Bawang merah (Allium ascalonicum L) family Lilyceae yang berasal dari Asia Tengah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sering digunakan sebagai penyedap masakan. Selain itu, bawang merah juga mengandung gizi dan senyawa yang tergolong zat non gizi serta enzim yang bermanfaat untuk terapi, serta meningkatkan dan mempertahankan kesehatan tubuh manusia. Kebutuhan bawang merah di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sebesar 5%. Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah populasi Indonesia yang setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Pada dekade terakhir, kebutuhan bawang merah di Indonesia dari tahun ke tahun baik untuk konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan sebesar 5%. Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS, 2016) menyatakan bahwa produksi bawang merah di Indonesia dari tahun 2011 – 2015 yaitu sebesar 893.124 ton, 964.195 ton, 1.010.773 ton, 1.233.984 ton, 1.229.184 ton. Pada tahun 2015 produksi bawang merah nasional mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 0,39%. Menurut Dirjen Hortikultura (2016), luas panen bawang merah di Indonesia tahun 2011-2015 yaitu seluas 93.667 Ha, 99.519 Ha, 98.937 Ha, 120.704 Ha, 122.126 Ha. Luas panen nasional bawang merah tahun 2015 hanya mengalami pertumbuhan sebesar 1,18% dibandingkan tahun 2014. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah mengambil kebijakan mengimpor bawang merah dari luar negeri meskipun hal ini akan mengakibatkan produksi dalam negeri kurang diminati (Dewi, 2012). Dengan demikian, produktivitas dan mutu hasil bawang merah perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Salah satu teknik budidaya tanaman yang penting dalam upaya peningkatan produksi bawang merah yang optimal adalah dengan pemupukan. Pupuk melengkapi tanaman dengan zat makanan yang kurang terdapat di dalam 2 tanah. Jika salah satu unsur hara yang dibutuh kan kurang, maka pertumbuhan tanaman akan merana dan hasil panen pun berkurang. Aplikasi pemupukan pada tanaman bawang merah dapat menggunakan pupuk organik maupun anorganik. Kedua jenis pupuk tersebut bisa memenuhi kebutuhan bawang merah akan unsur hara makro dan mikro (Lingga, 2001).
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun Tujuan Praktikum Analisi Pertumbuhan Tanaman Antara lain yaitu : a. Menentukan parameter pengamatan dan selang waktu pengamatan b. Mengukur luas dari beberapa tipe daun tanaman c. Menentukan Indeks Luas Daun (ILD) pada beberapa jenis tanaman d. Menaksir bobot kering dan bobot basah tanaman e. Menentukan tebal tipisnya suatu daun
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum. L) Bawang merah merupakan salah satu dari sekian banyak jenis bawangyang ada didunia. Bawang merah ( Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman musiman yang berbentuk rumpun dan tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-40 cm. Menurut Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Liliales Famili : Liliaceae Genus : Allium Spesies : Allium ascalinicum L. Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Bawang merah memiliki akar serabut dengansistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15- 20 cm di dalam tanah dengan diameter akar 2-5 mm ( AAK, 2004). Batang tanaman bawang merah merupakan batang semu yang berasal dari modifikasi daun bawang merah. Daun bawang merah bertangkai relatif 6 pendek, dengan daun berbentuk bulat, berlubang, meruncing pada bagian ujung, dan memiliki panjang 15 40 cm. daun bewarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua daun menguning dengan kondisi daun agak rebah tidak setegak daun yang masih muda dan akhirnya mongering dimulai dibagian ujung tanaman (Suparman, 2010). Bawang merah merupakan tanaman dengan memiliki bunga yang sempruna, memiliki benang sari dan kepala putik. Tiap kuntum memiliki enam daun bunga yang bewarna putih, meskipun kuntum bunga banyak namun yang berhasil mengadakan persarian relative sedikit (Pitojo,2003).
2.2. Syarat Tumbuh
Bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat tumbuh dikondisi lingkugan yang beragam. Untuk memperoleh hasil yang optimal, bawang merah membutuhkan kondisi lingkungan yang baik, ketersediaan cahaya, dan unsur hara yang memadai. Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara 250C-320 C. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 10-250 m dpl. Pada ketinggian 800-900 m dpl bawang merah dapat tumbuh, namun pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 2007). Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah yang memiliki aerase dan drainase yang baik. Tanah yang paling baik 7 untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0- 6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 2007).
2.3. Mengenal KCL, UREA dan SP-36
Pupuk KCL biasanya berbentuk kristal dan berwarna merah atau putih. Pupuk KCL atau pupuk MOP (Muriate off Potash) memiliki kandungan unsur kalium (K) dan Clorida (Cl). Kandungan Kalium pada pupuk KCL cukup tinggi yaitu 60% dalam bentuk K2O dan Clorida (Cl) sebesar 35%. Pupuk ini sangat cocok diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan kalium pada tanaman yang memiliki sifat toleran terhadap unsur Clorida (Cl). Juga sangat baik digunakan pada tanah dengan kadar Clorida rendah. Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen. Pupuk SP 36 merupakan salah satu jenis pupuk super fosfat yang mempunyai kandungan P2O5 yang terbilang tinggi bahkan bisa mencapai sekitar 36 persen.
2.4. Budidaya Tanaman Bawang Merah
Budidaya bawang merah (Allium ascalonicum L) memerlukan penyinaran matahari lebih dari 12 jam sehari. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0 - 900 meter dari permukaan laut. Suhu optimum untuk perkembangan tanaman bawang merah berkisar 25-32 derajat Celcius, dengan keasaman tanah yang dikehendaki sekitar pH 5,6-7. Keberhasilan budidaya bawang merah, dipengaruhi oleh berbagai masalah (resiko) di lapangan diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksinya menurun. Kuantitas produksi bawang merah berkaitan erat dengan ukuran dan banyaknya umbi yang dihasilkan. Kualitas bawang merah ditentukan oleh aroma yang tajam serta warna kulit umbinya. Terdapat beberapa cara atau teknik langkah pertama pembibitan dimana umbi yang dipilih harus siap secara fisik, langkah kedua pengolahan tanah lahan diolah dengan cara mencambur dengan pupuk kandang setelah itu dibuat kedalaman yang sesuai terhadap umbi bawang sekitar 20 cm, langkah ketiga mengatur jarak penanaman seperti jarak (15 x 15) (15 x 20) dan (20 x 20) dan langkah terakhir adalah pemeliharaan dimana pemeliharaan meliputi : penyiraman, penyulaman dan pengendalian HPT. III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman yang dilaksanakan pada tanggal 16 Mei – 27 Juni 2019, bertempat di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertaninan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman seperti Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L), pupuk UREA, pupuk KCl, pupuk SP36 dan air. Alat yang digunakan pada praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman seperti cangkul, gembor, penggaris, kamera handphone, buku, dan alat tulis.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman sebagai berikut: 1. Persiapan Lahan dan Penanaman a. Membuat bedengan b. Membuat titik lubang tanam c. Taburkan pupuk kandang. d. Setelah 1 minggu membuat lubang tanam e. Tanam Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L) f. Menyiram bedengan menggunakan gembor g. Tanam Umbi Bawang merah yang telah disediakan sekitar sedalam 10 – 15 cm 2. Perawatan dan Pemeliharaan a. Setiap sore disiram (sekitaran jam 4 atau 5) b. Jika ada gulma dibersihkan c. Pemberian Pupuk sebanyak 3 kali d. Pengamatan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun 3. Panen a. Tanaman Yang siap panen dicabut sehingga umbinya muncul kepermukaan b. Penimbangan bobot Tanaman Bawang Merah yang sudah dipanen dibawa kedalam lab ditimbang dengan menggunakan timbangan Analitik 3.4. Parameter Pengamatan Parameter pengamatan yang diamati pada praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah seperti jumlah anakan, berat kering, berat basah, jumlah umbi dan berat umbi.