Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU


(SPGDT)

Disusun oleh :
Kelompok: 3

ADISTY FERIANI
APRILLIA DHEANA PUTRI
ARENA IRAWAN
DIAN RESTUTI
FADHILLAH ELKHUSNA
INTAN PERMATA SARI
MIA YUNITA
RANI PUTRI ANDESCO
SAFADILLA UMMIA YOLANDA
SHAFIRA HASANAH
YUMIKO PASTIKA

STIKes MERCUBAKTI JAYA PADANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya-lah
kami berhasil menyelesaikan menyusun makalah ini.
Makalah ini semoga bisa menjadi refrensi bagi mahasiswa lain untuk belajar
tentang Sistem Penaggulangan Gawat Terpadu (SPGD).
Semoga makalah ini dapat dipergunakan dan membantu mahasiswa dalam
memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuannya.Penulis menyadari bahwa
walaupun telah berusaha sekuat tenaga untuk mencurahkan segala tenaga dan pikiran
dan kemampuan yang dimiliki.Tapi tetap saja makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam
penyusunannya.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik yang sifatnya
membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam maklah kami.
Atas bantuan pembaca yang telah memberikan kritik dan saran, kami
mengucapkan terima kasih banyak.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Pengertian ....................................................................................................... 3
B. SPGDT dibagi menjadi .................................................................................. 4
C. Pendahuluan dan Rencana Uraian Tugas ....................................................... 5
D. Perlunya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ........................... 6
E. Gerakan Safe Community .............................................................................. 7
F. 3 Subsistem yaitu pra RS, RS dan antar RS ................................................... 10
Sistem Laporan.................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16
Kesimpulan ........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam manajemen bencana ada dua kegiatan besar yang dilakukan: Pertama;
pada saat sebelum bencana (pre event) berupa kesiapsiagaan menghadapi
bencana (disaster preparednes).dan pengurangan resiko bencana (disaster mitigation),
Kedua; kegiatan tanggap bencana (emergency response) dan kegiatan pemulihan
akibat bencana (disaster recovery).
Berdasar realitas, kita selama ini banyak melakukan kegiatan pasca bencana
berupa kegiatan tanggap darurat dan pemulihan (recovery) akibat bencana, tapi sangat
sedikit sekali perhatian terhadap kegiatan untuk kesiapsiagaan pra bencana dan
pengurangan resiko bencana. Kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai
bagian dari kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana adalah : Kegiatan
pendidikan kesadaran bencana (disaster awareness), Pelatihan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat, Penyiapan Teknologi Tahan/Siaga Bencana, Membangun
Sistem Sosial yang tanggap bencana dan Perumusan Kebijakan Penanggulangan
Bencana secara komprehensif dan terpadu.
Kegiatan-Kegiatan diatas tersebut tentunya harus melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dan salah satu pihak tersebut adalah masyarakat di lingkungan yang
rawan bencana. Termasuk di dalam masyarakat adalah komunitas tenaga medis dan
paramedis yang menjadi bagian masyarakat. Karena mereka paham bagaimana
menyiapkan sistem kesiapsiagaan menghadapi bencana dan mereka memiliki bekal
pengetahuan-ketrampilan teknis medis yang bisa didayagunakan dalam
penanggulangan korban gawat darurat pasca bencana
Bencana menjadi tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan
pemerintah maupun swasta. Namun dalam pelaksanaannya menolong korban
haruslah secara tepat dan cepat, selain itu juga diperlukan koordinasi yang bagus.
Diperlukan skill dan pengetahuan yang cukup tentang penanganan pertama disamping
pengetahuan medan bencana serta komunikasi yang terpadu dalam menolong korban
bencana.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu?
2. Apa saja macam-macam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu?
3. Apa saja hal-hal yang diatur khusus dalam Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT)?
4. Apa saja pentingnya mengetahui Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu?
5. Bagaimana pelaksanaan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
dalam Gerakan Safe Community?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu.
b. Untuk mengetahui macam-macam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu.
c. Mempercepat response time dalam memberikan tindakan kegawatdaruratan
dan meningkatkan kualitas pertolongan terhadap korban bencana
d. Mencegah kematian dan kecacatan, sehingga dapat hidup dan berfungsi
kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
e. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
D.Manfaat Penulisan
1. Memberikan informasi pada mahasiswa tentang Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu.

2. Menambah pengetahuan penulis tentang Sistem Penanggulangan Gawat


Darurat Terpadu.

2
3. Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian
atau hal lain yang ada kaitannya dengan Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Merupakan
suatu sistem dimana koordinasi merupakan unsur utama yang bersifat multi sektor
dan harus ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multi disiplin dan multi profesi
untuk melaksanakan dan penyelenggaraan suatu bentuk layanan terpadu bagi
penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan
bencana dan kejadian luar biasa.
Didalam memberikan pelayanan medis SPGDT dibagi menjadi 3 sub sistem yaitu :
sistem pelayanan pra rumah sakit, sistem pelayanan pelayanan di rumah sakit dan
sistem pelayanan antar rumah sakit. Ketiga sub sistem ini tidak dapat di pisahkan satu
sama lain, dan bersifat saling terkait dalam pelaksanaan sistem.

Prinsip SPGDT adalah memberikan pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat, dimana
tujuannya adalah untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan (time saving is
life and limb saving) terutama ini dilakukan sebelum dirujuk ke rumah sakit yang
dituju.

4
B. SPGDT dibagi menjadi :
 SPGDT-S (Sehari-Hari)
 SPGDT-B (Bencana)

 SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait yang
dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit – di Rumah Sakit – antar Rumah Sakit dan
terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup. Meliputi
berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Pra Rumah Sakit
 Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat
 Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita
gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik
 Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam
khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain)
 Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari tempat
kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan)
2. Dalam Rumah Sakit
 Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
 Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
 Pertolongan di ICU/ICCU

3. Antar Rumah Sakit


 Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
 Organisasi dan komunikasi
 SPGDT-B (Bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit
dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada terjadinya
korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari.
Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.

5
Tujuan Khusus :

 Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali
dalam masyarakat sebagaimana mestinya.

 Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih


memadai.

 Menanggulangi korban bencana.


Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :
1. Kecepatan menemukan penderita.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1. Ditempat kejadian.
2. Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit.
3. Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.
Keberhasilan Penanggulangan Pasien Gawat Darurat Tergantung 4 Kecepatan :
1. Kecepatan ditemukan adanya penderita GD
2. kecepatan Dan Respon Petugas
3. Kemampuan dan Kualitas
4. Kecepatan Minta Tolong

C. Pendahuluan dan Rencana Uraian Tugas


Pelayanan kesehatan gawat-darurat : Hak dan kewajiban semua.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan : Tanggung - jawab pemerintah dan
masyarakat
Koordinator : Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Tingkat I dan II.
SPGDT Sehari-hari dan Bencana : Pra RS, RS dan Antar RS.
Rencana Uraian Tugas
a. Penanggung Jawab Tim Ketua : Kepala Bidang Pelayanan Medik Wakil Ketua :
Kepala Instansi Gawat Darurat

6
Bertugas:
 Memberi komando dan mengkoordinir segenap anggota tim.
 Bekerjasama dengan perusahaan terkait membuat sistem komunikasi
dan simulasi bencana industri.
 Sebagai evaluator tim.
b. Penanggung Jawab Medis
Dokter jaga IGD Bertugas :
 Mengidentifikasi awal /triage pasien
 Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
 Menghubungi dokter dari rawat inap maupun dokter jaga IGD (on
call) bila diperlukan bantuan.
c. Koordinator Shift Bertugas :
 Menerima komando dari penanggung jawab tim
 Bersama dokter penanggungjawab medis melakukan Triage pada pasien
d. Tim Paramedis Perawat IGD
Bertugas :
 Membantu dokter menangani pasien sesuai triage.
 Menghubungi perawat on call (ICU dan Rawat Inap) sesuai instruksi
dokter atau koordinator shift.

D. Perlunya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu


Untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan cara penanganan
yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang
berkaitan dengan kesiap-siagaan dan penanggulangan bencana.

Tujuan :
1. Didapatkan kesamaan pola pikir / persepsi tentang SPGDT.
2. Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan kasus gawat darurat
dalam keadaan sehari-hari maupun bencana.

7
 Safe Community, (SC) :
Keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan untuk masyarakat.
Pemerintah dan teknokrat merupakan fasilitator dan pembina.
 SPGDT :
Sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pra RS, RS
dan antar RS. Berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is
life and limb saving, yang melibatkan masyarakat awam umum dan khusus,
petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan komunikasi.
 PSC (Public Safety Center) :
Pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal kegawat-
daruratan, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu
singkat dan dimanapun berada (gabungan dari AGD 118, SAR/PK 113, Polisi
110).
Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra RS.

E. GERAKAN SAFE COMMUNITY

Adalah gerakan agar tercipta masyarakat yang merasa hidup sehat, aman dan
sejahtera dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif himpunan profesi
maupun masyarakat (misal : PSC, Poskesdes dll).

a. Aspek SC :
1. Care : Kerja-sama lintas sektoral non kesehatan dalam menata perilaku dan
lingkungan untuk mempersiapkan, mencegah dan melakukan mitigasi dalam
menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan, dan
kesejahteraan.
2. Cure :Peran utama sektor kesehatan dibantu sektor terkait dalam penanganan
keadaan dan kasus-kasus gawat-darurat.
b. Visi gerakan SC:
1. Menjadi gerakan yang mampu melindungi masyarakat dalam keadaan
darurat sehari-hari dan bencana, maupun atas dampak akibat terjadinya
bencana.

8
2. Terciptanya perilaku masyarakat dan lingkungan untuk menciptakan situasi
sehat dan aman.

c. Misi gerakan SC:


1. Menciptakan gerakan di masyarakat
2. Mendorong kerja-sama lintas sektor-program
3. Mengembangkan standar nasional
4. Mengusahakan dukungan dana dalam rangka pemerataan dan perluasan
jangkauan pelayanan terutama dalam keadaan darurat.
5. Menata sistem pendukung pelayanan diseluruh unit pelayanan kesehatan

d. Nilai dasar SC:


1. Care: pencegahan, penyiagaan dan mitigasi
2. Equity: adanya kebersamaan dari institusi pemerintah, kelompok/organisasi
profesi dan masyarakat.
3. Partnership: menggalang kerja-sama lintas sektor dan masyarakat untuk
mencapai tujuan.
4. Net working: membangun jaring kerja-sama dalam suatu sistem dengan
melibatkan seluruh potensi yang terlibat dalam gerakan SC
5. Sharing: memiliki rasa saling membutuhkan dan kebersamaan dalam
memecahkan segala permasalahan dalam gerakan SC.

e. Maksud Usaha SC:


Memberikan pedoman baku bagi daerah dalam melaksanakan gerakan SC agar
tercipta masyarakat sehat, aman dan sejahtera.
f. Tujuan Usaha SC:
1. Partisipasi masyarakat menata perilaku.
2. SPGDT yang dapat diterapkan.
3. Membangun respons masyarakat melalui pusat pelayanan terpadu dan potensi
penyiagaan fasilitas.
4. Mempercepat response time untuk menghindari kematian dan kecacatan.

9
g. Sasaran Usaha SC:
1. Tingkatkan kesadaran, kemampuan dan kepedulian dalam kewaspadaan dini
kegawat-daruratan.
2. Terlaksananya koordinasi lintas sektor terkait, tergabung dalam satu kesatuan.
3. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai pendukung.
h. Falsafah dan Tujuan SC:
1. Memberikan rasa sehat dan aman dengan melibatkan seluruh potensi,
memanfaatkan kemampuan - fasilitas secara optimal.
2. Merubah perilaku agar mampu menanggulangi kegawat-daruratan sehari-hari.
3. Ada visi, misi, tujuan dan sasaran.
4. Motto ‘time saving is life and limb saving’ dan kemampuan rehabilitasi.

i. Ketentuan organisasi :
1. Didasarkan pada organisasi yang melibatkan multi disiplin dan multi profesi.
2. Memiliki unsur Pimpinan/wakil, sekretaris, bendahara dan anggota.
3. Minimal melibatkan unsur kamtib & SAR. Kemudian unsur keselamatan &
kesehatan kerja karyawan dan humas.
j. Administrasi-Pengelolaan :
1. Ada struktur, uraian tugas, kewenangan dan mekanisme kerja dengan unit
lain.
2. Ada unit kerja terkait.
3. Ada produk hukum : dasar.
4. Ada petunjuk dan informasi untuk jamin kemudahan dan kelancaran dalam
memberikan pelayanan di masyarakat.
5. Ada PSC sebagai unit respons cepat.
k. Staf dan pimpinan :
1. Gerakan SC diselenggarakan oleh seluruh komponen, kepala daerah
menetapkan organisasi ini dengan SK.
2. Organisasi dimaksud adalah PSC yang dibangun disetiap daerah.
3. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang ditetapkan sesuai kebutuhan.

10
l. Fasilitas - Peralatan :
1. Fasilitas harus dapat menjamin efektifitas pelayanan termasuk pelayanan
UGD di RS 24 jam.
2. Sarana dan prasarana, peralatan dan obat sesuai dengan standard
3. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi termasuk
ambulans dan keselamatan kerja.
m. Kebijakan & prosedur :
1. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.
2. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra RS, RS dan rujukan,
termasuk Hospital disaster plan
3. Ditetapkan ada PSC ditiap daerah dan perhatikan keselamatan kerja dan
kegawat-daruratan sehari-hari.
n. Spgdt :
Secara Umum: Sistem koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor), didukung
berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk selenggarakan
pelayanan terpadu penderita gawat-darurat, dalam keadaan bencana maupun sehari-
hari.

F. 3 Subsistem yaitu pra RS, RS dan antar RS.


 SISTEM PRA RS
Sistem Pra RS Sehari-hari :
1. PSC, Poskesdes. Didirikan masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda.
2. BSB. Unit khusus pra RS. Pengorganisasian dijajaran kesehatan.
3. Pelayanan Ambulans. Koordinasi dengan memanfaatkan ambulans setempat.
4. Komunikasi. Koordinasi jejaring informasi.
5. Pembinaan. Pelatihan peningkatan kemampuan.
Sistem Pra RS pada bencana:
1. Koordinasi jadi komando. Efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan
komando
2. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. SDM, fasilitas dan sumber daya lain.
3. Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi.

11
4. Pelaporan, monitoring, evaluasi. Laporan dengan sistematika yang disepakati.
Fase Acute Response:
1. Acute emergency response.
Melaksanakan Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi
definitif.
2. Emergency relief.
Menyediakan makanan minuman, tenda, jamban dll. untuk korban ‘sehat’.
3. Emergency rehabilitation.
Perbaikan jalan, jembatan, sarana dasar lain untuk kelancaran pertolongan.
 SPGDT INTRA RS
1. Sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang
2. Hospital Disaster Plan, bencana dari dalam dan luar RS.
3. Transport intra RS.
4. Pelatihan, simulasi dan koordinasi untuk peningkatan kemampuan SDM.
5. Pembiayaan dengan jumlah cukup.
 SOP Minimal RS :
Sehari-hari dan Bencana (Hosdip, Hospital Diasater Plan) :
1. Kegawatan dengan ancaman kematia
2. True emergency
3. Korban missal
4. Keracunan missal
5. Khusus :
 Perkosaan, KDRT, child abused
 Persalinan Tidak Normal
 Kegawatan diruang rawat
6. Ketentuan :
 Asuransi
 Batasan tindakan medik
 Etika & Hukum
 Pendataan
 Tanggung jawab dokter pada keadaan gawat darurat

12
 SPGDT ANTAR RS
1. Jejaring berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.
2. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS.
3. SIM (Manajemen Sistem Informasi). Untuk menghadapi kompleksitas
permasalahan dalam pelayanan.
4. Koordinasi dalam pelayanan rujukan, diperlukan pemberian informasi
keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan.
Evakuasi :
 Tata cara tertulis. Harus memiliki Peta geomedik
 Kondisi pasien Stabil dan optimal pra dan selama evakuasi hingga
tujuan.
 Kriteria : Fisiologis / Anatomis
 Mekanisme :
 Tahu Tujuan dan Prinsip rujukan.
 ABC stabil,
 Immobilisasi,
 Mekanika mengangkat pasien.
Sarana-prasarana Evakuasi Minimal :
 Alat / Bahan / Obat Bantuan Hidup Dasar
 Cervical collar / splint
 Short serta Long Spine Board
 Wheeled serta Scoop Stretcher
Evakuasi :
Darurat :
1. Lingkungan berbahaya (misal kebakaran).
2. Ancaman jiwa (misal perlu tempat rata dan keras untuk RJP).
3. Prioritas bagi pasien ancaman jiwa
Segera :
1. Ancaman jiwa, perlu penanganan segera.
2. Pertolongan hanya bisa di RS (misal pernafasan tidak adekuat, syok).
3. Lingkungan memperburuk kondisi pasien (hujan, dingin dll).

13
Biasa :
Tanpa ancaman jiwa, namun tetap memerlukan RS
 Hal-Hal Yang Diatur Khusus dalam SPGDT
1. Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan medik dari RS
rujukan.
2. Protap pelayanan gawat-darurat di tempat umum.
3. Pedoman pelaporan Penilaian Awal/Cepat (RAH).

SISTEM LAPORAN

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat berakibat cedera
pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran
lingkungan :

1. Apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan barang / alat atau


aset perusahaan dan kecelakaan yang mengakibatkan cedera yang diderita,
karyawan perusahaan, baik ringan maupun berat, laporkan sesuai kejadian
kepada pengawas K3 (dalam waktu tidak lebih dari 24 jam, dengan
menggunakan formulir laporan kecelakaan kerja)
2. Dokter rumah sakit yang menangani (bila diperlukan), melaporkan keadaan
korban dengan mengisi formulir laporan kecelakaan dan mengirimkan
aslinya ke pengawas K3, tembusan ke bagian personalia perusahaan.
3. Bagian produksi atau bagian lainnya yang berhubungan dengan peralatan
yang mengalami kerusakan tersebut, memberikan laporan atau data kalkulasi
/ perhitungan kerugian dan kerusakan kepada pengawas K3 sebagai data
klaim asuransi
4. Pengawas K3 mengadakan pemeriksaan atas sebab-sebab terjadinya
kecelakaan dan mengambil langkah-langkah pencegahannya. Tindakan
pemeriksaan, bila perlu memanggil karyawan yang berhubungan dengan
kejadian guna mendapatkan keterangan yang seakurat mungkin atas
terjadinya kecelakaan. Dan mengambil langkah-langkah pencegahannya.

14
Tindakan pemeriksaan, bila perlu memanggil karyawan yang berhubungan
dengan kejadian, guna mendapatkan keterangan yang seakurat mungkin atas
terjadinya kecelakaan.

Tata Cara Pelaksanaan

1. Apabila terjadi kecelakaan disuatu unit kerja, maka karyawan yang


mengetahui kejadian tersebut memberikan pertolongan pertama pada korban
(P3K) bila diperlukan.
2. Karyawan lainnya yang mengetahui kejadian segera menghubungi pimpinan
untuk memberitahukan perihal terjadinya kecelakaan dan petugas yang pada
saat itu ada, untuk mendapatkan pertolongan selanjutnya, membawa korban
ke unit gawat darurat rumah sakit, bila diperlukan.
3. Melaporkan kejadian kecelakaan yang sesuai secara singkat dengan
menyebutkan lokasi kejadian serta peristiwa terjadinya dengan jelas
4. Atasan korban melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada pengawas
K3 (dengan menggunakan formulir laporan kecelakaan dalam waktu tidak
lebih dari 24 jam)
5. Dokter rumah sakit yang menangani korban (bila diperlukan) mengisi
formulir laporan kecelakaan dengan menyebutkan keadaan korban dan
mengirimkannya ke pengawas K3 Perusahaan.
6. Petugas K3 dan atasan korban meneliti sebab-sebab kecelakaan dan
menentukan langkah-langkah pencegahan agar kecelakaan yang serupa tidak
terulang lagi dikemudian hari.
7. Setelah penderita sembuh dan tidak lagi dirawat di rumah sakit, dokter rumah
sakit yang menangani (bila diperlukan) mengirimkan laporan sembuh dengan
menjelaskan tentang prosentase cacat dari korban ataupun lainnya kepada
pengawas K3 dan bagian personalia untuk penyelesaian korban
8. Bila korban meninggal dunia, maka dokter rumah sakit yang menangani
mengeluarkan surat keterangan kematian dan mengirimkan ke bagian

15
personalian segera menyelesaikan segala urusan administrasi korban tersebut
serta memberitahukan kepada pihak keluarga korban.
9. Bila kecelakaan menimpa seorang karyawan diluar kawasan maupun
lingkungan perusahaan, maka karyawan lain atau pihak keluarga yang
mengetahui kejadian itu segera memberitahu hal tersebut kepada pihak
perusahaan.

16
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) merupakan penanganan
awal dan pertolongan pertama sebelum korban dibawa ke Rumah Sakit dan mendapatkan
penanganan medis lanjutan, misalnya pada saat terjadi bencana alam. Salah satu hal
penting yang perlu ada pada saat terjadi bencana alam yaitu posko kesehatan, dimana
penderita gawat darurat atau korban dapat ditangani pada posko kesehatan ini.SPGDT
terdiri dari unsur, pelayanan pra rumah sakit, pelayanan di rumah sakit dan antar rumah
sakit.
SPGDT dibagi atas SPGDT-S dan SPGDT-B. SPGDT bertujuan yang intinya untuk
mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, sehingga diperlukan cara penanganan
yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur).
2. Saran
Diharapkan semua orang akan mempunyai kesiapan dalam upaya penyelamatan dan
mengurangi dampak kesehatan yang buruk apabila terjadi bencana.

17
DAFTAR PUSTAKA

Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life


Support (GELS): Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan
ketiga. Dirjen Bina Yanmed Depkes RI, 2006.
Tanggap Darurat Bencana (Safe Community modul 4). Depkes RI, 2006.

18

Anda mungkin juga menyukai