PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Provinsi Gorontalo merupakan bagian dari Mandala Barat bagian utara
(West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik yang
merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda (Hall & Wilson (2000) dalam
Amstrong F.S, 2012). Hal ini berarti banyak proses-proses vulkanisme yang
terjadi di daerah ini sehingga sangat tepat dijadikan sebagai lokasi praktikum
untuk lebih memahami vulkanologi.
Menurut Bronto (2006) vulkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
setiap proses alam yang berhubungan dengan kegiatan gunungapi, meliputi asal
usul pembentukan magma di dalam bumi hingga kemunculannya di permukaan
bumi dalam berbagai bentuk dan kegiatannya (Anonim,2016).
Kondisi litologi daerah gorontalo yang didominasi oleh batuan vulkanik
melatarbelakangi praktikum yang dilaksankan di tiga lokasi ini. Hal ini juga
sebagai penerapan dari teori-teori vulkanologi yang telah didapatkan untuk
memperdalam pengetahuan tentang vulkanologi.
1.2.Tujuan
1. Menentukan dan membedakan jenis-jenis batuan piroklastik.
2. Menentukan dan membedakan jenis-jenis batuan vulkanik
3. Menentukan formasi batuan di setiap lokasi praktikum
1.3.Manfaat
1. Mahasiswa dapat menentukan dan membedakan jenis-jenis batuan
piroklastik.
2. Mahasiswa dapat menentukan dan membedakan jenis-jenis batuan vulkanik.
3. Mahasiswa dapat menentukan formasi batuan di setiap lokasi praktikum.
Vulkanologi | 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vulkanologi | 2
lanau, beberapa mengandung batu gamping yang termetamorfosis. Seperti halnya
di utara, asosiasi batuan-batuan tersebut juga membawa pada kandungan mineral
logam emas yang ditambang secara manual oleh rakyat, seperti di Bone Pantai,
Tilamuta, dan Gunung Pani, Marisa.
Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai
Pohuwato. Dataran yang terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan
perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai
yang sebagain besar tadinya merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut.
Hingga sekarang, di bagian selatan, masih didapati rawa-rawa bakau (mangrove)
yang luas, yang sebenarnya merupakan rumah bagi burung endemis Wallacea,
burung maleo.
Dari zona fisiografis di atas, dapat dikatakan bahwa morfologi Gorontalo
umumnya merupakan daerah pegunungan yang berrelief terjal, kecuali di Dataran
Interior dan Dataran Aluvial Pantai.Batas-batas pegunungan terbentang hingga
pantai.Pantai-pantai yang ada, baik di utara ke Laut Sulawesi, maupun di selatan
ke Teluk Tomini, hanyalah pantai-pantai sempit atau berbatu-batu.Relief yang
terjal memang sangat rawan terhadap longsor ataupun jatuhan batu. Erosi pun
akan menjadi sangat peka jika lingkungan hutan pada lereng terjal berubah. Tetapi
kondisi alam tersebut, dengan masih kecilnya pengaruh kerusakan lingkungan,
menciptakan pemandangan yang mempesona, seperti contohnya sebuah teluk
yang masih asri di sepanjang perjalanan dari Kwandang ke Atinggola di
Kabupaten Gorontalo Utara.
2.2. Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian ini merujuk pada Rudyawan dkk. (2014)
Formasi batuan yang terdapat pada daerah prakikum dari tua ke muda, yaitu
satuan diorit bone (Tmb), satuan batuan gunung api bilungala (Tmbv), satuan
batuan gunung api pinogu (TQpv), satuan batu gamping terumbu (Ql), dan
aluvium dan endapan pantai (Qal).
Vulkanologi | 3
2.2.1 SATUAN DIORIT BONE (Tmb)
Diorit, diorit kuarsa, granodiorit, dan granit. Menurut Apandi dan Bachri
(1997) diorit kuarsa banyak dijumpai di daerah S.Taludaa dengan keragaman
diorit, granodiorit, dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai di daerah S.Bone.
Satuan ini menerobos Batuan Gunungapi Bilungala maupun Formasi Tinombo.
Umur satuan ini sekitar Miosen Akhir.
2.2.2.SATUAN BATUAN GUNUNGAPI BILUNGALA (Tmbv)
Breksi,tuf, dan lava bersusunan andesit, dasit, dan riolit. Zeolit dan kalsit
sering dijumpai pada kepingan batuan penyusun breksi. Tuf umumnya bersifat
dasitan, agak kompak dan berlapis buruk di beberapa tempat. Di daerah pantai
selatan dekat Bilungala, satuan ini dikuasai oleh lava dan breksi yang umumnya
bersusunan dasit dan dicirikan oleh warna alterasi kuning sampai cokelat,
mineralisasi pirit, perekahan yang intensif, serta banyak dijumpai batuan
terobosan diorit. Propilitisasi, kloritisasi, dan epidotisasi, dan banyak dijumpai
pada lava. Tebal lapisan diperkirakan lebih dari 1000 meter, sedang umurnya
berdasarkan kandungan fosil dalam sisipan batugamping adalah Miosen Bawah-
Miosen Akhir.
2.2.3 SATUAN BATUAN GUNUNGAPI PINOGU (TQpv)
Tuf, tuf lapili, breksi, dan lava. Breksi gunung api di peg. Bone,
G.Mongadalia, dan Pusian bersusuna andesit piroksen dan dasit. Tuf yang
tersingkap di G. Lembut dan G. Lolombulan umumnya berbatuapung, kuning
muda,berbutir sedang hingga kasar, diselingi oleh lava bersusunan menengah
sampai basa. Tuf dan tuf lapili di sekitar S.Bone bersusunan dasitan. Lava
berwarna kelabu muda hingga kelabu tua, pejal, umumnya bersusunan andesit
piroksen. Satuan ini secara umum termampatkan lemah hingga sedang, umumnya
diduga Pliosen-Plistosen.
2.2.4 SATUAN BATUGAMPING TERUMBU (Ql)
Batugamping terumbu terangkat dan batugamping klastik dengan
komponen utama koral, setempat berlapis, terutama dijumpai di daerah pantai
selatan dan setempat di dekat Panong daerah pantai utara.
2.2.5. ALUVIUM DAN ENDAPAN PANTAI (Qal)
Pasir, lempung, lumpur, kerikil, dan krakal.
Vulkanologi | 4
Gambar 2.3. Peta Geologi Regional Daerah Praktikum (Modifikasi
Rudyawan dan Apandi dan Bachri)
Vulkanologi | 5
Gambar 2.4 Peta Tektonik Pulau Sulawesi (Hall and Wilson, 2000
dalam Amstrong,2012)
Vulkanologi | 6
Merujuk pada Afandi dan Bachri (1997) Sesar mendatar terbesar adalah
sesar Gorontalo yang berdasarkan analisa kekar penyertanya menunjukkan arah
pergeseran menganan. Beberapa zona sesar naik bersudut sekitar 30o dapat
dibeberapa tempat khususnya batuan gunung api Bilungala.
Vulkanologi | 7
1. Piroklastik jatuhan (fall)
Endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan gunungapi yang
meledak yang kemudian terlempar pada suatu permukaan, memiliki ketebalan
endapan yang relative berukuran sama.
3. Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge dihasilkan dari letusan gunungapi yang
kemudian mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran.
1. Ukuran butir
Ukuran butir adalah ukuran dari batuan piroklastik itu sendiri, terbagi
menjadi beberapa macam, yaitu :
Block (untuk yang berbentuk menyudut) dan Bomb (untuk yang membentuk
membulat) berukuran lebih besar dari 32 mm.
Lapili yaitu untuk butiran dari 4 mm – 32 mm diameternya.
Debu yaitu batuan yang lebih kecil dari 4 mm.
Vulkanologi | 8
2. Bentuk butir
Bentuk butir adalah bentuk dan keadaan batuan tersebut, ada beberapa
macam yaitu :
Membulat sempurna, sangat bulat seperti bola.
Membulat hampir seperti bola.
Menyudut, yaitu memiliki sudut-sudut pada permukaannya.
3. Kompaksi
Kompaksi adalah tingkat kekerasan pada batuan piroklastik, ada 2 macam
kompaksi yang dikenal dalam batuan piroklastik, yaitu :
Kompak, permukaannya kuat, keras dan padat.
Mudah hancur, bila dipegang meninggalkan serbuk pada tangan.
Pada batuan piroklastik yang berbutir kasar maupun halus bisa didapatkan
struktur-struktur yang sering kali terdapat pada batuan sedimen, seperti
perlapisan. Batuan piroklastik yang berbutir halus (tufa) seringkali
memperlihatkan tekstur seperti pada batuan beku lelehan.
Penamaan batuan piroklastik berdasarkan pada butirnya, dikenal 4 jenis
yaitu :
Vulkanologi | 9
BAB III
METODOLOGI
1. Palu Geologi
Palu digunakan untuk memukul batang elektroda ke dalam tanah.
Gb 3.2. GPS
Vulkanologi | 10
3. Megafone
Digunakan sebagai pengeras suara.
Gb 3.3 Megafone
4. Kamera
Digunakan untuk mengambil foto-foto di lapangan.
Gb 3.4. Kamera
5. Alat tulis
Digunakan untuk mencatat data-data yang di dapatkan di lapangan.
Vulkanologi | 11
6. Kompas Geologi
Digunakan untuk membaca arah dan mengukur dip/slope.
Gb3.6. Kompas
Geologi
3.1.2. Bahan
1. Batu baterai
Sebagai sumber listrik pada megafonedan GPS.
Gb 3.7Batu Baterai
2. HCl
Digunakan untuk menguji senyawa karbonat yang ada dalam batuan.
Vulkanologi | 12
3.2. Proses Kerja Lapangan
Vulkanologi | 13
TAHAP PERSIAPAN
TAHAP PELAPORAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM
VULKANOLOGI
Vulkanologi | 14
BAB IV
Vulkanologi | 15
(a) (b)
4.2. Stratigrafi
B
A
A
B
C
Vulkanologi | 16
4.2.2. Daerah Molotabu
Pada daerah ini terdapat satuan berupa lava yang dengan pengamatan
megaskopis berupa warna abu-abu gelap, tekstur porfiri afanitik, dengan mineral
berupa plagioklas, kuarsa, dan piroksen teridentifikasi merupakan lava andesitan.
Satuan ini terdapat di stasiun satu lokasi praktikum. Satuan ini masuk kedalam
formasi Tmbv. Pada stasiun kedua terdapat singkapan dasit porfiri dengan mineral
berupa plagioklas, hornblende, dan kuarsa diamati secara megaskopis. Satuan ini
juga termasuk dalam formasi Tmbv. Antara stasiun pengamatan ketiga dan empat
terdapat batuan plutonik berbentuk sill,terdapat sisipan konglomerat yang kontak
dengan dasit, batuan intrusif tersebut berupa diorite pengamatan secara
megaskopis terdapat mineral plagioklas dan hornblende, warnanya terang keabu-
abuan, yang mencirikan formasi Diorite Bone (tmb).Kedua formasi ini ditemukan
di daerah Molotabu.
Sementara di daerah Botubarani, ciri litologinya sama dengan yang
terdapat pada daerah Leato, yaitu singkapan breksi vulkanik yang mencirikan
formasi TQpv.
A B
C D
Gambar 4.4. (A) Satuan Lava Andesit (B) Satuan Dasit Porfiri (C) Breksi
Vulkanik tersingkap kecil (D) Satuan Breksi Vulkanik di daerah Botubarani
Vulkanologi | 17
Jenis Batuan
Age
Sed. Volcanic Intrusive Sed. Volcanic Intrusive
Quarter
Qal
Qpl Ql
Pliosen
TQpv
Tmbv
Miosen
Tmb
Satuan Diorit
Satuan Tuff
Satuan Batugamping
Terumbu
Satuan Endapan Pantai
Vulkanologi | 18
4.3. Sejarah Geologi
Vulkanologi | 19
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu, penulis menghimbau kepada para pembaca, kiranya laporan ini dapat
dijadikan contoh untuk praktikum dan pembuatan laporan selanjutnya yang lebih
baik lagi.
Vulkanologi | 20