Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang
menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu aspek perlindungan
ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari setiap tenaga kerja yang ruang
lingkupnya telah berkembang sampai kepada keselamatan dan kesehatan
masyarakat secara nasional. Oleh karena itu dalam kondisi apapun K3 wajib
untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan standar baik nasional
maupun internasional (Depnakertrans RI, 2009). Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, pada
kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja
kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja) (BSI, 2007).
Disadari bahwa pelaksanaan K3 bukan hanya tanggung jawab
pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya
masyarakat industri. Dengan demikian semua pihak yang terkait
berkewajiban untuk berperan aktif sesuai fungsi dan kewenangannya untuk
membudayakan atau mempromosikan K3 sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Agar pelaksanaan K3 dapat
mencapai hasil yang optimal harus didukung oleh sumber daya manusia
dibidang K3 (Depnakertrans RI, 2009).
Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat
kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat
kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di
tempat kerja. Angka menunjukkan, biaya manusia dan sosial dari produksi
terlalu tinggi (ILO, 2013).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi. Mengutip data
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan, hingga akhir
2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus (BPJS
Ketenagakerjaan, 2016). Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang

1
mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah
kecelakaan kerja. Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PPK dan K3) menyatakan bahwa
kecelakaan kerja dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hingga 5%.
Bahkan menurut penelitian World Economic Forum tahun 2006, angka
kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap
100.000 pekerja (Ramli, 2010).
Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu
perilaku tidak aman (unsafe behavior/unsafe action) dan kondisi tidak aman
(unsafe condition). Suma’mur (2014) memperkirakan bahwa 80%-85%
kecelakaan kerja terjadi karena kontribusi dari perilaku pekerja yang tidak
aman.
Setiap tahun banyak pekerja lapangan bidang industri konstruksi
meninggal atau cedera sebagai dampak bahaya dari pekerjaannya, yang
lainnya menderita sakit, seperti misalnya kanker, sakit kulit, ketulian atau
sakit paru-paru. Bahaya-bahaya tersebut tidak terbatas pada lingkungan kerja
saja. Anak-anak dan anggota masyarakat lainnya juga banyak yang
meninggal atau terluka akibat kegiatan pekerjaan konstruksi yang tidak
dikendalikan dengan baik. pada akhir dasawarsa ini kondisi industri
konstruksi telah berkembang, tetapi angka kematian, cacat, cedera dan sakit
tetap tinggi. Kematian, cedera dan sakit ini disamping mengakibatkan
penderitaan dan kekusahan, juga kerugian biaya. Pada suatu survei tentang
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan diperoleh data bahwa kerugian
akibat kecelakaan mencapai 8,5% dari perhitungan biaya proyek konstruksi,
walaupun tidak terjadi kecelakaan yang serius (Rijanto, 2010).
PT. Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang konstruksi melakukan kegiatan pembangunan memiliki
banyak pekerjaan yang dilakukan hampir secara bersamaan dan memiliki
pekerja yang heterogen, serta berbagai peralatan pendukung pembangunan.
Tentu dengan melihat banyaknya aktivitas yang berlangsung meningkatkan
resiko yang mungkin terjadi seperti kecelakaan akibat alat-alat berat,
kecelakaan ketika bekerja di ketinggian serta kesalahan mengoperasikan

2
peralatan yang digunakan untuk proses pembangunan. Perlu adanya langkah
pengendalian resiko guna mencegah kecelakaan kerja dimana potensi bahaya
terhadap keselamatan pekerja dimungkinkan untuk dikurangi atau bahkan
dihilangkan.
Pencegahan kecelakaan merupakan hal yang mendasar bagi
perusahaan, karena menyangkut jiwa manusia atau tenaga kerjanya dan
lingkungan kerja itu sendiri yang menjadi penyebab timbulnya kecelakaan.
Oleh karena itu mempromosikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dikalangan tenaga kerja, pengusaha, dan masyarakat melalui program safety
talk merupakan hal yang penting bagi perusahaan, guna terciptanya hubungan
industri yang harmonis, dinamis serta berkeadilan yang menjamin ketenangan
usaha, ketenangan kerja dan produktifitas melalui pengembangan budaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui Gambaran Pelaksanaan Safety Talk Pada Pekerja di
Proyek Taman Anggrek Residens PT. Pulau Intan Bajaperkasa
Konstruksi Jakarta 2017.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran umum PT. Pulau Intan Bajaperkasa
Konstruksi Jakarta 2017.
2. Mengetahui gambaran umum Unit K3 di Proyek Taman Anggrek
PT. Pulau Intan Bajaperkasa Konstruksi Jakarta 2017.
3. Mengetahui gambaran input (Sumber Daya Manusia, SOP, Sarana
dan Prasarana) Safety Talk di Proyek Taman Anggrek PT. Pulau
Intan Bajaperkasa Konstruksi Jakarta 2017.
4. Mengetahui gambaran proses (Perencanaan, Pelaksanaan dan
Pendokumentasian) Safety Talk di Proyek Taman Anggrek PT.
Pulau Intan Bajaperkasa Konstruksi Jakarta 2017.

3
5. Mengetahui gambaran output Safety Talk di Proyek Taman
Anggrek PT. Pulau Intan Bajaperkasa Konstruksi Jakarta 2017.

1.3. Manfaat Magang


1.3.1. Bagi Penulis
1. Mengetahui gambaran pelaksanaan promosi keselamatan kerja
pada pekerja di tempat kerja.
2. Mendapatkan pengetahuan baru tentang ilmu keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Mengetahui dan mampu mengidentifikasi masalah-masalah
keselamatan dan kesehatan yang ada di lingkungan kerja,
khususnya pada kegiatan konstruksi.

1.3.2. Bagi Fakultas


1. Terjalinnya kerja sama institusi Universitas Esa Unggul dengan
perusahaan PT. Pulau Intan Bajaperkasa Konstruksi.
2. Meningkatkan kualitas pendidikan dan melibatkan tenaga terampil
dan tenaga lapangan dalam kegiatan magang.

1.3.3. Bagi Perusahaan


1. Terjalinnya kerja sama dengan pihak institusi pendidikan dalam
kaitannya meningkatkan sumber daya manusia.
2. Untuk mendayagunakan tenaga mahasiswa dalam membantu
kegiatan operasional, khususnya di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Untuk mewujudkan kepedulian perusahaan sebagai salah satu
bentuk dari Corporate Social Responsibility (CSR) pada dunia
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai