Anda di halaman 1dari 9

Tugas Filsafat Moral

Kasus Rekaman Asusila Kepala Sekolah Terhadap Bawahannya

Ditinjau Menurut Tatanan Moral Objektif

Oleh :

Andreas Kurniawan L

51416007

Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Katolik Widya Mandala Madiun


ABSTRAK

Dalam perkembangan zaman yang semakin maju ini, semakin banyak saja manusia yang
tidak bisa mengikuti perkembangan zaman yang sekarang ini. Banyak yang merasa
diuntungkan, dan banyak juga yang merasa dirugikan. Dan hukum yang berada di Indonesia
sekarang ini dapat tergolong sudah melemah. Buktinya saja di Indonesia terjadi sebuah
masalah yang melibatkan seorang kepala sekolah dan guru honorer. Menyangkut dalam era
teknologi yang semakin modern, dalam paper ini akan dijelaskan bagaimana seharusnya kita
menanggapi kasus seperti ini terjadi. Jika ditnjau dari sudut pandang tatanan moral objektif,
sebuah hukum harusnya dapat memberikan keadlian, sehingga kita sebagai masyarakat
Indonesia dapat menghargai betul hukum itu.

Kata Kunci : melemah, moral objektif , hukum


Pengenalan Masalah

Kasus

“Kasus Baiq Nuril Maknun,

Tentang Rekaman Mesum Mantan Kepala Sekolah SMAN 7 Mataram.”

Kasus Baiq Nuril Maknun Maknum ini bermula pada saat dia diputuskan bersalah dan
dijatuhi hukuman 6 bulan penjara dan denda sebesar Rp 500 juta. Dalam kasus ini dijelaskan
kronologi secara lengkap bagaimana dia merekam bentuk sexual harrasement yang dilakukan
oleh mantan kepala sekolah SMAN 7 Mataram, dimana yang dinyatakan bersalah disini
bukanlah mantan kepala sekolah melainkan Baiq Nuril Maknun. Hal ini dikarenakan Baiq
Nuril Maknun melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
Pasal 27 ayat 1.

Pelanggaran UU ITE yang dilakukan oleh Baiq Nuril Maknun ini dikarenakan
tersebarnya video rekaman mesum yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada Baiq Nuril
Maknun. Dimana hal ini dliakukan pada saat Baiq Nuril Maknun bekerja sebagai tenaga
honorer yang membantu bendahara yang ada di SMAN 7 Mataram, dan dia sering diajak oleh
kepala sekolah SMAN 7 Mataram untuk bekerja lembur di luar kantor sekolah yaitu di
sebuah hotel.

Pada saat Baiq Nuril Maknun dan rekannya dalam satu pekerjaan itu diajak oleh
kepala sekolah ke hotel tersebut Baiq Nuril Maknun disuruh pergi ke kolam renang untuk
bermain dengan anak dari kepala sekolah. Dan kemudian kepala sekolah itu pun melakukan
hubungan intim dengan rekan dari Baiq Nuril Maknun, sedangkan pada saat Baiq Nuril
Maknun menuju ke kamar dimana kepala sekolah dan rekannya itu berada, dia dikejutkan
dengan sprei yang bercecer sperma dari kepala sekolah, kemudian dia melihat rekannya
keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian rapi.

Pada saat pulang ke rumah Baiq Nuril Maknun ditelpon oleh kepala sekolah, dimana
kepala sekolah berusaha menjelaskan bagaimana dia bisa melakukan hubungan persetubuhan
dengan rekannya itu, dan tanpa sepengetuhan kepala sekolah, Baiq Nuril Maknun merekam
seluruh percakapan mereka melalui handphone yang sekarang menjadi barang bukti di
persidangan, sehingga pada saat persidangan pun kepala sekolah meminta agar Baiq Nuril
Maknun menunjukkan bukti percakapan mereka melalui ponsel dari Baiq Nuril Maknun
untuk dilaporkan dan digunakan sebagai barang bukti, dan setelah kejadian mereka pergi ke
hotel itu, sekitar bulan Agustus 2015 akhirnya Baiq Nuril Maknun memberikan rekaman dari
ponsel tersebut kepada kepala sekolah setelah sebelumnya melakukan janjian untuk bertemu
pada suatu tempat yaitu di halaman Kantor Dinas Kebersihan Kota Mataram dengan
permintaan dari Baiq Nuril Maknun agar rekaman itu tidak disebarkan dan hanya sebagai
laporan ke DPRD Kota Mataram dan hal inipun disaksikan oleh kakak ipar dari Baiq Nuril
Maknun.

Disini kepala sekolah meminta rekaman agar dipindah ke laptopnya sehingga data
elektronik yang berisi rekaman digital tentang percakapan antara Baiq Nuril Maknun dengan
kepala sekolah beberapa waktu lalu. Dimana sesaat setelah itu kepala sekolah memberikan
hasil dari copyan tersebut kepada salah satu guru Kimia di SMAN 7 Mataram dan tercopy
dalam sebuah flashdisk. Dimana hal ini dilakukan oleh kepala sekolah untuk laporan ke
DPRD Kota Mataram dengan maksud untuk membersihkan nama baik SMAN 7 Mataram
dari perbuatan asusila.

Hal yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meng-copy, memindahkan,


mentransfer serta mengirimkan dan menyebarkan data elektronik yang merupakan Informasi
Elektronik tentang data rekaman digital pembicaraan atau percakapan antara Baiq Nuril
Maknun dan kepala sekolah yang ditujukan kepada rekan sekantor dari kepala sekolah
tersebut dikategorikan sebagai perbuatan mendistribusikan, mentransmisikan serta membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik. Bahwa setelah kejadian ini Baiq Nuril Maknun
mendapat surat panggilan dari kejaksaan sejak tahun 2017 hingga berlanjut sampai dengan
saat ini.

Perbuatan yang dilakukan Baiq Nuril Maknun ini adalah merupakan salah satu tindak
pidana yang melanggar UU ITE dikarenakan dia menyebarkam rekaman telepon atasannya
yang mengandung unsur asusila, disini Baiq Nuril Maknun pun terancam pidana menurut
Pasal 27 ayat (1) yaitu tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Baiq Nuril Maknun
dituntut dengan tuntutan pidana salama 6 bulan kurungan masa tahanan dan denda sebesar Rp
500.000.000, sesuai yang telah dijelaskan di awal pembahasan kasus tadi. Setelah beberapa
kali proses peradilan Baiq Nuril Maknun dinyatakan bebas karena dianggap tidak melakukan
penyebaran rekaman sesuai yang dikasuskan.

Namun setelah 14 bulan dinyatakan bebas, muncul surat putusan yang menyatakan
bahwa Baiq Nuril Maknun dinyatakan terbukti bersalah karena melanggar UU ITE dan
melakukan penyebaran rekaman pembicaraan yang mengandung unsur asusila.
Landasan Teori

Tatanan Moral Objektif

Dalam tatanan moral objektif disini, yang dibahas adalah tatanan moral kita, dan
dalam tatanan moral objektif kita langsung berhubungan dengan paradigma kebersamaan.
Yang berkaitan dalam tatanan moral objektif adalah hukum, etika keadilan, dan hak-hak
manusiawi. Tatanan moral objektif adalah sebuah tindakan yang paling ditinjau adalah
tindakan manusianya berdasarkan akal budi mereka.

Hukum

Berasal dari bahasa latin yang berarti mengikat, namun sekaligus apa yang kita baca
sebagai aneka peraturan yang dihimpun bersama. Gagasan hukum menurut Aquinas adalah
ordo rationis atau ordinance of reaseon, dimana yang paling ditekankan disini adalah akal
budi manusia. Aquinas menjelaskan bahwa manusia memiliki akal budi sehat, dimana
manusia menggunakan pikirannya untuk menghendaki yang benar bagi dirinya dan bagi
orang lain. Hukum tentang akal budi dimaksudkan bahwa daya ikat/wajib dari hukum itu
didasarkan pada kebenaran sejauh akal budui manusia dapat memikirkannya,walaupun
seperti ini, hukum akal budi ini memiliki beberapa konsekuensi, yaitu bahwa setiap hukum
yang lolos dari verivikasi oleh akal budi menjadi sebuah hukum yang tidak terikat.

Menurut aquinas hukum digolongkan menjadi 4 bagian, yaitu hukum erternal, hukum
divine, hukum human, hukum natura. Ke 4 bagian hukum ini saling berhubungan, artinya
akal budi manusia mampu mengutarakan deretan peraturan yang dapat membimbing hidup
manusia, dimana kecerdasan manusia ini didapatkan dari Tuhan sang Pencipta, sehingga
terjadi keterkaitan antara ke 4 hukum tersebut.

Hukum natura merupakan perintah yang daya ikatnya didasarkan pada gagasan
tentang etika manusia. Dengan kata lain kodrat manusia sebagai makhluk sosial ditinjau dari
bagaimana manusia itu berpikir dalam menjalani hubungan antara manusia satu dengan yang
lain dan bagaimana manusia tersebut dapat menaati hukum yang telah ditetapkan kepada
manusia tersebut.

Dalam pengertian natura disini dimaksudkan berdarkan apa yang ada sejak mulanya,
bukan yang baru ada, sementara maupun buatan. Dengan demikian natura memiliki nilai
konstan, atau bisa dibilang kodrati. Jadi tatanan kehidupan manusia itu sudah bersifat
tetap/sudah kodratnya. Hukum kodrat mengutamakan kodrat manusia dimana hukum itu
memiliki sifat yang mengikat, daya perintah, wajib dan daya larang.

Hukum haruslah tunduk pada moral, jadi apa saja yang diperintahkan haruslah
mrupakan kebaikan dan apa yang dilarang haruslah sebuah keburukan, jadi tindakan manusia
ini ditinjau dari apa yang dilakukannya baik atau buruk, melenceng atau meatuhi hukum yang
berlaku atau tidak. Hukum itu meliputi perintah dan larangan, sedangkan moral berkata
tentang baik dan buruk hal yang dilakukan oleh seorang manusia.
Argumentasi

Melihat dari permaslahan kasus rekaman asusila oleh kepala sekolah terhadap
bawahannya, merupakan sebuah tindakan yang tidak layak. Yang saya maksudkan disini
adalah dimana letak keadilan hukum tersebut? Manusia memang sudah seharusnya menaati
hukum yang berlaku, tetapi disini sekali yang harus ditekankan adalah dimanakah letak
keadilannya, jika ditinjau dari tatanan moral objektif, gagasan hukum menurut Aquinas yaitu
tenttang hukum akal budi, adalah bagaimana cara manusia menanggapi bagaimana
seharusnya hukum itu berlaku menurut akal budi manusia.

Secara kodratnya jika sebuah negara memiliki sebuah hukum, maka warganya harus
menaati hukum tersebut apapun yang terjadi. Sebuah bentuk kesalahan yang golongannya
lebih berat malah tidak mendapatkan hukuman yang setimpal dengan apa yang dilakukannya.
Jika dibandingkan, sebuah perbuatan asusila dengan merekam hasil percakapan yang dimana
si pelaku meminta agar perbuatannya itu tidak disebarluaskan.

Apa yang dilakukan oleh pelaku ini merupakan sebuah tindakan tidak terpuji, karena
pada saat dia sedang berada di luar kota ia berhubungan intim dengan bawahannya, jika
dipikirkan lagi kenapa ia harus melakukan hubungan tersebut diluar hubungan, dan pada saat
dipergoki oleh Baiq Nuril Maknun, si pelaku meminta agar hal ini tidak dibocorkan. Pelaku
meminta dengan cara menelepon Baiq Nuril Maknun, tapi tanpa sepengetahuan si pelaku,
Baiq Nuril Maknun merekam hasil percakapan mereka.

Jika ditinjau dari tatanan moral objektif tentang hukum menurut Aquinas, seorang
manusia harus menaati sebuah hukum yang berlaku, karena sudah menjadi kodratnya seorang
manusia menaati sebuah hukum atau peraturan yang berlaku. Jika dilihat dari hukum yang
berlaku, seseorang jika melakukan hubungan intim diluar nikah, akan mendapatkan
hukuman, tetapi dalam kasus ini Baiq Nuril Maknun didakwa karena menyebarkan rekaman
percakapan antara pelaku dengan beliau.

Jika menurut kasus yang yang terjadi sekarang ini yaitu hanya dengan menyebarkan
rekaman saja sudah dijerat dengan UU ITE, maka bagaimana dengan perbuatan/tindakan
asusila yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap bawahannya itu? Bagaimana seharusnya
definisi hukum di Indonesia yang adil itu?

Sungguh memprihatinkan sekali jika melihat keadaan hukum di Indonesia yang


sekarang. Sebuah hukum yang lemah benar-benar jauh dari kata keadilan, hukum yang tidak
adil ditinjau dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Jika dibandingkan dari segi
pelanggarannya saja memang tidak cukup, tapi harus diselidiki alasan/asal muasal
bagaiamana perbuatan melenceng itu terjadi. Kasus yang dialami Baiq Nuril Maknun ini
merupakan sebuah bentuk ketidakadilan dikarenakan memang benar Baiq Nuril Maknun
merekam hasil percakapan via telepon, tetapi Baiq Nuril Maknun tidak menyebarluaskan
hasil rekaman tersebut, Baiq Nuril Maknun baru menyerahkan hasil rekaman tersebut karena
diminta oleh pelaku dengan alasan agar nama sekolah nanti tidak menjadi buruk, Baiq Nuril
Maknun pun menuruti permintaan dari sang pelaku, tetapi setelah hasil rekaman tersebut
tersebar Baiq Nuril Maknun pun tidak bisa menghindari permintaan dari kejaksaan karena
perbuatan yang telah dilakukannya ini, padahal jika dilihat dari segi hukum Baiq Nuril
Maknun tidak bersalah karena dia menyebarkan hasil rekaman tersebut karena diminta, bukan
karena kemauanntya sendiri. Sedangkan tindakan asusila yang dilakukan oleh pelaku dengan
bawahannya ini yang dipergoki oleh Baiq Nuril Maknun tidak ditindak lanjuti oleh hukum
yang berlaku.
Daftar Pustaka :

Tribun Jatim.com “Kasus Baiq Nuril Maknun, Begini Kronologi Lengkap Rekaman Mesum
Mantan Kepsek SMAN 7 Mataram”, Senin, 19 November 2018.

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).

Anda mungkin juga menyukai