Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
penduduk yang berusia antara 10-19 tahun yang mempunyai ciri-ciri sedang
remaja menjadi adolescence usia 10-19 tahun, youth usia 15-24 tahun, dan young
Menurut (Stanley Hall 1991 dalam Dewi, 2008) masa remaja merupakan
masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress).
Karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib
sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang
memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi
2008) istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja antara
lain :
1. Puberty (bahasa Inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelaki-
Pubescence dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah
7
2. Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia yang berarti masa muda
yang terjadi antara 17 – 30 tahun yang merupakan masa transisi atau peralihan
dari masa kanak-kanak menunju masa dewasa yang ditandai dengan adanya
umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat
menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal
pubertas. Cirinya:
• Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
• Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
Memperhatikan penampilan
Sikapnya tidak menentu/plin-plan
Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa
adolesen. Cirinya:
Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya
sebagai hasil dari ekspansi total volume darah, peningkatan massa lemak tubuh,
dan terjadinya menstruasi pada remaja putri (Beard 2000). Pada wanita,
kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama
dari kebutuhan saat sebelum remaja sebesar 0.7-0.9 mg Fe/hari menjadi 2.2 mg
Fe/hari atau mungkin lebih saat menstruasi berat. Peningkatan kebutuhan ini
berhubungan dengan waktu dan ukuran growth spurt sama seperti kematangan
seksual dan terjadinya menstruasi. Hal ini mengakibatkan wanita lebih rawan
dibandingkan pria, membuat wanita lebih rentan mengalami defisiensi zat besi
saat asupan zat besi kurang atau kebutuhan meningkat. Jika zat besi yang
kebutuhan zat besi, cadangan zat besi dalam tubuh akan digunakan dan hal
tersebut dalam menimbulkan defisiensi zat besi (Gleason & Scrimshaw 2007).
sosial-emosional, dan gaya hidup yang dapat menciptakan dampak yang sangat
besar dalam kebiasaan makan remaja. Survei yang dilakukan Hurlock (1997)
menunjukkan bahwa remaja suka sekali jajan makanan ringan. Jenis makanan
ringan yang dikonsumsi adalah kue-kue yang manis dan golongan pastry serta
sehingga dalam diet mereka rendah akan zat besi, vitamin, dan lain-lain. Selain itu
hasil survei menunjukkan bahwa remaja menyukai minuman ringan, teh, dan kopi
B. Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin (Hb)
lebih rendah dari nilai normal. Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang
dapat disebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu
lebih rendah dari nilai normal. Nilai batas ambang untuk anemia menurut WHO
200 1 adalah untuk umur 5-1 1 tahun < 11,5 g/dl, 11-14 tahun 12, g/dl, remaja
diatas 15 tahun untuk anak perempuan <12, g/dl dan anak laki-laki < 13, g/dl (5).
Penggolongan jenis anemia menjadi ringan, sedang, dan berat belum ada
Anemia Hb (g/dl)
Ringan 10,0-11,9
Sedang 7,0-9,9
Berat <7,0
lahan. Pada tahap awal, simpanan zat besi yang berbentuk ferritin dan
hemosiderin menurun dan absorpsi besi meningkat. Daya ikat besi (iron binding
10
sumsum tulang dan hati. Ini menandakan berkurangnya zat besi dalam plasma.
Selanjutnya zat besi yang tersedia untuk pembentukan sel-sel darah merah (sistem
eritropoesis) di dalam sumsum tulang berkurang dan terjadi penurunan jumlah sel
darah merah dalam jaringan. Pada tahap akhir, hemoglobin menurun (hypocromic)
dan eritrosit mengecil (microcytic) dan terjadi anemia gizi besi (3)
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Depkes (1998),
anemia terjadi karena : (1) kandungan zat besi makanan yang dikonsumsi tidak
mencukupi kebutuhan, (2) meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, dan (3)
meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Penyebab utama anemia yang
paling umum diketahui adalah : (1) kurangnya kandungan zat besi dalam
makanan, (2) penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, (3) adanya
zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan (4) adanya parasit di dalam
tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, atau kehilangan banyak darah
kebutuhan zat besi, cadangan zat besi dalam tubuh akan digunakan dan hal
tersebut dalam menimbulkan defisiensi zat besi. Defisiensi zat gizi seperti asupan
asam folat dan vitamin A, B12, dan C yang rendah dan penyakit infeksi seperti
malaria dan kecacingan dapat pula menimbulkan anemia (WHO 2001) (3).
11
Anemia gizi besi sering diderita oleh wanita dan remaja putri dan diketahui 1
diantara 3 wanita menderita anemia. Penyebab anemia gizi besi sering diderita
membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak daripada pria, oleh karena itu
mempertahankan bentuk tubuh yang ideal sehingga terjadi pola makan yang
salah, serta adanya pantangan dan tabu (Depkes, 1998). Dengan kata lain
factor dominan sebab langsung, sebab tidak langsung, dan sebab mendasar, yaitu
(1) :
1. Sebab langsung yaitu disebabkan oleh tidak cukupnya asupan zat gizi (Zat besi
dengan daya serap rendah, adanya zat penghambat, diet) dan penyakit infeksi
aktifitas wanita yang tinggi, pola distribusi makanan dalam keluarga dimana
rendahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi goegrafis yang
sulit.
Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan
serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan zat
12
besi adalah rendahnya tingkat penyerapan zat besi di dalam tubuh, terutama
sumber zat besi nabati hanya diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan zat
Sumber zat besi yang berasal dari hewani (heme iron) lebih dari dua kali
lebih mudah diserap dibandingkan dengan sumber nabati). Ini berarti bahwa zat
besi pangan asal hewani (heme) lebih mudah diserap dari pada zat besi pangan
asal nabati (non hem). Kecukupan intake Fe tidak hanya dipenuhi dari konsumsi
makanan sumber zat besi (daging sapi, ayam, ikan, telur, dan lain-lain), tetapi
dalam tubuh. Jenis Fe yang dikonsumsi jauh lebih penting daripada jumlah zat
besi yang dimakan. Bioavailabilitas non heme iron dipengaruhi oleh beberapa
penyerapan zat besi adalah fitat dan polifenol. Fitat terutama ditemukan pada biji-
bijian seral, kacang dan beberapa sayuran seperti bayam. Polifenol dijumpai
zat besi antara lain asam askorbat atau vitamin C dan protein hewani dalam
daging sapi, ayam, ikan karena mengandung asam amino pengikat zat besi untuk
meningkatkan absorpsi zat besi. Alkohol dan asam laktat kurang mampu
3. Patofisiologi
13
Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di
zat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh
Sel-sel mati
Hemoglobin
Dikeluarkan melalui
Hilang bersama menstruasi kulit, saluran
pencernaan dan air
seni 1 mg
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi
meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa
jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan diikuti dengan
menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang
4. .Tanda-tanda anemia
Gejala anemia biasanya Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L), sering
mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. Gejala lebih lanjut adalah kelopak
mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat (Pedoman
Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur dalam
letih, lesu, nafas pendek, muka pucat juga ditandai dengan susah berkonsentrasi
5. Dampak anemia
prestasi belajar, menurunnya daya tahan sehingga mudah terkena penyakit infeksi.
Selain itu pada remaja putri yang terkena anemia tingkat kebugarannya pun akan
turun yang berdampak pada rendahnya produktifitas dan prestasi olahraganya dan
15
tidak tercapai tinggi badan maksimal karena pada masa ini terjadi puncak
belajar dan menurunnya stamina dan produktivitas kerja. Tingginya anemia pada
remaja ini akan berdampak pada prestasi belajar siswi karena anemia pada remaja
Anemia gizi pada balita dan anak akan berdampak pada peningkatan
Disamping itu juga menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena
kurang dari normal, sementara Kristanti menjumpai keadaan yang kurang lebih
sama untuk remaja di Jakarta. Keadaan ini berpengaruh terhadap konsentrasi dan
Mengingat dampak yang terjadi sebagai akibat anemia sangat merugikan untuk
informasi yang lengkap dan tepat tentang status gizi pada remaja, serta faktor
Wanita Usia Subur cara untuk mencegah dan mengobati anemia adalah:
a. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran
(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat
2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah
a Secara oral : kapsul/ tablet yang berisi garam besi (sulfat, glukonat, fumarat,
b. Secara parenteral : besi yang dibutuhkan lebih banyak daripada oral dengan
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang
cukup secara rutin pada usia remaja dengan cara pemberian suplemen tablet
besi.
Hal ini dilakukan untuk memperbaiki status kondisi zat besi seseorang secara
diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat,
tablet ini memperhatikan beberapa strategi sesuai dengan kelompok yang telah
bila anemia terjadi pada sesorang. Kelompok yang digolongkan rawan untuk
diprioritaskan menjadi target adalah ibu hamil, anak pra sekolah, anak sekolah,
bayi.
2. Modifikasi makanan
dikonsumsi oleh sesorang. Hal ini sangat terkait dengan kuantitas dan kualitas
makanan yang dimakan oleh seseorang atau masyarakat. Bila ditelusuri lebih
hal inipun sangat terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat kita
kesehatan khususnya kekurangan zat besi. Selain hal tersebut juga yang tak
kalah pentingnya adalah bagaimana agar makan yang kita makan tersebut
18
makanan tersebut. Dalam hal ini bila kita mengkonsumsi makanan yang cukup
zat besi tetapi bila banyak faktor penghambatnya maka penyerapan makanan
yang cukup besi lebih sedikit dari yang seharusnya kita dapatkan sehingga
kondisi kekurangan zat besi. Dalam hal ini keluarga perlu diberikan infomasi
keluarga yang sakit ataupun memberikan dorongan kepada ibu yang menyusui
4. Fortifikasi makanan
Fortifikasi zat atau penambahan zat besi ke dalam makanan yang di konsumsi
negara. Hal ini sangat efektif untuk membantu mengatasi kekuarang zat besi
putri
1. Sosial ekonomi
a. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
didasari oleh pengetahuan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh
perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang
hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
20
• Trial (mencoba), dimana orang telah mencoba perilaku baru sesuai dengan
sebenarnya
mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain,
pemilihan makanan yang dikonsumsi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan
perencanaan dan persiapan makanan. Semakin tinggi pengetahuan gizi ibu, maka
makin positif sikap ibu terhadap kualitas gizi makanan, sehingga makin baik
perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih
(4)
juga lamanya waktu yang dipergunakan seseorang ibu untuk bekerja di dalam dan
memberikan jaminan sosial keluarga yang lebih aman jika dibandingkan dengan
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat
Pendapatan/ penghasilan yang kecil tidak dapat memberi cukup makan pada
2. Riwayat penyakit
infeksi (Permaesih dan Herman 2005). Telah diketahui secara luas bahwa infeksi
merupakan faktor yang penting dalam menimbulkan kejadian anemia, dan anemia
menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia. Angka kesakitan akibat penyakit
infeksi meningkat pada populasi defisiensi besi akibat efek yang merugikan
terhadap sistem imun. Malaria karena hemolisis dan beberapa infeksi parasite
usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus sehingga dapat mengakibatkan
hilangnya darah atau zat besi. Infeksi cacing merupakan kontributor utama
pendarahan usus yang memicu kehilangan darah akibat beban cacing dalam usus.
Intensitas infeksi cacing tambang yang menyebabkan anemia defisiensi zat besi
bervariasi menurut spesies dan status zat besi populasi. Cacing tambang yang
24
2000).
Peningkatan kejadian akibat malaria pada penderita anemia gizi besi dapat
oleh satu dari empat spesies dari genus Plasmodium yaitu P. vivax, P. falciparum,
serum ferritin pada wanita yang terjangkit P.vivax lebih rendah dan proporsi
penting dalam etiologi anemia pada malaria. Peradangan tersebut terlihat dalam
studi pada anak-anak India (2-11 tahun) yang menderita malaria parah, sedang,
dengan yang tidak menderita malaria. Walaupun persentase sel darah merah yang
terinfeksi malaria biasanya lebih sedikit, anemia dapat timbul akibat blokade
3. Konsumsi Pangan
Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan zat besi dalam
makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan zat besi
adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam).
Makanan nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun
hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus (4)
yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Definisi ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis
pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Dalam menghitung
jumlah zat gizi yang dikonsumsi, kedua informasi ini (jenis dan jumlah pangan)
merupakan hal yang penting. Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan
dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang
dikonsumsi. Pangan sebagai sumber berbagai zat gizi merupakan kebutuhan yang
Pangan sumber zat besi terutama zat besi heme, yang bioavailabilitasnya
masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi yang
26
sulit diserap. Sementara itu, daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber zat
besi yang baik (heme iron) jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan.
diabsorpsi oleh seseorang yang berada dalam status besi baik dan jika
besi berpengaruh terhadap absorpsi besi. Besi heme yang terdapat dalam pangan
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi heme (dalam hemoglobin
dan mioglobin makanan hewani) dan besi nonheme (dalam makanan nabati).
Sumber besi nonheme yang baik diantaranya adalah kacang-kacangan. Asam fitat
penyerapan besi. Namun karena zat besi yang terkandung dalam kedelai dan hasil
olahannya cukup tinggi, hasil akhir terhadap penyerapan besipun biasanya akan
positif. Sayuran daun berwarna hijau memiliki kandungan zat besi yang tinggi
sehingga jika sering dikonsumsi maka akan meningkatkan cadangan zat besi di
dalam tubuh. Beberapa jenis sayuran hijau juga mengandung asam oksalat yang
kecil dibandingkan asam fitat dalam serealia dan tanin yang terdapat dalam teh
dan kopi.
pendorong dan penghambat. Absorpsi zat besi dapat bervariasi dari 1-40 persen
diantaranya :
Besi yang terikat phenolic (tannin); teh, kopi, coklat, beberapa bumbu (seperti
oregano)
Sumber baik zat besi berasal dari pangan hewani seperti daging, unggas, dan
ikan karena mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi. Pangan hewani seperti
daging sapi, daging unggas, dan ikan memiliki Meat, Fish, Poultry Factor (MFP
yang dapat menghambat penyerapan besi dan rendahnya konsumsi pangan yang
dikonsumsi untuk suatu periode waktu tertentu. Metode ini bertujuan untuk
tentang pola konsumsi. Dengan metode ini dapat dilakukan penilaian frekuensi
protein, sumber zat besi, dan lain sebagainya) selama kurun waktu yang spesifik
(per hari, minggu, bulan, tahun) dan sekaligus mengestimasi konsumsi zat
gizinya. Kuisioner biasanya mempunyai dua komponen utama yaitu daftar pangan
Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat sadar akan bentuk
banyak yang berdiit tanpa nasehat atau pengawasan seorang ahli kesehatan dan
Banyak pantang atau tabu yang ditentukan sendiri berdasarkan pendengaran dari
kawannya yang tidak kompeten dalam soal gizi dan kesehatan, sehingga terjadi
berbagai gejala dan keluhan yang sebenarnya merupakan gejala kelainan gizi.
Banyak remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu makan dan
lebih memilih kudapan. Padahal sebagian besar kudapan bukan hanya hampa
kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu
29
(menghilangkan) nafsu makan. Selain itu remaja khususnya remaja putri semakin
menggemari junk food yang sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada sama
sekali) kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin.
kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan
metabolisme atau kebutuhan zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan antar zat-zat
atau minuman tertentu dapat mengganggu penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di dalam
sayuran menghambat penyerapan besi. Asam fitat dan asam oksalat yang
penyerapan zat besi. Karena hal inilah, bayam meski tinggi kandungan zat besinya
bukan merupakan sumber zat besi yang baik. Oleh karena itu, jika hendak
buah-buahan yang tinggi kandungan vitamin C nya, seperti jambu biji, jeruk dan
nanas. Namun lebih dianjurkan untuk meminumnya dalam bentuk jus. Sebab jika
dalam bentuk buah segar, yang kandungan seratnya masih tinggi, juga akan
4. Menstruasi
perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamsi
endometri). Menurut Manuaba (1998) pada Feriani (2004) jumlah darah yang
dikeluarkan saat menstruasi rata-rata 50-80 cc dan kehilangan zat besi sebesar 0-
40 mg. Menurut pedoman penanggulangan anemia gizi untuk remaja putri dan
membutuhkan zat besi tiga kali lebih banyak dari pria sehingga kejadian anemia
pada wanita lebih tinggi di banding pria. Salah satu faktor penyebab anemia pada
wanita adalah terjadinya kehilangan darah yaitu pada saat menstruasi. Banyaknya
darah yang keluar berperan pada kejadian anemia karena wanita tidak mempunyai
pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. Selain itu
perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium.
Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari dan ada yang 1-2 hari. Beberapa faktor
yang mengganggu kelancaran siklus menstruasi yaitu factor stres, perubahan berat
31
badan, olahraga yang berlebihan, dan keluhan menstruasi. Panjang daur dapat
bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya.
faktor antara lain lingkungan, musim, dan tingginya tempat tinggal dari
permukaan laut. Faktor lain yang penting adalah faktor sosial misalnya status
periode kurang lebih tetap. Saat menstruasi terjadi pengeluaran darah dari dalam
tubuh. Hal ini menyebabkan zat besi yang terkandung dalam hemoglobin, salah
satu komponen sel darah merah, juga ikut terbuang. Semakin lama menstruasi
tubuh terganggu.
kehilangan besi laki-laki). Apabila darah yang keluar saat menstruasi cukup
banyak, berarti jumlah zat besi yang hilang dari tubuh juga cukup besar. Setiap
orang mengalami kehilangan darah dalam jumlah yang berbeda-beda. Hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keturunan, keadaan kelahiran, dan besar
tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah darah yang hilang selama
satu periode menstruasi berkisar antara 20-25 cc dan dianggap abnormal jika
kehilangan zat besi sebesar 12.5-15 mg/bulan atau kira-kira sama dengan 0.4-0.5
32
mg sehari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal maka jumlah
Kebanyakan wanita dengan tingkat menstruasi yang berat sangat mungkin terkena
rumit antara tubuh, pikiran dan emosi. Diatur oleh hormon-hormon dan bulan
untuk menyeimbangkan tubuh dan emosi dan berperan sebagai sebuah kompas
lama
sama atau lebih banyak dari volume perdarahan menstruasi normal dengan
ovulasi.
33
minimal 3 bulan berturut-turut dengan siklus haid memanjang dari siklus haid
klasik (oligomenore).
terlalu banyak dan berlangsung lebih lama dari normalnya (lebih dari 8 hari).