Anda di halaman 1dari 16

BAB III

PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

3.1 Umum

Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada

motor-motor induksi tiga phasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu

mengasut (start) motor induksi kapasitas besar, besar arusnya cenderung melonjak

dengan tinggi sekali, walaupun memakan waktu yangcukup singkat namun kejadian

tersebut akan menimbulkan guncangan-guncangan tegangan pada jaringan listrik.

Guncangan-guncangan tersebut sangat mengganggu stabilitas jaringan listrik secara

keseluruhan, atau dapat pula menyebabkan pemutusan daya (trip) sehingga

menimbulkan kerugian.

Untuk itulah dipikirkan cara-cara untuk melakukan pengasutan motor induksi

secara aman, adapun macam-macam pengasutan yang umum adalah :

1. Pengasutan pada motor induksi tiga phasa

1. Langsung ( DOL)

2. Dengan saklar bintang – segitiga ( Start-Delta)

3. Dengan soft starter

4. Dengan auto trafo

5. Dengan Inverter

29
30

3.2 Metode – Metode Starting Motor

3.2.1 Pengasutan Langsung

Pengasutan langsung ini biasanya dilakukan untuk motor induksi dengan

kapasitas kecil, ataupun dengan pertimbangan besar arus asut yang tinggi dan kejutan

mekanisnya tidak akan mengganggu terhadap jaringan listrik dan mesin itu sendiri.

Gambar 3.1 Pengasutan dengan direct on line (DOL)

3.2.2 Pengasutan denagn saklar bintang-segitiga

Metode pengasutan ini adalah yang paling umum diterapkan untuk motor-motor

induksi tiga phasa yang berkapasitas besar. Pada metode pengasutan ini bertujuan untuk

menghindari adanya kejutan arus asut yang besar.

Pengasutan menggunakan saklar manual bintang segitiga sebuah motor induksi tiga

fasa dihubungkan langsung dengan sumber tegangan tiga fasa menggunakan saklar bintang

segitiga. Pada saat start saklar pada posisi bintang dan pada saat motor telah berputar

maksimum maka saklar segera dipindahkan ke posisi segitiga


31

Gambar 3.2 Pengasutan dengan saklar bintang-segitiga (Start-Delta)

3.3.3 Soft Starter

Soft starter dipergunakan untuk mengatur/ memperhalus start dari elektrik motor.

Prisip kerjanya adalah dengan mengatur tegangan yang masuk ke motor. Pertama-tama

motor hanya diberikan tegangan yang rendah sehingga arus dan torsipun juga rendah.

Pada level ini motor hanya sekedar bergerak perlahan dan tidak menimbulkan kejutan.

Selanjutnya tegangan akan dinaikan secara bertahap sampai ke nominal tegangannya

dan motor akan berputar dengan dengan kondisi RPM yang nominal.

Komponen utama softstarter adalah thyristor dan rangkaian yang mengatur

trigger thyristor. Seperti diketahui, output thyristor dapat di atur via pin gate nya.

Rangkaian tersebut akan mengontrol level tegangan yang akan dikeluarkan oleh

thyristor. Thyristor yang terpasang bisa pada 2 phase atau 3 phase.


32

Selain untuk starting motor, Softstarter juga dilengkapi fitur soft stop. Jadi saat

stop, tegangan juga dikurangi secara perlahan atau tidak dilepaskan begitu saja seperti

pada starter yang menggunakan contactor

Gambar 3.3 Pengasutan dengan soft starter

3.3.4 Pengasutan dengan oto transformer

Berikut ini diagram daya dari pengasutan / starter 3 phasa dengan menggunakan auto

trafo :

Gambar 3.4 Pengasutan dengan auto trafo


33

Pada diagram daya terdapat tiga buah kontaktor K1, K2, dan K3. K1 dan K2

operasi dalam proses pengasutan motor 3 phasa menggunakan auto trafo. Sedangkan K3

operasi pada tegangan kerja motor 3 phasa sesuai dengan name platenya. Jadi yang

harus operasi pertama dari proses pengasutan motor ini adalah K1 dan K2. K1

merupakan supply tegangan dari auto trafo, sedangkan K2 merupakan hubungan belitan

bintang dari auto trafo tersebut. Jika hanya K1 saja yang bekerja tanpa operasi K2 maka

auto trafo tersebut tidak bisa menghasilkan output tegangan karena loop trafo terbuka.

Ketika K1 dan K2 sudah bekerja, maka supply tegangan ke motor 3 phasa bisa

diatur dengan merubah posisi tap trafo secara bertahap. Proses ini sama dengan

menaikan tegangan supply motor tiga phasa secara bertahap sehingga arus asut motor

tiga phasa bisa di redam / tidak terlalu tinggi. Proses perpindahan dari tap auto ini

biasanya dilakukan secara manual oleh operator motor walaupun tidak menutup

kemungkinan jika dirancang otomatis mengenai perpindahan tap auto trafo tersebut.

Auto trafo biasanya memiliki 3 posisi tap untuk setiap phasanya misalkan 80%,

65% dan 50% sehingga karateristik untuk pengasutan motor tiga phasa bisa dilakukan

dengan menyesuaikan dengan kondisi beban. Jika tegangan output auto trafo yang

merupakan supply motor sudah bisa membuat putaran motor kisaran 80% sampai 90%

maka boleh dilakukan manufer perpindahan supply tegangan menjadi tegangan kerja

motor dengan cara membuka kontak dari kontaktor K2. Membukanya kontak dari

kontaktor K2 merupakan syarat bisa di operasikannya kontaktor K3 sebagai supply

tegangan motor sesuai dengan kerjanya. Dan kerja Kontaktor K3 harus otomatis

membuat kontak dari kontaktor K1 menjadi terbuka, sehingga supply tegangan motor

tidak dipengaruhi lagi auto trafo.


34

3.3.5 Inverter

Inverter atau sering disebut juga VSD (Variable Speed Drive) terdiri dari dua

bagian utama yaitu penyarah tegangan AC (50 Hz atau 60 Hz ) ke DC dan bagian kedua

adalah membalikan dari DC ke tegangan AC dengan frequensi yang diinginkan. VSD

memanfaatkan sifat motor sesuai dengan rumus sebagai berikut

RPM = ………………………………………………..… ( Persamaan 3.1)

Dimana : RPM = Kecepatan putaran motor

f = frekuensi

p = jumlah kutub motor

Dengan demikian jika frekuensi motor ditingkatkan maka akan meningkatkan

kecepatan motor, sebaliknya dengan memperkecil frekuensi akan memperlambat

kecepatan motor.

Gambar 3.5 Pengendali frekuensi motor dengan rangkaian inverter


35

Prinsip kerja inverter yang sederhana adalah :

 Tegangan yang masuk dari jala-jala 50 Hz di alirkan ke board rectifier /

penyearah DC, dan di tamping di capasitor bank. Jadi dari AC di jadikan DC.

 Tegangan DC kemudian di alirkan ke board inverter untuk dijadikan AC kembali

dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC komponen utamanya

adalah semiconductor aktif seperti IGBT ( Insulated Gate Bipolar Transistor ).

Dengan menggunakan frekuensi carrier ( bisa sampai 20 kHz ), tegangan DC di

cacah dan dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan.

3.3 Peralatan Kontrol

3.3.1 Kontaktor

Kontaktor juga disebut saklar elektromagnetik, yaitu : “ Saklar yang system

operasinya dengan cara kerja sistem elektromagnetik dan merupakan suatu alat yang

aman untuk penyambungan dan pemutusan secara terus menerus / Continue “.

Fungsi Kontaktor digunakan untuk mengerjakan atau mengoperasikan dengan

seperangkat alat control beban, seperti :

 Penerangan

 Pemanas

 Pengontrolan Motor – motor Listrik

 Pengaman Motor – motor Listrik


36

Pada pengaman motor – motor listrik beban lebih dilakukan secara terpisah.

Kontaktor akan bekerja dengan normal bila diberikan tegangan 85 % sampai 110 % dari

tegangan permukaannya. Sedangkan bila lebih kecil dari 85 % kontaktor akan bergetar

atau bunyi. Jika lebih besar dari 110 % kontaktor akan panas dan terbakar. Kontaktor

mempunyai kontak – kontak UTAMA dan kontak – kontak BANTU yang terdiri dari

 NORMALLY OPEN ( NO )

 NORMALLY CLOSE ( NC )

Gambar 3.6 Kontaktor

3.3.2 Rellay

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan

komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni

Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay

menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga

dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan

lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan
37

50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk

menghantarkan listrik 220V 2A.

Gambar 3.7 Struktur sederhana relay

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah

kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan

Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian

menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO)

sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO).

Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau

tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi

Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi

Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.
38

3.3.3 Time Dellay

Time dellay adalah kontaktor yang digunakan sebagai relay penunda waktu yang

fungsinya untuk memindahkan kerja dari rangkaian pengontrol kerangkaian tertentu

yang bekerja secara otomatis. Misal dari star ke delta secara otomatis. Prinsipnya sama

saja dengan kontaktor, hanya saja memiliki waktu tunda operasi. Kontaktor timer ini

memiliki kontak NO dan juga kontak NC, seperti pada magnetik kontaktor, hanya

bekerjanya berdasarkan delay waktu yang telah ditentukan. Biasanya kontaktor timer ini

disebut timer/TDR.

Gambar 3.8 Time delay relay

On dellay

Timer ini bekerja dari normalnya dengan tunda waktu sesuai dengan setting yang

diberikan. Untuk NO, setelah koil dari kontaktor diberi daya, kontak NO masih tetap

terbuka hingga beberapa waktu tertentu, misalnya 5 detik. Setelah 5 detik, kontak akan

otomatis berubah status dari terbuka (off) menjadi tertutup (on) dan akan tetap tertutup

selama kontaktor mendapat catu daya. Jika catu daya diputus, maka kontaktor akan
39

kembali terbuka. Untuk NC, setelah koil dari relay diberi catu, kontak NC masih tetap

tertutup hingga beberapa waktu tertentu, misalnya 5 detik. Setelah 5 detik, kontak akan

otomatis berubah status dari tertutup (off) menjadi terbuka (on) dan akan tetap terbuka

selama relay mendapat catu daya. Jika catu daya diputus, maka relay akan kembali

tertutup.

Off Dellay

Timer ini bekerjanya berkebalikan dengan timer On Delay, saat kontaktor magnit

mendapat tegangan dan aktif, maka kontak akan langsung aktif juga, namun setelah

tegangan hilang dan kontaktor magnit tidak aktif, maka kontak yang aktif tadi akan

menjadi tidak aktif setelah waktu yang ditentukan.

Untuk NO, setelah koil dari relay diberi catu, kontak NO akan berubah status

menjadi tertutup dan akan tetap tertutup selama koil diberi catu. Saat catu daya diputus,

kontak akan tetap tertutup hingga beberapa waktu tertentu, misalnya 5 detik. Setelah 5

detik, kontak akan otomatis berubah status dari tertutup menjadi terbuka. Untuk NC,

setelah koil dari relay diberi catu, kontak NC akan berubah status menjadi terbuka dan

akan tetap terbuka selama koil diberi catu. Saat catu daya diputus, kontak akan tetap

terbuka hingga beberapa waktu tertentu, misalnya 5 detik. Setelah 5 detik, kontak akan

otomatis berubah status dari terbuka menjadi tertutup.

3.3.4 Lampu Tanda

Lampu tanda di pasang secara parallel dengan peralatan control sehingga kita

dapat menghetahui peralatan mana saja yang bekerja dan tidak bekerja.
40

3.4 Peralatan Pengaman

Tujuan peralatan pengaman pada instalasi listrik adalah untuk melindungi

manusia atau peralatan yang tersambung dengan instalasi jika terjadi arus gangguan

akibat dari keadaan yang tidak normal.

Yang menjadi dasar pertimbangan pengaturan pengaman adalah arus dan waktu

kerja suatu pengaman pada instalasi listrik. Karena itu besarnya arus hubung singkat

baik nilai maksimum maupun minimum arus dihitung untuk menentukan arus

pengaturan. Disamping itu juga waktu yang diperlukan oleh pengaman menanggapi

gangguan juga menentukan.

3.4.1 Fuse

Fuse adalah alat pengaman listrik yang paling familiar dan sering kita jumpai.

Fuse terpasang dalam rangkaiaan listrik tersusun secara seri,sehingga jika terlewati arus

yang melebihi kapasitas kerja dari fuse tersebut, maka fuse akan terbakar dan memutus

arus yang ada dalam rangkaian tersebut. Element penghantar yang terdapat dalam fuse

tersebut akan meleleh, dan memutus rangkaian listrik tersebut sebagai pengaman

terhadap komponen-komponen lain dalam rangkaian listrik tersebut dari bahaya arus

besar. Jikakita dapati fuse yang telah terbakar atau putus elementnya kita harus

menggantinya dengan yang baru, tetapi yang perlu diingat adalah penggantian dengan

kapasitas arus yang sama. Jika menggantinya dengan kapasitas arus yang lebih besar

maka akan berakibat kerusakan pada rangkaian listrik tersebut, karena jika ada arus lebih

dalam rangkaian tersebut, fuse tidak akan putus atau terbakar.


41

Gambar 3.9 Fuse

Jikakita dapati fuse yang telah terbakar atau putus elementnya kita harus

menggantinya dengan yang baru, tetapi yang perlu diingat adalah penggantian dengan

kapasitas arus yang sama. Jika menggantinya dengan kapasitas arus yang lebih besar

maka akan berakibat kerusakan pada rangkaian listrik tersebut, karena jika ada arus lebih

dalam rangkaian tersebut, fuse tidak akan putus atau terbakar.

3.4.2 Thermal Overload

Thermal overload adalah alat pengaman rangkaian dari arus lebih yang

diakibatkan beban yang terlalu besar dengan jalan memutuskan rangkaian ketika arus

yang melebihi setting melewatinya. Thermal overload berfungsi untuk memproteksi

rangkaian listrik dan komponen listrik dari kerusakan karena terjadinya beban lebih.

Gambar 3.10 Thermal overload


42

Thermal overload memproteksi rangkaian pada ketiga fasanya (untuk rangkaian

tiga fasa) baik yang menggunakan sistem bimetal maupun yang menggunakan sistem

elektronik tanpa suplai terpisah (maksudnya thermal overload elektronik ini tidak

membutuhkan sumber daya listrik secara khusus) dan mempunyai sensitifitas terhadap

hilangnya fasa yang bekerja dengan sistem diferensial (tidak langsung trip pada kasus

terjadinya hilang satu fasa), namun apabila dibutuhkan rangkaian untuk trip segera saat

kehilangan satu fasa, maka perlu diperlukan tambahan alat proteksi lain.

Thermal overload ini bisa dipasangkan langsung dengan kontaktornya maupun

terpisah sehingga sangat fleksibel untuk pemasangannya di dalam panel. Pemilihan jenis

thermal overload ditentukan oleh rating/setting arus sesuai dengan arus nominal

rangkaian pada beban penuh dan kelas trip-nya. Untuk pemakaian standar digunakan

kelas trip 10 yaitu thermal overload akan trip pada 7,2 Ir dalam waktu 4 detik.

3.4.3 MCB ( Miniature Circuit Breaker )

Miniatur Circuit Breaker (MCB) memiliki fungsi ganda sebagai pengaman

dimana ia dapat mengamankan peralatan dan instalasi listrik terhadap arus lebih dengan

bimetal dan juga terhadap hubung singkat dengan elektromagnetnya.

MCB di desain dengan fungsi utama untuk :

 Mengamankan beban terhadap arus hubung singkat dan beban lebih

 Membuka dan menutup rangkaian listrik

 Pengaman terhadap kerusakan isolator


43

Gambar 3.11 Bagian – bagian MCB

Keterangan gambar :

1. Batang Bimetal

2. Batang Penekan

3. Tuas Pemutus Kontak

4. Lengan Kontak yang bergerak

5. Pegas Penarik Kontak

6. Trip Koil

7. Batang Pendorong

8. Batang Penarik Kontak

9. Kontak Tetap

10. Kisi Pemadam Busur Api

11. Plat Penahan dan Penyalur Busur Api

MCB dapat dioperasikan atau beroperasi untuk memutuskan rangkaian listrik pada

saat rangkaian tersebut berbeban maupun tidak berbeban. MCB memiliki media
44

peredam bunga api yang timbul pada saat pemutusan rangkaian, terdapat dua jenis

pemutusan rangkaian pada MCB yaitu :

a. Pemutusan Secara Thermal

Pemutusan ini terjadi pada saat terjadi gangguan arus lebih pada rangkaian secara

terus – menerus. Blade (1) akan melengkung akibat pemanasan oleh arus lebih

secara continue pada element bimetal ini. Bengkokan ini akan menggerakan Trip

Lever (2) sampai Release Pawl (3) berubah posisi sehingga Moving Contact Arm (4)

membuka memutuskan rangkaian dengan bantuan Release Spring (5).

b. Pemutusan Secara Elektromagnetik

Ketika hubung singkat terjadi , maka akan mengakibatkan lonjakan arus secara

tiba – tiba yang akan menghidupkan solenoid menarik Plunger (6). Pergerakan itu

menyebabkan mekanisme MCB membuka secara tiba- tiba. Push Road (7) bekerja

mendorong Trip Lever (2) , Plunger Knob (8) menarik Moving Contact Arm (4)

sehingga terlepas dari Fixed Contact (11).

Anda mungkin juga menyukai