Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.

1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-21

Pengaruh Waktu Temper Perlakuan Panas Quench-


Temper terhadap Umur Lelah Baja St 41 pada
Pembebanan Lentur Putar Siklus Tinggi
Ahmad Fahrur Rozaq dan Soeharto
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: hartoits@me.its.ac.id

Abstrak—Baja St 41 sering kali diaplikasi sebagai bahan kegagalan akibat lelah (fatigue failure), misalnya terjadi
dasar pembuatan komponen mesin maupun bahan konstruksi. pada komponen mesin putar (rotary) seperti poros baja.
Sering dijumpai bahwa kerusakan atau kegagalan banyak terjadi Novika [1] sebelumnya telah melakukan penelitian
pada beban dinamik, walaupun beban berulang yang diterima mengenai perbandingan umur lelah material awal baja AISI
oleh material masih jauh dari tegangan statis maksimum 1045 dengan material setelah mengalami proses quench dan
material. Maka dari itu perlu dilakukan perbaikan sifat mekanik
material supaya didapatkan kekerasan dan umur lelah yang
temper pada temperatur 200°C selama 1 jam. Yang
lebih tinggi dengan cara perlakuan panas. Dalam penelitian ini selanjutnya dikembangkan oleh Budi Darmawan [2] pada
digunakan material uji baja St 41 dengan dua alur pengujian material dan proses yang sama hanya saja proses temper
yaitu pengujian tanpa perlakuan panas dan pengujian setelah divariasikan pada temperatur dan waktu temper yang
proses perlakuan panas. Pengujian yang dilakukan meliputi berbeda untuk mengoptimalkan umur lelah material baja
pengamatan struktur mikro, uji kekerasan dan uji lelah yang AISI 1045. Sedangkan Sumiyanto dan Rudi [3] meneliti
dilanjutkan dengan pengamatan pola patahan. Sedangkan pengaruh perlakuan panas quench-temper variasi temperatur
perlakuan panas yang digunakan dalam penelitian ini berupa temper pada baja St 41 terhadap struktur mikro dan
quench-temper. Perlakuan panas dilakukan dengan kekerasannya.
memanaskan material hingga temperatur 8500C dengan waktu
penahanan selama 30 menit dan dilakukan pendinginan cepat
Baja St 41 adalah baja konstruksi yang memiliki nilai
dalam media air. Kemudian material dipanaskan kembali hingga kekuatan dan kekerasan cukup tinggi. Selain itu, secara
temperatur 2000C dengan variasi waktu temper 15 menit, 1 jam ekonomis baja St 41 ini memiliki nilai lebih murah dari pada
dan 5 jam dan dilakukan pendinginan di udara bebas. baja AISI 1045. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan
Selanjutnya material diamati perubahan struktur mikro, ditinjau sejauh mana pengaruh perlakuan panas proses
kekerasan dan umur lelahnya dari kondisi awal tanpa perlakuan quench-temper dengan waktu temper terhadap umur lelah
panas. Dari penelitian ini diperoleh bahwa struktur mikro
material awal berupa karbida spheroidal yang tersebar dalam
dari baja poros St 41.
matriks ferit dan didapat nilai kekerasan serta umur lelah
tertinggi dibandingkan dengan material dengan perlakuan II. METODOLOGI PENELITIAN
panas. Sedangkan pada material dengan perlakuan panas
menunjukkan struktur mikro berupa martensit, perlit dan Metodologi dari penelitian ini dari awal sampai akhir
martensit temper. Semakin lama waktu temper maka martensit meliputi beberapa tahapan, yaitu:
temper yang terbentuk makin banyak sehingga nilai
kekerasannya menurun diikuti dengan meningkatnya keuletan. A. Tahap Persiapan dan Pembentukan Spesimen
Hal ini menyebabkan umur lelah yang didapatkan makin Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja
menurun pula. St 41. Baja St 41 yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan jenis baja karbon medium yang mempunyai
Kata Kunci—St 41, quench-temper, umur lelah, struktur mikro, kadar karbon 0.3% dengan kekuatan tarik minimum 41
lentur putar
kg/mm2.
Sebelum dilakukan pengujian lelah dilakukan pengujian
tarik terlebih dahulu untuk memperoleh kekuatan tarik
I. PENDAHULUAN sebagai dasar pemberian beban saat melakukan uji lelah.

B AJA merupakan material yang mempunyai peranan Pengujian tarik dilakukan pada tiga spesimen uji dengan
penting dalam dunia industri. Baja ini sering kali menggunakan mesin uji tarik Woolpert Machine tipe 30
diaplikasi sebagai bahan dasar pembuatan komponen mesin TUZ 750 kapasitas 300 kN. Dimensi spesimen seperti
maupun bahan konstruksi. Dengan banyaknya jenis baja Gambar 1.
yang ada dipasaran mengakibatkan perlunya melakukan Sedangkan bentuk spesimen yang dipergunakan dalam
pemilihan baja yang memiliki efisiensi dan efektivitas yang pengujian umur lelah baja St 41 adalah sesuai dengan
tinggi untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan standar ASTM E08-04 Vol. 03-01. Mesin yang
keinginan. dipergunakan untuk pengujian umur lelah material ini
Suatu komponen mesin sering kali terjadi kerusakan adalah mesin lentur putar (rotating bending) tipe RBF 200,
dalam operasinya. Kerusakan atau kegagalan banyak terjadi lihat Gambar 2.
pada beban dinamik, walaupun beban berulang yang Berdasarkan gambar 3, mesin uji lelah terdiri dari:
diterima oleh material masih jauh dari tegangan statis 1. Pemegang spesimen (Chucking) terhubung dengan
maksimum material. Kegagalan ini disebut dengan motor.
2. Batang beban.
JU
URNAL TEKNIK POMITS Vol.
V 2, No. 1, (2
2013) ISSN: 23337-3539 (23001-9271 Print) B-22

Gaambar 1. Spesimenn uji tarik (JIS 220


01 No 10).
Titik pengamatan
p

Ø 6,35

Gambar 5. Titik
T pengambilann foto struktur mikrro.

Apabilla telah melew


wati waktu temmper yang divarriasikan,
Gaambar. 2. Bentuk spesimen
s uji lelah.
spesimen
n segera diangkkat untuk diding
ginkan di udarra bebas.
C. Tahap ap Pengujian
Pengamaatan Struktur Mikro
M
Adapuun tahap dari metallografi
m adaalah sebagai berikut :
1. Gerindda (Grinding)
Gerind da bertujuan untuk mengghaluskan perrmukaan
materiial setelah proses pemo otongan. Proses ini
memaanfaatkan gesekkan permukaann kertas gosokk dengan
materiial. Kertas gosok
g yang digunakan
d meerupakan
permu ukaan kasar siilikon karbid yang bervariaasi. Pada
Gaambar 3. Bagian-bagianmesin uji lelaah
prosess ini kertas goosok yang digu unakan mulai grit 80,
120, 150,
1 180, 320, 400, 800, 10000, 1200, 15000 sampai
2000.
2. Poles (Polishing)
Poles dilakukan untuk mend dapatkan perrmukaan
spesimmen yang mengkilap sehingga mampu
memaantulkan cahaaya dari mikkroskop optiss. Poles
dilakuukan dengan menggosokkan
m material
m pada kain
k wol
yang ditaburi
d dengann serbuk alumiina.
3. Etsa (Etching)
(E
Tujuann dari etsa adaalah untuk meendapatkan perrmukaan
yang dapat diamaati dengan mikroskop
m optiis. Etsa
dilakuukan dengan mencelupkan material kee dalam
Gaambar 4. Proses qu
uench-temper
etching reagent terrtentu selama waktu tertenntu pula
3. Pengatur fasee kecepatan puttaran motor. sesuaii dengan karaakteristik dari jenis etching reagent
4. Alat pengukuur siklus umur material
m (skalaa 1:100). yang digunakan padda material terrtentu. adapunn etching
5. Pengatur bebaan (max. 200 lbb.in). reagennt yang digunakan adalah 2% 2 nital selam ma 3 – 5
6. Sensor otomatis untuk meematikan kerjaa motor ketikka detik. Larutan inni digunakann karena memiliki m
spesimen pataah. kemam mpuan yang cukup baik untuk menuunjukkan
struktuur mikro pada material baja[44].
B. Tahap Perlakkuan Panas 4. Penga amatan strukttur mikro dengand mengggunakan
mikrosskop optis.
Pro oses Quench
Setelaah dilakukan eetsa, material dapat
d diamati struktur
Quench dilakuukan dengan memanasan
m spesimen di dalamm
mikronnya pada poosisi sesuai gambar 3.5 dengan
dappur sampai teemperatur 85000C dan ditahhan selama 300
mengggunakan mikrroskop optis. Pengambilan gambar
meenit kemudian didinginkan di dalam air (300C). Dalam m
dilakuukan dengan m menggunakan kamera
k otomaatis yang
settiap pemanasaan digunakan tujuh spesimeen (1 spesimenn
dihubuungkan denggan komputer sehingga mampu
unttuk pengamataan struktur mikkro dan uji keekerasan, dan 6
menan ngkap gambar secara digital. Spesimen yaang telah
speesimen untuk uji
u kelelahan).
dietsa,, dikeringkann baru kemuddian di foto dengan
perbessaran 100x daan 500x padaa pusat lingkarannya.
Prooses Temper (P Pemanasan Keembali)
Pengaamatan strukttur mikro dilakukan
d padda satu
Spesimen hasiil quench selannjutnya akan diberikan
d prosees
spesimmen tanpa peerlakuan panass dan satu spesimens
tem
mper untuk mendapatkan
m perbaikan
p sifatt mekanik dann
dengann perlakuan panas pada setiap variasii waktu
kettahanan lelah. Temper dilak kukan pada tem mperatur 200°C C
tempeer yang diberikaan.
denngan variasi waktu
w penahannan selama 155 menit, 1 jam m,
Pengujiann Kekerasan
dann 5 jam.
Setelaah proses penngamatan strukktur mikro diilakukan
Dari
D Gambar 4, setelah prroses quench berakhir,
b tujuhh
selanjutnyya dilakukan ujji kekerasan paada penampangg potong
speesimen hasil quench
q selanjuutnya dimasukkkan dan ditatta
yang sam ma. Pengujian iini menggunakkan mesin Rocckwell C
dallam dapur pem manas kembali. Setelah itu heaater diatur padda
dimana harga kekerasann dapat dilihatt secara langsuung pada
mperatur peak sebesar 200 °C
tem ° dengan waaktu penahanann
display mesin.
m
(hoolding time) sesuai dengan vaariasi yang diguunakan.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-23

Tabel 1.
Hasil uji tarik material awal
2 2 No. Spesimen Yield Strength, σy Tensile Strength, σu
(MPa) (MPa)
1 4 5 1. 543,40 576,43
2 2. 547,99 584,64
3 3. 535,12 575,52
Rata-rata 542,17 578,85
Ø 6,35 

KarbidaSpheroidal Ferit
Gambar 6. Titik-titik indentasi pada pengujian kekerasan.

Pada pengujian kekerasan rockwell dilakukan proses


indentasi dengan beban awal (minor load) sebesar 10 kg,
setelah itu penekanan diteruskan dengan memberikan beban
utama (major load) sebesar 150 kg selama beberapa saat,
kemudian beban utama dilepas. Hal ini dilakukan pada
empat titik indentasi.. Titik indentasi diambil mulai dari
tengah hingga tepi dengan jarak 2.0 mm antar titik Gambar 7. Struktur mikro material awal.
indentasnya.
Martensit
Pengujian Kelelahan
Pengujian kelelahan dilakukan pada R=-1 dan frekwensi Perlit
= 50 Hz dengan pembebanan 0,5σu(awal), 0,6σu(awal) dan
0,7σu(awal). Pada tingkat pembebanan minimal ini didapatkan Martensit
putaran kritis material dimana material mulai mengalami temper
batas umur lelah (fatigue limit).
Material untuk pengujian fatigue hendaknya memiliki
kekasaran permukaan yang sangat kecil sekali untuk
meminimalisir goresan (scratch) yang memicu terjadinya (a)
awal retakan (crack initiation). Martensit
Momen bending pada pengujian lentur putar dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut :
Perlit
Mb = πSd3/32………………………………….. [1]
dimana :Mb= Momen bending yang bekerja (lb.in) Martensit
S = Kekuatan tarik material (lbf/in2) temper
d = diameter material uji (in)
Pengujian umur lelah material dengan lentur putar
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Spesimen uji dipasang tepat berada di tengah (diantara (b)
ke dua holder) kemudian kencangkan spesimen uji
dengan seperangkat kunci.
2. Beban diset dengan menggeser bandul beban. Martensit
3. Mesin dihidupkan lalu dengan perlahan memberikan
frekwensi yang ditentukan dan spesimen uji berada pada Perlit
kondisi seimbang (balance).
4. Saat spesimen patah, secara otomatis mesin akan mati.
Martensit
5. Putaran yang tercatat pada mesin adalah 1:100 dengan
temper
kondisi riil.
6. Jumlah siklus yang didapat pada masing-masing tingkat
tegangan diplot dalam grafik tegangan dan umur lelah (c)
(S-N Diagram). Gambar 8. Struktur mikro material hasil quench-temper temperatur 200°C
pada masing-masing waktu temper dengan perbesaran 100x dan 500x (a)
waktu temper 15 menit (b) waktu temper 1 jam (c) waktu temper 5 jam.
III. DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengujian Tarik Material B. Analisa Struktur mikro
Dari pengujian tarik material awal baja St 41, didapatkan Dari hasil pengamatan metalografi, diperoleh foto
hasil sesuai Tabel 1. Dari data tersebut didapatkan kekuatan strukturmikro spesimen. Dalam hal ini struktur mikro yang
tarik rata-rata material adalah 578,85 MPa. Data kekuatan diamati meliputi struktur mikro material awal, material
tarik ini selanjutnya akan digunakan untuk menentukan dengan perlakuan panas proses quench-temper pada masing-
tingkat beban pada pengujian lelah. Sedangkan kekuatan masing variasi waktu temper (15 menit, 1 jam dan 5 jam).
mulur rat-rata material sebesar 542,17 MPa digunakan Foto metalografi ditunjukkan pada Gambar 7 (strukturmikro
sebagai batas maksimum yang diijinkan dalam pemberian material awal) dan Gambar 8 (strukturmikro hasil quench-
tingkat pembebanan. temper).
JU
URNAL TEKNIK POMITS Vol.
V 2, No. 1, (2
2013) ISSN: 23337-3539 (23001-9271 Print) B-24

Dari
D Gambarr 7 terlihat bah hwa strukturm
mikro materiaal Tabel 2.
Hasil pengujian kekerasann material
aw
wal terdiri darii karbida spheroidal dalam
m matriks feritt. Nilai Kekerasan (HRc)
Inii menunjukkaan bahwa maaterial awal teelah dilakukann Letaak
perrlakuan panas sebelumnyaa berupa spheeroidising aniil Inden
ntasi Spesiimen Waktu
W Temperin
ng
Aw
wal 15 men
nit 1 jam 5 jam
pada temperatuur dibawah A1. Spheroidising dilakukann Titik 1 28 25 24 21
pada baja karrbon medium m hingga tinnggi, hal inni Titik 2 29 27 25 24
dillakukan untukk meningkatkkan keuletan material yangg
meemiliki kekuaatan tarik cuukup tinggi sehigga
s dapaat Titik 3 27 28 25 24
meeningkatkan ketangguhan[5
k 5]-[6]. Titik 4 27 26 26 23
Dengan
D prosess quench yang dilakukan pad da material awaal
hassil hasil spheerodising, ketiika berada paada temperatuur Titik 5 29 27 25 22
ausstenisasi seluruuh struktur miikro akan beruubah pada fase HRc rata
a-rata 28 27 25 23
ausstenit namun dimungkinkan
d masih adanyaa sedikit sekalli
karrbida-karbida sisa. Dan ketiika didinginkaan secara cepaat
dallam media air a terjadi pendinginan
p k
kontinyu yangg
meemungkinkan dimulainya proses pembentukan perliit
denngan warna gelap dan cenderung bulat, namunn
pem mbentukan inii tidak berlangsung lama diteeruskan dengann
pem mbentukan martensit
m pada tempertur reendah. Struktuur
maartensit memiiliki kekerasaan yang tin nggi. Hal inni
dissebabkan proses driving force padaa saat prosees
penndinginan cepat sehingga teerbentuk strukktur BCT. Padda
saaat quench, ausstenit memilikki jumlah karb bon lebih besaar
seddangkan ferritt hanya mamppu melarutkann sedikit sekalli
karrbon. Akhirny ya karbon yaang seharusny ya keluar darri Gambar 9. Diagram
D hubungann waktu temper dengan nilai kekerassan.
larrutan akan terp perangkap dann tidak bisa berdifusi
b keluaar
karrena tidak adaanya energi (akibat temperattur yang sudahh
terrlalu rendah). Struktur yanng seharusnyaa berupa BCC C 30
0
nilai kekerasan (HRc)

TP
meenjadi strukturr terdistorsi yakni
y strukturr BCT. Akibaat 28
8 TP
Q
QT 15 mnt
adaanya karbon yang
y terperangkap ini menjadikan tegangann 26
6 QT 15 mntt N (0,6 σ
σu awal)
dallam material meningkatt sehingga meningkatkann QT 11jam QT 1 jam
24
4 N (0,7 σ
σu awal)
kekkerasannya naamun tidak beegitu jauh denngan kekerasann 22
2
Q
QT 5 jam
QT 5 jam
m
TP = tanpa   perlakuan
maaterial awal yanng telah mengaalami spherodising anil. QT = Quench‐TTemper
20
0
Setelah prosees quench selesais dilanjutkan dengann
pem manasan kem mbali pada teemperatur 200°C, sehinggga 10000 100000 1000000
mu uncullah marteensit temper yaang merupakann karbida akibaat siklus lelah m
material (log scale)
darri karbon yang berdifusii keluar stru uktur BCT .
Perrtumbuhan maartensit temperr ini tidak lepaas dari peranann Gambar 10. Grafik hubunggan kekerasan denngan umur lelah material.
eneergi panas (akibat
( kenaikkan temperattur dan lam ma
pennahanan). Struuktur BCT martensit
m yang masih tegangg Menuruut Gambar 9 ini selain dapat dibuaat untuk
akiibat adanya atom
a karbon yang terperan ngkap berubahh mengetahuui pengaruh w waktu temper perlakuan
p panas berupa
meenjadi BCC. Semakin lam ma waktu peenahanan akann quench-teemper juga dapat digunaakan untuk melihat
meemberikan keseempatan terhaddap atom karbo on untuk keluaar perbandinngan nilai kekeerasan materiall sebelum dan sesudah
darri struktur BC CT. Oleh kareena itulah jum mlah martensiit dilakukan nnya perlakuan panas quench-temper dengann variasi
tem
mper semakin banyak ketik ka material dittemper dengann waktu tem mper.Dari Gambbar 9 diketahuii bahwa kekeraasan rata-
waaktu penahanann makin lama [5]. rata tertinnggi diperoleh pada material awal sebesar 28 2 HRc,
Dari
D penjelassan tersebut kekerasan akan a semakinn kemudian n material hasiil quench tempper pada waktuu temper
meenurun dengann bertambahny ya waktu penaahanan karenna 15 menit dengan nilai kekerasan seebesar 27 HRcc diikuti
maartensit temperr yang dihasilkan makin banyak,b hal inni waktu tem mper 1 jam sebesar 25 HRc dand 23 HRc padda waktu
dissebabkan marteensit temper bersifat
b lebih stabil dan lunakk temper 5 jam. Dari datta tersebut diperoleh bahwa semakin
darri martensit hasil quench. tinggi waaktu temper makam kekerasann akan makin rendah,
secara peersentase kekerrasan pada waaktu temper 15 1 menit
menurun sangat kecil yaitu sebesaar 3,57% HR Rc awal,
C. Perbandingaan Pengaruh Kekerasan Material M Awaal
dilanjutkaan pada waktu temper 1 jam menurun
m kekerrasannya
dengan Kekkerasan Matterial Setelah h Mengalam mi
hingga 10 0,71% HRc aw wal dan makinn menurun padda waktu
Perlakuan Paanas Terhadap Umur Lelah
temper 5 jamj hingga menncapai 17,86% % HRc awal.
Material
M sebbelum dan setelah menggalami prosees Dari peenjelasan terseebut diperoleh semakin mennurunnya
tem
mpering diuji dand didapatkann data-data keekerasan sepertti kekerasann akibat pertam mbahan waktu temper
t yang diiberikan.
padda Table 2 diidapatkan bahw wa kekerasan material tidakk Hal ini teerjadi karena lama waktu tempert yang ddiberikan
hommogen namunn selisihnya relatif kecil an ntara titik satuu berpengarruh terhadap perubahan struk kturmikro yangg terjadi.
denngan titik lainnnya. Dari tabbel 2 dapat dibuat
d diagram
m struktur mikro
m hasil queench berupa martensit
m bersiffat keras
hubbungan waktu u temper Terhaadap nilai kekeerasan materiaal karena adanya tegangan dalam yang beesar akibat pendinginan
sepperti yang terlihhat pada Gambbar 9. cepat yang g menjadikan struktur
s tidak stabil.
s Ketika dilakukan
d
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-25

pemanasan kembali (temper) struktur mikro berupa martensit


yang tidak stabil akan berangsur-angsur berubah menjadi
struktur yang lebih stabil dan lunak yaitu martensit temper,
semakin lama waktu temper yang diberikan maka akan
semakin banyak martensit temper yang dihasilkan sehingga
kekerasannya makin rendah [5]. kekerasan yang makin
rendah ini diikuti dengan sifat keuletan yang makin
meningkat. Berdasarkan Gambar 10 diketahui bahwa semakin
tinggi kekerasan maka umur lelah yang dihasilkan akan
makin tinggi dengan pembebanan yang sama sehingga batas
lelah yang dihasilkan makin tinggi pula. Hal ini sesuai dengan
teori [7]-[8] menjelaskan bahwa kekerasan material dapat
mempengaruhi besarnya batas lelah suatu material. Sampai
kekerasan tertentu harga batas lelah akan semakin meningkat, Gambar 11. Grafik perbandingan umur lelah material awal dengan hasil
kemudian batas lelah justru akan turun yang menunjukkan variasi waktu quench-temper pada 200°C.
material mulai bersifat getas.
IV. KESIMPULAN
D. Perbandingan Umur Lelah Material Awal dengan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
Material Hasil Quench-Temper sebagai berikut:
Pengujian umur lelah baja St 41 dilakukan pada 1. Material awal memiliki struktur mikro berupa karbida
material awal dan yang telah mengalami perlakuan panas spheroidal dalam matriks ferit sedangkan struktur mikro
quench-temper. Sesuai dengan metode yang telah hasil quench-temper terdiri dari martensit, perlit dam
dipaparkan sebelumnya bahwa material diberikan perlakuan martensit temper. Semakin lama waktu temper yang
temper pada temperatur 200°C dengan waktu temper selama diberikan maka martensit temper yang terbentuk akibat
15 menit, 1 jam, dan 5 jam. proses temper akan semakin banyak pula sedangkan
Dari Gambar 11 diperoleh umur lelah mulai dari yang martensit hasil quench makin sedikit, hal ini akan
tertinggi secara berturut-turut pada beban yang sama yaitu menurunkan nilai kekerasan dari material karena sifat
terjadi pada material awal, material perlakuan panas quench- dari martensit temper yang lebih lunak dari pada
temper pada waktu penahanan selama 15 menit, waktu martensit hasil quench.
penahanan 1 jam dan waktu penahanan 5 jam. Terlihat 2. Umur lelah tertinggi dihasilkan oleh material awal.
bahwa umur lelah rata-rata yang didapatkan pada waktu Dengan semakin lama waktu temper maka martensit
temper 15 menit menurun sebesar 34,30% dari umur lelah temper yang terbentuk akan semakin banyak, hal ini
material awal pada pembebanan 0,6 σu dan sedikit menurun yang akan menyebabkan kekerasan material semakin
sebesar 7,23% dari umur lelah material awal pada menurun. Dengan turunnya kekerasan diikuti naiknyanya
pembebanan 0,7 σu. Sedangkan pada waktu temper 1 jam keuletan material akan menyebabkan umur lelah material
didapatkan umur lelah rata-rata lebih rendah lagi yaitu yang makin rendah, hal ini terjadi karena fenomena
menurun sebesar 59,70% dari umur lelah material awal pada tersebut masih berada pada daerah dimana dengan
pembebanan 0,6 σu dan 26,83 % dari umur lelah material kekerasan yang dimiliki material belum melampaui batas
awal pada pembebanan 0,7 σu. Umur lelah material makin lelah maksimumnya sehingga kekerasan berbanding
menurun dengan bertambahnya waktu temper, yaitu pada lurus dengan umur lelah material.
waktu temper 5 jam umur lelah material menurun hingga
80,54% dari umur lelah material awal pada pembebanan 0,6
σu dan 63,05 % dari umur lelah material awal pada DAFTAR PUSTAKA
pembebanan 0,7 σu. [1] Soeharto, Liestiana Novika Rakhmatanti, Umur Lelah Baja AISI 1045
Akibat Perlakuan Panas Hasil Quench-Temper Dengan Beban Beban
Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa lamanya waktu Lentur Putar Pada Siklus Lelah Tinggi, Proceeding Seminar
temper akan mempengaruhi jumlah martensit temper yang Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV,
terbentuk. Semakin lama waktu temper maka martensit Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta (2012).W.-K. Chen,
temper yang terbentuk akan semakin banyak, hal ini yang Linear Networks and Systems (Book style). Belmont,CA: Wadsworth
(1993) 123–135.
akan menyebabkan kekerasan material semakin menurun. [2] Budi Darmawan, Studi Eksperimen Umur Lelah Baja Poros AISI
Telah dijelaskan sebelumnya dengan bertambahnya 1045 Hasil Quenching-Tempering Variasi Temperatur Dan Waktu
kekerasan diikuti turunnya keuletan material akan Temper Pada Uji Rotating Bending, Tugas Akhir Jurusan Teknik
menyebabkan umur lelah material yang makin rendah hal ini Mesin FTI-ITS (2010)
[3] Sumiyanto dan Rudi Saputra,”Analisis Sifat Mekanis Baja Dua Fasa
terjadi karena fenomena tersebut masih berada pada daerah Akibat Variasi Temperatur Austenisasi”,Institut Sains dan Teknologi
dimana dengan kekerasan yang dimiliki material belum Nasional.
melampaui batas lelah maksimumnya sehingga kekerasan [4] Vander Voort G.F, 1984,“Metallography Principles and Practice“, Mc
berbanding lurus dengan umur lelah material [7,8]. Hal ini Graw Hill Book Company, New York.
[5] Avner, Sidney H, 1974, “Introduction to Physical Metallurgy”, Mc
dapat pula diartikan bahwa kekerasan optimal yang Graw Hill Book Company, New York.
dihasilkan material hasil quench-temper (15 menit) masih [6] Callister, W.D, 2007, “Material Science and Engineering”, John
bersifat tangguh dimana kekerasan tinggi diikuti dengan Willey and Sons, Inc., New York.
keuletan yang cukup tinggi pula sehingga dengan [7] Dieter, G.E, 1988, “ Machanical Metallurgy second edition” Mc Graw
Hill Book Company, New York.
menambah waktu temper ekan mengakibatkan ketangguhan [8] Juvinall, R.C. and Marshek, K.M., 2000, “Fundamentals of Machine
menurun, begitu juga dengan umur lelah yang diperoleh Component Design, 3rd edition”, John Willey and Sons, Inc., New
akan semakin turun. York.

Anda mungkin juga menyukai