Anda di halaman 1dari 20

UPGRADING/DEWATERING

BATUBARA
• Kandungan air yang tinggi didalam batubara peringkat
rendah merupakan salah satu hal penyebab batubara
jenis ini sulit digunakan.

• Air yang banyak menyebabkan nilai kalor yang


dihasilkan akan semakin rendah
• Kandungan air berbanding terbalik dengan nilai kalor
Semakin banyak air maka nilai kalor akan semakin
tinggi
• Selain itu air dapat menghambat pada proses
pengangkutan dan juga preparasi karena dapat lengket
pada bak truck pengangkut batubara dan di alat
crusher.
• Menipisnya cadangan batubara diatas
subbituminous dan banyaknya batubara
peringkat rendah membuat para industri yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar
mulai melirik untuk memanfaatakan batubara
peringkat rendah.
• Akan tetapi jika menggunakan batubara
peringkat rendah maka batubara ini perlu di
upgrading terlebih dahulu
• Upgrading adalah usaha peningkatan mutu
atau kualitas batubara
• Sebagai bahan bakar upgrading batubara
dilakukan untuk meningkatkan nilai kalori
batubara
• Nilai kalori batubara dapat meningkat jika
kandungan air di dalam batubara berkurang
• Proses pemisahan air atau pengeringan air
disebut juga dengan dewatering
Jenis – jenis Teknologi Pengurangan
Kandungan Air
• Berdasarkan metode dan kondisi
pemrosesan,
1. Area A
 Mekanik Dewatering dengan memberikan tekanan
tertentu
 Proses lain lain disamping pemberian tekanan yaitu
berupa penggerusan, bertujuan untuk mengurangi pori –
pori di dalam lignit sehingga re-absorbsi air dapat
dikendalikan.
 Pemanasan juga dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi dewatering
 Contoh adalah proses MTE, coldry
a.MTE (Mechanical Thermal Expression)
 Metode ini pertama kali dikembangkan di Jerman, kemudian
dilanjutkan di Australia.
 Kondisi proses berupa suhu dibawah 250°C dan tekanan sebesar 3~9
MPa,
 Hasilnya, kadar air lignit Victoria dapat ditekan dari 60% menjadi
sekitar 30%.

b. Coldry
 Metode ini dikembangkan oleh perusahaan Environmental Clean
Technologies dari Australia.
 proses dewatering yang dilakukan adalah mencampur lignit dengan
sedikit air, kemudian setelah digerus dan dicetak, batubara dipanaskan
dan dikeringkan.
 Proses ini dapat menekan kadar air dalam batubara mentah, dari 60%
menjadi sebesar 12%.
2. Evaporasi (area B)
Merupakan proses pengeringan dengan menguapkan
kadar air lignit melalui pemanasan dengan
menggunakan uap panas .

Berdasarkan cara kontak antara batubara dengan


media pemanas, maka metode ini terbagi 2 yaitu
pemanasan tidak langsung dan pemanasan langsung.

a. Pemanasan tidak langsung, contohnya tube dryer


Ada 2 jenis tube dryer yaitu pertama, dryer dimana
batubara mengalir di dalam tabung sedangkan uap air
(steam) mengalir di body. Tipe ini disebut Coal in Tube
Dryer.
Tipe kedua disebut Steam Tube Dryer, yaitu
uap air mengalir di dalam tube sedangkan
batubara mengalir di body

Tube dryer juga digunakan untuk mengeringkan


lignit Victoria, Australia, dimana produknya
dibentuk menjadi briket setelah
proses dewatering.
Video
upgrading\TSUKI
SHIMA STEAM
TUBE
DRYER.mp4
b.Pemanasan langsung
Berdasarkan kontak antara lignit dengan media pemanas,
maka pemanasan langsung terbagi menjadi fluidized
bed, flash heating, up-grading in oil, dan lain-lain.

1) Fluidized Bed, contohnya Steam Fluidized Bed


Drying (SFBD)
 lignit dipanaskan pada jangka waktu tertentu.
Video upgrading\Fluidized Bed Coal Drying System
KIER.mp4.crdownload
 Upaya peningkatan efisiensi energi proses dilakukan dengan
mengkompresi uap air yang dikeluarkan dari lignit, untuk
dimanfaatkan sebagai sumber pemanas.

 Pemanfaatan lignit sebagai bahan bakar pada PLTU di Jerman


mencapai sekitar 30%, sehingga upaya peningkatan efisiensi
pembangkitan listrik pun dilakukan secara intensif.
2) Flash heating
 flash heating adalah dewatering dengan
melewatkan serbuk lignit bersama dengan media
pemanas bersuhu ratusan derajat ke dalam
tabung.
proses ini berjalan secara singkat agar tidak terjadi
perubahan kualitas ataupun dekomposisi pada
batubara tersebut.
suhu batubara sendiri dijaga pada besaran 100°C
sampai kadar air menguap secara sempurna.
Metode up-grading yang menggunakan flash
heating diantaranya adalah BCB, serta IDGCC yang
dikembangkan di Australia.
• IDGCC / Intergrated Drying Gasification
Combined Cycle merupakan Proses
pengeringan lignit dengan Memanfaatkan gas
hasil gasifikasi sebagai media pemanas,
lignit dicampur dengan gas itu di dalam pipa,
kemudian lignit yang sudah di-
dewatering dialirkan ke pengegas (gasifier).
Kelemahan dari proses evaporasi adalah pori-
pori yang terbuka yang belum tertutup tar
menyebabkan batubara hasil dewatering
dengan evaporasi akan mudah menyerap air
kembali.
(3) Non evaporasi (area C)
Efisiensi energi pada proses ini lebih baik bila
dibandingkan dengan metode evaporasi, karena
proses dilakukan pada kondisi di atas tekanan uap
jenuh sehingga kadar air dapat dihilangkan tanpa
penguapan.
terdapat kemungkinan dekomposisi pada sebagian
batubara atau meningginya biaya peralatan yang
digunakan.
 beberapa metode yang termasuk non evaporasi
antara lain proses heat water treatment , dan
ekstraksi hidrotermal
1. Heat Water Treatment
Adalah metode menghilangkan kadar air tanpa
menguapkannya, melalui pemrosesan terhadap
batubara (yang digerus halus) bersama
dengan slurry air dan uap air .
Suhu yang digunakan cukup tinggi (300~400°C)
dan tekanan tinggi (30~150 atm).
 Suhu tinggi menyebabkan sebagian batubara
mengalami dekomposisi, dan material berbentuk
tar yang timbul dari proses itu akan menutupi
(coating) bagian dalam batubara. Hal ini dapat
menghalangi re-absorbsi air serta mencegah
munculnya swabakar (spontaneous combustion).
2. Ekstraksi hidrotermal
• Jika batubara dicampur dengan air kemudian
diproses pada kondisi sub-kritis sampai super-
kritis, maka batubara akan terdekomposisi
menjadi padatan yang kaya dengan unsur
karbon, minyak, serta gas. Padatan disini
berupa serbuk sehingga dijadikan briket untuk
menjadi produk.
• Dari hasil penelitian, proses hidrothermal
tidak hanya mengurangi kandungan air dan
meningkatkan nilai kalor, tetapi juga merubah
karakteristik batubara yang menjadi
parameter pembatubaraan
(4) Pirolisis (area D)
• Sebagian besar kadar air batubara dapat
dihilangkan jika proses dilakukan pada suhu di
atas 400°C. Tapi dengan suhu setinggi ini,
batubara akan mengalami pirolisis yang
menghasilkan produk padatan, cair, dan gas.

Anda mungkin juga menyukai