Anda di halaman 1dari 11

1. Bagaimanakah konsep Business Judment Rules ?

Konsep Business Judment Rules sebagai berikut :


Latar belakang diberlakukannya doktrin ini adalah karena di antara semua pihak
dalam perseroan, sesuai dengan kedudukannya selaku direksi, maka pihak
direksilah yang paling berwenang dan paling profesional untuk memutuskan apa
yang terbaik dilakukan untuk perseroannya, sementara jika karena putusan
bisnis dari direksi terjadi kerugian bagi perseroan, sampai batas
batas tertentu masih dapat ditoleransi mengingat tidak semua bisnis harus
mendapat untung. Dengan kata lain, perseraon harus juga menanggung resiko
bisnis, termasuk resiko kerugian, karena itu direksi tidak dapat tanggung
jawabnya hanya karena alasan salah dalam memutuskanatau hanya karena
alasan kerugian perseroan.
Doktrin business judgement rule berkembang dalam sistem hukum common law,
seperti Inggris, Amerika Serikat, Australia dan lainnya. Doktrin
tersebut merupakan bentuk perlindungn bagi direksi, bahwa melindungi direksi
atas keputusan bisnis yang merupakan transaksi perseroan,
selama hal tersebut dilakukan dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya
dengan penuh kehati-hatian dan itikad baik.
Business Judment Rule memberikan dorongan kepada direksi agar berani
mengambil keputusan serta mengambil resiko dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya mengurus perseroan serta tidak takut dan tidak berhati-hati secara
berlebihan terhadap ancaman yang mengakibatkan direksi bertanggung jawab
secara pribadi atas kerugian perseroan yang mungkin timbul akibat dari tindakan
maupun keputusan bisnis direksi tersebut.
Menurut doktrin Business Judgment Rule ini, hakim dianggap tidak memiliki
keterampilan bisnis, oleh karena itu pengadilan tidak berhak ikut campur
memberikan penilaian terhadap keputusan bisnis yang diambil direksi.
Direksi dianggap telah mengambil keputusan yang tepat sesuaidengan keahlianny
a dan kebiasaan yang terjadi dalam bisnis. Pengadilan hanya dapat turut campur
dalam hal adanya pelanggaran yang dilakukan olehdireksi dalam mengambil
keputusan atau pelaksanaan pengurusan perseroan.
2. Bagaimanakah mekanisme untuk mempailitkan perusahaan ?
Mekanismenya sebagai berikut :
Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Pengadilan Niaga, yang
persyaratannya menurut pasal 2 ayat (1) jo. pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan adalah :
1. ada dua atau lebih kreditor. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang
karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan
"Kreditor" di sini mencakup baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun
kreditor preferen;
2. ada utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Artinya adalah kewajiban
untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah
diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana
diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang
berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau majelis
arbitrase; dan
3. kedua hal tersebut (adanya dua atau lebih kreditor dan adanya utang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih) dapat dibuktikan secara sederhana.
Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan Pengadilan Niaga apabila ketiga
persyaratan tersebut di atas terpenuhi. Namun, apabila salah satu persyaratan di
atas tidak terpenuhi maka permohonan pernyataan pailit akan ditolak.
Selain itu, UU Kepailitan juga mengatur syarat pengajuan pailit terhadap debitor-
debitor tertentu sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5),
sebagai berikut :
 Dalam hal Debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Bank Indonesia.
 Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
 Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana
Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan
publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri
Keuangan.

3. Bagaimanakah ketentuan hukum pembiayaan di Indonesia ?

Ketentuan hukum pembiayaan di Indonesia diatur di dalam Peratura Presiden


Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan.
Dimana di dalam Pasal 1 dijelaskan tentang :
1. Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.
2. Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen,
dan/atau usaha Kartu Kredit.
3. Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha
yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu
Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee Company) untuk
jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui
pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian
atas hasil usaha.
4. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang didirikan
khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada
proyek infrastruktur.
5. Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak
opsi (Finance Lease) maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi (Operating
Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.
6. Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut
pengurusan atas piutang tersebut.
7. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran.
8. Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan pembiayaan untuk
pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.
9. Surat Sanggup Bayar (Promissory Note) adalah surat pernyataan kesanggupan
tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak yang
tercantum dalam surat tersebut atau kepada penggantinya.
10. Menteri adalah Menteri Keuangan.
4. Buatlah uraian salah satu contoh kasus kepailitan dan buatlah pendapat
hukum?
Salah satu contoh kasus kepalitan :
KEPAILITAN PT METRO BATAVIA
Majelis hakim mengamini permohonan pailit kreditor PT Metro Batavia,
operator Batavia Air. Putusan majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta
melalui permohonan pailit yangmengabulkan permohonan yang diajukan
International Lease Finance Corporation, Rabu(30/1). Keputusan untuk
memailitkan maskapai yang dikenal dengan logo Trust Us to Fly ini karena
telah memenuhi syarat-syarat kepailitan. Yaitu adanya utang yang jatuh
tempo dandapat ditagih serta adanya kreditor lain. Syarat ini merujuk pada
Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 8ayat (4)UU No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUPKPU). Perihal utang,
Batavia Air diwajibkan membayar sewa pesawat senilai AS $4.688.064,07,
juga biaya cadangan, dan bunga yang tertuang dalam
Aircraft Lease Agreement tertanggal 20 Desember 2009. Namun, Batavia tak
lagi mampu membayar utang-utang tersebut sejak 2009 lalu dan jatuh tempo
pada 13 Desember 2012.Tak ada kemampuan Batavia disebabkan karena
force majeur yaitu kalah tender pelayanan transportasi ibadah haji dan
umroh.
Hal ini menjadi biang kerok tersendatnya pembayaran. Karena, pesawat yang
disewa tersebut diperuntukkan melayani penumpang yang hendak
melakukan ibadah haji dan umrah ke Mekah-Madinah. Sehingga,
sumber pembayaran sewa pesawat berasal dari pelayanan penumpang yang
melakukan ibadah hajidan umrah. Majelis tak mengalami kesulitan
memutuskan perihal keberadaan utang ini.Soalnya, Batavia Air dengan tegas
mengakui utang-utang tersebut. Alhasil, pengakuantersebut menjadi bukti
yang sempurna di persidangan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal164
HIR.
“Sehingga, utang tersebut tidak perlu dibuktikan lagi,” ucap Ketua Majelis
Hakim Agus Iskandar, Rabu (30/1). Terkait dalil force majeur, majelis hakim
berpendapat klausul tersebut harus dicantumkan dalam perjanjian. Namun,
Batavia Air tidak dapat membuktikan dalil tersebut. Untuk itu, majelis hanya
mempertimbangkan apa yang dapat dibuktikan saja. Selainmemenuhi unsur
utang, Batavia Air juga memiliki utang senilai AS $4.939.166,53 yang jatuh
tempo pada 13 Desember 2012 kepada perusahaan lain, Sierra Leasing
Limited Utang ini juga timbul dari sewa-menyewa pesawat yang dituangkan
ke dalam Aircraft Lease Agreement tertanggal 6 Juli 2009. Lantaran telah
memenuhi syarat-syarat kepailitan, majelis hakim tidak dapat
menolak permohonan pailit tersebut. Atas hal itu, majelis menunjuk Andra R
einhard Sirait, Turman Panggabean, Permata N Daulay, dan Alba Sukmahadi
sebagai tim kurator Batavia Air.Sedangkan posisi hakim pengawas, majelis
sepakat menunjuk Nawawi. Sementara itu, kuasa hukum Batavia Air, Raden
Catur Wibowo menyatakan pikir-pikir duluuntuk mengajukan upaya
hukum, kasasi. Sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) UU KPKPU, Batavia memiliki
waktu selama 8 hari untuk memberikan putusan upaya hukum.
Namun, Catur mengatakan bahwa pihak manajemen Batavia Air menerima
putusan pailit tersebut.Berdasarkan hal tersebut, dengan sangat terpaksa
Batavia Air secara resmi behenti beroperasi. Dan sesuai dengan pasal 24 UU
KPKPU, seluruh urusan Batavia Air akan beralihkepada kurator baik urusan
endorse tiket penumpang, pajak, maupun penyelesaian karyawanBatavia
tepat pada pukul 00 tanggal 31 Januari 2013 ini. Ketika ditanya untuk belajar
dari kasus Telkomsel agar tetap beroperasi, Catur mengatakan bahwa kasus
tersebut berbeda. Pasalnya, industri penerbangan tidak samadengan industri
telekomunikasi. Akibat dari permohonan pailit ini, semua pemilik
pesawattelah menarik pesawat-pesawatnya, Alhasil, Batavia hanya memiliki
14 pesawat yangdiberdayakan. “Dan itu sangat berat hanya mengoperasikan
14 pesawat. Kalau sudah ditarik, apa yang mau kita operasikan,” pungkas
Catur usai persidangan.

5. Bagaimana kedudukan keuangan BUMN ?

Kekayaan negara menjadi sumber negara dan aset negara dalam memenuhi
kebutuhan penyelenggara negara. Semakin tinggi jumlah kekayaan negara maka
semakin tinggi juga tingkat kemampuan negara dalam mengelola berbagai aspek
pembangunan.
Pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan infrastruktur dan beberapa
perusahaan negara (BUMN) yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
dalam pengelolaannya.
Tujuan Badan Usaha Milik Negara tertuang dalam Pasal 2 UU Nomor 19 Tahun
2003 tetang Badan Usaha Milik Negara. Adapun tujuannya berdirinya
BUMN adalah sebagai berikut :
a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
b. Mengejar keuntungan;
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang
banyak;
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta dan koperasi;
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

6. ekayaan negara
menjadi sumber negara
dan aset negara
dalam memenuhi
7. kebutuhan
penyelenggaraan
negara. Semakin
1

tinggi jumlah
kekayaan negara
maka
8. semakin tinggi
juga tingkat
kemampuan negara
dalam mengelola
berbagai aspek
9. pembangunan.
Pembangunan yang
dimaksud adalah
pembangunan
infrastruktur dan
10. beberapa
perusahaan negara
(BUMN) yang
bertujuan untuk
mendapatkan
11. keuntungan
dalam
pengelolaannya. 2

Tujuan Badan Usaha


Milik Negara
tertuang
12. dalam Pasal 2 UU
Nomor 19 Tahun 2003
tetang Badan Usaha
Milik Negara. Adapun
13. tujuannya
berdirinya BUMN
adalah sebagai berikut
a. memberikan
sumbangan bagi
14. perkembangan
perekonomian nasional
pada umumnya dan
penerimaan negara
pada
15. khususnya; b.
mengejar
keuntungan; c.
menyelenggarakan
kemanfaatan umum
16. berupa
penyediaan barang
dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan
memadai bagi
17. pemenuhan hajat
hidup orang banyak; d.
menjadi perintis
kegiatan - kegiatan
usaha
18. yang belum
dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta
dan koperasi; e.
turut aktif
19. memberikan
bimbingan dan
bantuan kepada
pengusaha golongan
ekonomi lemah,
20. koperasi, dan
masyarakat
21. ekayaan negara
menjadi sumber negara
dan aset negara
dalam memenuhi
22. kebutuhan
penyelenggaraan
negara. Semakin
1

tinggi jumlah
kekayaan negara
maka
23. semakin tinggi
juga tingkat
kemampuan negara
dalam mengelola
berbagai aspek
24. pembangunan.
Pembangunan yang
dimaksud adalah
pembangunan
infrastruktur dan
25. beberapa
perusahaan negara
(BUMN) yang
bertujuan untuk
mendapatkan
26. keuntungan
dalam
pengelolaannya. 2

Tujuan Badan Usaha


Milik Negara
tertuang
27. dalam Pasal 2 UU
Nomor 19 Tahun 2003
tetang Badan Usaha
Milik Negara. Adapun
28. tujuannya
berdirinya BUMN
adalah sebagai berikut
a. memberikan
sumbangan bagi
29. perkembangan
perekonomian nasional
pada umumnya dan
penerimaan negara
pada
30. khususnya; b.
mengejar
keuntungan; c.
menyelenggarakan
kemanfaatan umum
31. berupa
penyediaan barang
dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan
memadai bagi
32. pemenuhan hajat
hidup orang banyak; d.
menjadi perintis
kegiatan - kegiatan
usaha
33. yang belum
dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta
dan koperasi; e.
turut aktif
34. memberikan
bimbingan dan
bantuan kepada
pengusaha golongan
ekonomi lemah,
35. koperasi, dan
masyarakat

Anda mungkin juga menyukai