Anda di halaman 1dari 7

JURNAL BIMTAS Volume: 2, Nomor 1

FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN


ANAK USIA PRASEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI
DI RSUD Dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Sri Mulyanti1, Tatang Kusmana2


Prodi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Email: sri.mulyanti74@gmail.com

Abstrak
Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi pertama yang harus dihadapi anak. Anak -anak,
terutama selama tahun – tahun awal, sangat rentan terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi
karena stres akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutunisan lingkungan, serta anak
memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan stesor. Intervensi yang
bisa dilakukan, salah satunya dengan aktivitas bermain atau terapi bermain. Dalam kondisi sakit
atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan namun harus sesuai
dengan kondisi anak. Dengan permaianan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang
dialaminya, karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya
pada permainnanya ( distraksi ) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permaianan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap tingkat
kecemasan anak pada usia prasekolah akibat hospitalisasi di RSU Dr.Soekardjo Kota
Tasikmalaya. Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
desain penelitian quasy experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak
prasekolah (3-6 tahun) di Ruang Melati Lantai V RSU Dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya dengan
sempel 20 orang anak pra sekolah. Dari hasil uji wilcoxon test yang dilakukan dengan nilai p =
0,008, berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05) yang menunjukkan ada perubahan respon
kecemasan anak sebelum diberi terapi bermain dan setelah diberi terapi bermain. Untuk
rumah sakit agar menerapkan terapi bermain untuk menurunkan tingkat kecemasan pada anak
dan penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden khususnya orang tua bahwa terapi bermain
sangat bermanfaat bagi anak dalam mengurangi tingkat kecemasan.
Kata kunci : Terapi bermain, kecemasan, pra sekolah

Abstract
Disease and hospitalization are often the first things children have to deal with. Children,
especially during the early years, are particularly vulnerable to disease crises and
hospitalization due to stress due to changes from normal health and environmental rutunisan,
and children have a limited number of coping mechanisms to complete the stesor. Interventions
that can be done, one of them with play activities or play therapy. Under conditions of illness or
child hospitalization, this play activity is still carried out but must be in accordance with the
condition of the child. With the games the child will be released from the tension and stress
experienced, because by doing the game the child will be able to divert the pain on the game
(distraksi) and relaxation through the pleasure of doing games. The purpose of this study was to
determine the effect of play therapy on the anxiety level of children at preschool age due to
hospitalization in RSU Dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya. The writer in this research uses
quantitative research method with quasy experiment research design. The population in this
study were all preschool children (3-6 years) in the Floor V Floor of RSU Dr.Soekardjo Kota
Tasikmalaya with 20 pre-school children sempel. From the result of wilcoxon test test with p
value = 0,008, mean p value smaller than α (0,05) which indicate there is change of child's
anxiety response before given play therapy and after given play therapy. For hospitals to apply
play therapy to reduce anxiety levels in children and this study can be useful for respondents,
especially parents, that play therapy is very beneficial for children in reducing anxiety levels.

20
JURNAL BIMTAS Volume: 2, Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

Keywords: play therapy, anxiety, pre school

PENDAHULUAN harus sesuai dengan kondisi anak. Dengan


Penyakit dan hospitalisasi sering permainan anak akan terlepas dari
kali menjadi pertama yang harus dihadapi ketegangan dan stres yang dialaminya,
anak. Anak-anak, terutama selama tahun- karena dengan melakukan permainan anak
tahun awal, sangat rentan terhadap krisis akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
penyakit dan hospitalisasi karena stres permainnanya (distraksi) dan relaksasi
akibat perubahan dari keadaan sehat biasa melalui kesenangannya melakukan
dan rutunisan lingkungan, serta anak permaianan. Tujuan bermain di rumah
memiliki jumlah mekanisme koping yang sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
terbatas untuk menyelesaikan stesor. melanjutkan fase pertumbuhan dan
Stresor utama dari hospitalisasi antara lain perkembangan secara optimal,
adalah perpisahan, kehilangan kendali, mengembangkan kreatifitas anak, dan
cedera tubuh dan nyeri. Reaksi anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi stress. Bermain sangat penting bagi
oleh usia perkembangan, pengalaman mental, emosional, dan kesejahteraan anak
sebelumnya dengan penyakit, perpisahan seperti kebutuhan perkembangan dan
atau hospitalisasi. kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
Anak prasekolah dapat saat anak sakit atau anak di rumah sakit.
menunjukkan kecemasan akibat perpisahan Alat permainan yang digunakan
dengan cara menolak makan, mengalami disini, yaitu untuk perkembangan motorik
sulit tidur, menangis diam-diam karena halusnya dengan menggunakan alat
kepergian orang tua mereka, terus bertanya mewarnai seperti crayon dan pensil warna
kapan orang tua mereka akan datang, atau akan membantu anak untuk menggunakan
menarik diri dari orang lain. Mereka dapat tangannya secara aktif. Oleh karena sangat
mengungkapkan rasa marah secara tidak pentingnya kegiatan bermain terhadap
langsung dengan memecahkan mainan, tumbuh kembang anak dan untuk
memukul anak lain, atau menolak mengurangi kecemasan akibat hospitalisai,
bekerjasama selama aktivitas perawatan maka akan dilaksanakan terapi bermain
diri yang biasa dilakukan. pada anak usia prasekolah dengan cara
Intervensi yang bisa dilakukan, salah mewarnai gambar. Dengan bermain, anak
satunya dengan aktivitas bermain atau melepaskan ketakutan, kecemasan,
terapi bermain. Dalam kondisi sakit atau mengekspresikan kemarahan dan
anak dirawat di rumah sakit, aktivitas permusuhan, bermain merupakan cara
bermain ini tetap dilaksanakan namun koping yang paling efektif untuk

21
JURNAL BIMTAS Volume: 2, Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X
mengurangi kecemasan. observasi kedua (post test) dilakukan
Alasan peneliti memilih lokasi sesudah pemberian terapi bermain. Analisa
RSU Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya data dalam penelitian ini menggunakan uji
karena berdasarkan data jumlah pasien statistic dengan tingkat kebermaknaan
anak pada bulan November, Desember 0,05 dengan menggunakan Wilcoxon Test.
2016 dan Januari 2017 dari bangsal anak
HASIL PENELITIAN
RSU Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya ada
1. Analisis Univariat
232 dan 25 % per bulannya dari jumlah
a. Karakteristik anak usia prasekolah.
keseluruhan anak yang dirawat berusia 3 –
Tabel 5.1
6 tahun dan sebagian besar anak tersebut
Distribusi Frekuensi Responden
mengalami kecemasan tingkat sedang. berdasarkan Usia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Usia Anak Frekuensi Persen (%)
mengetahui pengaruh terapi bermain 3-4 tahun 16 80
terhadap tingkat kecemasan anak pada usia 5-6 tahun 4 20
prasekolah akibat hospitalisasi di RSU Jumlah 20 100

Dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya. b. Tingkat kecemasan sebelum dan


sesudah dilaksanakan terapi
bermain.
BAHAN DAN METODE Tabel 5.2
Penelitian ini, menggunakan Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah
metode penelitian kuantitatif dengan di Laksanakan Terapi Bermain
desain penelitian quasy experiment. Tingkat Sebelum Sesudah
Kecemasan n % n %
Pendekatan penelitian dengan pre-test
Ringan 12 60 15 75
dan post test design pada kelompok
Sedang 6 30 5 25
eksperimen. Observasi terhadap
Berat 2 10 0 0
kecemasan dilakukan sebanyak dua kali 20
Jumlah 100 20 100
yaitu sebelum intervensi dan sesudah 2. Analisis Bivariat
intervensi. Jumlah sampel 20 anak usia Tabel 5.3
Distribusi Pengaruh Terapi Bermain
pra sekolah. terhadap Respon Kecemasan Sebelum dan
Kuesioner yang digunakan untuk Sesudah
Sesudah Tindakan
melihat tingkat kecemasan anak usia Cemas Cemas Cemas Persen
Sebelum Ringan Sedang Berat Total
prasekolah dengan Faces Anxiety Scale Tindakan (%)
N % N % N %
(FAS). Pengumpulan data yang dilakukan
Cemas
12 60 0 0 0 0 12 60 %
dengan cara mengobservasi respon Ringan
Cemas
kecemasan anak pada dua jenis tindakan Sedang 3 15 3 15 0 0 6
30 %

keperawatan yang sama. Observasi Cemas


2 0 2 10 %
Berat 0 0 10 0
pertama (pre test) dilakukan sebelum
15 75 5 25 0 0 20 100 %
pemberian terapi bermain sedangkan
22
JURNAL BIMTAS Volume: 2, Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X
PEMBAHASAN yang terapeutik akan dapat meningkatkan

Kecemasan adalah sebagai respon kemampuan anak untuk mempunyai

individu terhadap suatu keadaan yang tingkah laku yang positif. Selain itu

tidak menyenangkan dan dialami oleh permainan terapeutik sesuai

semua makhluk hidup dalam kehidupan perkembangan anak dapat memperbaiki

sehari-hari. Menurut Wong (2008), gangguan emosional dan mengatasi kondisi

bermain merupakan media yang baik fisik anak. Ketakutan anak terhadap

untuk belajar karena dengan bermain anak- perlukaan muncul karena anak

anak akan berkata-kata (berkomunikasi), menganggap tindakan dan prosedurnya

belajar menyesuaikan diri dengan mengancam integritas tubuhnya. Hal ini

lingkungan, melakukan apa yang dapat menimbulkan reaksi agresif dengan

dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak marah, berontak, ekspresi verbal dengan

serta suara. mengucapkan kata- kata marah, tidak

Respon psikologi kecemasan mau bekerja sama dengan perawat dan

diantaranya adalah gelisah, gugup, ketergantungan pada orang tua. Respon

tegang, khawatir, waspada, merasa emosional dari stres anak dapat

bersalah atau malu. Pada anak yang disebabkan karena perpisahan, lingkungan

menjalani hospitalisasi, seringkali asing dan prosedur yang menyakitkan (Li

kebutuhan untuk mengekspresikan sikap & Lopez, 2006). Stres dan kecemasan

permusuhan, marah atau perasaan negatif anak yang menjalani hospitalisasi

lainnya muncul dengan cara lain seperti dipengaruhi oleh karakteristik personal

irritabilitas dan agresi terhadap orang tua, anak, yang meliputi umur, jenis kelamin,

menarik diri dari petugas kesehatan, tidak budaya, pengalaman hospitalisasi, dan

mampu berhubungan dengan teman pengalaman medis sebelumnya. Anak yang

sebaya, menolak sibling atau masalah menjalani hospitalisasi dapat bereaksi

perilaku sekolah. terhadap perpisahan dengan menunjukkan

Kecemasan yang terjadi pada anak kesendirian, kebosanan, isolasi dan

saat menjalani hospitalisasi dapat depresi.

memperlambat proses penyembuhan, Perawatan anak di rumah sakit

menurunkan semangat untuk sembuh memaksa anak untuk berpisah dengan

dan tidak kooperatif terhadap tindakan lingkungan yang dicintainya, yaitu

yang diberikan oleh petugas kesehatan keluarga dan terutama kelompok sosialnya

sehingga akan mempercepat terjadinya dan menimbulkan kecemasan.

komplikasi selama perawatan. Dilakukan Perawatan di rumah sakit juga

secara terapeutik dan anak telah melalui membuat anak kehilangan kontrol

adaptasi dengan lingkungannya. Permainan terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit

23
JURNAL BIMTAS Volume: 2, Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X
yang mengharuskan adanya pembatasan kelangsungan tumbuh kembang anak dan
aktivitas anak sehingga anak merasa memungkinkan untuk dapat menggali,
kehilangan kekuatan diri. Perawatan di mengekspresikan perasaan atau pikiran
rumah sakit sering dipersepsikan oleh anak, mengalihkan perasaan nyeri, dan
anak sebagai hukuman sehingga anak relaksasi.
merasa malu, bersalah, atau takut. Kegiatan bermain harus menjadi
Menurut Stuart dan Sundeen bagian integral dari pelayanan kesahatan
(1998) kecemasan berkaitan dengan anak di rumah sakit. Terapi bermain
perasaan ketidakpastian dan diberikan dalam upaya mengurangi cemas
ketidakberdayaan, pada keadaan cemas yang dihadapi anak akibat hospitalisasi.
dan seseorang cenderung memusatkan Dengan terapi bermain pertumbuhan dan
perhatian pada hal lain atau perkembangan anak yang sakit tetap terus
mengesampingkan suatu hal. Menurut bisa berkambang (Alimul,2007). Aktifitas
Landreth (2001) terapi bermain adalah bermain yang dilakukan oleh anak di rumah
salah satu saran yang digunakan dalam sakit dapat memberikan keuntungan
membantu anak mengatasi masalahnya meningkatkan hubungan antara klien
sebab bagi anak bermain adalah simbol (anak dan keluarga) dan perawat karena
verbalisasi. Respon fisiologis kecemasan dengan melaksanakan kegiatan bermain
anak akibat perpisahan akan menunjukkan perawat mempunyai kesempatan untuk
sakit perut, sakit kepala, mual, muntah, membina hubungan baik dan
gelisah, sulit berkonsentrasi dan mudah menyenangkan baik dengan anak maupun
marah. keluarganya. Bermain merupakan alat
Anak yang dirawat di rumah sakit komunikasi yang efektif antara perawat
mengalami kecemasan, tetapi setelah dan klien. Setelah diberikan terapi bermain
diberikan terapi bermain respon kecemasan anak lebih merasa tenang dan mau
tersebut menurun dari cemas berat ke cemas berinteraksi atau berkomunikasi dengan
sedang dan ringan. Keadaan ini menunjukan petugas kesehatan.
bahwa ada pengaruh penurunan Berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh
kecemasan pada anak setelah diberikan hasil (p= 0,008) dimana ada pengaruh
terapi bermain (mewarnai). Hal ini derajat kecemasan anak sebelum dan
diperkuat oleh pendapat Supartini (2004) sesudah terapi bermain. Hal ini didukung
bahwa terapi bermain dapat mengurangi oleh penelitian Subardiah (2009) yang
dampak hospitalisasi pada anak, permainan menunjukkan bahwa permainan terapeutik
yang terapeutik didasari oleh pandangan mampu menurunkan kecemasan.Melalui
bahwa bermain bagi anak merupakan kegiatan bermain anak dapat memperoleh
aktifitas yang sehat, diperlukan untuk kesenangan (Hurlock, 1991; Foster, 1998;

24
JURNAL BIMTAS Volume: 2, Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X
Whaley & Wong, 1991). Kesenangan penyembuhan.
yang diperoleh anak ini terbukti dapat
menurunkan kecemasan pada anak dan KESIMPULAN DAN SARAN
dapat mempengaruhi kesiapan anak ketika Kesimpulan

dilakukan tindakan keperawatan dan 1. Anak prasekolah yang di rawat dirumah

memberikan kesembuhan bagi anak- sakit mengalami respon kecemasan

anak yang mengalami gangguan emosi sebelum diberi terapi bermain

(Mahon,2009). Bila anak paham tentang (mewarnai).

penyakit,perpisahan dan cidera tubuh 2. Anak prasekolah yang dirawat dirumah

selama anak di rawat, maka diharapkan sakit mengalami penurunan kecemasan

dengan pemberian terapi bermain dapat setelah diberi terapi bermain

menurunkan ancaman terhadap integritas (mewarnai)

dan kecemasan yang dialami oleh anak. 3. Adanya pengaruh terapi bermain

Dengan berkurangnya ancaman integritas (mewarnai) terhadap tingkat kecemasan

fisik maka akan mengurangi stimulasi anak pra sekolah.

syaraf otonom mengeluarkan adrenalin


Saran
sehingga respon fisik dan psikologis
1. Untuk rumah sakit agar menerapkan
kecemasan akan menurun. Untuk
terapi bermain untuk menurunkan
memberikan ketenangan dan kesenangan
tingkat kecemasan pada anak.
pada anak perawat dapat memberikan
2. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
permaian terapeutik ketika melakukan
responden khususnya orang tua bahwa
tindakan keperawatan maupun dalam
terapi bermain sangat bermanfaat bagi
kontrak waktu. Terapi bermain (mewarnai)
anak dalam mengurangi tingkat
menjadi alternatif bagi rumah sakit untuk
kecemasan
dilakukan karena disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan anak. DAFTAR PUSTAKA
Permainan pada anak di rumah sakit tidak Andriana, Dian 2011. Tumbuh Kembang
hanya akan memberikan rasa senang dan Terapi Bermain pada Anak.
Salemba Medika. Jakarta.
pada anak, tetapi juga akan membantu anak
mengekspresikan perasaan dan Dahlan, M. Sopiyudin 2014. Langkah –
Langkah Membuat Profosal
pikiran cemas, takut, sedih, tegang, nyeri Penelitian Bidang Kedokteran dan
yang akan membuat anak lebih kooperatif Kesehatan. Sagung Seto. Jakarta.

terhadap tindakan keperawatan yang Elfindri, 2011. Metodologi Penelitian


diberikan, maka anak menjadi lebih nyaman Kesehatan. Cetakan I. Baduose Media
.Jakarta
sehingga dapat mengurangi lama rawat di Hastono, S. P 2007. Modul Analisis Data.
rumah sakit dan dapat mempercepat proses Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Jakarta.

25
JURNAL BIMTAS Volume: 2, Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu


Keperawatan Anak I. Cetakan Ke 3.
Salemba Medika. Jakarta.

Ngastiah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi


2. EGC. Jakarta

Nursalam, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi


dan Anak. Edisi Pertama. Salemba
Medika. Jakarta.

Nursalam 2013. Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta.

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan


Keperawatan pada Anak. Edisi
Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Riyanto, A, 2011. Pengolahan dan Analisis


Data Kesehatan: Dilengkapi Uji
Validitas dan Reliabilitas serta
Aplikasi Program SPSS. Nuha
Medika. Yogyakarta.

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh. Tumbuh


Kembang Anak,. Edisi. EGC. Jakarta.

Stuart, G. W 2006. Buku Saku Keperawatan


Jiwa. Edk 5. EGC. Jakarta.

Sudigdo, 2011.Dasar – Dasar Metodologi


Penelitian Klinis. Edisi Ke 4. Sagung
Seto. Jakarta.

Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013.


Asuhan Keperawatan bayi dan Anak.
Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta.
Supartini, Y 2004. Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Pada Anak. EGC.
Jakarta.

Suriadi & Yuliani, R 2006. Asuhan


Keperawatan Pada Anak. Edk 2. CV
Sagung Seto. Jakarta.

.Wong, D. L 2008. Buku Ajar Keperawatan


Pediatrik. Edisi 6. Volume 2. EGC,
Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai