Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

PRODUKSI
KINERJA ALIRAN FLUIDA

Disusun:
Oleh:
Mamerito Do Rego
15.06.02.0018

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DILI (UNDIL)
2019
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kinerja aliran Fluida


2.3.1 Kinerja Aliran Fluida Masuk Ke Dasar Sumur
Perencanaan teknik produksi sumur minyak atau gas antara lain diperlukan
penegtahuan tentang kinerja aliran fluida reservoir dari formasi produktif
masuk ke lubang sumur. Ulah aliran ini dinyatakan dalam bentuk
hubungan antara tekanan aliran di dasar sumur dengan laju aliran minyak
atau gas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja aliran fluida reservoir dari
formasi produktif masuk ke dasar lubang sumur adalah:
1. Jumlah fasa yang mengalir
2. Sifat fisik fluida reservoir
3. Sifat fisik batuan reservoir
4. Konfigurasi di sekitar lubang bor, yaitu:
 Perforasi
 Adanya skin/ kerusakan formasi
 Gravel pack
 Rekahan hasil perekahan hidrolik
5. Kemiringan lubang sumur di formasi produktif
(vertikal miring atau horizontal)
6. Bentuk daerah pengurasan

Gambar2.4 Konfigurasi dasar sumur yang mempengaruhi inerja aliran


fluida ke dalam sumur
3.2 Productivity Index (PI)
Kemampuan suatu akumulasi hidrokarbon dalam batuan porus untuk
memproduksikan fluida yang dikandungnya tergantung dari produktivitas
reservoir. Ukuran keproduktifan reservoir ini dikenal dengan Productivity
Index (PI).
Ukuran keproduktifan formasi secara sesaat dapat dinyatakan sebagai yang
kemudian dikembangkan sebagai Inflow Performance Relationship (IPR)
namun sebelum membahas mengenai produktivititas formasi tersebut, maka
akan dijelaskan terlebih dahulu tentang dasar – dasar yang berhubungan
dengan produktivitas formasi
Inflow Performance Relationship (IPR) adalah suatu parameter yang
menunjukkan produktivitas suatu sumur yang ditampilkan dalam bentuk kurva
hubungan antara tekanan alir dasar sumur dengan laju produksi. Berdasarkan
pada kondisi tekanannya, kelakuan fluida dalam media berpori dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu di atas tekanan bubble point (Pb) dan di
bawahnya.

3.2.1 Konsep PI
Produktivity Index ialah suatu index atau derajat pengukuran kemampuan
produksi suatu sumur, yang didefinisikan sebagai perbandingan antara rete
produksi yang dinyatakan dalam stock tank barrel per hari dengan pressure
draw-down.
Kecuali secara khusus, PI didasarkan pada gross liquid production, tapi ada juga
yang mendasarkan dengan rate produksi minyak (qo).
q
PI  J 
( Ps  Pwf )

q =gross liquid rate, STB/hari


Ps =tekanan static reservoir, psi
Pwf =tekanan alir dasar sumur, psi
Ps-Pwf =draw-down pressure, psi
3.2.2 Batasan PI
Kermitz E. Brown (1967) telah mencoba memberikan batasan terhadap
besarnya produktivitas sumur, yaitu :
a) PI rendah jika kurang dari 0.5
b) PI sedang jika antara 0.5 sampai 1.5
c) PI tinggi jika lebih dari 1.5
3.3 Aliran Dalam Media Berpori
Fluida yang mengalir dari formasi produksi ke lubang sumur akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
 Sifat fisik formasi
 Sifat fisik fluida yang mengalir
 Geometri sumur dan daerah pengurasan
 Perbedaan tekanan antara formasi produktif dan lubang bor saat terjadi
aliran.
Fluida dari reservoir dapat berupa gas, minyak dan air. Pada kondisi
tekanan di atas bubble point, gas masih terlarut dalam minyak sehingga aliran
fluida hanya satu fasa saja (cair). Bila tekanan reservoir sudah berada di bawah
bubble point, maka gas akan memisahkan diri dan ikut mengalir bersama minyak,
sehingga dengan demikian aliran fluida menjadi dua fasa (gas dan minyak).
Persaman aliran fluida dalam reservoir pertama kali dikemukakan oleh
Henry D’arcy, sebagaimana dinyatakan dalam persamaan berikut ini:
q k dP
V  
A  dL
dimana:
v = kecepatan aliran fluida, cm/s
q = laju aliran fluida, cm3/s
A = luas penampang batuan, cm2
K = permeabilitas batuan, mD
Μ = viskositas fluida, cp
P = tekanan, atm
L = panjang batuan, cm
Akan tetapi Persaman tersebut hanya berlaku untuk aliran linier saja
dengan jenis aliran steady state dan fluidanya satu fasa incompressible. Sedangkan
aliran pada rseervoir dianggap sebagai aliran radial dengan lebih dari satu fasa,
sehingga persamaan di atas perlu dikembangkan lagi untuk perhitungan aliran di
reservoir.
Untuk aliran radial, dikembangkan persamaan berdasarkan persamaan
yaitu:
k A dP
Q
 dr
Dengan mengintegrasikan persamaan di atas, untuk kondisi aliran steady
state akan diperoleh persamaan:
r2 dr r2 k
q  2h  dP
r1 r r1 

maka untuk k dan μ konstan pada interval tekanan P1 dan P2:


k ( P 2  P1)
q  2h
 Ln(re / rw)
Dengan mengatur notasi yang sesuai, maka akan didapat:
k h ( Pe  Pwf )
q  0,007082
 Ln(re / rw)
Untu kondisi di permukaan ditulis sebagai:
k h ( Pe  Pwf )
q  0,007082
 B Ln(re / rw)
dimana:
B = FVF fluida, bbl/STB
Pe = tekanan reservoir pada jarak re
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari lubang sumur, ft
h = ketebalan lapisan rata-rata, ft
3.4 Hambatan Aliran di Sekitar Lubang Sumur
Selain jumlah fasa yang mengalir, yang perlu diperhatikan pula adalah adanya
hambatan terhadap aliran di sekitar lubang sumur atau di dalam media berpori.
Hambatan di sekitar lubang sumur, dinyatakan sebagai pengaruh skin (skin
effect) dan secara kwantitas dinyatakan sebagai faktor skin.
Problem formation damage (skin) merupakan akibat yang ditimbulkan dari
perubahan yang terjadi di sekitar lubang bor (borehole environment), sebagai
akibat dari proses pemboran, wellcompletion, operasi produksi, dan atau
karena operasi workover atau wellservice yang tidak efektif.
Sumber utama terjadinya hambatan aliran disekitar lubang bor adalah:
1. Adanya invasi filtrate Lumpur pemboran ke formasi produktif.

2. Adanya partikel Lumpur pemboran yang menutup pori-pori batuan


disekitar lubang bor.

3. Lubang perforasi dan gravel pack

4. Hambatan aliran minyak yang disebabkan oleh penurunan saturasi


minyak disekitar lubang bor, sebagai akibat peningkatan saturasi gas.

5. Turbulensi aliran.

(Gambar 2.5 Distribusi Tekanan di Sekitar Lubang Sumur)


Untuk skin yang disebabkan oleh perubahan permeabilitas disekitar lubang sumur,
Hawkins menurunkan persamaan yang menghubungkan antara faktor skin dengan
harga permeabilitas formasi yang mengalami perubahan dan harga permeabilitas

 k    rs 
S  k   - 1 ln 
r  
 s    w 
formasi yang sebenarnya, yaitu sebagai berikut :
Dimana:
S = Faktor Skin
K = Permeabilitas absolute formasi yang tidak mengalami
kerusakan
Ks = Permeabilitas absolute formasi yang mengalami
kerusakan
Rs = Jari-jari formasi yang mengalami kerusakan
Rw = Jari-jari Sumur
Apabila fluida reservoir mengalir dengan kecepatan tinggi, maka akan terjadi
turbulensi aliran.
Hal ini diketemukan baik dalam media berpori ataupun disekitar lubang sumur
(lubang perforasi atau gravel pack). Pada kondisi ini, persamaan Darcy tidak
berlaku lagi.
Forcheimer menurunkan persamaan aliran turbulen dalam media berpori, yaitu
sebagai berikut:
dp 
 v  v 2
dr k
β = Koefisien hambatan inersia
k = Permeabilitas v = Kecepatan aliran
Γ = Densitas μ = Viscositas
p = Tekanan r = Jari-jari
suku kedua di ruas kanan menunjukan faktor turbulensi, yang harganya meningkat
dengan meningkatkan aliran.
3.5 Faktor volume formasi minyak
a. Viscositas
b. Draw-down
c. Ketebalan lapisan
d. Mekanisme pendorong
e. Inflow Performance Relantionship (IPR)
Untuk lebih memahami konsep Produktivity Index, maka harga PI dianggap
konstans, tidak tergantung pada rate produksi sesaat
q
Pwf  Ps 
PI
3.6 Metoda-Metoda Perhitungan Aliran Fluida Dari Formasi Ke Lubang
Sumur
Sesuai dengan uraian diatas, metoda-metoda perhitungan kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur dapat dikelompokan berdasarkan criteria sebagai
berikut:
1. Jumlah fasa yang mengalir.
2. Pengaruh skin
3. Pengaruh turbulensi
Pengelompokan metoda adalah sebagai berikut:
1. Aliran Satu Fasa (Minyak
a. Dengan atau tanpa pengaruh skin
 Persamaan Darcy
b. Pengaruh lubang perforasi dan gravel pack
 Persamaan Jones, Blount, dan Glaze
2. Aliran Dua Fasa (Minyak dan Gas)
a. Tanpa Pengaruh Skin
 Persamaan Darcy dalam bentuk Pseudo-Pressure Function
 Persamaan Vogel
b. Dengan Pengaruh Skin
 Persamaan Standing
 Persamaan Couto
 Persamaan Harrison
 Persamaan Pudjo Sukarno
c. Pengaruh faktor turbulensi dan skin
 Persamaan Fetkovich
3. Aliran Tiga Fasa (Gas, Minyak dan Air).
 Persamaan Petrobras
 Persamaan Pudjo Sukarno
3.6.1 Aliran Satu Fasa
Persamaan diferensial, mensimulasikan aliran fluida di sekitar lubang
sumur dalam bentuk radial. Pemecahan persamaan tersebut secara analitis
dapat diturunkan dengan memasukkan syarat awal dan syarat batas yang
merepresentasikan aliran fluida dari formasi produktif masuk ke lubang
sumur. Untuk memudahkan pemecahan secara analitis ini, perlu dilakukan
beberapa anggapan sebagai berikut:
1. Reservoir adalah homogen untuk setiap sifat fisik batuan.
2. Reservoir bersifat isotropis, yaitu permeabilitas batuan sama besar di
segala arah.
3. Formasi produktif dibuka seluruhnya sesuai dengan tebal formasi.
4. Fluida satufasa (dalam hal ini minyak) menjenuhi formasi produktif.
5. Viscositas dianggap konstan.
6. Gradien tekanan dalam reservoir kecil
7. Kompresibilitas konstan
Berdasarkan anggapan-anggapan tersebut Persamaan dapat
disederhanakan dan dapat diubah menjadi persamaan diferensial linear yang akan
mempermudah pemecahan. Dengan menggunakan anggapan keempat, dapat
diberlakukan pengembangan anggapan lebih lanjut satu viscositas dianggap
konstan. Selain itu dilakukan anggapan pula, bahwa gradien tekanan reservoir
kecil, serta kompresibilitas konstan.
Dengan anggapan tersebut, persamaan diferensial tidak linier yang ada
dapat dirubah menjadi persamaan linier sbb
1 d  dp  c dp
r 
r dr  dr  k dr
Syarat awal yang diberlakukan terhadap persamaan diferensial tsb adalah
sebagai berikut:
1. Reservoir dalam keadaan setimbang, dengan tekanan
awal sebesar Pi
2. Sumur diproduksi dengan laju produksi konstan, sebesar
q di lubang sumur.
Pada saat kondisi semi steady state tercapai, solusi analitis menghasilkan
persamaan berikut:
2 kh Pe  Pwf 
q
  re  
 ln   - 0.5  S
  rw  
Dalam satuan lapangan dan di permukaan dapat dituliskan sebagai :
0.00708 k o h Pe  Pwf 
q
 r  
o Bo ln  e  - 0.5  S
  rw  
q
J
Pe  Pwf

Persamaan tsb berlaku untuk daerah pengurasan radial.


Apabila daerah pengurasan tidak radial, persamaan tsb diubah dalam bentuk
sebagai berikut.
0.00708 k o h Pav  Pwf 
q
o Bo ln (X) - 0.5  S
 Kondisi Steady-State
Pemecahan persamaan diferensial untuk kondisi steady-state (mantap),
menggunakan langkah yang sama seperti pemecahan pada kondisi semi
steady-state, hanya pada kondisi steady-state, berlaku persyaratan:
dp
0
dt
Pada saat kondisi steady state tercapai, solusi analitis menghasilkan persamaan
berikut:
2 kh Pe  Pwf 
q
  re  
 ln    S
  rw  
Dalam satuan lapangan dan di permukaan dapat dituliskan sebagai:
0.00708 k o h Pe  Pwf 
q
 r  
o Bo ln  e   S
  rw  
q
J
Pe  Pwf

3.6.1.1 Prosedur Penentuan kurva IPR aliran satu fasa


1. Dari data uji tekanan tentukan tekanan reservoir
2. Berdasarkan data uji produksi, tentukan laju produksi dan tekanan alir
dasar sumur.
3. Hitung Indeks Produktivitas (J)
4. Buat sumbu koordinat, yaitu laju produksi pada sumbu datar dan tekanan
alir dasar sumur pada sumbu tegak.
5. Plot tekanan reservoir pada sumbu tekanan (laju produksi sama dengan
nol) dan laju produksi máximum (tekanan alir dasar sumur sama dengan
nol).
6. Grafik kinerja aliran fluida ke lubang sumur dapat dibuat dengan
menentukan laju produksi pada tekanan alir dasar sumur tertentu.

1. Contoh Perhitungan satu fasa


Tekanan static sumur, Ps = 1500 psi
Tekanan Gelembung, Pb = 750 psi
Laju produksi, qo = 150 STB
Tekanan alir dalam sumur, Pwf = 1200 psi
Plot kurva IPR
Penyelesaian
Indeks produktivitas
J = qo/(Ps-pwf)
J = 150/(1500-1200)
J = 0,5 STB/hari/psi
Plot dalam grafik berikut:

(Grafik 3.1 Kurva IPR Untuk Aliran Satu Fasa)

Apabila data uji produksi tidak tersedia dan tekanan rata- rata reservoir dapat
diperkirakan, maka grafik kinerja aliran ke lubang sumur dapat diperkirakan dengan
menggunakan persamaan:
0.00708 k o h Pe  Pwf 
q
 r  
o Bo ln  e  - 0.5  S
  rw  

a. Prosedur perhitungan:
a. Sediakan data sifat fisik formasi, yaitu permeabilitas efektif minyak dan
tebal formasi. Permeabilitas efektif minyak dapat diperoleh dari hasil
analisa core, sedangkan tebal formasi produkif ditentukan dari
interpretasi hasil logging.
b. Perkirakan tekanan reservoir rata-rata.
c. Sediakan hubungan antara faktor volume formasi dan viscositas minyak
sebagai fungsi tekanan. Data ini dapat diperoleh dari hasil pengukuran
dilaboratorium.
d. Perkirakan jari-jari pengurasan, berdasarkan pola sumursumur di
reservoir yang sama.
e. Tentukan jari-jari sumur.
f. Perkirakan harga factor skin berdasarkan hasil analisa uji tekanan.
Apabila tidak tersedia angap harga faktor skin sama dengan nol
g. Hitung harga indeks produktivitas
h. Hitung harga laju produksi
i. Buat sumbu koordinat, yaitu laju produksi pada sumbu datar
j. dan tekanan alir dasar sumur pada sumbu tegak.
k. Plot tekanan reservoir rata-rata pada sumbu tekanan (laju produksi sama
dengan nol) dan laju produksi maxsimum (tekanan alir dasar sumur
sama dengan nol).
l. Buat grafik kinerja aliran fluida dari reservoir ke lubang sumur, dengan
cara menghubungkan tekanan reservoir dengan laju prouksi maximum.

2. Contoh perhitungan
1. Permeabilita minyak, ko = 14,5 mD
tebal formasi, h = 20 ft
2. Tekana reservoir rata-rata, Pav = 1500 psi
3. Factor volume formasi, Bo = 1.1200 bbl/STB
Viscositas minyak µo = 0.4 cp
4. Jari-jari pengurasan, re = 900 ft
5. Jari-jari sumur rw = 0.3
6. Haraga skin s = + 2
7. Indeks produktivitas
Formula:
0.00708 .(ko) (h)
J
 r  
 o B o ln  e  - 0.5  S
  rw  
0.00708 .(14.5) (20)
J
  900  
(0,40) (1.12) ln   - 0.5  2
  0,33  
J = 0.5
8. Qmax = 0.5 x 1500 = 750 STB/hari
9. Plot kurva IPR

(Grafik 3.2 Kurva IPR Untuk Aliran Satu Fasa)


3.6.2 Aliran dua Fasa
Untuk aliran semi mantap, dimana tidak ada aliran di batas reservoir,
persamaan laju aliran minyak pada kondisi aliran dua fasa (gas dan
minyak).
 Persamaan Vogel
Untuk memudahkan perhitungan kinerja aliran fluida dua fasa dari formasi ke
lubang sumur, Vogel mengembangkan persamaan sederhana, yang mudah
pemakaiannya.
Persamaan ini dikembangkan berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap grafik-
grafik kinerja aliran minyak ke lubang sumur dari formasi (grafik IPR). Grafik
IPR tersebut dihasilkan dari reservoir simulator. Model reservoir yang
disimulasikan merupakan reservoir hipothetis dengan tenaga dorong gas terlarut.
Dalam pengembangan simulator dilakukan anggapan:
1. Reservoir bertenaga dorong gas terlarut
2. Harga skin disekitar lubang bor sama dengan nol
3. Tekanan reservoir dibawah tekanan saturasi.
Apabila dilakukan analisa regresi terhadap titik data, diperoleh persamaan yang
dapat merepresentasikan titik-titik data tersebut. Persamaan tersebut adalah:
2
qo P   Pwf 
 1.0  0.2 wf   0.8 
Qo max  Pr   Pr 

3.6.2.1 Prosedur Perhitungan Pembuatan Kurva IPR Vogel


1. Berdasarkan uji tekanan & produksi, hitung Pwf /Pr
2. Substitusikan harga Pwf /Pr dari langkah 1 dan harga laju produksi (qo)
dari data uji produksi, kemudian hitung harga qo max
qo
Qo max  2
 Pwf   Pwf 
1.0  0.2   0.8 
 Pr   Pr 
3. Untuk membuat kurva IPR anggap beberapa harga Pwf dan hitung harga
qo yaitu:
  Pwf   Pwf  
2

qo  Qo max 1.0  0.2   0.8  


  Pr   Pr  

4. Plot terhadap Pwf pada kertas grafik linier. Kurva yang diperoleh adalah
kurva kinerja aliran minyak dari formasi ke lubang sumur.

1. Contoh perhitungan
Diketahui:
Pwf = 1200 psi Pr = 1500 psi
qo = 150 STB/hari Pb = 2000 psi
Buat kurva IPR
Penyelesaian
Pwf/Pr = (1200/1500) = 08
Formula:
qo
Qo max  2
 Pwf   Pwf 
1.0  0.2   0.8 
 Pr   Pr 
150
Qmax 
1.0  0.20.8  0.80.8
2

Q max  457 .32 STB / hari


Dimasukan beberapa harga Pwf hitung qo, contoh :
Pwf = 1400
Pwf/Pr = (1400/1500) = 0.9333

Qo  457 .32 1.0  0.20 X 0.9333   0.800.9333 
2

Qo  53.25 STB / hari
Plot pwf Vs qo
(Grafik 3.3 Kurva IPR Untuk Aliran Dua Fasa)

Sesuai dengan anggapan yang digunakan dalam pengembangan persamaan


IPR tersebut diatas, maka apabila persamaan ini akan digunakan di suatu sumur di
lapangan, maka secara ideal kondisi sumur harus sesuai dengan anggapan yang
diberlakukan.
Pada kondisi ini kurva IPR terdiri dari dua bagian, yaitu terdiri dari kurva
yang linier (untuk harga Pwf diatas tekanan saturasi) dan kurva yang tidak linier
untuk harga Pwf, dibawah tekanan saturasi.
Untuk bagian yang linier, kurva IPR mengikuti hubungan qo dan Pwf linier, yaitu:
qo = J(Ps-Pwf)
Dimana J = indeks produktivitas.
Sedangkan untuk bagian yang tidak linier, persamaan kurva IPR adalah sebagai
berikut:
  Pwf  P 
2

qo  qb  Qmax  qb 1.0  0.2   0.8 wf  
  Pb   Pb  
 
dimana :
qo = Laju alir minyak pada tekanan saturasi
Pb = Tekanan saturasi
Qb =J (Pb/1,8)
J = Indeks produktifitas
Prosedur perhitungan kurva IPR untuk tekanan statik sumur lebih besar dari
tekanan saturasi, dibedakan menjadi dua prosedur, sesuai dengan harga Pwf dari
uji Froduksi relatif terhadap harga tekanan saturasi, Pb.
Ps > Pb dan Pwf uji > Pb

3.6.2.2 Tahapan Perhitungan Kurva IPR


1. Hitung Indeks produktivitas sumur berdasarkan hasil uji produksi dan
tekanan, yaitu J = qo/(Ps – Pwf)
2. Berdasarkan harga J dari langkah 1, hitung laju produksi minyak pada
tekanan saturasi, yaitu : Qb = J (Ps – Pb)
3. Hitung laju produksi minyak maximum, Qo max dengan menggunakan
persamaan berikut.
JPb
Qo max  qb 
1.8
4. Untuk membuat kurva IPR, anggap beberapa harga Pwf yang lebih
keeil dari tekanan saturasi, dan hitung laju produksi minyak, qo dengan
menggunakan persamaan :
  Pwf  P 
2

qo  qb  Qmax  qb 1.0  0.2   0.8 wf  
  Pb   Pb  
 
5. Kurva IPR untuk Pwf diatas tekanan saturasi dapat dibuat dengan
memplot harga (qb, Pb) pada grafik linier dan hubungkan titik (0, Ps)
dengan titik (qb,Pb).
6. Untuk kurva IPR dengan Pwf dibawah tekanan saturasi, plot titik (q,
Pwf) dari langkah 4 dan hubungkan titik-titik tersebut
2. Contoh perhitungan
Diketahui:
Pwf = 3000 psi Ps = 4000 psi
Pb = 2000 psi q =200 STB/hari
Buat kurva IPR
Penyelesaian
1. Pwf uji > Pb, maka
J = Pb/(Ps-pwf)
J = 200/(4000 - 3000)
J = 0.2 STB/hari/psi
2. qb = 0.2(Ps-Pb)
qb 0.2 (4000 - 2000)
qb = 400 STB/hari
3. Qmax = Ps + 0.2(Pb)/J
Qmax = 400 + 0.2 (2000)/1.8
Qmax = 622.22 STB/hari
4. pilih Pwf = 1000 psi, dan hitung
Pwf/Pb = 1000/2000 =,0.5,
Pada Pwf = 1000 psi hitung laju produksinya
qo =400+(622.22-400) (1.0-0.2(0.5)-0.8(0.S)2} = 555.55 STB/hari.
5. Untuk kurva IPR diatas Pb :
Plot (0, Ps) dan kemudian tarik garis lurus
6. Untuk kurva IPR dibawah Pb, Pilih harga Pwf yang lain dan hasil
hitungan adalah sebagai berikut
(Tabela 3.2 Perhitungan Kurva IPR Dua Fasa)

(Grafik 3.3 Kurva IPR Untuk Aliran Dua Fasa)

Untuk membuat kurva IPR pada kondisi yang demikian, beberapa metoda telah
dikembangkan, dimana masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Metoda-metoda tersebut adalah
1. Metoda Standing
2. Metoda Couto
3. Metoda Harrison
4. Metoda Fetscovitch
5. Metoda Pudjo Sukarno

a. Metoda Standing
Metoda standing merupakan modifikasi dari persamaan Vogel, berdasarkan
kenyataan bahwa untuk sumur yang mengalami kerusakan maka terjadi
tambahan kehilangan tekanan di sekitar lubang bor.
Tekanan alir dasar sumur ideal, Pwf ‘ tidak dipengaruhi oleh adanya faktor
skin, sedangkan Pwf adalah tekanan dasar sumur sebenarnya yang dipengaruhi
oleh faktor skin.
Hubungan antara kedua tekanan alir dasar sumur tersebut adalah :
Pwf '  Pr  FEPr  Pwf 

dimana:
FE = efisiensi aliran, yang merupakan perbandingan antara
Indeks produktivitas nyata dengan indeks
produktivitas ideal.
Dengan demikian FE berharga lebih kecil dari satu apabila sumur mengalami
kerusakan dan lebih besar satu apabila mengalami perbaikan sebagai hasil operasi
stimulasi

3. Contoh Perhitungan
Diketahui data:
Pr = 4000 psi
Pwf = 2000 psi
FE = 1
Pwf ‘= Pr –FE(Pr-Pwf)
Pwf = 4000-1(4000-2000)
Pwf = 2000 psi
b. Metoda Couto
Court memanipulasi persamaan Standing untuk kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur, dengan cara menggabungkan definisi indeks
produktivitas.
Persamaan yang dihasilkannya adalah sebagai berikut:
  k o 
 Pr FE x(1  R){1.08  0.8( FE)(1  R)}
h
qo  0.00419  
 ln 0.472 re / rw    o  o 
Dimana:
R =(Pwf/Pr)
Dengan mengetahui sifat fisika batuan (Ko) dan sifat fisika fluida (minyak), maka
dapat dibuat kurva IPR berdasarkan satu uji tekanan.
4. Contoh perhitungan

C. Metoda Harrison
Harrison menurunkan persamaan kurva IPR, dengan tujuan menghilangkan
bentuk kurva IPR yang tidak semestinya, seperti yang diperoleh dengan
metoda Standing.
Persamaan ini bersifat empiris, dan tetap menggunakan definisi efisiensi,
aliran (FE), untuk kondisi aliran satu fasa.
Persamaan Harrison tersebut adalah sebagai berikut
qo  Pwf ' 
 1.2  0.2Exp(1.791759 )
qomax  Pr 

persamaan dasar, maka ketelitian dari metoda ini, juga diragukan.

d. Contoh perhitungan
Diketahui data test sumur
Pwf = 2000 psi,
Pr = 4000 psi
qo @ Pwf 1000 = 200 STB/D ,
FE = 1.5
Buar Kurva IPR nya
Jawab
1. Hitung Pwf ‘
Pwf = Pr – FE(Pr-Pwf)
Pwf ‘= 4000-1.5(4000-2000)
Pwf = 1000 psi
2. hitung Qomax
200
Qo max   225.48STB / hari
1.2  0.2Exp1.791759 1000 / 4000 
Untuk berbagai harga Pwf hitung qo dengan dengan terlebih
dahulu mengulagi langkah 2 dan telah diketahui harga Qomax = 225.48
STB/hari.

3.6.3 Tiga Fasa Pudjo Sukarno


Pada umumnya fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur
terdiri dari tiga fasa, yaitu gas, minyak dan air, maka dalam
pengembangan kelakuan aliran tiga fasa dari formasi ke lubang sumur
dapat menggunakan analisis regresi dari Metode Pudjo Sukarno.
Pengembangan persamaan ini dilakukan dengan anggapan:
1. Faktor skin tidak ada atau sama dengan nol.
2. Gas, minyak, dan air berada dalam satu lapisan dan mengalir
bersama-sama, secara radial dari reservoir menuju lubang sumur.
3. Persentase / kadar air dalam laju produksi total (Water cut “WC”)
diketahui
Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total digunakan parameter water
cut, yaitu perbandingan laju produksi air dengan laju produksi cairan total. Harga
water cut berubah sesuai dengan perubahan tekanan alir dasar sumur, yaitu makin
rendah tekanan alir dasar sumur, makin tinggi harga water cut.
2
qo  Pwf   Pwf 
 Ao  A1    A2  
qt ,max  Pr   Pr 
keterangan :
An : konstanta persamaan (n = 0, 1 dan 2) dimana harganya berbeda untuk
water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan water cut
ditentukan pula dengan analisis regresi:
An  C0  C1 WC   C2 WC 
2

Cn : konstanta untuk masing-masing harga An tabel

Hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut dapat dinyatakan
sebagai Pwf/Pr terhadap WC/(WC @ Pwf = Pr), dimana (WC @ Pwf = Pr) telah
ditentukan dengan analisis regresi dan menghasilkan persamaan berikut :
WC
WC @ Pwf  Pr

 P1  Exp P2 Pwf / Pr 
Dimana harga P1 dan P2 tergantung dari harga water cut dan dapat ditentukan
dengan persamaan berikut :
P1  1.606207  0.130447  Ln(WC)
P2  0.517792  0.110604  Ln(WC)
Dimana water cut dinyatakan dalam persen (%) dan merupakan data uji produksi.

3.6.3.1 Prosedur pembuatannya kinerja aliran tiga fasa dari Metode Pudjo
Sukarno adalah sebagai berikut.
1. Mempersiapkan data-data penunjang meliputi :Tekanan
Reservoir/Tekanan Statis Sumur Tekanan Alir Dasar Sumur Laju
Produksi Minyak dan Air Harga Water cut (WC) berdasarkan data Uji
Produksi
2. Penentuan WC@ Pwf ≈ Ps Menghitung terlebih dahulu harga P1 dan
P2 Kemudian hitung harga WC@ Pwf ≈ Ps
3. Penentuan konstanta A0, A1 dan A2 Berdasarkan harga WC@Pwf≈Ps
kemudian menghitung harga konstanta tersebut
4. Menghitung Qt maksimum dengan konstanta A0, A1 dan A2 dari
langkah 3.
5. Penentuan Laju Produksi cairan (Ql) Berdasarkan Qt maksimum
langkah 4, kemudian menghitung harga laju produksi cairan q l untuk
berbagai harga Pwf
6. Penentuan Laju Produksi Air (Qw) dari harga Water cut (WC) pada
tekanan alir dasar sumur (Pwf) dengan persamaan :
 WC 
Qw     Ql
 100  WC 
7. Membuat tabulasi harga-harga Qw, Qo dan Qt untuk berbagai harga
Pwf pada Ps aktual .
8. Membuat grafik hubugan antara Pwf terhadap Qt , diamana Pwf
mewakili sumbu Y dan Qt mewakili sumbu X.
KURVA IPR X-1

2500

2000

1500
Pw f, Psi

1000

500

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Qt, bfpd

(Grafik 3.4 Kurva Ipr Sumur)


BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dalam dunia perminyakan fluida produksi sangatlah penting sekali untuk
menghitung kecepatan aliran dalan pipa. Dalam hal ini untuk menghitung
aliran fluida melalui suatu pipa. Fluida adalah suatu zat yang dpat
mengalir bisa berupa cairan atau gas.
Perencanaan teknik produksi sumur minyak atau gas antara lain diperlukan
penegtahuan tentang kinerja aliran fluida reservoir dari formasi produktif
masuk ke lubang sumur.
1. Inflow Performance Relationship (IPR) adalah suatu parameter yang
menunjukkan produktivitas suatu sumur yang ditampilkan dalam
bentuk kurva hubungan antara tekanan alir dasar sumur dengan laju
produksi.
2. Produktivity Index ialah suatu index atau derajat pengukuran
kemampuan produksi suatu sumur, yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara rete produksi yang dinyatakan dalam stock tank
barrel per hari dengan pressure draw-down.
3. Prosedur Penentuan kurva IPR aliran satu fasa
4. Prosedur Perhitungan Pembuatan Kurva IPR dua fasa
5. Prosedur pembuatannya kinerja aliran tiga fasa dari Metode Pudjo
Sukarno adalah sebagai berikut

6.2 SARAN
Dalam tugas penulis ini mengharapkan apa yang bermanfaat dalam Tugas
ini hendaknya pembaca bisa mengambil ilmu sebagai penambahan
wawasan tentang kinerja aliran Fluida.
DAFTAR PUSTAKA

1. C. Rorres. “The Turn of the Screw: Optimal Design of An Archimedes


Screw”. Journal of Hydraulic Engineering, Vol. 126, No. 1, pp. 72- 80,
2000.
2. Boling, D.R., “The use of Electrostatic Coalescene in the Dehydration of
Gulf Coast Crude “, drilling and production Practice, 1966.
3. Campbell, J.M., “Conditioning and processing “Volume I, II, III,
Campbell Petroleum Series, Oklahoma , 1978.
4. www.academia.edu/14528682/Laporan_Praktikum_Aliran_Fluida_Teknik
_Kima_UNJANI

Anda mungkin juga menyukai