PENDAHULUAN
Kata Asma (Asthma) merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“terengah-engah” atau “sulit bernapas”. Lebih dari 2000 tahun lalu, Hippocrates
menggunakan kata Asma untuk menggambarkan sesak napas yang episodik/berulang.
Penyakit Asma menyebabkan pembengkakan dan penyempitan saluran pernapasan yang
membuat pasien susah bernapas.
Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun
dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan
bahwa prevalensi asma bronkial meningkat padaanak maupun dewasa. Prevalensi total asma
bronkial di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi
tersebut sangat bervariasi pada tiap negara dan bahkan perbedaan juga didapat antar daerah di
dalam suatu negara. Prevalensi asma bronkial di berbagai negara sulit dibandingkan, tidak
jelas apakah perbedaan angka tersebut timbul karena adanya perbedaan kritertia diagnosis
atau karena benar-benar terdapat perbedaan.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 025545
Umur : 75th
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
II. ANAMNESIS
Jam : 10.30
2
Keluhan Utama
Keluhan tambahan :
Batuk berdahak
sesak nafas timbul bila os terpapar debu atau udara dingin, namun tidak dipengaruhi oleh
aktivitas, posisi dan emosi, os juga mengeluh sesak nafasnya mengganggu aktivitas dan
tidur, keluhan disertai batuk berdahak, terkadang os juga sering merasa mual, tapi tidak
muntah, BAB dan BAK normal, tidak ada penurunan berat badan yang berarti, kedua
tangan dan kaki tidak kesemutan, os memiliki riwayat asma (+), gastritis (+), riwayat
alergi (+), riwayat DM (-), riwayat hipertensi (-), keringat malam (-), batuk berdarah (-),
suara mengi (+) , nyeri dada (-), tidur menggunakan dua bantal (-), darah(-). demam (-),
Riwayat Kebiasaan
3
Difteri Hepatitis Penyakit prostat
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Suami - - -
Anak-anak - - -
4
VII. Riwayat gizi
Sebelum sakit, os makan tidak teratur empat hingga lima kali sehari dengan
nasi, sayur, tahu, tempe, terkadang telur dan ikan. Jarang mengkonsumsi buah-
buahan. Beberapa hari terakhir sejak sakit nafsu makan pasien menurun, makan
Jumlah/ hari :-
Variasi/ hari :-
Kulit
Lain-lain
Kepala
5
Mata
Sekret Cekung
Telinga
Nyeri Tinitus
Kehilangan pendengaran
Hidung
Sekret Pilek
Epistaksis
Mulut
6
Tenggorokan
Leher
Dada (Jantung/Paru)
- Ortopnoe - Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
Mual Wasir
Stranguri Kolik
7
Poliuri Oliguria
Polaksuria Anuria
Kejang Pingsan
Ekstremitas
Bengkak Deformitas
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : CM
8
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5ºc
Pernapasan : 28 x/m
Berat Badan : 60 kg
Sianosis :-
Edema umum :-
Aspek Kejiwaan
Status generalisata
Kulit
Kepala
9
Mata
Eksolftalmus : - Enoftalmus :-
Telinga
Lubang : - Penyumbatan :-
Serumen : - Perdarahan :-
Hidung
Trauma :-
Nyeri :-
Sekret :-
Mulut
Bibir :- Tonsil :-
Faring :-
10
Leher
Thorax
Bentuk : normal
Jantung
Perkusi
11
PULMO
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) 6kali/menit
12
Ekstremitas
Superior Inferior
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 13,8
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 7.100 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 52 50-70 %
Limposit 40 20-40 %
Monosit 7 2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 4,8
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 50-54 %
Hematokrit 39
Wn: 38-47 %
Trombosit 244.000 159.000-400.000 ul
MCV 88 80-96 fl
MCH 29 27-31 pg
MCHC 32 32-36 g/dl
13
Resume
Tn.T, 75 tahun datang ke IGD RSPBA pada tanggal 13 Desember 2017 dengan keluhan
sesak nafas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas timbul bila pasien terpapar
debu dan udara dingin, keluhan disertai batuk berdahak, lemas, nyeri perut, mual, penurunan
nafsu makan. Keluhan lainnya seperti nyeri kepala yang berat, rasa berputar, muntah,
Sebelumnya pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama. Os mepunyai riwayat
asma sejak ± 12 tahun yang lalu. Terdapat keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
Pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6, tekanan darah : 130/80
mmHg, Nadi 82 x/menit, RR 28 x/menit dan Suhu 36,9 0C. Frekuensi pernafasan meningkat,
Daftar masalah
Anamnesis :
Sesak nafas
Batuk berdahak
Mual , lemas
Pemeriksaan fisik :
TD : 13/80 mmHg
14
RR : 28
Wheezing (+)
Pemeriksaan Lab
13 desember 2017
Hematokrit : 39
DIAGNOSIS
Asma Bronkial
- Bronkitis Kronik
- Emfisema paru
XVII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
O2 3 liter/menit
Tirah baring, hindari pencetus yang dapat memicu timbul sesak
Farmakologis
IVFD RL xx tpm/mikro
Nebu combivent (COMBInasi VENtolin dan IpraTropium Bromide) + NaCL
1cc 2x1
Rantidin 2x1 amp
Ketorolac 2x1 amp
Paracetamol 3x1 tab
Ambroxol syr 3x1c
Omeprazol 1x1 vial
15
Sucralfat 3x1c
Ondancentron 2x1 amp
XVIII. RENCANA PEMERIKSAAN
- Radiologi Thoraks
- Tes prick test kulit
- Pemeriksaan IgE
XIX. PROGNOSIS
16
ANALISIS KASUS
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Ada beberapa hal
yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial :
genetik, alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja.
Ada 2 faktor yang berperan penting untuk terjadinya asma, yaitu faktor genetik dan
lingkungan. Beberapa proses terjadi asma :
a. Sensitisasi, yaitu seseorang dengan resiko genetik dan lingkungan apabila terpajan
dengan pemicu maka akan timbul sensitisasi pada dirinya.
b. Seorang yang telah mengalami sensitisasi belum tentu menjadi asma. Apabila
seseorang yang telah mengalami sensitisasi pada saluran nafasnya. Berhubungan
dengan hipereaktifitas bronkus.
c. Setelah mengalami inflamasi maka bila seseorang terpajan oleh pencetus maka terjadi
serangan asma (mengi)
Pada pasien ini, os telah mengalami asma lebih dari 12 tahun. Dengan gejala sesak
nafas, batuk berdahak, lemas, penurunan nafsu makan, terganggunya aktivitas dan tidur, dan
pada pemeriksaa fisik paru, auskultasi mengi (+).
17
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
18
BAB III
KESIMPULAN
Asma bronchial adalah gangguan fungsi aliran udara paru yang ditandai oleh
kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dengar karakteristik bronkospasme,
hiper sekresimukosa dan infeksi saluran pernafasan.
Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi dari ringan sampai berat
dan dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai
rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja
atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi.
19
20