Anda di halaman 1dari 7

I .

PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori


Bawang merah (Allium ascalonicum L) family Lilyceae yang berasal dari Asia
Tengah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sering digunakan sebagai
penyedap masakan. Selain itu, bawang merah juga mengandung gizi dan senyawa
yang tergolong zat non gizi serta enzim yang bermanfaat untuk terapi, serta
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan tubuh manusia. Kebutuhan bawang
merah di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sebesar 5%. Hal ini
sejalan dengan bertambahnya jumlah populasi Indonesia yang setiap tahunnya juga
mengalami peningkatan.
Pada dekade terakhir, kebutuhan bawang merah di Indonesia dari tahun ke tahun
baik untuk konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan sebesar 5%. Hal
ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang setiap tahunnya juga
mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS, 2016) menyatakan bahwa
produksi bawang merah di Indonesia dari tahun 2011 – 2015 yaitu sebesar 893.124
ton, 964.195 ton, 1.010.773 ton, 1.233.984 ton, 1.229.184 ton. Pada tahun 2015
produksi bawang merah nasional mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014
yaitu sebesar 0,39%. Menurut Dirjen Hortikultura (2016), luas panen bawang merah
di Indonesia tahun 2011-2015 yaitu seluas 93.667 Ha, 99.519 Ha, 98.937 Ha, 120.704
Ha, 122.126 Ha. Luas panen nasional bawang merah tahun 2015 hanya mengalami
pertumbuhan sebesar 1,18% dibandingkan tahun 2014. Untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri pemerintah mengambil kebijakan mengimpor bawang merah dari luar
negeri meskipun hal ini akan mengakibatkan produksi dalam negeri kurang diminati
(Dewi, 2012). Dengan demikian, produktivitas dan mutu hasil bawang merah perlu
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Salah satu teknik budidaya tanaman yang penting dalam upaya peningkatan
produksi bawang merah yang optimal adalah dengan pemupukan. Pupuk melengkapi
tanaman dengan zat makanan yang kurang terdapat di dalam 2 tanah. Jika salah satu
unsur hara yang dibutuh kan kurang, maka pertumbuhan tanaman akan merana dan
hasil panen pun berkurang. Aplikasi pemupukan pada tanaman bawang merah dapat
menggunakan pupuk organik maupun anorganik. Kedua jenis pupuk tersebut bisa
memenuhi kebutuhan bawang merah akan unsur hara makro dan mikro (Lingga,
2001).

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun Tujuan Praktikum Analisi Pertumbuhan Tanaman Antara lain yaitu :
a. Menentukan parameter pengamatan dan selang waktu pengamatan
b. Mengukur luas dari beberapa tipe daun tanaman
c. Menentukan Indeks Luas Daun (ILD) pada beberapa jenis tanaman
d. Menaksir bobot kering dan bobot basah tanaman
e. Menentukan tebal tipisnya suatu daun

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum. L)
Bawang merah merupakan salah satu dari sekian banyak jenis bawangyang ada
didunia. Bawang merah ( Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman musiman yang
berbentuk rumpun dan tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-40 cm. Menurut
Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium Spesies : Allium ascalinicum L.
Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu
akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Bawang merah memiliki akar serabut
dengansistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-
20 cm di dalam tanah dengan diameter akar 2-5 mm ( AAK, 2004).
Batang tanaman bawang merah merupakan batang semu yang berasal dari
modifikasi daun bawang merah. Daun bawang merah bertangkai relatif 6 pendek,
dengan daun berbentuk bulat, berlubang, meruncing pada bagian ujung, dan memiliki
panjang 15 40 cm. daun bewarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua daun
menguning dengan kondisi daun agak rebah tidak setegak daun yang masih muda dan
akhirnya mongering dimulai dibagian ujung tanaman (Suparman, 2010).
Bawang merah merupakan tanaman dengan memiliki bunga yang sempruna,
memiliki benang sari dan kepala putik. Tiap kuntum memiliki enam daun bunga yang
bewarna putih, meskipun kuntum bunga banyak namun yang berhasil mengadakan
persarian relative sedikit (Pitojo,2003).

2.2. Syarat Tumbuh


Bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat tumbuh dikondisi lingkugan yang
beragam. Untuk memperoleh hasil yang optimal, bawang merah membutuhkan
kondisi lingkungan yang baik, ketersediaan cahaya, dan unsur hara yang memadai.
Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim
kering yang cerah dengan suhu udara 250C-320 C. Daerah yang cukup mendapat
sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari
lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah
dengan ketinggian tempat 10-250 m dpl. Pada ketinggian 800-900 m dpl bawang
merah dapat tumbuh, namun pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah
pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 2007).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah yang
memiliki aerase dan drainase yang baik. Tanah yang paling baik 7 untuk lahan
bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai
normal, yaitu pH-nya antara 6,0- 6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih
termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah
(Wibowo, 2007).

2.3. Mengenal KCL, UREA dan SP-36


Pupuk KCL biasanya berbentuk kristal dan berwarna merah atau putih. Pupuk
KCL atau pupuk MOP (Muriate off Potash) memiliki kandungan unsur kalium (K)
dan Clorida (Cl). Kandungan Kalium pada pupuk KCL cukup tinggi yaitu 60% dalam
bentuk K2O dan Clorida (Cl) sebesar 35%. Pupuk ini sangat cocok diaplikasikan
untuk memenuhi kebutuhan kalium pada tanaman yang memiliki sifat toleran
terhadap unsur Clorida (Cl). Juga sangat baik digunakan pada tanah dengan kadar
Clorida rendah.
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi.
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea
berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2,
merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap
air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat.
Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg
urea mengandung 46 kg Nitrogen. Pupuk SP 36 merupakan salah satu jenis pupuk
super fosfat yang mempunyai kandungan P2O5 yang terbilang tinggi bahkan bisa
mencapai sekitar 36 persen.

2.4. Budidaya Tanaman Bawang Merah


Budidaya bawang merah (Allium ascalonicum L) memerlukan penyinaran
matahari lebih dari 12 jam sehari. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran
rendah dengan ketinggian 0 - 900 meter dari permukaan laut. Suhu optimum untuk
perkembangan tanaman bawang merah berkisar 25-32 derajat Celcius, dengan
keasaman tanah yang dikehendaki sekitar pH 5,6-7. Keberhasilan budidaya bawang
merah, dipengaruhi oleh berbagai masalah (resiko) di lapangan diantaranya cara
budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang
menyebabkan produksinya menurun. Kuantitas produksi bawang merah berkaitan erat
dengan ukuran dan banyaknya umbi yang dihasilkan. Kualitas bawang merah
ditentukan oleh aroma yang tajam serta warna kulit umbinya. Terdapat beberapa cara
atau teknik langkah pertama pembibitan dimana umbi yang dipilih harus siap secara
fisik, langkah kedua pengolahan tanah lahan diolah dengan cara mencambur dengan
pupuk kandang setelah itu dibuat kedalaman yang sesuai terhadap umbi bawang
sekitar 20 cm, langkah ketiga mengatur jarak penanaman seperti jarak (15 x 15) (15 x
20) dan (20 x 20) dan langkah terakhir adalah pemeliharaan dimana pemeliharaan
meliputi : penyiraman, penyulaman dan pengendalian HPT.
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman yang dilaksanakan pada tanggal 16
Mei – 27 Juni 2019, bertempat di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertaninan
Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman seperti
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L), pupuk UREA, pupuk KCl, pupuk
SP36 dan air. Alat yang digunakan pada praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman
seperti cangkul, gembor, penggaris, kamera handphone, buku, dan alat tulis.

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja pada praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman sebagai berikut:
1. Persiapan Lahan dan Penanaman
a. Membuat bedengan
b. Membuat titik lubang tanam
c. Taburkan pupuk kandang.
d. Setelah 1 minggu membuat lubang tanam
e. Tanam Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L)
f. Menyiram bedengan menggunakan gembor
g. Tanam Umbi Bawang merah yang telah disediakan sekitar sedalam 10 – 15 cm
2. Perawatan dan Pemeliharaan
a. Setiap sore disiram (sekitaran jam 4 atau 5)
b. Jika ada gulma dibersihkan
c. Pemberian Pupuk sebanyak 3 kali
d. Pengamatan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun
3. Panen
a. Tanaman Yang siap panen dicabut sehingga umbinya muncul kepermukaan
b. Penimbangan bobot Tanaman Bawang Merah yang sudah dipanen dibawa
kedalam lab ditimbang dengan menggunakan timbangan Analitik
3.4. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan yang diamati pada praktikum Analisis Pertumbuhan
Tanaman Bawang Merah seperti jumlah anakan, berat kering, berat basah, jumlah
umbi dan berat umbi.

Anda mungkin juga menyukai