Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lambung sebagai reservoir makanan berfungsi menerima
makanan/minuman, menggiling,mencampur, dan mengosongkan makanan ke
dalam duodenum. Lambung yang selalu berhubungan dengan semua jenis
makanan, minuman dan obat-obatan akan mengalami iritasikronik. Lambung
sebenarnya terlindungi oleh lapisan mucus, tetapi oleh karena beberapafactor
iritan seperti makanan, minuman, dan obat-obatan anti inflamasi non-steroid
(NSAID),alcohol dan empedu, yang dapat menimbulkan defek lapisan mukosa
dan terjadi difusi balik ion H+.
Sehingga timbul gastritis akut/kronik atau ulkus gaster. Dengan
ditemukannya kuman H. pylori pada kelainan saluran cerna, saat ini dianggap
H. Pylori merupakan penyebab utamaulkus gaster, di samping NSAID, alcohol
dan sindrom Zollinger Ellison yang menyebabkanterjadinya peningkatan
produksi dari hormone gastrin sehingga produksi HCl pun turut meningkat.
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara
usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini
telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih
sering daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita
hampir sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada
wanita hampir sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat
terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.
Risiko seumur hidup untuk mengembangkan ulkus peptikum adalah
sekitar 10%. Di negara-negara Barat prevalensi infeksi Helicobacter pylori
sekitar pertandingan usia (yaitu, 20% pada usia 20, 30% pada usia 30, 80%
pada usia 80 dll). Prevalensi lebih tinggi di negara-negara dunia
ketiga.Transmisi adalah dengan makanan, air tanah yang terkontaminasi, dan
melalui air liur manusia (seperti dari berciuman atau berbagi peralatan
makanan). Sebuah minoritas kasus H. pylori infeksi akhirnya akan

1
menyebabkan borok dan proporsi yang lebih besar dari orang-orang akan
mendapatkan non-spesifik ketidaknyamanan, nyeri perut atau gastritis.
Ulkus peptik memiliki efek yang luar biasa pada morbiditas dan mortalitas
sampai dekade terakhir abad ke-20, ketika tren epidemiologi mulai menunjuk
ke sebuah penurunan mengesankan dalam insiden.Alasannya bahwa tingkat
penyakit ulkus peptikum diperkirakan menurun menjadi pengembangan obat
baru penekan dan asam efektif dan penemuan penyebab kondisi, H. pylori.
Di Amerika Serikat sekitar 4 juta orang telah tukak lambung aktif dan
sekitar 350.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun.Empat kali sebanyak ulkus
duodenum ulkus lambung didiagnosis.Sekitar 3.000 kematian per tahun di
Amerika Serikat disebabkan oleh ulkus duodenum dan 3.000 untuk tukak
lambung.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Gastrointestinal yaitu pada
pasien penderita penyakit tukak lambung ( ulkus peptida )pada anak.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit pada klien ganguan sistem
gastrointestinal yang khususnya tukak lambung ( ulkus peptida ).
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan ganguan sistem
gastrointestinal dengan penyakit tukak lambung ( ulkus peptida ).

2
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Tukak lambung atau Ulkus peptikum adalah ekskavasi (area berlubang)
yang terbentuk dalam dinding mucosal lambung, pilorus, duodenum, atau
esophagus.Ulkus peptikum sering disebut sebagai ulkus lambung, duodenal,
esofageal, tergantung pada lokasinya.Ulkus ini disebabkan oleh erosi area
terbatas dari membran mukosa.Erosi ini dapat meluas sedalam lapisan otot atau
seluruh otot di peritonium.Ulkus peptikum lebih mungkin terjadi pada
duodenum daripada lambung.Biasanya, ini terjadi secara tuggal, tetapi dapat
terjadi dalam bentuk multipel.Ulkus peptikum kronis cenderung terjadi pada
kurvatura minor dari lambung, dekat pilorus.
Sindrom Zollinger-Ellison sering dianggap sebagai tipe ulserasi
peptikum.Ulkus stres, yang secara klinis berbeda dari ulkus peptikum, adalah
ulserasi pada mukosa yang dapat terjadi pada area gastroduodenal. Kedua
kondisi ini akan mengarah pada ulkus peptikum.

Menurut Kamus Kedokteran, 2005. Ulkus Peptikum adalah penyakit


Tukak Lambung.. Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang
terjadi karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah
termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan.

Menurut arti lain Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas


mukosa lambung terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan
mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun
seringkali dianggap juga sebagai tukak.(misalnya tukak karena stress). Tukak
kronik berbeda denga tukak akut, karena memiliki jaringan parut pada dasar
tukak. Menurut definisi, tukak peptik dapat ditemukan pada setiap bagian
saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung,
duodenum, dan setelah gastroduodenal, juga jejunum. Walaupun aktivitas
pencernaan peptic oleh getah lambung merupakan factor etiologi yang penting,

3
terdapat bukti bahwa ini hanya merupakan salah satu factor dari banyak factor
yang berperan dalam patogenesis tukak peptic. (Peptic : Mengenai atau
berhubungan dengan pepsin atau dengan pencernaan,Menurut Kamus
Kedokteran 2005.

Pepsin adalah suatu enzim yang bekerja sama dengan asam klorida (HCl)
yang dihasilkan oleh lapisan lambung untuk mencerna makanan, terutama
protein.Ulkus peptikum terjadi pada lapisan saluran pencernaan yang telah
terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan, terutama pada lambung dan
usus dua belas jari. Nama dari ulkus menunjukkan lokasi anatomis atau
lingkungan dimana ulkus terbentuk.

B. Etiologi
Etiologi ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negative
H. pylori telah sangat diyakini sebagai faktor penyebab. Diketahui bahwa ulkus
peptikum terjadi hanya pada area GI yang terpajan pada asam hidroklorida dan
pepsin. Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidak seimbangan
antara kecepatan sekresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang di
berikan oleh sawar mukosa gastro duodenal dan netralisasi asam lambung oleh
cairan. Penyebab khusus:
a. Infeksi bakteri H.pylori yaitu bakteri mampu melakukan penetrasi sawar
mukosa, baik dengan kemampuan fisiknya sendiri untuk menembus sawar
maupun dengan melepaskan enzim enzim pencerna yang di sekresi oleh
lambung dapat berpenetrasi ke jaringan epitelium dan mencerna
epitel.(siberragl,2007)
b. Peningkatan sekresi asam yaitu perangsangan berlebihan sekresi asam
lambung oleh saraf pada manusia yang menderita ulkus peptikum mengarah
kepada sekresi cairan lambung yang berlebihan(guyton,1996)
c. Konsumsi obat obatan seperti oanis atau obat anti inflamasi nonsteroid
seperti indometasin, ibu profen, asam salsilat, mempunyai efek penghambat
siklo oksigenase sehingga menghambat sintesis prostak landin dari asam

4
arakhidonat secara sistemik termasuk keoada epitel lambung dan
duodenum.( sibernagl,2007)
d. Stres fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf
pusat(lewis,2000)
e. Refluks usus lambung dengan materi garam empedu dan enzim pankreas
yang berlimpa dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi
predisposisi kerusakan epitel mukosa.

C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering
tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.
a. Nyeri. Biasanya, pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti
tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal
ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan
duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang
terpajan. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karna makanan menetralisir
asam, atau dengan menggunakan alkali. Namun, bila lambung telah kosong
atau alkali tidak digunakan, nyeri kembali timbul.
b. Pirosis (Nyeri Uluhati). Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai
eruktasi asam. Eruktasi, atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien
kosong.
c. Muntah. Meskipun jarang pada ulkus duodenal takterkomplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringat parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa
yang mengalami inflamasi disekitarnya pada ukus akut.
d. Konstipasi dan Perdarahan. Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien juga dapat
dating dengan perdarahan gastrointestinal.

5
Ulkus terjadi jika mekanisme pertahanan yang melindungi duodenum atau
lambung dari asam lambung menurun, misalnya jika terjadi perubahan dalam
jumlah lendir yang dihasilkan.Penyebab dari menurunnya mekanisme
pertahanan ini tidak diketahui.Hampir setiap orang menghasilkan asam
lambung, tetapi hanya 1 diantara 10 yang membentuk ulkus.

Setiap orang menghasilkan asam lambung dalam jumlah yang berlainan dan
pola pembentukan asam ini cenderung menetap sepanjang hidup
seseorang.Bayi dapat digolongkan sebagai penghasil asam yang rendah, sedang
atau tinggi.Penghasil asam yang tinggi memiliki kecenderungan yang lebih
besar untuk menderita ulkus peptikum dibandingkan dengan penghasil asam
yang rendah.Tetapi sebagian besar penghasil asam yang tinggi tidak pernah
memiliki ulkus dan beberapa penghasil asam yang rendah memiliki ulkus.
Karena itu jelas terlihat, bahwa terdapat faktor lainnya yang berperan dalam
pembentukan ulkus, selain pengeluaran asam.

Banyak penderita ulkus duodenalis yang memiliki bakteri Helicobacter


pylori dalam lambungnya, dan bakteri ini diduga merupakan penyebab utama
dari ulkus peptikum. Bagaimana peran bakteri dalam terbentuknya suatu ulkus,
masih belum jelas.Bakteri bisa mempengaruhi pertahanan normal terhadap
asam lambung atau menghasilkan racun yang berperan dalam pembentukan
ulkus. Ulkus duodenalis hampir tidak pernah berubah menjadi suatu keganasan
(kanker). Ulkus gastrikum berbeda dengan ulkus duodenalis, yaitu bahwa ulkus
gastrikum cenderung timbul di kemudian hari.Obat-obat tertentu (terutama
aspirin, ibuprofen dan obat anti peradangan non-steroid lainnya), menyebabkan
timbulnya erosi dan ulkus di lambung, terutama pada usia lanjut. Erosi dan
ulkus ini cenderung akan membaik jika pemakaian obat tersebut dihentikan dan
jarang kambuh kembali kecuali jika obat digunakan kembali. Beberapa ulkus
gastrikum yang ganas juga akan membaik secara perlahan, sehingga sulit untuk
membedakannya dari ulkus gastrikum yang jinak.

6
D. Pathofisiologi
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena
jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam
hidroklorida) dan pepsin.Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi dan kerja asam-pepsin, atau berkenaan dengan penurunan
pertahanan normal dari mukosa.Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi
mukus yang cukup untuk bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
a. Sekresi Lambung
Sekresi lambung, terjadi pada tiga fase yang serupa :
1. Sefalik
Fase sefalik (Psikis), fase pertama ini dimulai dengan ransangan
seperti peradangan, bau, atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor
kortikal serebral yang pada gilirannya, merangsang saraf vagal.Intinya,
makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan mempunyai sedikit efek
pada sekresi lambung.Inilah yang menyebabkan makanan saring secara
konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum.Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring tidak
mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan
ulkus.Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari selama
lambung kosong, adalah iritan yang signifikan.
2. Lambung
Fase lambung, pada fase ini asam lambung akan dilepaskan sebagai
akibat dari ransangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor di dinding
lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon
terhadap distensi lambung oleh makanan.
3. Usus.
Fase usus, makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon
(dianggap menjadi gastrin), yang pada waktunya akan merangsang
sekresi asam lambung.
b. Barier Mukosa Lambung

7
Barier Mukosa Lambung, pada manusia sekresi lambung adalah
campuran mukopolisakarida dan mukoprotein yang disekresi secara
kontinyu melalui kelenjar mucosal. Mukus ini mengabsorpsi pepsin dan
melindungi mukosa terhadap asam.Asam hidroklorida disekresi secara
kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan
hormonal yang dimulai oleh ransangan lambung dan usus. Bila asam
hidroklorida tidak dibuffer dan dinetralisasi, dan bila lapisan luar mukosa
tidak memberikan perlindungan, asam hidroklorida, bersamaan dengan
pepsin, akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan
sebagian kecil permukaan mukosa lambung; kemudian menyebar ke
dalamnya dengan lambat.Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier
mukosa lambung.Barier ini adalah pertahanan utama lambung terhadap
pancernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Faktor lain
yang mempengaruhi pertahanan mukosa adalah suplai darah, keseimbangan
asam-basa, integritas sel mukosal, dan regenerasi epitel.
Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu
dari dua faktor ini:
a. Hipersekresi asam-pepsin
b. Kelemahan barier mukosa lambung
Apapun yang menurunkan produksi mukus lambung atau merusak
mukosa lambung adalah ulserogenik; salisilat dan obat anti-inflamasi
nonsteroid lain, alcohol dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.
3. Sindrom Zollinger-Ellison (Gastrinoma)
Sindrom Zollinger-Ellison (Gastrinoma), dicurigai bila pasien datang
dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi
medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut:
hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma (tumor sel
islet) dalam pankreas. 90% tumor ditemukan dalam “gastric triangle,” yang
mengenai kista dan duktus koledukus, bagian kedua dan ketiga dari
duodenum, dan leher serta korpus pankreas.Kira-kira sepertiga dari
gastrinoma adalah ganas (malignan).

8
Diare dan steatore (lemak yang tidak diserap dalam feses) dapat
ditemui.Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau
hiperplasia dan karenanya dapat menunjukan tanda hiperkalsemia.Keluhan
pasien paling utama adalah nyeri epigastrik.
4. Ulkus Stres
Ulkus stres, adalah adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mucosal
akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh
stres secara fisiologis.Kondisi stres seperti luka bakar, syok, sepsis berat dan
trauma organ multipel dapat menimbulkan ulkus stres.Endoskopi fiberoptik
dalam 24 jam setelah cedera menunjukan erosi dangkal pada lambung;
setelah 72 jam, erosi lambung multipel terlihat.Bila kondisi stres berlanjut,
ulkus meluas.Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya.Pola ini khas pada ulserasi
stres.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab aktual dari ulserasi
mukosa. Biasanya ulserasi mukosa didahului dengan syok; ini menimbulkan
penurunan aliran darah mukosa lambung.Selain itu, sejumlah besar pepsin
dilepaskan.Kombinasi iskemia, asam, dan pepsin menciptakan suasana ideal
untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stres harus dibedakan dari ulkus
cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus
cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat
terjadi pada esofagus, lambung, atau duodenum dan biasanya lebih dalam
dan lebih penetrasi daripada ulkus stres. Ulkus curling sering terlihat kira-
kira 72 jam setelah luka bakar luas.

E. KOMPLIKASI
Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi
lanjut.Tetapi pada beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan
komplikasi yang bisa berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi, perdarahan
dan penyumbatan.
a. Penetrasi.

9
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum
dan sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal
ini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa
dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya di punggung, karena ulkus
duodenalis telah menembus pankreas).Nyeri akan bertambah jika
penderita merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi
keadaan ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
b. Perforasi.
Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa
menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut.
Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan
dengan segera menyebar ke seluruh perut.
Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang
akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam. Perubahan
posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba
untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri.Demam
menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak segera diatasi bisa
terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan segera dan
pemberian antibiotik intravena.

c. Perdarahan.
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari
perdarahan karena ulkus adalah:
1) muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari
makanan yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi.
2) tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.

Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan


tidak dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan
dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus,
agar saluran pencernaan dapat beristirahat.Bila perdarahan hebat atau

10
menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa
menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.

d. Penyumbatan.
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan
parut karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung
lambung atau mempersempit duodenum.Penderita akan mengalami
muntah berulang, dan seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan
yang dimakan beberapa jam sebelumnya
Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan
berkurangnya nafsu makan.Lama-lama muntah bisa menyebabkan
penurunan berat badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan mineral tubuh.
Mengatasi ulkus bisa mengurangi penyumbatan, tetapi penyumbatan yang
berat memerlukan tindakan endoskopik atau pembedahan.

F. Pemeriksaan Penunjang
Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan
beberapa pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena akan kelambung
juga bisa menyebabkan gejala yang sama.
a. Endoskopi
Suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui mulut
dan bias melihat langsung kedalam lambung. Pada pemeriksaan endoskopi,
bias diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi. Keuntungan dari
endoskopi:
1. Lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam duodenum
dan dinding belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan
rontgen
2. Lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan
lambung
3. Bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.
b. Rontgen

11
Dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut barium
swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat
ditemukan dengan endoskopi.
c. Analisa lambung
Merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara langsung
dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bias diukur.Prosedur ini
dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum
dilakukannya pembedahan.
d. Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis
darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus.
Pemeriksaan darah lainnya bias menemukan adanya Helicobacter pylori.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan ulkus peptikum
terdapat beberapa cara, yakni dengan pengobatan medic dan pembedahan.
Pengobatan medic yang biasa dilakukan untuk ulkus peptikum adalah
kombinasi dari:
a. Pengurangan keadaan stress yang bias menyebabkan sekresi asam yang
secara berlebihan.
b. Pemberian obat-obatan antacid untuk menetralkan sebagian besar asam di
dalam sekresi lambung.
c. Pemberian obat simetidin yang menghambat kerja gastrin dalam
merangsang sekresi getah lambung.
d. Memberikan diet lunak dan kadang-kadang makanan dalam porsi kecil
berkali-kali dalam sehari dari pada tiga kali sehari (walau ini belum terbukti
bahwa penyebaran makanan seperti ini benar-benar efektif).
e. Larangan merokok, karena penelitian statistic telah memperlihatkan bahwa
perokok beberapa kali lebih cenderung menderita ulkus peptikum dari pada
yang bukan perokok.
f. Menghilangkan factor-faktor yang menyebabkan tukak seperti alcohol,
aspirin atau zat lain yang bias mengiritasi mukosa saluran pencernaan.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TUKAK LAMBUNG/
ULKUS PEPTIKUM

Seorang pasien atas nama Ny.W datang di RSUD Daya Makassar pada tanggal
16 mei 2019 pukul 15.00 WITA dengan keluhan nyeri perut, nyeri tumpul seperti
tertusuk dan seperti terbakar di epigastrium tengah. Nyeri bertambah 2 jam setelah
makan dan setelah aktifitas. Skala nyeri berada pada skala10 menurut (smeltzer,
S.C bare B.G). Ny. W juga mengeluh mual dan muntah lebih dari 3 kali. Dengan
TTV : TD :110/70 mmHg S : 385ºC N : 107x/m, Rr : 24 x/m. diketahui
sejak pagi Ny. W belum makan nasi ataupun makanan yang mengandung
karbohidrat hanya minum air putih dan kemudian makan mangga. Tiba-tiba Ny.
W mengeluh sakit perut sekitar pukul 09.00 WITA. Pada jam 14.00 WITA nyeri
bertambah hebat 2 jam setelah Ny. W makan siang.

PENGKAJIAN
No. Register : 012345
Ruang : Melati no. 07
Tgl/Jam MRS : 16 Mei 2019 jam 15.00 WITA
Tgl/Jam Pengkajian : 16 Mei 2019 jam 17.00 WITA
Diagnosa Medis : Ulkus Peptikum/ tukak lambung

1. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : Ny. “W”
Umur : 35 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis /Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : JL. Bulurokeng Makassar

13
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. “A”
Umur : 41 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Hub. dg pasien : Suami
Alamat : Jl. Bulurokeng Makassar

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut di bagian ulu hati.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Ny. W datang di RSUD Daya Makassar pada tanggal 16 Mei 2019
pukul 15.00 WITA dengan keluhan nyeri perut, nyeri tumpul seperti
tertusuk dan seperti terbakar di epigastrium tengah. Nyeri bertambah 2 jam
setelah makan dan setelah aktifitas. Skala nyeri berada pada
skala10 menurut (smeltzer, S.C bare B.G). Pasien juga mengeluh mual dan
muntah lebih dari 3 kali. Dengan TTV : TD :110/70 mmHg S : 385ºC N
: 107x/m, Rr : 24 x/m.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya memang mempunyai penyakit maag atau
gastritis.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit yang menurun
atau pun menular.

3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


a. Nutrisi
Di Rumah: Pasien makan 2x sehari dengan lauk dan sayur, dengan porsi sedang.
Pasien minum ± 700 cc perhari.
Di RS : Pasien mengatakan makan 3x sehari dg porsi 3 sdm.
Pasien mengatakan minum ±500 cc (air hangat) perhari.
b. Eliminasi

14
Di Rumah: Pasien mengatakan BAB 1x sehari, tidak ada darah, lendir, konstipasi lembek
Pasien mengatakan BAK ±6x sehari warna urine kuning jernih.
Di RS : Pasien mengatakan mengalami konstipasi (sembelit) selama 3 hari.
Pasien mengatakan BAK 2-3 sehari, warna urin kuning jernih.
c. Istirahat dan Tidur
Di Pasien tidur ± 8-9 jam perhari. Mulai jam 21.00 WITA
Rumah: sampai 04.00 WITA
Di RS : Pasien tidur ± 5-7 jam perhari. Mulai jam 22.00 WITA
sampai 05.00 WITA
d. Aktivitas Fisik
Di Pasien menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal,
Rumah: yaitu bekerja disebuah perusahaan swasta dan sebagai ibu
rumah tangga.
Di RS : Pasien berbaring lemah di tempat tidur.
e. Personal Hygiene
Di Pasien mampu membersihkan diri sendiri secara mandiri,
Rumah: mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, cuci rambut 2 hari
sekali.
Di RS : Pasien diseka 2x sehari, gosok gigi 2x sehari dibantu oleh
keluarga.
f. Ketergantungan
Di Pasien mengatakan tidak mempunyai ketergantungan.
Rumah:
Di RS : Pasien mengatakan tidak mempunyai ketergantungan.

4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Emosi pasien stabil
b. Konsep Diri
Body Image : Pasien menyukai anggota tubuhnya dan bersyukur
kepada Allah diberi tubuh yang normal.
Self Ideal : Pasien mengatakan sudah diperlakukan dengan
baik oleh perawat dan dokter.
Self Esteem : Pasien merasa senang karena mendapat perhatian

15
dari keluarga.
Self Performance : Pasien merasa badannya lemas, nyeri perut.
Self Identity : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan wanita
karir di sebuah perusahaan swasta. Pasien berumur
35 th.
Role : Aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan
wanita karir.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien kurang
b. Kesadaran
Composmentis, GCS 4-4-4
c. Tanda-tanda Vital
TD :110/70 mmHg S : 385ºC BB awal : 58 kg
N : 107x/m Rr : 24 x/m BB skrg : 54 kg
d. Kepala
Wajah : Wajah pasien simetris, tidak ada lesi, pipi tirus.
Rambut : Rambut hitam pendek, tidak ada lesi dan kotoran.
Mata : Posisi simetris kanan dan kiri, pupiol isokhor, fungsi
penglihatan baik.
Hidung : Simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret dan lesi, fungsi
penciuman baik.
Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen.
Mulut : Simetris, mukosa bibir kering.
e. Leher
Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran tyroid dan vena jugularis.
f. Dada Thorax
Inspeksi : normal, simetris, tidak ada lesi.
Palpasi : normal, tidak ada benjolan.
Perkusi : paru-paru kanan dan kiri sonor.
Auskultasi : S1S2 tunggal (jantung).
Tidak ada wheezing, ronchi (paru-paru).

16
g. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris.
Auskultasi : terdapat bising usus 10 x/m
Palpasi : nyeri tekan di epigastrium.
Perkusi : tympani.
h. Ekstremitas
Atas : Tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, akral hangat,
sendi bisa digerakkan normal.
Bawah : Kaki kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, akral hangat,
sendi bisa digerakkan normal.
i. Genetalia
Tidak terkaji.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada tanggal 16 Mei 2019 dilakukan tes laboratorium dengan hasil sbb :
Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui
pemeriksaan radiogram dengan barium.

7. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN


Tangga 16 mei 2019
Antasida
Cairan RL 11 tpm
Penatalaksanaan Diit
Antikolinergik
Penghambat H²(Simetidin,ranitidin,famotidin)
Istirahat Secara Fisik dan Emosi

ANALISA DATA
Nama : Ny. “W” Ruang : Melati no. 07
Umur : 35 th No. Reg : 012345

17
No. Tanggal/Jam Data Etiologi Masalah
1. 16 Mei 2019 DS : Gangguanrasa
Peningkatan
· Pasien nyaman
Asam
mengatakanperutnya (nyeri)
Lambung
seperti terbakar di
epigastrium tengah.
· DO : Mukosa
· Keadaan umum pasien Lambung
kurang terkikis oleh
· Skala nyeri berada
pada skala nyeri 10 Asam
(smeltzer, S.C bare Lambung
B.G)
· Nadi 107 x/menit
Nyeri
Abdomen

Gangguan
Rasa Nyaman
Nyeri
2. 16 Mei 2019 DS : Gangguan
Peningkatan
· Pasien mengatakan kebutuhan
Asam
mual dan muntah lebih nutrisi kurang
Lambung
dari 3 kali sehari terpenuhi
DO :
· Keadaan umum pasien Nyeri
kurang Abdomen
· Makanan pasien tidak
pernah habis
· BB awal : 58 kg Anoreksia
· BB MRS : 54 kg
· GCS : 4 4 4 Gangguan
Kebutuhan
Nutrisi
3. 17 Mei 2019 DS : Perforasi Resiko Iinfeksi

18
- Lambung

DO :
Penonjolan besar
berbentuk nodular pada
kurvatura minor
lambung melalui
pemeriksaan radiogram
dengan barium.
TTV
S : 38.5 0 C
Nadi : 107x/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. “W” Ruang : Melati no. 7
Umur : 35th No. Reg : 012345

No. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan asam lambung
DS :
· Pasien mengatakan perutnya seperti terbakar di epigastrium tengah atau di punggung.

· DO :
· Keadaan umum pasien kurang
· GCS 4-4-4
· Skala nyeri berada pada skala nyeri 10 (smeltzer, S.C bare B.G)
· Nadi 107 x/m
2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
DS :
Pasien mengatakan mual dan muntah lebih dari 3 kali
DO :
· Keadaan umum pasien kurang
· GCS : 4-4-4
· Makanan pasien tidak pernah habis

19
· BB awal : 58 kg
· BB MRS : 54 kg

3. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi lambung


DS :
-
DO :
Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui pemeriksaan
radiogram dengan barium.

RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. “W” Ruang : Melati no. 7
Umur : 35 th No. Reg : 012345

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa Dalam waktu 1. Kaji intensitas, 1. Mengetahui intensitas, durasi,
nyaman 1x24 jam nyeri durasi, dan dan frekuensi nyeri.
(nyeri) b/d berkurang. frekuensi nyeri. 2. Relaksasi
peningkatan Kriteria : 2. Beri teknik distraksi Untuk melenturkan otot-otot
asam lambung.
· Pasien tidak dan relaksasi. yang kaku.
mengeluh nyeri. Distraksi
· Pasien dapat Untuk mengalihkan perhatian
beristirahat 3. Beri posisi yang dari rasa nyeri.
dengan tenang. nyaman. 3. Posisi duduk yang nyaman
4. Memberi wawasan dapat mengurangi nyeri.
tentang 4. Menambah wawasan.
penyakitnya.
5. Obs. TTV
5. Mengetahui TTV.
6. Kolaborasi dengan 6. Pemberian diit yang adekuat.
tim gizi.
2. Gangguan Dalam waktu 1. Mempertahankan 1. Mempertahankan BHSP.
pemenuhan 1x24 jam BHSP. 2. Dapat meningkatkan

20
nutrisi kurang kebutuhan nutrisi
2. Memberi makanan pemasukan dalam lambung.
dari kebutuhan terpenuhi. porsi sedikit tapi 3. Dapat meningkatkan nafsu
b/d anoreksia Jangka Pendek : sering. makan.
· Pasien terlihat 3. Berikan makanan 4. Intake cairan P.O terpenuhi.
segar. selagi hangat.
· Pasien tidak 4. Anjurkan pasien 5. Menambah pengetahuan
mual atau untuk minum 8 pasien.
muntah. gelas perhari. 6. Mengetahui TTV.
Jangka Panjang 5.
: Berikan informasi 7. Pemberian diit yang adekuat.
· BB ideal nutrisi adekuat. 7. Meningkatkan status kesehatan
· Nafsu makan 6. ObservasiTTV pasien.Meningkatkan status
normal. 7. Kolaborasi dengan kesehatan pasien.
tim gizi.
3. Resiko infeksi Dalam waktu 1. Anjurkan pasien 1. Makan makanan yang dapat
b/d perforasi 2x24 jam infeksi untuk tidak makan mengiritasi lambung bisa
lambung bida teratasi makanan yang dapat menambah keparahan infeksi.
sebagian. mengiritasi lapisan
lambung
2. Berikan jadwal
minum sedikit tapi 2. Mengurangi dorongan yang
sering. berat sehingga memperberat
3. Ajarkan klien ulkus.
tentang manfaat
minum 3. Meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran pasien.

EVALUASI
Nama : Ny. “W” Ruang : Melati no. 07
Umur : 35 th No. Reg : 012345

No. Tanggal/Jam Evaluasi


1. 16 Mei 2019/ S : pasien merasa nyeri perut sedikit berkurang.
14.00 DO : keadaan umum cukup.

21
Skala nyeri menjadi skala nyeri 7.
TTV :
· TD : 110/80 mmHg
· S : 37ºC
· N : 88 x/m
· RR : 22 x/m
BB awal : 58 kg
BB skrg : 54 kg
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Motivasi pasien untuk makan dan minum cukup.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi dengan tim dokter.
2. 16 Mei 2019S : pasien mengatakan mual dan muntah sedikit berkurang.
14.00 DO : keadaan umum cukup
Mukosa bibir kering
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Motivasi pasien untuk makan dan minum cukup.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi dengan tim dokter.
3. 17 Mei 2019S : pasien mengatakan mual dan muntah sudah berkurang
14.00 Pasien mengatakan nyeri perut sebelah kanan atas.
O : keadaan umum cukup
Pembesaran hepar
Sklera mata dan wajah ikterus
Urine seperti teh
TTV :
· TD : 130/80 mmHg
· S : 36ºC
· N : 80 x/m
· Rr : 20 x/m
A : Masalah mual dan muntah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :

22
1. Motivasi pasien untuk makan dan minum cukup.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi dengan tim dokter.

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ulkus pepikum adalah putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas
sampai dibawah epitel.Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai kebawah
epitel disebut erosi, walaupun sering disebut juga sebagai ulkus.Ulkus kronik
berbeda dengan ulkus kronik karena memiliki jaringan parut pada dasar
ulkus.
Banyak pasien ulkus peptikum ditemukan menderita infeksi kronis pada
bagian ujung mukosa lambung dan bagian wala mukosa duodenum akibat
infeksi yang paling sering disebabkan oleh bakteri Hlicobacterpylori.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat semoga makalah sederhana ini dapat
menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.Makalah ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan
keperawatan.

24
25

Anda mungkin juga menyukai