematian Bayi di Kabupaten Kebumen Tahun 2015
KA RANGG A Y AM
II S
4-7 KS
8
ADANG
1-3 KS
10 Karanggara
> 7 KS
S E MP mI Tdk ada ks
OR 2 9
R OW OK E K AR ANG S A MB U
LE NG
GMB 12
II Karangan
GMB yar
201
P ADU R E S
I
ALIA O kasus
8 KBM
N
Gambar 3.2
Angka Kematian Bayi Kabupaten Tahun 2011-2015
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012 terjadi peningkatan
angka kematian bayi yaitu sebesar 10,5 per 1000 kelahiran hidup. Kemudian menurun di
tahun 2013 sebesar 9,5 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan
yaitu sebesar 10,12 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 terjadi penurunan angka
kematian bayi yaitu sebesar 9,83 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan angka ini
menandakan peningkatan status kesehatan di wilayah Kabupaten Kebumen. Akan tetapi
angka ini masih belum mencapai target RPJMD (5/1.000 KH) artinya masih harus
meningkatkan upaya untuk menurunkan kematian bayi.
Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia
5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Berikut ini merupakan
gambar perkembangan AKABA sejak tahun 2011 sampai tahun 2015.
Gambar 3.3
Angka Kematian Balita Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2015
1
4
1
2
1
0
0
Sumber Bidang Yankes 2015
Pada gambar di atas memperlihatkan Angka Kematian Balita tahun 2011 adalah
9,69 per 1.000 kelahiran hidup dan 2012 terjadi kenaikan angka kematian balita yaitu 11,08
per 1.000 kelahiran hidup. Akan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar
11,06 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 ada 11,82 per 1.000 kelahiran hidup
kemudian turun pada tahun 2015 yaitu sebesar 11,4 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini dapat
dijadikan dasar bagi kita untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan meliputi
peningkatan akses balita terhadap pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan imunisasi
dasar, sanitasi air bersih, dan penanganan segera terhadap gejala penyakit.
Gambar 3.4
Persebaran Kasus Kematian Balita Kabupaten Kebumen Tahun 2015
S E M P
OR
R OW OK E
LE
GMB II
Karangany
GMB ar
I
KBM I
K UW A R A S
KB
A N A DIM U L Y M
O
A Y A KBM II K
H 1 ut
o
BLS
P UR IN II Ambal
AY G K LIR ON G 1 II
AH2
B O
Klirong
II
B UL U S P E S A NTR
E N 1 A M B A
L1
MIRMITI
R IT
Pada Puskesmas Kebumen I untuk angka kematian bayi pada tahun 2016 angka
kematian bayi didapatkan sebanyak 3 kasus , sedangkan untuk tahun 2017 periode Januari-
kematian bayi dan balita diantaranya adalah 50 % asfiksi, 37,5% IUFD, 25% BBLR, dan
12,5% ikterus. Data tersebut didapatkan dari 2 x 24 jam setelah pelaporan kematian dan
terjadi di rumah maka pihak puskesmas melakukan outopsi verbal pada keluarga tetapi
apabila kematian tersebut terjadi di Rumah sakit maka outopsi verbal dilakukan juga pada
pihak Rumah sakit tentunya dengan mengambil juga data dari rekam medis
PUSKESMAS
KADER + PKM
KEMATIAN
kematianbayi (AKB) menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup yang harus dicapai. Waktu
yang tersisa hanya tinggal tiga tahun ini, tidak akan cukup untuk mencapai sasaran itu tanpa
Kesehatan telah menetapkan kebijakan bahwa semua persalinan harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih dan memulai program Jampersal (Jaminan Persalinan), yaitu suatu
paket program yang mencakup pelayanan antenatal, persalinan, postnatal dan Keluarga
Berencana.
Untuk di puskesmas Kebumen I sendiri memiliki program-program untuk
berjumlah 10 ibu hamil. Salah satu kegiatan dari kelas ibu hamil adalah senam
ibu hamil yang dapat bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil dan membantu
dan 1 bulan setelah persalinan). Untuk kunjungan bayi dan balita dilakukan 1x
3. Pemetaan wilayah
Pemetaan wilayah digunakan agar mempermudah petugas kesehatan dalam
suatu daerah tentang adanya ibu hamil, bayi dan balita guna memantau
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan ibu hamil, bayi dan balita untuk
dapat memantau kesehatan ibu hamil dan bayinya serta deteksi dini bila
outopsi verbal pada keluarga maupun rumah sakit. Pelaporan adanya kematian
angka kematian. Kegiatan dari FKK sendiri rutin diadakan 3 bulan sekali atau
4 bulan sekali.
8. Mempromosikan JAMKESMAS & JAMPERSAL
Warga Negara yang kurang mampu mendapatkan jaminan kesehatan dari
penerapan MTBS :
Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
lebih efektif
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
bagi bayi muda berusia kurang dari 2 bulan. Penilaian yang dilakukan
meliputi
I. Penilaian dan klasifikasi bayi muda didalam MTBM
Kejang
Gangguan pernapasan
Hipotermi
Infeksi bakteri
Ikterus
Gangguan saluran cerna
Memeriksa masalah dan keluhan lain
II. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir
a. Perawatan tali pusat
b. Melaksanakan asi eklusif
c. Memastikan bayi telah diinjeksi vitamin K1
d. Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotic
e. Pemberian imunisasi hepatitis B -0
III. Konseling dan Ibu
IV. Pelayanan tindak lanjut
dan siapa saja yang berisiko mengalami gizi buruk. Berat badan dan tinggi
Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi
Anak oleh Puskesmas guna mendata dan memantau kesehatan ibu dan anak
hingga usia 5 tahun. Selain itu terdapat stiker yang wajib ditempel di pintu
Apabila dalam 1 kelurahan terdapat ibu hamil maka, Puskesmas bekerja sama dengan
kader memantau ibu hamil tersebut dari mulai kehamilan hingga persalinan begitu juga
dengan keadaan anaknya demi memaksimalkan kesehatan ibu dan anak. Kader dalam
tugasnya perlu memantau apabila dalam kelurahan yang diembannya memiliki ibu hamil,
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan permasalahan yang ada terkait kasus kematian bayi di puskesmas
kebumen dan kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat mengenai ke gawat
daruratan pada kondisi bayi, penulis bermaksud untuk melakukan intervensi berupa
penyuluhan posyandu untuk memberikan edukasi dan leaflet seputar tanda-tanda kegawatan
pada bayi dan balita.
Penyuluhan posyandu ini dilakukan pada:
1. Waktu : Senin, 25 September 2017
2. Tempat : Posyandu muktisari
3. Sasaran : Ibu hamil, Ibu memiliki balita dan bayi
4. Pelaksana : Dokter internsip dan petugas puskesmas
Penulis memilih penyuluhan posyandu untuk memberikan edukasi dan leaflet seputar
tanda-tanda kegawatan pada bayi dan balita karena intervensi ini yang paling memungkinkan
dilakukan berdasarkan permasalahan yang ada. Penulis memilih sasaran intervensi adalah Ibu
hamil, Ibu memiliki balita dan bayi dikarenakan pada saat ini peningkatan tingkat
pengetahuan adalah hal yang penting agar para ibu mengetahui tanda tanda bahaya pada bayi
dan balita mereka.
BAB IV
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Intervensi
Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan kepada ibu hamil. Ibu menyusui
dan ibu yang memiliki balita. Intervensi tersebut dilaksanakan pada hari senin, 25
September 2017 bertempat di posyandu muktisari oleh Dokter Internsip dan
penanggung jawab program puskesmas sebagai pelaksana kegiatan.
TANDA-TANDA BAHAYA
Untuk mewaspadainya kenalilah tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti di
bawah ini:
1. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum. Dan ini
tandanya bayi terkena infeksi berat.
Bayi kejang. Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan dengan gerakan
normal. Jika melihat gejala atau gerakan yang tak biasa dan terjadi secara
berulang-ulang seperti menguap, mengunyah, menghisap, mata berkedip-kedip,
mata mendelik
1. mendelik, bola mata berputar-putar dan kaki seperti mengayuh sepeda yang
tidak berhenti kemungkinan bayi kejang.
2. Bayi lemah. Bergerak jika hanya dipegang. Ini tandanya bayi sakit berat.
3. Sesak nafas 60 kali permenit.
4. Bayi merintih. Ini tanda bayi sakit keras.
5. Pusar kemerahan sampai dinding perut. Jika kemerahan sudah sampai ke
dinding perut tandanya sudah terjadi infeksi berat.
6. Demam. Suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 derarat celcius atau tubuh teraba
dingin suhunya dibawah 36,5 derajat celcius.
7. Mata bayi bernanah banyak. Ini dapat menyebabkan bayi menjadi buta.
8. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar. Jika kulit perut dicubit akan kembali
lambat. Ini tandanya bayi kekurangan cairan yang berat bisa menyebabkan
kematian.
10. Kulit bayi terlihat kuning. Kuning pada bayi berbahaya jika muncul pada hari
pertama atau muncul setelah kurang dari 24 jam setelah lahir. Ditemukan pada
umur lebih dari 14 hari dan kuning sampai ke telapak tangan atau kaki.
11. Buang air besar atau kotoran bayi berwarna pucat segera periksakan bayi ke
dokter, bidan atau perawat.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Monitoring intervensi dilakukan melalui Pencatatan dan Pendataan kematian
bayi di puskesmas kebumen secara berkala setiap satu bulan sekali.
B. Evaluasi
Evaluasi untuk jangka pendek berupa menanyakan kembali beberapa
pertanyaan yang sama seperti yang dilakukan pada awal kepada pasien dan anggota
keluarga dengan tujuan untuk menilai adakah peningkatan pengetahun pasien dan
anggota keluarga mengenai penyakit TB Paru.
Evaluasi untuk jangka panjang berupa didapatkannya peningkatan tingkat
pengetahuan ibu bayi terhadap tanda-tanda kegawatdaruratan pada anak. Dan
melakukan pencatatan berkala mengenai kejadian kematian bayi dan balita di
puskesmas kebumen. Diharapkan dengan adanya penyuluhan akan terjadi penurunan
tingkat kematian bayi di puskesmas kebumen.
BAB VI
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
2. Leaflet Penyuluhan