Anda di halaman 1dari 8

1.

1 PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkannekrosis jaringan. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat menular daripenderita kepada orang lain (Santa, dkk,
2000)
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis) Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,termasuk meningens, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smelzer & Brenda G. Bare, 2002).
1.2 ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolongdalam kuman
Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun
dalam lemari es) Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama
bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam
jaringan, kuman hidup sebagai parasitintraselular yakni dalam sitoplasma makrofag.
Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
a. Cara penularan TB (Depkes RI, 2006)
- Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
- Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
- Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut
- Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
1.3 Patofisiologis
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne) yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang
terkontaminasi. Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitasperantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya
sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal,
melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.
respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn
Dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosisadalah pencairan,
dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. materi
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali kebagian lain dari paru-paru,
atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. kavitas yang kecil
dapat menutup sekalipun tanpa pengobatandan meninggalkan jaringan parut bila
peradangan mereda lumen bronkus dapatmenyempit dan tertutup oleh jaringan parut
yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas
keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui getah beningatau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomen aakut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. ini
terjadi apabila fokusnekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kultur sputum : positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap akhir penyakit
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk asupan cairan darah)
positif untuk basil asam cepat
c. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi 10mm atau lebih
besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal antigen) menunjukkan infeksi
masa lalu dan adanya dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif
d. Foto thorax: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpangan
kalsium lesi sembuh primer atau effuse cairan
e. Histologi atau kultur jaringan paru : positif untuk mycobacterium tuberculosis
1.5 PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan
Pengobatan TB terdapat 2 fase, yaitu intensif selama 2-3 bulan dan lanjutan selama 4
atau 7 bulan. OAT lini pertama yang digunakan yaitu Rifampicin (R), Isoniazid (H),
Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan Streptomisin (S). Paduan OAT yang digunakan
oleh program nasional pengendalian tuberkulosis di indonesia (Tanto, 2016 : 830) :
a. Kategori 1 : 2RHZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutamol
setiap hari (Tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan
rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada :
1. Penderita baru TBC paru BTA positif
2. Penderita TBC ekstra paru (TBC diluar paru-paru) berat
b. Kategori 2 : 2RHZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
a. Penderita kambuh
b. Penderita gagal terapi
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat .
c. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif

1.6 MANIFESTASI KLINIS


Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan (Depkes, 2006). Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-
macam atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (1sril Bahar.2001).
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 40-41 C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa
tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah
sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
bermula. keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
gejala ini agak jarang ditemukan. nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari
tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang
timbul secara tidak teratur.
1.7 Komplikasi
1. Spondilitis
Spondilitis tuberculosa adalah Spondilitis tuberkulosa ialah suatu bentuk
infeksi tuberculosis ektrapulmoner yang mengenai tulang belakang
(vertebra).
2. Meningitis
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang
mengenai selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut
sebagai meningens. Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit. Meningitis
Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri
yaitu Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari
bagian tubuh yang lain.
3. Efusi pleura
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleurayang terletak
diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas pendek
karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau
berkeringat.
Tanda : takikardia. takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri
dan sesak (tahap lanjut).
b. Integritas EGO
Gejala : adanya faktor stress lama, masalah keuangan rumah, perasaan
tidak berdaya/tidak ada harapan. Populasi budaya/etnik, missal
orang Amerika asli atau imigran dari Asia Tenggara/benua lain.
Tanda : menyangkal (khususnya selama tahap dini) ansietas ketakutan,
mudah terangsang.
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan. tidak dapat mencerna penurunan berat
badan.
Tanda : turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan.
d. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
e. Pernafasan
Gejala : batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat
tuberculosis terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru pleura) pengembangan pernafasan tidak simetri
(effuse pleura) perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau
penebalan pleural bunyi nafas menurun/tidak ada secara bilateral atau
unilateral efusi pleural/pneumotorak) bunyi nafas tubuler dan bisikan
pectoral di atas lesi luas, krekels tercabut di atas aspek paru selama inspirasi
cepat setelah batuk pendek (krekes posttussic) karakteristik sputum: hijau,
puluren, muloid kuning atau bercak darah deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik).
f. Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun. contoh: AIDS, kanker. Tes
111V positif.
Tanda : demam rendah atau sedikit panas akut.

g. Interaksi sosial
Gejala : perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan bisa dalam tanggungjawab/perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran

b. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mukus dala jumlah berlebihan
b. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
c. Hypertermia b/d proses penyakit
d. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
e. Defisit perawatan diri : mandi b/d kelemahan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol 3
Jakarta : ECG
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta :ECG
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta : ECG
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006. pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai