OLEH :
KELOMPOK 4
ADISTY FERIANI
DIAN RESTUTI
NUSRAT AHMATUL ISRA
YUMIKO PASTIKA
3A
S1 KEPERAWATAN
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmatnya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “LUKA BAKAR” tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
Penyusun sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuaan,
pengetahuaan dan wawasan yang dimiliki sehingga penyusun membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun dalam penyusunan makalah ini.
Terimah kasih kepada pembimbing,teman-teman,serta pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini,semoga berguna bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 4
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………… 5
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat
memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera
oleh sebab lain Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka
bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak
langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (
Sjamsuhidajat, 2005 ).
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya
pada saat yang tepa diharapkan akan dapa menurunkan sekecil mungkin angak-angka tersebut
diatas.prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas
pada penderita yang mengalami rauma inhalasi,mempertahankan hemodinamik dalam batas
normal dengan resusitasi cairan,mengetahui dan mengobati penyulit-penulit yang mungkin
terjadi akibat trauma listrik.Mengendalikan suhu tubuh dan menjauhkan atau mengeluarkan
penderita dari lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari penanganan trauma
termal (American College of Surgeon Committee on Trauma, 1997).
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan luka bakar?
2. Bagaimana etiologi luka bakar?
3. Bagaimana penggolongan luka bakar?
4. Bagaimana penanganan luka bakar?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang luka bakar?
6. Bagaimana komplikasi luka bakar?
7. Bagaimana prognosis luka bakar?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan Gambaran
informasi secara garis besar mengenai luka bakar.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian luka bakar
b. Untuk mengetahui etiologi luka bakar
c. Untuk mengetahui penggolongan luka bakar
d. Untuk mengetahui penanganan luka bakar
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang luka bakar
f. Unuk mengetahui komplikasi luka bakar
g. Untk mengetahui prognosis luka bakar
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Luka bakar merupakan cedera paling berat yang mengakibatkan permasalahan yang
kompleks, tidak hanya menyebabkan kerusakan kulit namun juga seluruh sistem tubuh
(Nina,2008). Luka bakar adalah trauma yang diakibatkan oleh panas, bahan kimia, arus listrik,
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luas permukaan tubuh
yang terbakar akan mempengaruhi metabolisme dan fungsi sel tubuh dan mengganggu semua
sistem terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar merupakan kondisi terjadinya luka akibat terbakar yang disebabkan oleh panas
yang tinggi, senyawa kimia, kistrik dan pemajanan sinar matahari yang berlebihan. Pengobatan
luka bakar harus dibedakan berdasarkan luasnya. Pada prinsip rule of nine luka bakar dibagi
menjadi beberapa bagian yakni bagian kepala 9%, dada 18%, punggung 18%, anggota gerak atas
18%, paha 18% dan anggota gerak bawah 18%, perineum dan genitalia 1% (Hidayat, 2008).
Adanya luka bakar pada tubuh akan merusak fungsi kulit yakni melindungi tubuh dari
kotoran dan infeksi. Apabila banyak permukaan tubuh yang terbakar, maka dapat mengancam
jiwa seseorang karena adanya kerusakan pembuluh darah, ketidakseimbangan elektrolit dan suhu
tubuh, gangguan pernapasan serta fungsi saraf (Adibah & Winasis,2014 dalam Sari,2015).
Luka bakar yang luas dapat menyebabkan shock. Hal ini terjadi karena cairan tubuh sebagian
besar dikirim ke daerah yang terbakar sehingga volume darah yang dialirkan ke otak dan jantung
berkurang. Shock pada anak-anak dapat terjadi jika luka bakar seluas 10%, sedangkan pada
orang dewasa seluas 20% (Mohamad,2005).
B. ANATOMI FISIOLOGI
A. Anatomi Kulit
I. Lapisan kulit
a. Epidermis
1. Stratum korneum
Berlapis lapis sel tanduk (keratin)
Sel gepeng kering tak berinti
Makin keluar makin tipis dan terlepas untuk digantikan lapisan dibawahnya
Hampir tidak mengandung air dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air
Protoplasmanya berubah menjadi keratin.
2. Stratum lusidum
Langsung dibawah stratum korneum
Protoplasma berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan terdiri dari sel yang gepeng dan bening
Sel tak keliahatan karena bening sehingga membentuk satu kesatuan lapisan yang
bening
Lihat pada telapak tangan dan kaki
3. Stratum granulosum (keratohialin)
Terdiri 2 – 3 lapisan sel yang agak gepeng dengan inti ditengah
citoplasmanya berisi butiran (granula) KERATOHIALIN.
Lapisan ini berfungsi untuk menghalangi benda asing, kuman, dan bahan kimia
masuk ke dalam tubuh.
Diniding mucosa tidak mempunyai lapisan ini
4. Stratum spinosum
Terdiri dari banyak lapisam sel yang berbentuk kubus dan poligonal yg besarnya
berbeda2 krn proses mitosis, inti ditengah.
Diantara sel terdpt intreceluler bridges, brlekatan membentuk nodulus Bizzozero
Sitoplasmanya berisi berkas serat yang terpaut pada dermosom (jembatan sel)
Masing sel terikat kuat melalui serat-serat
Bentuknya tebal dan kuat terdapat pada bagian tubuh yang sering bersentuhan atau
menahan tekanan seperti tumit, telapak kaki.
Berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan
5. Stratum basale
Terdiri dr sel berbentuk kubus (kolumner)
Tersusun vertikal pd berbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar.
Mrpkan lapisan epidermis yg paling bawah yang reproduktif
Terdiri 2 lapis :
i. Sel dg protoplasma basofilik inti lonjong, dan besar.
ii. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clearcell, berwarna muda, dg
cytoplasma basofilik, berinti gelap dan mengandung PIGMEN
(melanosomes).
b. Dermis
Lapisan dermis ini menyatu dengan lapisan subkutis (hipodermis) dengan ketebalan
0,5 – 3 mm. lapisan dermis memiliki sifat ulet, elastis, berguna untuk melindungi bagian
yang lebih dalam . Terdiri dari serat-serat kalogen, serabut-serabut elastis , bersama
pembuluh darah dan pembuluh getah bening anyaman yang memberi perdarahan untuk kulit .
lapisan dermis terdiri dari :
1. Dermis pars papilaris
Pars papilaris mengandung lekuk-lekuk dan membentuk lapisan spongiosum (bunga
karang)
Berperan dalam peremajaan dan penggandaan unsur kulit.
Menonjol kearah epidermis.
Berisi serabut syaraf dan pembuluh darah.
2. Dermis pars retikularis
Pars retikularis mengandung jaringan ikat rapat.
Unsur sel dalam dermis adalah fibroblas, makrofag dan sel lemak berkelompok dan
jaringan berpigmen
Terdapat juga sel otot musculus erektor fili.
Menonjol kearah subcutan, terdiri serabut2 penunjang : kalogen,elastin dan retikulin.
3. Subkutis
Merupakan jaringan ikat longgar dengan komponen serat longgar, elastik dan jaringan
lemak .
Terdiri dari sel2 lemak yang besar dan bulat dengan inti dipinggir.
Mendukung mobilitas kulit diatasnya dengan adanya bantal lemak penikulus adiposa.
Berfungsi sebagai cadangan makanan.
Terdapat arteri, vena, dan anyaman syaraf, dan kelenjar getah bening
B. Fisiologi Kulit
1. Fungsi proteksi
a) Proteksi fisis dan mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.ketebalan lapisan kulit dan
lemak subcutis.
b) Proteksi kimiawi : zat iritan stratum korneum impermeabel, dan lepas secara
teratur.
c) Proteksi terhadap panas: ultra violet melanosit.
d) Proteksi terhadap infeksi keratin impermeabel, lepas secara teratur, pH 5-6,5.
2. Fungsi ekskresi
a) Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat2 sisa metabolisme berupa : NaCl, Urea,
asam urat, amonia.
b) Kulit mengeluarkan (kelenjar sebasea) mengeluarkan sebum yang berfungsi unuk
melicinkan kulit, menahan evaporasi, dan menciptakan keasaman kulit.
3. Fungsi pengatur suhu (termoregulasi)
a) Mengeluarkan keringat, evaporasi, radiasi.
b) Vasokonstriksi vasodwlatasi perifer oleh sistem syaraf simpatis
4. Fungsi pembentuk pigmen
a) Pada stratum basale ; jumlah dan besarnya melanosomes menentukan warna kulit.
b) Warna kulit juga ditentukan oleh kadar Hb, Oksi Hb, dan karoten.
c) Warna kulitjugadipengaruhi tebalnya kulit.
5. Fungsi keratinasi
Epidermis terdiri dari keratinosit, sel langerhans dan melanosit. Keratinosit terus
bergerak keatas dan berubah bentuknya menjadi spinosum granulosum keratin ;
proses ini berjalan terus seumur hidup.
6. Fungsi pembnetukan vitamin D
Mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
7. Fungsi persepsi sensori/ perabaan
Kulit mempunyai ujung2 serabut saraf pada dermis dan subkutis:
a) panas BADAN RUFFINI dermis dan subkutis.
b) Dingin BADAN KRAUSE dermis.
c) Taktil /rabaan BADAN MEISNER papila dermis dan BADAN MARKEL
RANVIER epidermis.
d) Tekanan BADAN VATER PACCINI epidermis.
8. Fungsi absorbs
a) Kulit yang sehat tidak menyerap air, larutan atau benda padat, tapi hanya cairan yang
mudah diserap, mudah menguap dan yang larut dalam lemak.
b) Permeabilitas kulit terhadap O2 dan CO2 serta uap air memungkinkan kulit berperan
proses respirasi jaringan.
c) Absorbsi diserap lebih banyak dari sel2 epidermis daripada saluran2 kelenjar
C. ETIOLOGI
Luka bakar termal, tipe yang paling sering ditemukan, secara umum terjadi karena :
a. Trauma cairan panas
b. Radiasi
c. Kecelakaan kendaraaan
d. Elektrik/petir
e. Kebakaran
f. Menggunakan bensin dengan cara yang salah
g. Cedera melepuh dan kecelakaan di dapur (seperti anak memanjat kompor gas atau
mememgang alat strika yang panas)
h. Pemakaian barang yang terbakar
Luka bakar kimia disebabkan senyawa yang asam, alkali atau merupakan vesikan (zat yang
menimbulkan lepuhan)yang mengenai tubuh korban karena kontak, terminum, terhirup
(inhalasi), atau terkena suntikkan.
Luka bakar listrik biasanya terjadi karena kontak dengan kawat listrik yang menggandung
arus listrik atau dengan sumber arus listrik tegangan tinggi. Kadang-kadang lika bakar listrik
terjadi pada anak-anak yang menggigit kabel listrik
Luka bakar gesekan atau ekskoriasi terjadi ketika kulit mengalami gesekan hebat dengan
permukaan yang kasar.
Luka bakar karena sengatan matahari (sunburn) terjadi katika seseorang terpajan cahaya
matahari secara berlebihan.
D. KLASIFIKASI
a. Klasifikasi luka bakar berdasarkan derajat luka
Terbagi dari bebrapa derajat :
1. Luka dengan derajat pertama
Luka dengan derajat pertama (derajat-satu) menyebabkan cedera setempat atau
destruksi setempat pada kulit (hanya lapisan epidermisnya) akibat kontak langsung
(seperti sengatan matahari). Fungsi barrier (sawar) pada kulit tetap utuh dan luka bakar
jenis ini tidak mengancap hidup korban
2. Luka bakar derajat dua dengan ketebalan parsial-supersial (second-degree superficial
partia-thickness)
Luka bakar ini meliputi destruksi epidermis dan sebagian dermis. Lepuh yang
dindingnya tipis dn berisi cairan terjadi dalam tempo beberapa menit setelah cedera.
Ketika lepuh air pecah, ujung-ujung saraf akan terpajan dengan udara. Karena respons
nyeri dan tektil masih utuh, penanganan luka bakar ini menimbulkan nyeri yang sangat .
fungsi sawar pada kulit sudah hilang pada derajat luka bakar ini
3. Luka bakar derajat dua dengan ketebalan parsial dalam (second-degree deep partial-
thickness)
Luka bakar ini meliputi destruksi epidermis dua dermis yang menimbulkan lepuh
dan edema yang ringan hingga sedang serta rasa nyeri. Folikel rambut masih utuh
sehingga rambut masih dapat tumbuh kembali. Apabila dibandingakan luka bakar
second-degree superficial paertial-thickness maka pada luka bakar ini tidak begitu
terdapat rasa nyeri karena neuron sensoris sudah mengalami destruksi yang luas. Daerah
din sekitar luka bakar sangat sensitive terhadap rasa nyeri. Fungsi sawar pada kulit
menghilang
4. Luka bakar derajat tiga dan empat
Luka bakar ini merupakan luka bakar yang berat dan mengenai setiap sistem serta
organ tubuh. Luka bakar derajat tiga meluas lewat epidermis dan mengenai lapisan
jaringan subkutan. Luka bakar derajat empatmeliputi otot, tulang, dan jringan intertisial.
Dalam waktu beberapa jam saja cairan danprotein berpindah dari kapiler ke ruang
interstisial sehingga terjadi edema. Pada keadaaan ini timbul respons imunologi yang
segera terhadap cedera luka bakar sehingga sepsis akibat luka bakar merupakan ancaman
yang serius. Akhirnya, peningkatan kebutuhan kalori sesudah seseorang mengalami luka
bakar akan meningkatan laju metabolik.
b. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Luasnya
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan namarule
of nine atau rule of wallace yaitu:
1. Kepala dan leher : 9%
2. Lengan masing-masing 9% : 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5. Genetalia/perineum : 1%
c. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Berat Ringannya
1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar.
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada luka bakar dapat ditentukan berdasarkan derajat luka bakar itu
sendiri, diantaranya:
1. Luka Bakar Derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)
Kulit kering, hiperemik berupa eritema
Tidak dijumpai bula
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari
2. Luka Bakar Derajat II:
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Dijumpai bula
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal (Moenadjat, 2001)
Pembentukan scar
Nyeri (Schwarts et al, 1999)
Dibedakan atas 2 (dua) :
a) Derajat II Dangkal (Superficial)
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh. (Moenadjat, 2001)
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada
mulanya tampak seperti luka bakar derajat satu dan mungkin terdiagnosa sebagai
derajat dua superfisial setelah 12 sampai 24 jam.
Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna pink dan basah.
Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3
minggu. (Schwarts et al, 1999)
b) Derajat II Dalam (Deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
besar masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa (Moenadjat,
2001).
Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak berwarna pink dan
putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai darah ke dermis (daerah yang
berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali;
daerah yang berwarna pink mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah).
Jika infeksi dicegah luka bakar akan sembuh dalam 3 sampai 9 minggu. (Schwarts et
al, 1999)
3. Luka Bakar Derajat III (Full Thickness Burn):
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Tidak dijumpai bula
Apendises kuliit rusak
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering, letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan / kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.
F. KOMPLIKASI
a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal.
b. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok
luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
c. Adult Respiratory Distress Syndrome, akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat
gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
d. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik
akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan
lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam
lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau
vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
e. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang
terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine,
perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
f. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak
adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine
g. Kontraktur
G. PATOFISIOLOGI
Sepertiga dari klien-klien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang
berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjadi cedera pulmoner, hipoksia (starvasi
oksigen) dapat dijumpai. Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh klien
akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan repon lokal.
Respon umum yang biasa terjadi pada klien luka bakar >20% adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek repson hipovolemik dan neurologik
serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Semua tingkat respon
imun akan dipengaruhi nsecara merugikan. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan
pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan kadar imunoglobulin serta
komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, dan penurunan jumlah limfosit (limfositopenia).
Imunosupresi membuat klien luka bakar berisiko tinggi untuk mengalami sepsis.
J. PENATALAKSANAAN
1. Luka bakar berat (luka bakar >20% pada dewasa, >10% pada anak)
a. Pantau nadi, TD, suhu, keluaran urin, berikan analgesia adekuat i.v., pertimbangan selang
nasogastric (nasogastric tube, NGT), berikan profilaksis tetanus.
b. Berikan cairan i.v. berdasarkan formula Muir-Barclay: %luka bakar x berat badan dalam
kg/2= satu aliquot cairan. Berikan 6 aliquot cairan selama 36 jam pertama dengan urutan
4, 4, 4, 6, 6,12 jam dari waktu terjadinya luka bakar. Biasanya menggunakan larutan
koloid, albumin atau plasma.
c. Luka akibat terbakar diobati sebagai luka bakar ringan
d. Pertimbangkan untuk merujuk ke pusat luka bakar
2. Luka bakar ringan (luka bakar <20% pada dewasa, <10% pada anak)
a. Terapi terbuka-bersihkan luka dan biarkan terpapar pada lingkungan khusus yang bersih
b. Terapi tertutup-tutup luka dengan kasa yang dibasahi dengan klorheksidin atau silver
sulfadiazine yang ditutup tipis
c. Debridemen eskar dan split skin graft.
3. Pertolongan pertama
Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh,misalnya dengan menyelimuti
dan dan menutup bagian yang terbakar untuk menghen tikan pasukan oksigen pada api yang
menyala.
Singkirkan baju,perhiasaan dan benda-benda lain yang membuat efek torniket,karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedema.Setelah sumber panas di
hilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiram nya dengan air mengalir
selama sekurang kurangnya 15 menit .Akan tetapi,cara ini tidak dapat dipakai untuk luka
bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi.Es tidak seharusnya
4. Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit memnyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah
sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Karena plasma predominan hilang pada 48
jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polistemia terjadi pertama kali.
Oleh sebab itu, pemberin sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali
terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar
dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.
5. Perawatan luka Bakar
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan, selanjutnya
dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantunga pada karakteristik dan ukuran dari luka :
a. luka bakar derajat 1, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan
kulit. Luka seperti ini tidak perlu dibalut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk
mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (
ibuprofen, acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
b. luka bakar derajat 2 (siperfisial), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka
diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi
dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara
yang terbuat dari bahan alami ( xenograf (pig skin) atau allograf (homograf,caveder skin)
atau bahan sintetis (opsite,biobrane,transcyte,integra).
c. luka derajat 2 (dalam) dan luka derajat 3, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit
(early excision and grafting )
6. Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang
normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi
yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah :
1. umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.
2. riwayat penyakit sebelumnya sperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal
danlain-lain.
3. luas derajat luka bakar
4. Suhu dan kelmbabpan ruangan ( mempengaruhi kehilangan panas melalui evaporasi )
5. aktivitas fisik dan fisioterapi
6. penggantian balutan
7. rasa sakit dan kecemasan
8. penggunaan obat-obatan tertentu dan pembedahan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
MRS, dan informasi apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi
selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar
akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatas umur 80 tahun memiliki
penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C)
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien luka bakar/combustion adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena karena iritasi terhadap syaraf. Dalam
pengkajian nyeri harus diperhatikan PQRST. Sesak nafas yang timbul beberapa
jam/hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema
paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
c. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyebab lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama menjalani
perawatan ketika dilakukan pengkajian.
d. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan
alcohol
e. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan
keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan,
serta kemungkinan penyakit
f. Aktifitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
g. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar).
h. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
i. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
j. Makanan/cairan
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
k. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
l. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentararespon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
m. Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
oedemalaringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedemalaringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
n. Keamanan
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengankehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih
dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat
berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
o. Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko infeksi b.d gangguan integritas kulit
b. Kerusakan integritas kulit b.dcedera kimiawi kulit (luka bakar)
c. Gangguan rasa nyaman b.dgejala terkait penyakit
d. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan aktif
e. Gangguan perfusi jaringan b.d. trauma
3. Intevensi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan LB merupakan hal yang komplek dan menantang. Trauma fisik dan psikologis
yang dialami setelah injuri dapat menimbulkan penderitaan baik bagi penderita sendiri
maupn keluarga dan orang lain yang dianggap penting. Anggota yang menjadi kunci dari tim
perawatan luka bakar adalah perawat yang bertanggung jawab untuk membuat perencanaan
perawatan yang bersifat individual yang merefleksikan kondisi klien secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA