2545 8796 1 PB PDF
2545 8796 1 PB PDF
Abstrak—Baja St 41 sering kali diaplikasi sebagai bahan kegagalan akibat lelah (fatigue failure), misalnya terjadi
dasar pembuatan komponen mesin maupun bahan konstruksi. pada komponen mesin putar (rotary) seperti poros baja.
Sering dijumpai bahwa kerusakan atau kegagalan banyak terjadi Novika [1] sebelumnya telah melakukan penelitian
pada beban dinamik, walaupun beban berulang yang diterima mengenai perbandingan umur lelah material awal baja AISI
oleh material masih jauh dari tegangan statis maksimum 1045 dengan material setelah mengalami proses quench dan
material. Maka dari itu perlu dilakukan perbaikan sifat mekanik
material supaya didapatkan kekerasan dan umur lelah yang
temper pada temperatur 200°C selama 1 jam. Yang
lebih tinggi dengan cara perlakuan panas. Dalam penelitian ini selanjutnya dikembangkan oleh Budi Darmawan [2] pada
digunakan material uji baja St 41 dengan dua alur pengujian material dan proses yang sama hanya saja proses temper
yaitu pengujian tanpa perlakuan panas dan pengujian setelah divariasikan pada temperatur dan waktu temper yang
proses perlakuan panas. Pengujian yang dilakukan meliputi berbeda untuk mengoptimalkan umur lelah material baja
pengamatan struktur mikro, uji kekerasan dan uji lelah yang AISI 1045. Sedangkan Sumiyanto dan Rudi [3] meneliti
dilanjutkan dengan pengamatan pola patahan. Sedangkan pengaruh perlakuan panas quench-temper variasi temperatur
perlakuan panas yang digunakan dalam penelitian ini berupa temper pada baja St 41 terhadap struktur mikro dan
quench-temper. Perlakuan panas dilakukan dengan kekerasannya.
memanaskan material hingga temperatur 8500C dengan waktu
penahanan selama 30 menit dan dilakukan pendinginan cepat
Baja St 41 adalah baja konstruksi yang memiliki nilai
dalam media air. Kemudian material dipanaskan kembali hingga kekuatan dan kekerasan cukup tinggi. Selain itu, secara
temperatur 2000C dengan variasi waktu temper 15 menit, 1 jam ekonomis baja St 41 ini memiliki nilai lebih murah dari pada
dan 5 jam dan dilakukan pendinginan di udara bebas. baja AISI 1045. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan
Selanjutnya material diamati perubahan struktur mikro, ditinjau sejauh mana pengaruh perlakuan panas proses
kekerasan dan umur lelahnya dari kondisi awal tanpa perlakuan quench-temper dengan waktu temper terhadap umur lelah
panas. Dari penelitian ini diperoleh bahwa struktur mikro
material awal berupa karbida spheroidal yang tersebar dalam
dari baja poros St 41.
matriks ferit dan didapat nilai kekerasan serta umur lelah
tertinggi dibandingkan dengan material dengan perlakuan II. METODOLOGI PENELITIAN
panas. Sedangkan pada material dengan perlakuan panas
menunjukkan struktur mikro berupa martensit, perlit dan Metodologi dari penelitian ini dari awal sampai akhir
martensit temper. Semakin lama waktu temper maka martensit meliputi beberapa tahapan, yaitu:
temper yang terbentuk makin banyak sehingga nilai
kekerasannya menurun diikuti dengan meningkatnya keuletan. A. Tahap Persiapan dan Pembentukan Spesimen
Hal ini menyebabkan umur lelah yang didapatkan makin Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja
menurun pula. St 41. Baja St 41 yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan jenis baja karbon medium yang mempunyai
Kata Kunci—St 41, quench-temper, umur lelah, struktur mikro, kadar karbon 0.3% dengan kekuatan tarik minimum 41
lentur putar
kg/mm2.
Sebelum dilakukan pengujian lelah dilakukan pengujian
tarik terlebih dahulu untuk memperoleh kekuatan tarik
I. PENDAHULUAN sebagai dasar pemberian beban saat melakukan uji lelah.
B AJA merupakan material yang mempunyai peranan Pengujian tarik dilakukan pada tiga spesimen uji dengan
penting dalam dunia industri. Baja ini sering kali menggunakan mesin uji tarik Woolpert Machine tipe 30
diaplikasi sebagai bahan dasar pembuatan komponen mesin TUZ 750 kapasitas 300 kN. Dimensi spesimen seperti
maupun bahan konstruksi. Dengan banyaknya jenis baja Gambar 1.
yang ada dipasaran mengakibatkan perlunya melakukan Sedangkan bentuk spesimen yang dipergunakan dalam
pemilihan baja yang memiliki efisiensi dan efektivitas yang pengujian umur lelah baja St 41 adalah sesuai dengan
tinggi untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan standar ASTM E08-04 Vol. 03-01. Mesin yang
keinginan. dipergunakan untuk pengujian umur lelah material ini
Suatu komponen mesin sering kali terjadi kerusakan adalah mesin lentur putar (rotating bending) tipe RBF 200,
dalam operasinya. Kerusakan atau kegagalan banyak terjadi lihat Gambar 2.
pada beban dinamik, walaupun beban berulang yang Berdasarkan gambar 3, mesin uji lelah terdiri dari:
diterima oleh material masih jauh dari tegangan statis 1. Pemegang spesimen (Chucking) terhubung dengan
maksimum material. Kegagalan ini disebut dengan motor.
2. Batang beban.
JU
URNAL TEKNIK POMITS Vol.
V 2, No. 1, (2
2013) ISSN: 23337-3539 (23001-9271 Print) B-22
Ø 6,35
Gambar 5. Titik
T pengambilann foto struktur mikrro.
Tabel 1.
Hasil uji tarik material awal
2 2 No. Spesimen Yield Strength, σy Tensile Strength, σu
(MPa) (MPa)
1 4 5 1. 543,40 576,43
2 2. 547,99 584,64
3 3. 535,12 575,52
Rata-rata 542,17 578,85
Ø 6,35
KarbidaSpheroidal Ferit
Gambar 6. Titik-titik indentasi pada pengujian kekerasan.
Dari
D Gambarr 7 terlihat bah hwa strukturm
mikro materiaal Tabel 2.
Hasil pengujian kekerasann material
aw
wal terdiri darii karbida spheroidal dalam
m matriks feritt. Nilai Kekerasan (HRc)
Inii menunjukkaan bahwa maaterial awal teelah dilakukann Letaak
perrlakuan panas sebelumnyaa berupa spheeroidising aniil Inden
ntasi Spesiimen Waktu
W Temperin
ng
Aw
wal 15 men
nit 1 jam 5 jam
pada temperatuur dibawah A1. Spheroidising dilakukann Titik 1 28 25 24 21
pada baja karrbon medium m hingga tinnggi, hal inni Titik 2 29 27 25 24
dillakukan untukk meningkatkkan keuletan material yangg
meemiliki kekuaatan tarik cuukup tinggi sehigga
s dapaat Titik 3 27 28 25 24
meeningkatkan ketangguhan[5
k 5]-[6]. Titik 4 27 26 26 23
Dengan
D prosess quench yang dilakukan pad da material awaal
hassil hasil spheerodising, ketiika berada paada temperatuur Titik 5 29 27 25 22
ausstenisasi seluruuh struktur miikro akan beruubah pada fase HRc rata
a-rata 28 27 25 23
ausstenit namun dimungkinkan
d masih adanyaa sedikit sekalli
karrbida-karbida sisa. Dan ketiika didinginkaan secara cepaat
dallam media air a terjadi pendinginan
p k
kontinyu yangg
meemungkinkan dimulainya proses pembentukan perliit
denngan warna gelap dan cenderung bulat, namunn
pem mbentukan inii tidak berlangsung lama diteeruskan dengann
pem mbentukan martensit
m pada tempertur reendah. Struktuur
maartensit memiiliki kekerasaan yang tin nggi. Hal inni
dissebabkan proses driving force padaa saat prosees
penndinginan cepat sehingga teerbentuk strukktur BCT. Padda
saaat quench, ausstenit memilikki jumlah karb bon lebih besaar
seddangkan ferritt hanya mamppu melarutkann sedikit sekalli
karrbon. Akhirny ya karbon yaang seharusny ya keluar darri Gambar 9. Diagram
D hubungann waktu temper dengan nilai kekerassan.
larrutan akan terp perangkap dann tidak bisa berdifusi
b keluaar
karrena tidak adaanya energi (akibat temperattur yang sudahh
terrlalu rendah). Struktur yanng seharusnyaa berupa BCC C 30
0
nilai kekerasan (HRc)
TP
meenjadi strukturr terdistorsi yakni
y strukturr BCT. Akibaat 28
8 TP
Q
QT 15 mnt
adaanya karbon yang
y terperangkap ini menjadikan tegangann 26
6 QT 15 mntt N (0,6 σ
σu awal)
dallam material meningkatt sehingga meningkatkann QT 11jam QT 1 jam
24
4 N (0,7 σ
σu awal)
kekkerasannya naamun tidak beegitu jauh denngan kekerasann 22
2
Q
QT 5 jam
QT 5 jam
m
TP = tanpa perlakuan
maaterial awal yanng telah mengaalami spherodising anil. QT = Quench‐TTemper
20
0
Setelah prosees quench selesais dilanjutkan dengann
pem manasan kem mbali pada teemperatur 200°C, sehinggga 10000 100000 1000000
mu uncullah marteensit temper yaang merupakann karbida akibaat siklus lelah m
material (log scale)
darri karbon yang berdifusii keluar stru uktur BCT .
Perrtumbuhan maartensit temperr ini tidak lepaas dari peranann Gambar 10. Grafik hubunggan kekerasan denngan umur lelah material.
eneergi panas (akibat
( kenaikkan temperattur dan lam ma
pennahanan). Struuktur BCT martensit
m yang masih tegangg Menuruut Gambar 9 ini selain dapat dibuaat untuk
akiibat adanya atom
a karbon yang terperan ngkap berubahh mengetahuui pengaruh w waktu temper perlakuan
p panas berupa
meenjadi BCC. Semakin lam ma waktu peenahanan akann quench-teemper juga dapat digunaakan untuk melihat
meemberikan keseempatan terhaddap atom karbo on untuk keluaar perbandinngan nilai kekeerasan materiall sebelum dan sesudah
darri struktur BC CT. Oleh kareena itulah jum mlah martensiit dilakukan nnya perlakuan panas quench-temper dengann variasi
tem
mper semakin banyak ketik ka material dittemper dengann waktu tem mper.Dari Gambbar 9 diketahuii bahwa kekeraasan rata-
waaktu penahanann makin lama [5]. rata tertinnggi diperoleh pada material awal sebesar 28 2 HRc,
Dari
D penjelassan tersebut kekerasan akan a semakinn kemudian n material hasiil quench tempper pada waktuu temper
meenurun dengann bertambahny ya waktu penaahanan karenna 15 menit dengan nilai kekerasan seebesar 27 HRcc diikuti
maartensit temperr yang dihasilkan makin banyak,b hal inni waktu tem mper 1 jam sebesar 25 HRc dand 23 HRc padda waktu
dissebabkan marteensit temper bersifat
b lebih stabil dan lunakk temper 5 jam. Dari datta tersebut diperoleh bahwa semakin
darri martensit hasil quench. tinggi waaktu temper makam kekerasann akan makin rendah,
secara peersentase kekerrasan pada waaktu temper 15 1 menit
menurun sangat kecil yaitu sebesaar 3,57% HR Rc awal,
C. Perbandingaan Pengaruh Kekerasan Material M Awaal
dilanjutkaan pada waktu temper 1 jam menurun
m kekerrasannya
dengan Kekkerasan Matterial Setelah h Mengalam mi
hingga 10 0,71% HRc aw wal dan makinn menurun padda waktu
Perlakuan Paanas Terhadap Umur Lelah
temper 5 jamj hingga menncapai 17,86% % HRc awal.
Material
M sebbelum dan setelah menggalami prosees Dari peenjelasan terseebut diperoleh semakin mennurunnya
tem
mpering diuji dand didapatkann data-data keekerasan sepertti kekerasann akibat pertam mbahan waktu temper
t yang diiberikan.
padda Table 2 diidapatkan bahw wa kekerasan material tidakk Hal ini teerjadi karena lama waktu tempert yang ddiberikan
hommogen namunn selisihnya relatif kecil an ntara titik satuu berpengarruh terhadap perubahan struk kturmikro yangg terjadi.
denngan titik lainnnya. Dari tabbel 2 dapat dibuat
d diagram
m struktur mikro
m hasil queench berupa martensit
m bersiffat keras
hubbungan waktu u temper Terhaadap nilai kekeerasan materiaal karena adanya tegangan dalam yang beesar akibat pendinginan
sepperti yang terlihhat pada Gambbar 9. cepat yang g menjadikan struktur
s tidak stabil.
s Ketika dilakukan
d
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-25