Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEGIATAN

USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)


ANGKA KEMATIAN BAYI PUSKEMAS KEBUMEN I

Disusun Oleh:
dr. Padrepio Ragil Rahadi

Pembimbing:
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah

UPTD UNIT PUSKESMAS KEBUMEN I


KABUPATEN KEBUMEN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari
pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO
(World Health Organization) (2015) pada negara ASEAN (Association of South East
Asia Nations) seperti di Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per 1000
kelahiran hidup, Thailan 17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000 kelahiran
hidup, dan Indonesia 27 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia
masih tinggi dari negara ASEAN lainnya, jika dibandingkan dengan target dari MDGs
(Millenium Development Goals) tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu dalam kandungan
dan luar kandungan. Kematian bayi dalam kandungan adalah kematian bayi yang dibawa
oleh bayi sejak lahir seperti asfiksia. Sedangkan kematian bayi luar kandungan atau
kematian post neonatal disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
dari luar (Vivian, 2014).
Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar (Riskerdas, 2015) menunjukkan angka
hiperbilirubin pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar 51,47%, di Sumatra Barat 47,3%
dengan faktor penyebabnya antara lain Asfiksia 51%, BBLR 42,9%, Sectio Cesaria
18,9%, Prematur 33,3%, kelainan kongenital 2,8%, sepsis 12%.
Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Kebumen Tahun 2015 sebanyak 201 kasus
kematian bayi dari 20.444 kelahiran hidup atau 9,83/1000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian Bayi di Kabupaten Kebumen Tahun 2015 terbanyak adalah Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) yaitu 56 kasus (27,86%). Untuk penyebab lainnya adalah Asfiksia 31
kasus (15,42 %), Kelainan Kongenital 26 kasus (12.94%), Diare 6 kasus (2.99 %),
Pneumonia 5 kasus (2.99%), Sepsis 5 kasus (2.99%), Ikterus 4 kasus (1,99%), kelaian
syaraf 1 kasus (0.5 %) dan 57 kasus disebabkan karena lain-lain seperti infeksi, keganasan,
kelainan jantung, febris, kejang dan lain sebagainya.
Bayi yang saat lahir beratnya kurang dari 2500 kilogram termasuk BBLR. Bayi-bayi
ini, memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar. WHO mencatat pada tahun 2010 ada satu
dari enam kelahiran dilahirkan prematur atau tidak cukup bulan. Jumlah kelahiran prematur
yang menyebabkan bayi lahir berberat badan rendah ini setara dengan 15,5 per 100
kelahiran hidup. Ketidakpahaman penanganan bayi lahir berberat rendah ini di 4 – 5 jam
pertama kelahirannya menjadi penyebabnya. Waktu inilah masa kritis bayi yang
menentukan apakah si bayi akan hidup atau meninggal. Hal ini juga disebabkan oleh
fasilitas kesehatan serta sarana prasarana yang belum memadai untuk penatalaksanaan bayi
berat lahir sangat rendah.
Persebaran kasus kematian bayi di Kabupaten Kebumen Tahun 2015 dapat dilihat
pada gambar 3.1 berikut. Gambar 3.1 Persebaran Kasus Kematian Bayi di Kabupaten
Kebumen Tahun 2015 Sumber Bidang Yankes 2015

Gambar 3.1
Persebaran Kasus Kematian Bayi di Kabupaten Kebumen Tahun 2015

KA RANGG A Y AM
II S
4-7 KS
8
ADANG
1-3 KS
10 Karanggara
> 7 KS
S E MP mI Tdk ada ks
OR 2 9
R OW OK E K AR ANG S A MB U
LE NG
GMB 12
II Karangan
GMB yar
201
P ADU R E S
I
ALIA O kasus
8 KBM
N

KUW AR AS P ONCO WAR


11 III NO
AN
9 8 KBM
ADIM U L Y I
O 9
AY KBM Kutowinan
AH1 12 II gun Premb
8 KLIR ONG BLS un
1 II
P UR Ambal N
AY ING II
AH2 Klirong B ONOR
OWO
II 10 w E
B UL U S P E S ANTR
E N1 AMB A
L1
MIR
S
IT

Sumber Bidang Yankes 2015

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa wilayah Puskesmas Puring dan Puskesmas


Padureso ditemukan kasus terbanyak (12 kasus) dari seluruh kasus kematian bayi di
Kabupaten Kebumen tahun 2015
Gambaran Angka Kematian Bayi di Kabupaten Kebumen dari tahun 2011-2015
dapat dilihat pada gambar 3.2

Gambar 3.2
Angka Kematian Bayi Kabupaten Tahun 2011-2015

Sumber Bidang Yankes

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012 terjadi peningkatan
angka kematian bayi yaitu sebesar 10,5 per 1000 kelahiran hidup. Kemudian menurun di
tahun 2013 sebesar 9,5 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan
yaitu sebesar 10,12 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 terjadi penurunan angka
kematian bayi yaitu sebesar 9,83 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan angka ini
menandakan peningkatan status kesehatan di wilayah Kabupaten Kebumen. Akan tetapi
angka ini masih belum mencapai target RPJMD (5/1.000 KH) artinya masih harus
meningkatkan upaya untuk menurunkan kematian bayi.
Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia
5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Berikut ini merupakan
gambar perkembangan AKABA sejak tahun 2011 sampai tahun 2015.
Gambar 3.3
Angka Kematian Balita Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2015

1
4

1
2

1
0

6 2011 2012 2013 2014 201


5
4

0
Sumber Bidang Yankes 2015

Pada gambar di atas memperlihatkan Angka Kematian Balita tahun 2011 adalah
9,69 per 1.000 kelahiran hidup dan 2012 terjadi kenaikan angka kematian balita yaitu 11,08
per 1.000 kelahiran hidup. Akan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar
11,06 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 ada 11,82 per 1.000 kelahiran hidup
kemudian turun pada tahun 2015 yaitu sebesar 11,4 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini dapat
dijadikan dasar bagi kita untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan meliputi
peningkatan akses balita terhadap pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan imunisasi
dasar, sanitasi air bersih, dan penanganan segera terhadap gejala penyakit.

Gambar 3.4
Persebaran Kasus Kematian Balita Kabupaten Kebumen Tahun 2015

S E M P
OR

R OW OK E
LE
GMB II
Karangany
GMB ar
I

KBM I

K UW A R A S
KB
A N A DIM U L Y M
O

A Y A KBM II K
H 1 ut
o
BLS
P UR IN II Ambal
AY G K LIR ON G 1 II
AH2
B O
Klirong
II

B UL U S P E S A NTR
E N 1 A M B A
L1
MIRMITI
R IT

Sumber Bidang Yankes


Dari mapping gambar 3.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah
Kabupaten Kebumen terdapat kasus kematian balita. Hanya wilayah Puskesmas Gombong I
yang tidak ada kasus kematian balita di tahun 2015.
BAB II
PERMASALAHAN

Pada Puskesmas Kebumen I untuk angka kematian bayi pada tahun 2016 angka

kematian bayi didapatkan sebanyak 3 kasus , sedangkan untuk tahun 2017 periode Januari-

July angka kematian bayi dan balita didapatkan sebanyak 3 kasus.


Berdasarkan data terakhir dari Puskesmas Kebumen I, beberapa penyebab dari

kematian bayi dan balita diantaranya adalah 50 % asfiksi, 37,5% IUFD, 25% BBLR, dan

12,5% ikterus. Data tersebut didapatkan dari 2 x 24 jam setelah pelaporan kematian dan

dilakukannya otopsi verbal oleh petugas kesehatan.


Bila terdapat kematian bayi maka kader memberitahukan kepada pihak Puskesmas

sekurang-kurangnya 2x24 jam setelah terjadinya kematian. Apabila kematian tersebut

terjadi di rumah maka pihak puskesmas melakukan outopsi verbal pada keluarga tetapi

apabila kematian tersebut terjadi di Rumah sakit maka outopsi verbal dilakukan juga pada

pihak Rumah sakit tentunya dengan mengambil juga data dari rekam medis

PUSKESMAS

KADER + PKM

IBU HAMIL BALITA RISIKO KEMATIAN

KEMATIAN

Di rumah Di Rumah sakit


Dinas Kesehatan
Outopsi verbal

PROGRAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN PADA PUSKESMAS


Dikaitkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015, yakni angka

kematianbayi (AKB) menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup yang harus dicapai. Waktu
yang tersisa hanya tinggal tiga tahun ini, tidak akan cukup untuk mencapai sasaran itu tanpa

upaya-upaya yang luar biasa.


Untuk mempercepat pencapaian target MDGs, pada tahun 2011, Kementerian

Kesehatan telah menetapkan kebijakan bahwa semua persalinan harus dilakukan oleh

tenaga kesehatan terlatih dan memulai program Jampersal (Jaminan Persalinan), yaitu suatu

paket program yang mencakup pelayanan antenatal, persalinan, postnatal dan Keluarga

Berencana.
Untuk di puskesmas Kebumen I sendiri memiliki program-program untuk

menurunkan angka kematian bayi yaitu melalui beberapa kegiatan :


1. Kelas ibu hamil, posyandu
Dalam 1 kelurahan disediakan 1 kelas ibu hamil yang maksimal pesertanya

berjumlah 10 ibu hamil. Salah satu kegiatan dari kelas ibu hamil adalah senam

ibu hamil yang dapat bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil dan membantu

proses persalinan nantinya. Pada posyandu dapat memberikan manfaat bagi

warga sekitar, karena secara aktif warga dapat memeriksakan kesehatan

dengan mudah di posyandu.


2. Kunjungan rumah risiko ibu hamil, nifas, bayi dan balita
Kunjungan rumah risiko ibu hamil dilakukan minimal 1x dalam 1 bulan dan

dilakukan minimal 3x. untuk kunjungan ibu nifas dilakukan minimal 3x

setelah persalinan ( 1 minggu setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan

dan 1 bulan setelah persalinan). Untuk kunjungan bayi dan balita dilakukan 1x

dalam 1 bulan atau disesuaikan dengan jadwal petugas kesehatan.

3. Pemetaan wilayah
Pemetaan wilayah digunakan agar mempermudah petugas kesehatan dalam

memberikan informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan berdasarkan data

yang lengkap dalam setiap wilayahnya .Disamping itu, dengan sudah

diadakannya pemetaan wilayah, petugas sudah mengetahui siapa yang paling

berpengaruh besar terhadap masyarakat sekitar dalam membantu petugas

mengadakan suatu kegiatan.


4. Pendataan ibu hamil , bayi dan balita
Pendataan ini puskesmas dibantu dengan kader untuk mendapatkan data pada

suatu daerah tentang adanya ibu hamil, bayi dan balita guna memantau

kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan ibu hamil, bayi dan balita untuk

meningkatkan angka harapan hidup di wilayah tersebut.


5. Pemeriksaaan rutin ibu hamil di Puskesmas
Pemeriksaan rutin ibu hamil atau biasa dikenal dengan antenatal care (ANC)

dilakukan rutin pada trimester pertama, kedua dan ketiga kehamilan,

kegiatannya meliputi mengukur tinggi badan, menimbang berat badan,

mengukur tensi, suntik tetanus, menentukan tinggi fundus uteri, tes

laboratorium, dan temu wicara. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan

dapat memantau kesehatan ibu hamil dan bayinya serta deteksi dini bila

terdapat kelainan pada keduanya agar komplikasi yang ditimbulkan minimal

bahkan tidak ada.


6. Pelacakan kematian
Bila didapatkan kasus kematian maka pihak puskesmas melakukan pelacakan

untuk mengetahui penyebab dari kematian tersebut dengan cara melakukan

outopsi verbal pada keluarga maupun rumah sakit. Pelaporan adanya kematian

maksimal 2x24 jam setelah kematian tersebut berlangsung.

7. Dibentuknya FKK (Forum Kesehatan Kelurahan)


Dalam 1 kelurahan terdapat 1 Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) yang

bertujuan untuk mendapatkan data-data profil kesehatan guna menurunkan

angka kematian. Kegiatan dari FKK sendiri rutin diadakan 3 bulan sekali atau

4 bulan sekali.
8. Mempromosikan JAMKESMAS & JAMPERSAL
Warga Negara yang kurang mampu mendapatkan jaminan kesehatan dari

pemerintah untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan

kesehatan. Diharapkan dengan adanya program JAMKESMAS &

JAMPERSAL dapat menurunkan angka kesakitan , menurunkan angka

kematian serta meningkatkan angka harapan hidup.


9. Meningkatkan mutu kinerja
Puskesmas dalam melayani masyarakat dibidang kesehatan tentunya

mengutamakan mutu dan kualitas yang prima tanpa membeda-bedakan setiap

masyarakat yang datang berobat ke puskesmas.


10.MTBS (Management Terpadu Bayi Sakit)
Suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit usia 2 bulan – 5

tahun. MTBS bukan merupakan program kesehatan tetapi suatu standart

pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di Puskesmas. Menurut

WHO konsep pendekatan MTBS merupakan strategi upaya pelayanan

kesehatan ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi

dan anak balita di Negara Berkembang. Pada Puskesmas Genuk 3 strategi

penerapan MTBS :
 Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus

balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan )


 Memperbaiki system kesehatan agar penanganan penyakit pada balita

lebih efektif
 Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah

dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan

pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang dikenal sebagai management

terpadu balita sakit berbasis masyarakat).


11.MTBM (Management Terpadu Bayi Muda)
MTBM merupakan bagian dari MTBS yang terdapat penilaian dan klasifikasi

bagi bayi muda berusia kurang dari 2 bulan. Penilaian yang dilakukan

meliputi
I. Penilaian dan klasifikasi bayi muda didalam MTBM
 Kejang
 Gangguan pernapasan
 Hipotermi
 Infeksi bakteri
 Ikterus
 Gangguan saluran cerna
 Memeriksa masalah dan keluhan lain
II. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir
a. Perawatan tali pusat
b. Melaksanakan asi eklusif
c. Memastikan bayi telah diinjeksi vitamin K1
d. Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotic
e. Pemberian imunisasi hepatitis B -0
III. Konseling dan Ibu
IV. Pelayanan tindak lanjut

12.Pelacakan gizi buruk


Bila seorang pasien datang ke Puskesmas dengan gizi buruk maka pihak

Puskesmas mendata dan memastikan penyebab keadaan gizi buruk tersebut

dengan turun langsung ke lingkungan rumahnya guna mengetahui penyebeb

dan siapa saja yang berisiko mengalami gizi buruk. Berat badan dan tinggi

badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status

kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi.

Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi

untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh

No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi


1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk

13.Penanganan gizi buruk


Bila dalam wilayah kerja Puskesmas didapatkan anak dengan gizi buruk maka

Puskesmas melaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk ditindak

lanjuti. Penanganan untuk anak gizi buruk diberikan bantuan makanan

tambahan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang.


14.Memaksimalkan pemakaian buku KIA
Setiap wanita hamil akan diberikan buku pink atau Buku Kesehatan Ibu dan

Anak oleh Puskesmas guna mendata dan memantau kesehatan ibu dan anak

hingga usia 5 tahun. Selain itu terdapat stiker yang wajib ditempel di pintu

atau jendela rumah yang memberitahukan bahwa dirumah tersebut terdapat


ibu hamil dan juga sudah tertuliskan siapa pendonor untuk ibu tersebut bila

terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Apabila dalam 1 kelurahan terdapat ibu hamil maka, Puskesmas bekerja sama dengan

kader memantau ibu hamil tersebut dari mulai kehamilan hingga persalinan begitu juga

dengan keadaan anaknya demi memaksimalkan kesehatan ibu dan anak. Kader dalam

tugasnya perlu memantau apabila dalam kelurahan yang diembannya memiliki ibu hamil,

balita dan risiko kematian.


Dengan mengadakan beberapa progam seperti diatas diharapkan kematian pada bayi

dan balita dapat dihindari.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan permasalahan yang ada terkait kasus kematian bayi di puskesmas
kebumen dan kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat mengenai ke gawat
daruratan pada kondisi bayi, penulis bermaksud untuk melakukan intervensi berupa
penyuluhan posyandu untuk memberikan edukasi dan leaflet seputar tanda-tanda kegawatan
pada bayi dan balita.
Penyuluhan posyandu ini dilakukan pada:
1. Waktu : Senin, 25 September 2017
2. Tempat : Posyandu muktisari
3. Sasaran : Ibu hamil, Ibu memiliki balita dan bayi
4. Pelaksana : Dokter internsip dan petugas puskesmas
Penulis memilih penyuluhan posyandu untuk memberikan edukasi dan leaflet seputar
tanda-tanda kegawatan pada bayi dan balita karena intervensi ini yang paling memungkinkan
dilakukan berdasarkan permasalahan yang ada. Penulis memilih sasaran intervensi adalah Ibu
hamil, Ibu memiliki balita dan bayi dikarenakan pada saat ini peningkatan tingkat
pengetahuan adalah hal yang penting agar para ibu mengetahui tanda tanda bahaya pada bayi
dan balita mereka.

BAB IV
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Intervensi
Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan kepada ibu hamil. Ibu menyusui
dan ibu yang memiliki balita. Intervensi tersebut dilaksanakan pada hari senin, 25
September 2017 bertempat di posyandu muktisari oleh Dokter Internsip dan
penanggung jawab program puskesmas sebagai pelaksana kegiatan.

B. Materi Intervensi dan Pembahasan Masalah


1. Materi Intervensi
Materi intervensi dengan memberikan penjelasan mengenai tanda tanda kegawat
daruratan pada bayi meliputi:
PENGERTIAN
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi baru lahir, saat bayi
baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru
lahir den gan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk.

TANDA-TANDA BAHAYA

Tanda-tanda yang harus di waspadai pada bayi baru lahir adalah:


1. Pernafasan : Sulit atau cepat ( lebih dari 60 kali per menit)
2. Kehangatan: Terlalu panas (lebih 38 derajat C ) atau terlalu dingin ( kurang dari
36,5 derajat C)
3. Warna : Kuning, Biru, Pucat
4. Muntah : Banyak Muntah
5. Tali Pusat : Merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
6. Infeksi : Suhu meningkat, merah bengkak, pernafasan sulit
7. Kemih : Tidak berkemih dalam 24 jam
8. Tinja : Tinja lembek, sering, hijau, lendir atau darah pada tinja
9. Aktivitas : Menggigil, tangis tidak biasa, tidak bisa tenang, menagis terus
menerus.
Rata-rata bayi yang baru lahir banyak yang meninggal karena terlambat
mengetahui tanda bahaya, terlambat memutuskan membawa bayi berobat ke
dokter dan terlambat sampai ke tempat berobat.

Untuk mewaspadainya kenalilah tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti di
bawah ini:

1. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum. Dan ini
tandanya bayi terkena infeksi berat.
Bayi kejang. Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan dengan gerakan
normal. Jika melihat gejala atau gerakan yang tak biasa dan terjadi secara
berulang-ulang seperti menguap, mengunyah, menghisap, mata berkedip-kedip,
mata mendelik
1. mendelik, bola mata berputar-putar dan kaki seperti mengayuh sepeda yang
tidak berhenti kemungkinan bayi kejang.
2. Bayi lemah. Bergerak jika hanya dipegang. Ini tandanya bayi sakit berat.
3. Sesak nafas 60 kali permenit.
4. Bayi merintih. Ini tanda bayi sakit keras.
5. Pusar kemerahan sampai dinding perut. Jika kemerahan sudah sampai ke
dinding perut tandanya sudah terjadi infeksi berat.
6. Demam. Suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 derarat celcius atau tubuh teraba
dingin suhunya dibawah 36,5 derajat celcius.
7. Mata bayi bernanah banyak. Ini dapat menyebabkan bayi menjadi buta.
8. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar. Jika kulit perut dicubit akan kembali
lambat. Ini tandanya bayi kekurangan cairan yang berat bisa menyebabkan
kematian.
10. Kulit bayi terlihat kuning. Kuning pada bayi berbahaya jika muncul pada hari
pertama atau muncul setelah kurang dari 24 jam setelah lahir. Ditemukan pada
umur lebih dari 14 hari dan kuning sampai ke telapak tangan atau kaki.

11. Buang air besar atau kotoran bayi berwarna pucat segera periksakan bayi ke
dokter, bidan atau perawat.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Monitoring intervensi dilakukan melalui Pencatatan dan Pendataan kematian
bayi di puskesmas kebumen secara berkala setiap satu bulan sekali.

B. Evaluasi
Evaluasi untuk jangka pendek berupa menanyakan kembali beberapa
pertanyaan yang sama seperti yang dilakukan pada awal kepada pasien dan anggota
keluarga dengan tujuan untuk menilai adakah peningkatan pengetahun pasien dan
anggota keluarga mengenai penyakit TB Paru.
Evaluasi untuk jangka panjang berupa didapatkannya peningkatan tingkat
pengetahuan ibu bayi terhadap tanda-tanda kegawatdaruratan pada anak. Dan
melakukan pencatatan berkala mengenai kejadian kematian bayi dan balita di
puskesmas kebumen. Diharapkan dengan adanya penyuluhan akan terjadi penurunan
tingkat kematian bayi di puskesmas kebumen.
BAB VI
LAMPIRAN

1. Dokumentasi
2. Leaflet Penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai