Anda di halaman 1dari 9

Istilah-Istilah Ilmu Kedokteran Gigi:

1. Konservasi: Ilmu pengawetan gigi


2. Operative dentistry: Ilmu Penambalan gigi
3. Endodontia: Ilmu perawatan saluran akar
4. Orthodontia: Ilmu meratakan gigi
5. Prothodontia: Ilmu geligi tiruan
6. Exodontia: Ilmu pencabutan gigi
7. Periodontia: Ilmu perawatan jaringan luar
8. Dental teknologi: Ilmu teknologi gigi

Istilah-Istilah dalam Rongga Mulut dan Jaringan-Jaringan Sekitarnya:

1. Bibir dengan bagian-bagiannya:

a. bibir atas

b. bibir bawah

c. tepi bibir

d. sudut bibir (commisure)

e. tuberkel: tonjolan bulat pada bibir atas tengah bawah

2. Filtrum: lekukan antara tuberkel dan hidung.


3. Labiometal groove: suatu depresi (cekungan) linier yang dangkal yang berjalan
horisontal di bawah bibir bawah yang membatasi dagu.
4. Nasalabial groove: lekukan antara hidung/nasal dan bibir/labia
5. Dagu

Istilah-Istilah Kedokteran Gigi Dasar:

1. superior: atas
2. inferior: bawah
3. dextra/dexter: kanan
4. sinistra: kiri
5. labia: bibir (labium)
6. lingua: lidah
7. fasial: muka
8. palatum: langit-langit
9. lateral: bagian tubuh yang letaknya jauh di sisi bidang median
10. bilateral: dua bagian sepasang, letaknya simetris
11. vestibule: ruang antara aspek labia dan bukal gigi dan gingiva, dengan aspek dalam
dari bibir dan pipi
12. operculum: lapisan jaringan gingiva yang menutupi gigi yang baru erupsi sebagian
13. frenulum: penyekat vestibulum dimedian
14. email: korona/mahkota
15. sementrum: akar/radix
16. apeks: ujung akar
17. sisi mesial: sisi yang berhadapan dengan median
18. sisi distal: sisi yang berlawanan dengan median
19. sisi bukal: sisi yang menghadap pipi
20. permukaan proksimal: permukaan gigi yang berhadapan dengan sisi gigi sebelahnya
21. permukaan insisal: permukaan gigi untuk mengunyah
22. oklusi/oklusal: kontak gigi atas dan bawah
23. PENJABARAN CABANG ILMU KEDOKTERAN GIGI DAN
PENERAPANNYA DI INDONESIA
24. Pencabangan Ilmu kedokteran Gigi telah disepakati oleh stakeholder terkait dan
disahkan oleh KKI. Selanjutnya akan diuraikan penerapannya untuk setiap cabang
Ilmu Kedokteran Gigi. Penjabaran Cabang Ilmu Kedokteran Gigi adalah sebagai
berikut :
25.
26. 1. Ilmu Kedokteran Gigi Dasar :
27. 1.1 Biologi Oral (Biology Oral)
28. 1.2 Ilmu Material Kedokteran Gigi (Dental Material)
29.
30. 2. Ilmu Kedokteran Para Klinik :
31. 2.1 Patologi Mulut dan Maksilofasial (Oral and Maxillofacial Pathology)
32.
33. 3. Ilmu Kedokteran Gigi Klinik :
34. 3.1 Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial (Oral and Maxillofacial Surgery)
35. 3.2 Ilmu Konservasi Gigi (Conservative Dentistry)
36. 3.3 Ilmu Kedokteran Gigi Anak (Pediatric Dentistry)
37. 3.4 Ilmu Penyakit Mulut (Oral Medicine)
38. 3.5 Orthodonsia (Orthodontics)
39. 3.6 Periodonsia (Periodontics)
40. 3.7 Prostodonsia (Prosthodontics)
41. 3.8 Radiologi Kedokteran Gigi (Oral and Maxillofacial Radiology)
42.
43. 4. Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan kedokteran Gigi Pencegahan (Dental
Public Health) :
44. 4.1 Epidemiologi Oral
45. 4.2 Perilaku Kesehatan Gigi
46. 4.3 Manajemen/Administrasi Kesehatan Gigi
47. 4.4 Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan
48. 4.5 Ilmu Kedokteran Gigi Keluarga (Family Dentistry)
49.
50. 5. Ilmu Kedokteran Gigi Interdisiplin :
51. 5.1 Anastesi Kedokteran Gigi (Dental Anasthesiology)
52. 5.2 Gerodontologi (Geriatric Dentistry)
53. 5.3 Implan Kedokteran Gigi (Dental Implantology)
54. 5.4 Kedokteran Gigi Estetik (Aesthetic Dentistry)
55. 5.5 Kedokteran Gigi Forensik (Forensic Dentistry)
56. 5.6 Kedokteran Gigi Khusus (Special Care Dentistry)
57. 5.7 Kedokteran Gigi Militer (Military Dentistry)
58. 5.8 Oklusi dan Gangguan Sendi Rahang (Occlusion and Temporo Mandibular
Disorder)
59. Restorasi Logam Ilmu Konservasi gigi
60.
61. BAB I
62. PENDAHULUAN
63.
64. I.1 LATAR BELAKANG
65. Ilmu konservasi gigi adalah ilmu yang paling tertua di bidang Kedokteran Gigi yang
berkembang sejak abad ke-18 sebagai sebuah solusi bagi masyarakat yang mengalami
kerusakan gigi dan memeprtahankan gigi mereka selama mungkin di dalam mulut.
Ilmu konservasi gigi merupakan cabang ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari
tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) jaringan keras gigi, pulpa dan
periapical untuk mempertahankan gigi di dalam mulut melalui restorasi dan
perawatan endodontic baik secara konvensional maupun bedah. Ilmu ini bertujuan
utuk melakukan perawatan gigi serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam
mulut agar estetik dan fungsi kunyah kembali normal (J.D. Eccles dan R.M. Green,
1994).
66. Dalam mempelajari ilmu Konservasi Gigi, dikenal dua macam restorasi yaitu direct
restoration dan indirect restoration. Direct restoration adalah restorasi gigi yang
dilakukan langsung di dalam mulut penderita. Sedangkan indirect restoration adalah
restorassi yang dibuat di luar mulut penderita. Untuk melakukan indirect restoration,
seorang dokter gigi membutuhkan seorang teknisi untuk membuat restorasi tersebut.
Indirect restoration ini kemudian dilekatkan ke gigi yang telah dipreparasi atau diasah
dengan bantuan semen yang cepat mengeras. Restorasi harus tepat pada semua
dinding internal untuk memberikan retensi dan stabilitas. Preparasi harus dibuat bebas
dari undercut pada satu sumbu agar restorasi dapat dipasang dengan mudah. Indirect
Restoration menggunakan teknik restorasi logam, yakni restorasi yang dibuat berasal
dari logam baik metal atau alloy. Umumnya yang digunakan adalah alloy (JD Eccles,
RM Green, 1994).
67.
68. I.2 RUMUSAN MASALAH
69. Dari latar belakang yang diuraikan sebelumya, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dibahas di dalam makalah ini yakni jenis restorasi logam dan
teknik pembuatan indirek restorasi logam.
70.
71. BAB II
72. TINJAUAN PUSTAKA
73.
74. II. 1 PENGERTIAN RESTORASI LOGAM DENGAN INDIRECT
RESTORATION
75. Indirect Restoration adalah restorasi yang dibuat diluar mulut pasien yang akan
dilekatkan atau disemen pada gigi pasien yang telah dipreparasi setelah siap dipasang.
Indirect restoration dibagi menjadi dua yakni intra koronal (restorasi yang terdapat
dalam kontur gigi, contoh inlay) dan ektra koronal (restorasi yang menutupi bagian
mahkota gigi asli yang masih ada untuk mendapatkan montur anatomis, contoh onlay,
veneer, dan mahkota pigura). Teknik yang digunakan untuk membuat restorasi
melalui Indirect Restoration adalah teknik restorasi logam. Teknik restorasi logam
adalah suatu restorasi yang dibuat berbahan dasar metal atau alloy (Jones and Grundy,
1992) .
76.
77. II. 2 MACAM-MACAM INDIRECT RESTORATION
78. Macam-macam indirect restoration adalah:
79. 1. Inlay
80. Inlay adalah restorasi yang digunakan pada gigi yang di preparasi pada bagian
Oklusal Distal (OD), Oklusal Mesial (OM) atau Mesio Oklusal Distal (MOD). Inlay
sudah jarang digunakan untuk kavitas sederhana dan umumnya hanya digunakan
untuk gigi-gigi yang berkebutuhan khusus, seperti gigi yang sudah lemah karena
karies dan cenderung fraktur bila tidak dilindungi atau bila retensi sulit dibuat.
Berikut ini merupakan macam klas pada inlay (JD Eccles, RM Green, 1994).
81. A. Inlay Klas I
82. Merupakan klas sederhana , yang jarang digunakan
83. B. Inlay Klas II
84. Misalnya digunakan pada gigi yang daerah MOD terkena, sehingga perlu adanya
perlindungan edengan cara menghilangkan tonjolan-tonjolan lemah untuk kemudian
di preparasi dengan menggunakan veneer .
85. C. Inlay Klas III dan IV
86. Misalnya digunakan pada jembatan atau attachnment untuk jembatan semi cekat.
87. D. Inlay Klas V
88. Misalnya untuk retensi pada geligi tiruan sebagian ,atau dapat digunakan pasak
untuk perawatan kavitas uang dangkal akibat abrasi atau erosi.
89. 2. Onlay
90. Onlay adalah restorasi pada gigi yang morfologi oklusalnya mengalami
perubahan karena restorasi sebeltorasi inumnya, karies, atau penggunaan fisik.
Restorasi ini meliputi seluruh yang meliputi seluruh daerah oklusal yang meliputi
cusp-cusp gigi (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997)
91. 3. Mahkota/ crown
92. Restorasi gigi yg menutupi atau mengelilingi seluruh permukaan gigi yg telah
dipreparasi. Restorasi ini dibuat untuk gigi yang mengalami kerusakan sehingga tidak
bisa ditambal lagi tetapi gigi tersebut masih vital. Restorasi ini biasanya digunakan
pada gigi premolar dan molar rahang bawah karena karies yang luas atau tambalan
yang rusak (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997).
93. 4. Mahkota Pigura
94. Mahkota tuang dimana bagian labial atau bukal diberi facing yang sama
dengan warna gigi. Facing tersebut lebih mirip dengan veneers (JD Eccles, RM
Green, 1994).
95. .
96.
97. II. 3 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
98. Dalam pembuatan restorasi logam dibutuhkan alat dan bahan tertentu. Alat yang
digunakan untuk pembuatan model malam adalah pelumas die, pinset kapas, malam,
spatula malam No. 7, pengukir Hollenback ½- 3, pengukir cleoid discoid, lampu
Bunsen atau lampu alkohol, dan instrument waxing P.K. Thomas. Untuk pembuatan
sprue dan penanaman model malam yang dibutuhkan adalah pembentuk sprue, pin
sprue, cincin logam (bumbung tuang), bahan pelapik (non asbestos liner), bahan
tanam pilihan (thermal), bowl dan spatula pengaduk, pengukur cairan, wetting agent,
dan vibrator. Selanjutnya, pada saat pembuangan malam yang dibutuhkan adalah
oven pembakaran, mesin pengecor, gas dan semprotan udara atau wadah peleburan
listrik, larutan asam dan tempatnya, logam pengisi, sentrifugal, dan blowtorch.
Sedangkan pada tahap terakhir adalah pemolesan yang membutuhkan mini bur, disc,
rubber merah dan hijau, serta stone merah dan hijau (Baum, Phillips Lund, edisi III,
1997)
99.
100. II. 4 TAHAP-TAHAP PEMBUATAN RESTORASI LOGAM
101. Untuk membuat restorasi logam, diperlukan tahap-tahap yang saling
berurutan dan benar agar hasil restorasi yang dibuat sesuai yang diinginkan oleh dokter gigi.
Tahapan-tahapan tersebut saling berpengaruh. Apabila satu tahapan terlewatkan atau tidak
dilakukan, akan terjadi kemungkinan restorasi yang kita buat mengalami kegagalan. Tahap-
tahap pembuatan restorasi logam adalah ( Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004)
102. :
103. 1. Mengolesi die dengan “die separator” dengan tujuan model malam bisa
dilepas dari die.
104. 2. Membentuk restorasi yang akan dibuat dengan menggunakan inlay wax,
sesuai dengan bentuk anatomis gigi aslinya.
105. 3. Menghaluskan model malam yang telah terbentuk dengan alkohol torch.
106. 4. Mengkilapkan model malam yang telah terbentuk dengan menggunakan
air sabun.
107. 5. Mempersiapkan penanaman yang meliputi crusible former, sprue,
ventilasi dan juga memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang.
108. 6. Melekatkan sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut
tumpul.
109. 7. Memasang model yang telah terpasang sprue ke crusible former dan
menyesuaikan dengan ketinggian pada bumbung tuang.
110. 8. Mengolesi model malam beserta sprue dengan menggunakan wetting
agent.
111. 9. Menunggu hingga wetting agent mengering.
112. 10. Menanam model malam
113. 11. Melepas crusible former dari bumbung tuang. Kemudian lakukan buang
malam diatas api selama ± 1 jam atau hingga bahan tanam tidak lagi tampak kebiruan
yang berarti sisa malam telah habis. Kemuadian lakukan casting logam dengan
menggunakan blowtorch dan centrifugal.
114. 12. Menunggu hingga bumbung tuang agak dingin.
115. 13. Membongkar bumbung tuang dan mengeluarkan hasil tuangan kasar.
116. 14. Fitting dengan cara mencoret-coret die dengan pensil, sehingga bagian
yang belum fit dapat diketahui dengan mudah.
117. 15. Finishing, menggunakan stone merah dan hijau.
118. 16. Polishing, menggunakan rubber merah dan hijau. Lakukan polishing
tersebut sampai model malam mengkilat.
119.
120. BAB III
121. PEMBAHASAN
122. Restorasi logam dilakukan secara indirek yakni dilakukan diluar mulut
penderita. Jenis-jenis restorasi ini adalah inlay, onlay, mahkota/ crown, dan mahkota
pigura. Keempat jenis tersebut mempunyai tahapan yang sama. Dalam pembuatan
model malam, yang harus diperhatikan adalah daerah kontak proksimal dan kontur
anatomisnya karena akan mempengaruhi kelangsungan gigi tersebut didalam mulut
penderita. Apabila daerah kontak proksimal terdapat celah, maka akan terjadi
sekunder karies pada pasien penggunanya. Begitu pula dengan kontur anatomis.
Kontur anatomis yang sesuai dengan gigi asli akan memudahkan gigi tiruan untuk self
cleansing.
123. Dalam pembuatan restorasi logam, terdapat tahapan-tahapan yang saling
berurutan dan berpengaruh antar satu tahap dengan tahap lainnya. Apabila salah satu
tahapan tersebut tidak dilakukan atau tidak sesuai prosedur akan berpengaruh pada
restorasi yang kita buat. Oleh karena tahap-tahap tersebut harus diperhatikan. Tahap-
tahap tersebut adalah:
124. 1. Pada tahap awal yakni pengulasan die dengan die separator agar model
malam dapat dilepas dari die. Pengulasan die separator tidak boleh terlalu banyak atau
sedikit. Jika terlalu sedikit, malam tidak akan bisa dilepas dari die. Namun, jika
terlalu banyak, akan berpengaruh pada malam tersebut. Malam yang digunakan untuk
model malam akan menjadi getas dan mudah fraktur.
125. 2. Untuk menghaluskan dan mengkilapkan model malam.saat
menghaluskan model malam gunakan alkohol torch yang anginnya telah kita control
terlebih dahulu agar inlay wax tidak berubah. Selain itu, gunakan kapas dan air sabun
untuk mengkilapkannya. Model malam harus mengkilap karena akan mempermudah
kita pada tahap finishing dan polishing.
126. 3. Mempersiapkan penanaman yang meliputi crusible former, sprue,
ventilasi dan juga memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang. Tujuan
pembuatan sprue adalah sebagai jalannya logam yang mencair menuju mould.
Diameter sprue harus disesuaikan dengan model malam yang tertebal. Jika diameter
sprue terlalu kecil, maka terjadi pemadatan sprue sebelum tuangan memadat dan
terjadi porositas penyusutan setempat. Panjang sprue harus cukup panjang agar posisi
model malam tepat pada bumbung tuang kira-kira 6 milimeter dari tepi ujung
bumbung tuang ( Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004). Sprue dan crucible harus rata
permukaannya, agar aliran logam dapat berjalan lancar. Selain itu pemasangan non
asbestos liner juga berpengaruh untuk memberi ruang saat bahan tanam menaglami
ekspansi. Pemasangan ventilasi dibutuhkan sebagai jalan keluarnya udara.
127. 4. Melekatkan sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut
tumpul. Agar sprue tidak menyebabkan aliran langsung dari logam cair menuju ke
daerah tepi yang tajam atau bagian yang tipis karena logam cair dapat mengabrasi
atau mematahkan bahan tanam di daerah tersebut dan mengakibatkan kegagalan
pengecoran. Tidak boleh ditempatkan tegak lurus pada permukaan yang datar dan
lebar karena mengakibatkan terjadinya turbulensi atau arus putar dari logam cair di
dalam kavitas mould dan porositas yang parah (Kenneth J. Anusavice, edisi 10,
2004).
128. 5. Memasang model yang telah terpasang sprue ke crusible former dan
menyesuaikan dengan ketinggian pada bumbung tuang. Letaknya kira-kira 6
milimeter dari ujung terbuka bumbung tuang agar gas-gas dapat dialirkan dan
meminimalisir terjadinya porusitas.
129. 6. Mengolesi model malam beserta sprue dengan menggunakan wetting
agent untuk menurunkan tegangan permukaan model malam sehingga bahan tanam
dapat melekat erat pada model malam tersebut. Alternative lai yang digunakan untuk
menurunkan tegangan permukaan model malam adalah dengan air sabun namun,
model malam harus bebas dari buih-buihnya.
130. 7. Penanaman model malam dengan bahan tanam. Perbandingan antara
air dan bubuk bahan tanam harus sesuai. Bahan tanam yang terlalu encer mudah
pecah, sedangkan bahan tanam yang terlalu pekat berakibat udara tidak dapat keluar.
Gunakan vibrator saat mengaduk, agar tidak ada udara yang terjebak.
131. 8. Pembuangan malam dan pemanasan. Bahan tanam dinyatakan telah
bersih dari malam apabila tidak nampak kebiru-biruan pada permukaannya.
132. 9. Fitting, finishing, dan polishing. Fitting dilakukan dengan tujuan agar
gigi tiruan tersebut cocok dengan pasien. Sehingga nyaman untuk dipakai. Finishing
dilakukan untuk menghilangkan buble. Dan selanjutnya adalah polishing yakni
mengkilapkan gigi tiruan dengan rubber merah dan hijau agar permukaan gigi tiruan
tidak kasar. Dimana permukaan yang kasar tersebut mampu mengabrasi gigi
lawannya.
http://atin-kuliahku.blogspot.co.id/2012/05/konservasi-gigi.html
Password Game House 2015:

79208609-FD44-4865-AE2B-784FDF31212C

Anda mungkin juga menyukai