Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
DI RUANG PARU LK RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 20 MEI 2002 S/D 24 MEI 2002

DI SUSUN
OLEH :

SUBHAN
NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Di Ruang Paru LK RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, 24 Mei 2002


Mahasiswa

Subhan
NIM. 010030170 B

Mengetahui Pembimbing Akademik


Kepala Ruang Paru

Hj. Supini, S. W., SKM. Tintin Sukartini


NIP. 140 066 020 NIP. 132 255 158
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

1. Pengertian
a. PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan
udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis
Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. &
Matassarin,.E. J. 1993).

b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus
menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3
kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma
Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi
dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).

Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan
dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk
sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut.

Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus,
duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar

Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea
dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari
saluran nafas.

Asthma dibedakan menjadi 2 :


1. Asthma Bronkiale Alergenik
2. Asthma Bronkiale Non Alergenik

Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada
pembahasan khusus mengenai penyakit asma

1
2. PATOGENESIS PPOK

Patofisiologi Bronkhitis Kronis dan Emphysema

MEROKOK PREDISPOSISI GENETIK FAKTOR


POLUSI UDARA ( KEKURANGAN  1 – ANTI TRIPSIN ) TIDAK DIKETAHUI

GANGGUAN SEKAT DAN JARINGAN SEUMUR HIDUP


PEMBERSIHAN PARU PENYOKONG HILANG

PERADANGAN
BRONKUS
& ALVEOLUS
SAAT EKSPIRASI SAL.
UDARA YG KECIL KOLAPS

PERADANGAN
JALAN UDARA

DINDING BRONKIALE
HYPOVENTILASI LEMAH & ALVEOLAR
PECAH

SAAT EKSPIRASI SALURAN


UDARA YANG KECIL KOLAPS

SERING CLE PLE PADA


BRONKIOLITIS TERJADI CLE DAN LANSIA
KRONIS PLE TIDAK
TIMBUL
GEJALA
CLE BRONKEOLITIK KRONIK SERING
TERJADI
PLE

2
3. Penyebab PPOK
a. Bronkitis Kronis
1) Faktor tak diketahui
2) Merokok
3) Polusi Udara
4) Iklim

b. Emphysema
1) Faktor tak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara

c. Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5. obat-obatan
6. Polusi udara
7. lingkungan kerja
8. Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)

4. Gambaran Klinis
a. Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas.
Permulaan tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),
Whezing, batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.

b. Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis


GAMBARAN EMPHYSEMA BRONKHITIS
Mulai timbul Usia 30 – 40 tahun 20 – 30 tahun batuk akibat
merokok (cacat pada usia
pertengahan)
Sputum Minimal Banyak sekali
Dispne Dispnea relatif dini Lambat
Rasio V/Q Ketidakseimbangan minimal Ketidakseimbangan nyata

3
Bnetuk Tubuh Kurus dan ramping Gizi cukup
Diameter AP dada Dada seperti tong Tidak membesar
Gambaran respirasi Hyperventilasi hypoventilasi
Volume Paru FEV 1 rendah FEV 1 rendah
TLC dan RV meningkat TLC normal RV meningkat
moderat
Pa O2 Norml/rendah Meningkat
Sa O 2 normal Desaturasi
Polisitemia normal Hb dan Hematokrit
meningkat
Sianosis Jarang sering

MANAGEMEN MEDIS
Intervensi medis bertujuan untuk :
1) Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan
membersihkan secret yang berlebihan
2) Memelihara keefektifan pertukaran gas
3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4) Meningkatkan toleransi latihan.
5) Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
6) Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
7) Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai
adanya obstruksi jalan nafas kronis.

Managemen medis yang diberikan berupa


1) Pharmacologic management
a) Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)
b) Bronkodilator
Adrenergik : efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif
Non adrenergik : aminophilin, tefilin
c) Antihistamin
d) Steroid
e) Antibiotic
f) Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.
2) Hygiene Paru.
Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian
meningkatkan kerja silia dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase

4
3) Exercise
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar
lebih efektif.
Dilaksanakan dengan jalan sehat.
4) Menghindari bahan iritans
Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga
mencegah adanya alergen yang masuk tubuh.
5) Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea. Pemberian
porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makan langsung banyak.

MANAGEMENT KEPERAWATAN
Pengkajian :
1. Riwayat atau faktor penunjang :
- Merokok merupakan faktor penyebab utama.
- Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
- Riwayat alergi pada keluarga
- Riwayat Asthma pada anak-anak.

2. Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi :


- Alergen.
- Stress emosional.
- Aktivitas fisik yang berlebihan.
- Polusi udara.
- Infeksi saluran nafas.

3. Pemeriksaan fisik :
a. Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
 Peningkatan dispnea.
 Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,
mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
 Penurunan bunyi nafas.
 Takipnea.
b. Gejala yang menetap pada penyakit dasar
 Asthma
 Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada
seperti terikat.

5
 Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa
stetoskop.
 Pernafasan cuping hidung.
 Ketakutan dan diaforesis.

 Bronkhitis
 Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang
biasanya terjadi pada pagi hari.
 Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
 Sesak nafas

 Bronkhitis (tahap lanjut)


 Penampilan sianosis
 Pembengkakan umum atau “blue bloaters” (disebabkan oleh edema
asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal).

 Emphysema
 Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter
thoraks anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi
paru-paru).
 Fase ekspirasi memanjang.

 Emphysema (tahap lanjut)


 Hipoksemia dan hiperkapnia.
 Penampilan sebagai “pink puffers”
 Jari-jari tabuh.

4. Pemeriksaan diagnostik
 Test faal paru
1) Kapasitas inspirasi menurun
2) Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif
Kronik
4) FVC awal normal  menurun pada bronchitis dan astma.
5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).

 Transfer gas (kapasitas difusi).

6
Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.
Pada emphysema : area permukaan gas menurun.

Transfer gas (kapasitas difusi).menurun

 Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah  gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri  SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.

 Analisa Gas Darah


PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal
asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.

 Sputum :
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.

 Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.

Pada emphysema paru :


 Distensi >
 Diafragma letak rendah dan mendatar.
 Ruang udara retrosternal > (foto lateral).
 Jantung tampak memanjang dan menyempit.
 Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi
kuat.

 EKG.

7
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada
hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan
di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

5. Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.

Aktivitas dan
Istirahat
Gejala Keletihan, kelelahan, malaise
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea
pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa
otot
Sirkulasi
Gejala Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher, sianosis perifer
Integritas ego
Gejala/tanda Ansietas, ketakutan dan peka rangsang
Makanan/cairan
Gejala Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan
karena distress pernafasan
Penurunanan BB menetap (empisema) dan peningkatan BB
karena edema (Bronkitis)
Tanda Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB,
penurunan massa otot
Hygiene
Gejala Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas tubuh
Tanda Kebersihan buruk, bau badan
Pernafasan
Gejala Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode
serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk
bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun.
Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)
Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif (empisema),
Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin
Tanda Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi
memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema)
Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan

8
diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup
Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan dapat
juga redup/pekak karena adanya cairan).
Kesulitan bicara 94 – 5 kalimat 0
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
Seksualitas Libido menurun
Interaksi sosial
Gejala Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung
tanda Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan antar keluarga

9
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas,
kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk,
peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan
atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya immunitas
tubuh
6. Kurang pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi

Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari
masing-masing masalah yang ditemukan.

Tujuan Penatalaksanaan
 Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
 Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
 Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
 Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

Kriteria Keberhasilan :
 Berkurangnya gejala sesak nafas.
 Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
 Membaiknya faal paru.
 Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).
 Memperbaiki kualitas hidup.
 Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

10
DIAGNOSA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran Klien mampu menunjukkan 1. Observasi status pernafasan, hasil gas darah 1. Memantau perkembangan
gas berhubungan dengan perbaikan oksigenasi. arteri, nadi dan nilai oksimetri kegawatan pernafasan
pembatasan jalan nafas, Kriteria hasil 2. Awasi perkembangan membran mukosa / kulit 2. Gangguan Oksigenasi perifer
kelelahan otot 1. Gas arteri dalam batas (warna) tampak cianosis
pernafasan, peningkatan normal 3. Observasi tanda vital dan status kesdaran. 3. Menentukan status pernafasan
produksi mukus atau 2. Warna kulit perifer dan kesadaran
spasme bronkus. membaik (tidak cianosis) 4. Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas 4. Mengurangi penggunaan energi
3. RR : 12 – 24 x /menit klien berlebihan yang membutuhkan
4. Bunyi nafas bersih 5. Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan banyak Okigen
5. Batuk (-) 6. Pertahankan posisi fowler dengan tangan 5. Memenuhi kebutuhan oksiegen
6. Ketidaknyamanan dada abduksi dan disokong dengan bantal atau 6. Meningkatkan kebebasan suplay
(–) duduk condong ke depan dengan ditahan meja. oksiegn
7. Nadi 60 – 100 x/menit 7. Kolaborasi untuk 7. Obat depresan akan mendepresi
8. Dyspnea (–) a. Berikan obat yang telah diresepkan system pernafasan dan
b. Berikan obat depresan saraf dengan hati- menyebabkan gagal nafas
hati (sedatif/narkotik).

2. Bersihan jalan nafas Klien dapat mening-katkan 1. Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi 1. Memantau tingkat kepatenan

11
tidak efektif bersihan jalan nafas sekresi, jika tidak mampu : jalan nafas dan meningkatkan
berhubungan dengan Kriteria hasil a. Ajarkan metode batuk terkontrol kemampuan klien merawat diri /
ketidakadekuatan batuk, 1. Mampu b. Gunakan suction (jika perlu untuk membersihkan/membebaskan
peningkatan produksi mendemonstrasikan batuk mengeluarkan sekret) jalan nafas
mukus/peningkatan terkontrol c. Lakukan fisioterapi dada
sekresi lendir 2. Intake cairan adekuat 2. Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada 2. Memantau kemajuan bersihan
untuk mengetahui kualitas suara nafas dan jalan nafas
kemajuannya.
3. Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, 3. Mengencerkan secret agar
ekspektorans mudah dikeluarkan
4. Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari 4. mengencerkan sekert
bila tidak ada kontra indikasi
5. Anjurkan klien mencegah infeksi / stressor 5. Menghindarkan bahan iritan
a. Cegah ruangan yang ramai pengunjung yang menyebabkan kerusakan
atau kontak dengan individu yang jalan nafas
menderita influenza
b. Mencegah iritasi : asap rokok
c. Imunisasi : vaksinasi Influensa.

3. Gangguan kebutuhan Klien akan menunjukkan 1. Kaji kebiasaan diit. Catat derajat kesulitan 1. Pasien distress pernafasan sering

12
nutrisi kurang dari kemajuan/peningkatan status makan/masukan. Evaluasi BB anoreksia. Dan juga sering
kebutuhan tubuh nutrisi mempunyai pola makan yang
berhubungan dengan Kriteria hasil buruk. Sehingga cenderung Bb
ketidakadekuatan intake a. Klien tidak mengalami menurun
nutrisi sekunder terhadap kehilangan BB lebih 2. Berikan perawaatan oral 2. kebersihan oral menhilangkan
peningkatan kerja lanjut bakteri penumbuh bau mulut
pernafasan, kesulitan b. Masukan makanan dan dan eningkatkan rangsangan
masukan oral sekunder cairan meningkat /nafsu makan
dari anoreksia c. Urine tidak pekat 3. Hindari makanan penghasil gas dan minuman 3. menimbulkan distensi abdomen
d. Output urine meningkat. karbont dan meningkatkan dispnea
e. Membran mukosa lembab 4. Sajikan menu dalam keadaan hangat 4. Menu hangat mempenga-ruhi
f. Kulit tidak kering relaksasi spingkter / saluran
g. Tonus otot membaik pencrnaan shg respon
mual/muntah berkurang
5. Anjurkan makan sedikit tapi sering 5. menegah perut penuh dan
menurunkan resiko mual
6. Kolaborasi tim nutrisi untuk menentukan diit 6. Menentukan diit yang tepat
sesuai perhitungan ahli gizi

4. Cemas berhubungan Tujuan : rasa cemas 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh 1. Untuk menentukan tingkat
dengan kurangnya berkurang/hilang. pasien. kecemasan yang dialami pasien

13
pengetahuan tentang Kriteria Hasil : sehingga perawat bisa
penyakitnya. 1. Klien mengungkapkan memberikan intervensi yang
bahwa ia tidak cemas. cepat dan tepat.
2. Ekspresi wajah rileks. 2. Beri kesempatan pada pasien untuk 2. Dapat meringankan beban
3. RR : 12 – 24 X / menit. mengungkapkan rasa cemasnya. pikiran pasien.
4. N : 60 - 100 X / menit 3. Lakukan pendekatan kepada klien dengan 3. Agar terbina rasa saling percaya
tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian antar perawat-pasien sehingga
informasi atau instruksi yang bertele-tele dan pasien kooperatif dalam
terus menerus. tindakan keperawatan.
4. Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat 4. Penjelasan yang sederhana dan
tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan singkat tentang tujuan intervensi
diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk dan pemeriksaan diagnostik
ikut serta dalam tindakan keperawatan. serta anjurkan kepada klien
untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan dapat mengurangi
beban pikiran pasien.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, 5. Sikap positif dari tim kesehatan
dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha akan membantu menurunkan
memberikan pertolongan yang terbaik dan kecemasan yang dirasakan
seoptimal mungkin. pasien.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk 6. Pasien akan merasa lebih tenang
mendampingi pasien secara bergantian. bila ada anggota keluarga yang
menunggu.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. 7. Lingkung yang tenang dan
nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A


Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.


Penerbit EGC. Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk


Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep


Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

15
LAPORAN KASUS (PROSES KEPERAWATAN)

Nama Mahasiswa : Subhan


NIM : 010030170 B
Ruang : Paru Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
Pengkajian diambil tanggal : 20 Mei 2002. Jam 08.00 BBWI

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Ahmad Marjuki No. Regester : 10081519
Umur : 56 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Marietal : Kawin
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SLTA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Ampel Madrasah 18 Surabaya.
Tanggal MRS : 15 Mei 2002 Jam…………..…. WIB.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Diagnosa Medis : PPOK
Alasan Dirawat : Mendapatkan pertolongan pemberian Oksigen
Keluhan Utama : Sesak nafas.

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1) Riwayat Penyakit Dahulu
Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu. Klien pernah MRS dengan
penyakit yang sama selama 8 kali. Mempunyai riwayat Asthma Bronkiale sejak
kecil. Klien merokok selama 30 tahun sebanyak 2 pak/hari.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu, 5 hari ini sesak bertambah
berat, sudah minum obat + aerosol tetapi tetap sesak. Sesak nafas pada waktu
berbaring, duduk, berdiri maupun berjalan. Sebelumnya batuk berdahak (+),
warna putihkekuningan

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

16
Orang tua dan anak dari klien ada juga yang menderita penyakit seperti yang
diderita klien saat ini.

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan


Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih.

5) Riwayat Kesehatan Lainnya


Alat bantu yang dipakai : ………………………………………………..

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum : baik

2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 100 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 100/60 mmHg.
Respirasi : 32 x/menit

3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 32 x/menit. Nafas pendek, khususnya
pada saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada
tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk menetap dengan produksi
sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-turut selama 3 tahun sedikitnya 2
tahun. Sputum putihkekuningan dengan jumlah banyak. Pengguanaan otot
bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi
nafas, Ronki, wheezing, redup. Perkusi hypersonor pada area paru. Sianosis
bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
Hasil foto Thorax PA tanggal 15 Mei 2002:
Cor : bentuk Tear Drops
Pulmo : Tampak bronchopulmonary Pattern sedikit meningkat hiperacrated
kedua paru.
Kedua sinus Phrenicocostalis tumpul (tampak tenting pada kedua
hemidiafragma).
Tampak perselubungan homogen pada hemithorax kanan bawah lateral.
Tampak callus formation pada costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.
Kesimpulan : Emphysematous Lung, Efusi Pleura bilateral yang telah

17
mengalami organisasi bekas fraktur Costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)


Nadi 100 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 100/60 mmHg, Suhu 36,8
0
C, Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Distensi vena leher, sianosis
perifer.
Hasil EKG tanggal 17 Mei 2002:
Sinus takikardi disertai PAC dan PVC oleh karena pemberian Aminophyllin
(Efek Aritmogenik).

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)


Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik.
Persepsi Sensori : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pendengaran : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penciuman : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pengecapan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penglihatan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Perabaan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)


Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.

(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak
kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, Rectum normal, klien
buang air besar 1 X/hari.

(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)


Kemampuan pergerakan sendi bebas/terbatas
Parese ada/tidak, Paralise ada/tidak, Hemiparese ada/tidak,
Ekstrimitas : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Atas : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Bawah : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Tulang Belakang : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

18
Warna kulit : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Akral : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Turgor : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

(7) Sistem Endokrin


Terapi hormon : (-)
Karakteristik sex sekunder : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik : Tidak ada kelainan/ Dalam
batas normal.
Postural hipotensi : (-).

Pola aktivitas sehari-hari


(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Pada klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik terjadi perubahan persepsi
dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
Penyakit Paru Obstruktif Kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan
dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar
dan mudah dimengerti pasien.

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme


Akibat mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena
distress pernafasan maka berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
TB = 162 cm. BB = 33 kg.  BB Edial = (162 – 100) – 10% = 56 kg.

(3) Pola Eliminasi


Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.
Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.

(4) Pola tidur dan Istirahat


Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau
respon terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda : gelisah, insomnia.
(5) Pola Aktivitas dan latihan

19
Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari
karena sulit bernafas. Kelelahan, kelemahan umum/kehilangan masa otot.

(6) Pola Hubungan dan Peran


Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan antar keluarga.

(7) Pola Sensori dan Kognitif


Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami
disorientasi.

(8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri


Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). Klien mengalami cemas
karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik
dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(9) Pola Seksual dan Reproduksi


Libido menurun, gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi,
serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di
rumah sakir klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.

(10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa kecemasan (Ansietas), ketakutan dan peka rangsang, mudah tersinggung
dan marah, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh berupa PPOM
tidak menghambat klien dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola
ibadah klien.
Personal Higiene

20
Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
tubuh  Kebersihan buruk, bau badan.

Ketergantungan
Klien tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol.
Klien mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu
menghabiskan 2 pak / hari.

Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress
menghadapi tindakan yang diprogramkan.

Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan antar keluarga.

Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama
dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif
mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah
tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya

DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil pemeriksaan Laboratorium.

Darah lengkap tanggal : 15 Mei 2002.


- Hb : 10,7 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
- Leukosit : 18.600 (4000 – 11.000).
- Trombosit : 381 (150 – 350).
- PCV : 0,33

Faal Hati tanggal : 15 Mei 2002.


- SGOT : 20 (L < 37 P < 31) U/L

Faal Ginjal tanggal : 15 Mei 2002.

21
- Ureum/BUN : 12 mg/dl (10 – 45)
- Serum Creatinin : 0,93 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)

Darah lengkap tanggal : 20 Mei 2002.


- Hb : 10,6 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
- LED : 100 (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam
- Leukosit : 17.600 (4000 – 11.000).
- Hematokrit : 31,1 (L 0,40 – 0,47P 0,38 – 0,42)
- Trombosit : 421 (150 – 350)
- PCV : 0,33

Gula darah tanggal : 20 Mei 2002.


- Glukosa Puasa : 50 mg/dl (< 126 mg/dl)

Lemak tanggal : 20 Mei 2002.


- Cholesterol Total : 217 (100 - 240)

Faal Hati tanggal : 20 Mei 2002.


- Alkali Phospatase : 261
- SGOT : 29,2 (L < 37 P < 31) U/L
- SGPT : 16,11 (L < 40 P < 31) U/L
- Albumin : 3,81 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl)

Faal Ginjal tanggal : 20 Mei 2002.


- Uric Acid : 4,13 mg/dl (L : 3,4 – 7,0 P 2,4 – 5,7)

Elektrolit tanggal : 20 Mei 2002.


- Natrium : 136 mmol/l (135 – 145 mmol/l)
- Kalium : 2,2 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l)

Gas Darah Analisa :


- PH : (7,35 – 7,45)
- PO2 : (80 – 100) mmHg
- PCO2 : (35 – 45) mmHg
- HCO3 : (22 – 26) mmol/L
- BE : (- 2,5 - + 2,5) mmol/L

22
TERAPI :
- Oksigen 2 Lt/mt
- Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.
- Tab Cefrofloxacin 2 X 500 mg
- Atroven Nebulizer 4 x / hr.
- Bricasma Nebulizer 4 x / hr.
- Syr Antacid 3 X 1 C1
- Tab Ranitidin 2 X 1
- Tab Codein 3 X 10 mg
- Infus RL drip KCl 25 mg/24 jam

Tanda tangan mahasiswa

(Subhan)

23
ANALISA DAN SINTESA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. S: peningkatan produksi Gangguan pertukaran
Klien mengatalakn sesak mukus. gas
nafas. rasa dada
tertekan/ketidakmampuan
untuk bernafas.
O:
1. Warna kulit perifer
cianosis.
2. RR : 32 x /menit.
3. Nafas pendek.
4. Pengguanaan otot
bantu pernafasan
5. Sianosis bibir dan
dasar kuku, jari
tabuh.

2. S: peningkatan produksi Bersihan jalan nafas


Klien mengatakan selalu mukus/peningkatan tidak efektif
ingin batuk. sekresi lendir
Klien mengatakan
mempunyai kebiasaan
merokok sejak 30 tahun
yang lalu dan mampu
menghabiskan 2 pak /
hari.
O:
1. Bunyi nafas : Ronki,
wheezing, redup.
2. Perkusi hypersonor
pada area paru.
3. Batuk menetap
dengan produksi
sputum (+)

3. O: Intake makanan yang Gangguan pemenuhan


Klien hanya makan kurang. nutrisi kurang dari
beberapa sendok dari kebutuhan tubuh
makanan yang disajikan.
S:
Klien mengeluh sesak
nafas pada waktu makan

4. O: Kurangnya pengetahuan Cemas


S: tentang penyakitnya.
Klien mengatalakn cemas
karena Kurangnya
pengetahuan tentang sifat
penyakit, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan
tindakan yang
diprogramkan.
Lamanya perawatan,

24
banyaknya biaya
perawatan dan
pengobatan dan gangguan
peran pada keluarga (self
esteem).

5. O: Kurangnya informasi. Kurangnya


S: pengetahuan tentang
Klien mengatakan kurang proses penyakit, diet,
mengetahui tentang perawatan dan
proses penyakit, pengobatan
perawatan maupun
pengobatan serta
kurangnya pengetahuan
tentang diet.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus/peningkatan sekresi lendir
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Intake makanan yang kurang.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

25
RENCANA TINDAKAN

DIAGNOSA
NO TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas Klien mampu menunjukkan 1. Observasi status pernafasan, hasil 1. Memantau perkembangan kegawatan
berhubungan dengan perbaikan oksigenasi. gas darah arteri, nadi dan nilai pernafasan.
peningkatan produksi mukus. Kriteria hasil oksimetri.
1. Warna kulit perifer 2. Awasi perkembangan membran 2. Gangguan Oksigenasi perifer tampak
membaik (tidak cianosis) mukosa / kulit (warna). cianosis.
2. RR : 12 – 24 x /menit 3. Observasi tanda vital dan status 3. Menentukan status pernafasan dan
3. Nafas panjang kesadaran. kesadaran.
4. Tidak menggunakan otot 4. Evaluasi toleransi aktivitas dan 4. Mengurangi penggunaan energi
bantu pernafasan. batasi aktivitas klien. berlebihan yang membutuhkan
5. Ketidaknyamanan dada banyak Okigen.
(–) 5. Berikan oksigenasi yang telah 5. Memenuhi kebutuhan oksiegen.
6. Nadi 60 – 100 x/menit. dilembabkan.
7. Dyspnea (–) 6. Pertahankan posisi fowler 6. Meningkatkan kebebasan suplay
dengan tangan abduksi dan oksiegn.
disokong dengan bantal atau
duduk condong ke depan dengan
ditahan meja.
7. Kolaborasi untuk pemberian obat 7. Obat mukolitik dan ekspektoransia
yang telah diresepkan. akan mengencerkan produksi mukus
yang mengental.

2. Bersihan jalan nafas tidak Klien dapat meningkatkan 1. Kaji kemampuan klien untuk 1. Memantau tingkat kepatenan jalan

26
efektif berhubungan dengan bersihan jalan nafas memobilisasi sekresi, jika tidak nafas dan meningkatkan kemampuan
peningkatan produksi Kriteria hasil mampu : klien merawat diri /
mukus/peningkatan sekresi 1. Bunyi nafas a. Ajarkan metode batuk membersihkan/membebaskan jalan
lendir bersih/Vesikuler terkontrol nafas.
2. Batuk (-) b. Gunakan suction (jika perlu
3. Mampu untuk mengeluarkan sekret)
mendemonstrasikan batuk c. Lakukan fisioterapi dada
terkontrol. 2. Secara rutin tiap 8 jam lakukan 2. Memantau kemajuan bersihan jalan
4. Intake cairan adekuat auskultasi dada untuk nafas.
mengetahui kualitas suara nafas
dan kemajuannya.
3. Berikan obat sesuai dengan 3. Mengencerkan secret agar mudah
resep; mukolitik, ekspektorans dikeluarkan.
4. Anjurkan minum kurang lebih 2 4. mengencerkan sekert.
liter per hari bila tidak ada kontra
indikasi
5. Anjurkan klien mencegah infeksi 5. Menghindarkan bahan iritan yang
/ stressor menyebabkan kerusakan jalan nafas
a. Cegah ruangan yang ramai
pengunjung atau kontak
dengan individu yang
menderita influenza
b. Mencegah iritasi : asap
rokok
c. Imunisasi : vaksinasi
Influensa.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi Tujuan : Kebutuhan nutrisi 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan 1. Untuk mengetahui tentang keadaan

27
kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi makan. dan kebutuhan nutrisi pasien
berhubungan dengan Intake Kriteria hasil : sehingga dapat diberikan tindakan
makanan yang kurang. 1. Berat badan dan tinggi dan pengaturan diet yang adekuat.
badan ideal. 2. Anjurkan pasien untuk mematuhi 2. Kepatuhan terhadap diet dapat
2. Pasien mematuhi dietnya. diet yang telah diprogramkan. mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
3. Timbang berat badan setiap 3. Mengetahui perkembangan berat
seminggu sekali. badan pasien (berat badan merupakan
salah satu indikasi untuk menentukan
diet).
4. Identifikasi perubahan pola 4. Mengetahui apakah pasien telah
makan. melaksanakan program diet yang
ditetapkan.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan 5. Pemberian diet yang sesuai dapat
lain untuk pemberian diet Tinggi mempercepat proses penyembuhan
Kalori dan Tinggi Protein. dan mencegah komplikasi.
4. Cemas berhubungan dengan Tujuan : rasa cemas 1. Kaji tingkat kecemasan yang 1. Untuk menentukan tingkat
kurangnya pengetahuan tentang berkurang/hilang. dialami oleh pasien. kecemasan yang dialami pasien
penyakitnya. Kriteria Hasil : sehingga perawat bisa memberikan
1. Pasien dapat intervensi yang cepat dan tepat.
mengidentifikasikan sebab 2. Beri kesempatan pada pasien 1 Dapat meringankan beban pikiran
kecemasan. untuk mengungkapkan rasa pasien.
2. Emosi stabil., pasien tenang. cemasnya.
3. Istirahat cukup. 3. Gunakan komunikasi terapeutik. 2 Agar terbina rasa saling percaya antar
perawat-pasien sehingga pasien
kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
4. Beri informasi yang akurat 3 Informasi yang akurat tentang
tentang proses penyakit dan penyakitnya dan keikutsertaan pasien
anjurkan pasien untuk ikut serta dalam melakukan tindakan dapat
dalam tindakan keperawatan. mengurangi beban pikiran pasien.

28
5. Berikan keyakinan pada pasien 4 Sikap positif dari timkesehatan akan
bahwa perawat, dokter, dan tim membantu menurunkan kecemasan
kesehatan lain selalu berusaha yang dirasakan pasien.
memberikan pertolongan yang
terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Berikan kesempatan pada 5 Pasien akan merasa lebih tenang bila
keluarga untuk mendampingi ada anggota keluarga yang
pasien secara bergantian. menunggu.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang 6 Lingkung yang tenang dan nyaman
dan nyaman. dapat membantu mengurangi rasa
cemas pasien.
5. Kurangnya pengetahuan Tujuan : Pasien memperoleh 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk memberikan informasi pada
tentang proses penyakit, diet, informasi yang jelas dan benar pasien/keluarga tentang penyakit pasien/keluarga, perawat perlu
perawatan, dan pengobatan tentang penyakitnya. paru obstruktif kronik. mengetahui sejauh mana informasi
berhubungan dengan Kriteria Hasil : atau pengetahuan yang diketahui
kurangnya informasi. 1. Pasien mengetahui tentang pasien/keluarga.
proses penyakit, diet, 2. Kaji latar belakang pendidikan 2. Agar perawat dapat memberikan
perawatan dan pasien. penjelasan dengan menggunakan
pengobatannya dan dapat kata-kata dan kalimat yang dapat
menjelaskan kembali bila dimengerti pasien sesuai tingkat
ditanya. pendidikan pasien.
2. Pasien dapat melakukan 3. Jelaskan tentang proses penyakit, 3. Agar informasi dapat diterima
perawatan diri sendiri diet, perawatan dan pengobatan dengan mudah dan tepat sehingga
berdasarkan pengetahuan pada pasien dengan bahasa dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
yang diperoleh. kata-kata yang mudah
dimengerti.
4. Jelasakan prosedur yang kan 4. Dengan penjelasdan yang ada dan
dilakukan, manfaatnya bagi ikut secra langsung dalam tindakan
pasien dan libatkan pasien yang dilakukan, pasien akan lebih
didalamnya. kooperatif dan cemasnya berkurang.

29
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)

DIAGNOSA
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran 1. Mengobservasi status pernafasan, nadi dan tekanan darah. S:
gas berhubungan 2. Mengawasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna). O:
dengan peningkatan 3. Mengobservasi tanda vital dan status kesadaran. 1. Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
produksi mukus. 4. Mengevaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien. 2. RR : 12 – 24 x /menit
5. Memberikan oksigenasi yang telah dilembabkan. 3. Ketidaknyamanan dada (–)
6. Mempertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong 4. Nadi 60 – 100 x/menit.
dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja. 5. Dyspnea (–)
7. Mengkolaborasikan untuk pemberian obat yang telah diresepkan. A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan

2. Bersihan jalan nafas 1. Mengkaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika tidak S:
tidak efektif mampu : O:
berhubungan dengan a. Mengajarkan metode batuk terkontrol 1. Bunyi nafas bersih
peningkatan produksi b. Menggunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret) 2. Batuk (-)
mukus/peningkatan c. Melakukan fisioterapi dada 3. Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol.
sekresi lendir 2. Secara rutin tiap 8 jam melakukan auskultasi dada untuk mengetahui 4. Intake cairan adekuat
kualitas suara nafas dan kemajuannya. A : Tujuan Berhasil
3. Memberikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans P : Intervensi dihentikan
4. Menganjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada
kontra indikasi
5. Menganjurkan klien mencegah infeksi / stressor
a. Mencegah ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan
individu yang menderita influenza
b. Mencegah iritasi : asap rokok.
3. Gangguan pemenuhan 1. Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. S:

30
nutrisi kurang dari 2. Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
kebutuhan tubuh 3. Menimbang berat badan setiap seminggu sekali. O:
berhubungan dengan 4. Mengidentifikasi perubahan pola makan. 1. Pasien mematuhi dietnya.
intake makanan yang 5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet Tinggi A : Tujuan tercapai sebagian
kurang. Kalori Tinggi Protein. P : Intervensi terus dilakukan.

4. Cemas berhubungan 1. Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. S:


dengan kurangnya 2. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
pengetahuan tentang cemasnya. O:
penyakitnya. 3. Menggunakan komunikasi terapeutik. 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab
4. Memberi informasi yang akurat tentang proses penyakit dan kecemasan.
menganjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. 2. Emosi stabil., pasien tenang.
5. Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim 3. Istirahat cukup.
kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik A : Tujuan Berhasil
dan seoptimal mungkin. P : Intervensi dihentikan
6. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien
secara bergantian.
7. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

5. Kurangnya 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit S:


pengetahuan tentang PPOM. O:
proses penyakit, diet, 2. Mengkaji latar belakang pendidikan pasien. 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit,
perawatan, dan 3. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat
pengobatan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah menjelaskan kembali bila ditanya.
berhubungan dengan dimengerti. 2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri
kurangnya informasi. 4. Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi klien berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
dan libatkan klien didalamnya. A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan

31

Anda mungkin juga menyukai