Anda di halaman 1dari 12

NAMA:M.

Hadiawan Nur
KELAS:8H
BUKU FIKSI
JUDUL:LASKAR PELANGI
PENGARANG:ANDREA HIRATA
PENERBIT:YOGYAKARTA,BANDUNG PUSTAKA
JUMLAH HALAMAN:529 Halaman
ISI BUKU: Cerita dalam novel ini berawal dari sebuah
tempat di daerah Belitung. Tempat itu adalah Sekolah
Dasar Muhammadiyah yang terletak di Gantung, Beltug
Timur. Ketika itu merupakan detik-detik yang sangat
menegangkan yang di rasakan oleh para anak-anak yang
ingin sekolah di sekolah dasar tersebut.

Kesembilan murid yang sudah daftar diantaranya Lintang,


Ikal, A Kiong, Sahara, Syahdan, Borek, Trapani, dan Kucai
merasa gelisah karena sekolah yang akan mereka tempati
akan ditutup apabila muridnya tidak mencapai 10 orang
murid. sangat cemas karena takut sekolahnya ditutup.
Sekolah dasar Muhammadiyah ini merupakan sekolah
dasar Islam yang paling tua di Belitung, oleh sebab itu
apabila sekolah ini benar-benar ditutup, keluarga yang
pra sejahtera akan kesulitan mencarikan sekolah untuk
anak-anaknya selain di sekolah dasar Muhamdadiyah ini.
Hanya di sekolah dasar inilah anak-anak yang kurang
mampu hanya bisa mengenyam pendidikan sekolah dasar
mereka.

Ketika semua murid dan orang tuanya sudah sangat


gelisah dan cemas, tiba-tiba datanglah Harun, seorang
anak yang memiliki kekurangan mental. Dia menjadi
penyelamat bagi kesembian sahabat dan juga orang
tuanya, karena dengan datangnya Harun jumlah siswa
yang mendaftar di sekolah dasar Muhammadiyah genpa
menjadi 10 orang murid.

Pada akhirnya karena memenuhi syarat, sekolah dasar ini


pun tidak jadi ditutup. Dari titik inilah petualangan ke 10
anak itu di mulai. Sekolah pun sudah dimulai, mereka
menempatkan tempat duduknya masing-masing, bertemu
dengan kepala sekolah yaitu Pak Harfan, mereka saling
berkenalan satu sama lainnya. Hal paling lucu ketika sesi
perkenalan adalah ketika A Kiong malah ketawa-ketawa
saat ditanya namanya oleh guru mereka yaitu Bu
Muslimah. bodoh yang diperbuat Borek, pemilihan ketua
kelas diprotes oleh si Kucai, bakat yang dimiliki Mahar
yang sangat luar biasa, Ikal yang pernah mengalami jatuh
cinta, hingga Lintang yang mempertaruhkan nyawanya
yang setiap harinya bersepeda pulang pergi dari rumah
ke sekolah yang jaraknya 80 km.
Kejadian-kejadian yang ada menjadi sebuah hiasan indah
dari kehidupan yang dialami dari kesepuluh anak yang
menyebut diri mereka Laskar Pelangi. Mereka memiliki
guru yang sangat baik, guru itu bernama Bu Muslimah
atau sering dipanggil Bu Mus inilah yang memberikan
nama Laskar Pelangi untuk mereka.

Laskar Pelangi menjadi pilihan karena kesepuluh anak itu


sangat suka sekali dengan pelangi. Semua kejadian baik
itu susah maupun senang mereka lalui bersama di kelas
yang ketika pada malam hari dipakai menjadi kandang
hewan ternak. Di sekolah dasar Muhammadiyah inilah Ikal
dan sahabat-sahabatnya memperoleh kenangan-kenangan
indah yang tidak akan pernah mereka lupakan.

Kenangan seperti ketika kisah cinta Ikal dan A Ling. Pada


mulanya Ikal disuruh ibu guru Mus untuk membeli kapur
tulis di toko keluarganya A Ling. Ketika akan membayar,
Ikal melihat tangan dan kuku indahnya A Ling, sejak
itulah hati Ikal selalu berbunga-bunga selalu
membayangkan indahnya kejadian itu.

Ikal belum pernah melihat kuku seindah A Ling. Pada


akhirnya Ikal tahu bahwa orang yang memiliki kuku indah
itu namanya A Ling, Ikal pun langsung kasmaran dengan A
Ling. Akan tetapi, Ikal harus menelan pahitnya.
INDEKS:
 Amanat-20
 Alur-29
 Berita-19
 Bait-12
 Cerpen-31,32
 Dialog-36,37
 Drama-61,62
 Daftar Pustaka-234
 Fenomena-432,234,145
 Konflik-267,331
 Tokoh-24
 Latar-5
 Pendapat-6
 Istilah-46
 Sapaan-67
 Perkenalan-3
 Rencana-29
 Kritik-65
 Watak-34
 Fiksi-289,299
 Pertanyaan-529
 Info Buku-468
 Kata Baku-358
 Kata Tidak Baku-325
 Kesimpulan-145
NAMA:Muhammad Amin
KELAS:8H
BUKU NON FIKSI

JUDUL:God,Do You Speak English?


PENGARANG:Jeff Kistanto,Nina Silvia,Rini Hanifa.
PENERBIT:Rene Books
JUMLAH HALAMAN:348 Halaman
ISI BUKU: Buku yang mengisahkan perjalanan tiga
relawan ke tiga negara berbeda: Tajikistan, Bangladesh,
dan Guyana. Bangladesh, telah lebih dulu melarang
penggunaan kantung plastik karena pengalaman kurang
mengenakkan bangsanya.

Pengalaman itu dituturkan Nina Silvia, cewek yang


mejadi relawan selama 13 bulan sebagai management
advisor untuk chief circle office Rangamati. Dia meretas
asa ke Bangladesh sebagai relawan di VSO (Voluntary
Service Overseas).

Nina memulai petulangan, eh kerja sebagai relawan sejak


5 Februari 2011. Nina membuka pengalamannya di
Bangladesh dengan cuplikan ketika dia harus berhadapan
dengan petugas imigrasi yang kurang sigap saat mengurus
visa on arrival di Hazrat Shah Jalal International Airport
Dhaka.

Kemudian berlanjut dengan perkenalan pertama versus


relawan dari berbagai negara lain, Lantas keseharian
mereka di satu flat yang mereka tinggali. Bagaimana
susah senang dan keunikan personal relawan dari
Bangladesh, Kenya, Uganda, dan Filipina.

Nina menyajikan pengelamannya selama di Bangladesh


dalam 19 bab. Dan bab keempat tentang penggunaan
plastik yang paling membetot perhatian saya. “Negara
terlarang untuk plastik”.

Bagaimana bisa? Lha wong kita saja buang sampah


wadahnya plastik. Belanja ke pasar atau toko-toko ritel
plastik dibagikan cuma-cuma. Bukannya merendahkan,
bukankah Bangladesh masih di bawah Indonesia dalam
perkembangan pembangunanya? Tapi kenapa mereka
sudah lebih dulu sadar lingkungan? Mungkin logika saya
kurang tepat, tapi biasanya negara yang lebih maju yang
lebih terbuka mengkampanyekan soal peduli lingkungan
bukan?

Nina di halaman 139 menuturkan kalau plastik pernah


menjadi bencana nasional di Bangladesh. Nah, itulah
poinnya. Mereka tak ingin kena batunya lagi.

“Tak terlalu banyak sampah plastik di sini karena


Pemerintah Bangladesh sudah menerapkan pelarangan
secara nasional penggunkaan kantong plastik sejak tahun
2002. Selain itu botol plastik didaur ulang.”

Ya 2002! Bangladesh sudah lebih maju 14 tahun lamanya.


Mereka menyadari plastik bukanlah bahan remeh-temeh
yang bsia diterima tanah begitu saja. Dia begitu awetnya
tak bisa dihancurkan.

Katanya pada tahun 1988 dan 1998 terjadi banjir yang


menggenangi dua per tiga daerah di negara ini. Setelah
dilakukan penyelidikan, ternyata penyebabnya adalah
saluran mampet akibat disumbati kantung plastik.
Tak eprcaya begitu saja, saya googling untuk
membuktikannya. Maaf ya Nina. Saya penasaran. benar,
sampah plastik menjadi penyebab utama banjir di Dhaka.

Nina sudah berandai-andai kalau saja Jakarta dan


Indonesia menerapkan larangan serupa saat menulis buku
itu. Menilik buku yang terbit di tahun 2013, harapan Nina
terkabul tiga tahun kemudian. Bertepatan dengan Hari
Peduli Sampah pada 21 Februari 2016, pemerintah
membuat kebijakan mengurangi sampah plastik. Diet
plastik.

Tak cuma itu, Nina dibuat terheran-heran dengan budaya


masyarakat yang mengolah kotoran sapi menjadi biogas
skala rumah tangga. Di Indonesia juga mulai marak
belakangan ini.

Sebuah pelajaran berharga didapatkan Nina selama


tinggal di Dhaka dan mingle dengan penduduk lokal.

“Di sini orang-orang hidup secukupnya, berharap sedikit,


bekerja banyak. Mereka biasa kerja keras dan berhemat
untuk masa sulit..”
****

Dua bagian lain dalam buku setebal 331 halaman itu


menuturkan pengalaman Jeff Kristianto Iskandarsjah dan
Rini Hanifa. Jeff seornag pengusaha dan pekerja sosial
dan bermukim di Jimbaran, Bali mendapatkan tugas
menjadi relawan di Tajikistan. Sementara Rini terbang ke
Guyana di Afrika Selatan.

Jeff membuka kisahnya di Dushanbe dengan pengalaman


konyolnya dipalak petugas bandara. Gara-garanya dia
ketahuan foto-foto di bandara. Sudah begitu dia langsung
disambut hawa dingin dengan suhu 5 derajat celcius.
lampu kamar dan pemanas ruangan mati.

Di bagian 4, Jeff menceritakan soal gedung yang dingin–


sudah suhu udara cuma 5 derajat celcius, dinding
bangunan juga dilapisi marmer. Eh, orang-orangnya juga
dingin. Dari mimik wajah dan sikap duduk yang setegap-
tegapnya.
Judul buku ini diambil dari salah satu artikel Jeff, yakni di
bab 9. Iseng tak punya kegiatan, Jeff yang tengah libur
jalan-jalan berkeliling Khujand. Eh, dia nyasar. Jadilah
dia berkontemplasi dan mengajak ngobrol Tuhan.
Terciptalah perbincangan antara dirinya dan Tuhannya.

INDEKS:
Amanat-12
Alur-21,22,23
Berita-13
Bait-26
Cerpen-35,36,43
Dialog-34,42
Drama-25,26
Daftar Pustaka-102
Konflik-53,54
Tokoh-3
Latar-7
Pendapat-132
Istilah-143
Sapaan-145
Perkenalan-10
Rencana-19
Kritik-67
Watak-32
Fiksi-48
Pertanyaan-41
Info Buku-324
Kata Baku-234,235,236
Kata tidak Baku-139
Kesimpulan-244

Anda mungkin juga menyukai