Anda di halaman 1dari 70

EMULSI

Uswatun Chasanah
PUSTAKA
◆ Anonim,”Farmakope Indonesia ed.III”,1979
◆ Anonim,”Farmakope Indonesia ed.IV,”1995
◆ Moh.Anif,”Ilmu Meracik Obat”, Gadjah Mada University press,2005
◆ Nanizar Zaman-Joenoes,”Ars Prescribendi ed.2”, Airlangga University
press,2006
◆ Howard C. Ansel,”Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, Universitas
Indonesia press,1989.
◆ C.F. Van Duin,”Ilmu Resep”,Soeroengan

35 - 2
SUB POKOK BAHASAN
I. a. DEFINISI SEDIAAN EMULSI
b. PERSYARATAN SEDIAAN EMULSI
c. MACAM SEDIAAN EMULSI
d. PEMAKAIAN SEDIAAN EMULSI
II. TUJUAN PEMBERIAN BENTUK SEDIAAN EMULSI
III. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI
STABILITAS FISIKA SEDIAAN EMULSI
IV. CARA PERACIKAN SEDIAAN EMULSI
a. FORMULA UMUM
b. CARA PERACIKAN
V. WADAH, ETIKET DAN LABEL SEDIAAN EMULSI

35 - 3
DEFINISI
◆ Emulsi adalah sediaan yang homogen mengandung minyak
atau lemak, terdispersi dalam vehikulum, distabilkan dengan
emulgator atau surfaktan yang cocok. (ars prescribendi)
◆ Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri
dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke
seluruh pembawa yang tidak bercampur. (pengantar bentuk
sediaan farmasi)

35 - 4
▪ DEFINISI

◆ Menurut F I ed. III


Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

◆ Menurut F I ed. IV dan ed V


Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil.

35 - 5
◆ Emulsi ~ mengandung 2 zat yang tidak bercampur
◆ Fase terdispers ~ fase dalam : emulgendum

◆ Fase pendispers ~ medium dispersi ~ fase luar ~ fase


kontinu : menstruum
◆ pengemulsi : emulgens ~ emulgator

• Ukuran partikel: Ø 0,25-25 mikron, umumnya > 1 micron

35 - 6
Persyaratan emulsi
Sediaan emulsi yang baik harus :
1. Stabil dan homogen

2. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan


sama besar mendekati ukuran partikel koloid
3. Tidak terjadi creaming atau cracking

4. Warna, bau dan rasa menarik

35 - 7
Macam-macam emulsi
1.Menurut konsistensinya dan maksud pemakaiannya:
a. emulsi cair : pemakaian oral, topikal, parenteral

mis : emulsi ol.iecoris aselli, balsamum papilare,


intralipid injeksi
b. emulsi semisolid : pemakaian topikal

mis : vanishing cream

35 - 8
Macam-macam emulsi:
2. Menurut asal bahan pembuat
a. Emulsi alam / emulsi vera (emulsa naturalia)

Dibuat dari bahan dasar biji-bijian yang mengandung


emulgendum & emulgens, dengan penambahan air dari luar
akan terbentuk emulsi.
b. Emulsi buatan / emulsi spuria dibuat dari bahan cair yang
umumnya berupa minyak dengan penambahan emulgator
dan air dari luar akan terbentuk emulsi

35 - 9
3. Menurut tipe emulsi / jenis emulsi
❑ Tipe minyak dalam air = m/a = o/w - fase dalam :
minyak/bahan serupa - fase luar minyak. : air

❑ Tipe air dalam minyak = a/m = w/o


- fase dalam : air - fase luar : minyak

Jenis/ tipe emulsi yang terbentuk umumnya tergantung dari


emulgator yang digunakan
35 - 10
Cara Penentuan Tipe Emulsi
1. Tes pengenceran = drop dilution test
Berdasarkan pengenceran fase luar emulsi dilakukan dengan
cara : - meneteskan air atau minyak pada sejumlah tertentu
emulsi.
2. bila emulsi dapat diencerkan dengan air (tetap homogen) →
tipe emulsi adalah m/a.
3. bila emulsi dapat diencerkan dengan minyak (tetap
homogen) → tipe emulsi adalah a/m.

35 - 11
Cara penentuan tipe emulsi:
2. Tes kelarutan zat warna = Dye Solubility Test
Berdasarkan kelarutan zat warna dalam air atau minyak (fase
pendispers). dilakukan dengan cara:
◆ meneteskan larutan zat warna pada sejumlah tertentu
emulsi.
◆ bila larutan zat warna dalam air, ditambahkan pada suatu
emulsi dan didapat :
■ warna yang homogen → tipe emulsi minyak dalam air (m/a).
■ warna yang heterogen → tipe emulsi air dalam minyak (a/m).
35 - 12
Cara Penentuan Tipe Emulsi:
3. Tes Konduktivitas / Conductivity Test
Berdasarkan sifat air yg dapat menghantarkan aliran listrik.
Test ini akan lebih sensitif bila ditambah sedikit NaCl.
dilakukan dengan cara :
✓ dibuat suatu rangkaian listrik, media penghantar arus
digunakan emulsi yang ingin diketahui tipenya.
✓ adanya arus akan ditunjukkan dengan menyalanya lampu yg
dipasang pada rangkaian tersebut.

35 - 13
3. Tes Konduktivitas / Conductivity Test
◆ Bila emulsi dapat menghantarkan listrik → lampu menyala →
fase luar emulsi adalah air → tipe emulsi adalah minyak
dalam air (m/a)
◆ Bila emulsi tidak dapat menghantarkan aliran listrik → lampu
tidak menyala → fase luar emulsi adalah minyak → tipe
emulsi air dalam minyak (a/m).
◆ Perlu diperhatikan emulsi dengan emulgator ionik dapat
memberi reaksi positif.
35 - 14
4. Tes Flouresensi / Flourescence test
Berdasarkan sifat beberapa minyak yang berflouresensi pada sinar
ultraviolet.
dilakukan dengan cara :
◆ emulsi yang ingin diketahui tipenya disinari dengan sinar
ultraviolet.
◆ bila fluoresensi merata di seluruh bagian → tipe emulsi adalah air
dalam minyak (a/m).
◆ bila fluoresensi bintik-bitnik → tipe emulsi adalah minyak dalam air
(m/a).

35 - 15
PEMAKAIAN SEDIAAN EMULSI
◆ Sediaan emulsi dapat dipergunakan untuk obat dalam
maupun obat luar.
• Untuk obat dalam, lebih disukai emulsi tipe m/a karena :
▪ rasa atau bau minyak yang tidak enak dapat
tertutup/dikurangi.
▪ minyak dalam butir-butir halus lebih mudah dicerna.
Co: emulsi minyak ikan → untuk p.o

35 - 16
TUJUAN PEMBERIAN BENTUK SEDIAAN EMULSI
◆ Suatu bahan obat bentuk cair (minyak) yang tidak
tercampurkan dengan pembawa cair dibuat dalam bentuk
sediaan emulsi dengan tujuan / alasan :
1. Untuk menutupi rasa yang kurang enak
2. Untuk mempermudah proses pencernaan
3. Untuk memudahkan pemakaian
- memudahkan pengolesan → emulsi tipe a/m
- memudahkan pencucian → emulsi tipe m/a
4. Memberi efek emolient.
5. Memperlama khasiat
35 - 17
Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Stabilitas
Fisika Sediaan Emulsi
◆ 1. Ukuran fase terdispersi/dalam
Suatu emulsi stabil, jika butir yang terdispersi berada dalam
keadaan terbagi halus dalam waktu yang lama, bila fase
terdispersi makin mendekati keadaan koloidal maka emulsi
tersebut makin stabil.
◆ 2. Konsentrasi fase dalam
Adalah salah satu faktor penyebab terjadinya creaming.
Butir-butir yang besar dan dapat bergerak dengan cepat akan
menubruk butir-butir yang kecil dengan pergerakan yang lambat.

35 - 18
◆ Bila konsentrasi fase dalam > , shg butir-butir yg berada pada dasar
sampai permukaan bersentuhan maka gerakan dari butir butir tidak
memungkinkan lagi krn alasan ruang geometriknya.
3. Viskositas fase luar
Makin besar viskositas emulsi , maka makin kurang gerakan/
tumbukan butir-butir fase dalam, dengan demikian menghalangi
bersatunya fase dalam dan menghindari terjadinya creaming.
Sesuai dengan hukum Stoke’s d2 ( ρt - ρo ) g
V = --------------------------
18 η
35 - 19
◆ Ketidak stabilan emulsi secara fisis dapat
ditunjukkan dengan terjadinya :
◆ a. creaming
Bila fase dalam menjadi lebih pekat dan mendorong
fase luar yang cenderung naik ke atas atau turun ke
bagian bawah sediaan, tergantung dari berat jenis
kedua fase tersebut. Keadaan ini dapat diperbaiki
dengan pengocokan.
◆ b. cracking
Bila fase dalam dan fase luar memisah secara
menyeluruh yang umumnya disebut pecahnya
sistem emulsi. Keadaan ini tidak dapat diperbaiki
dengan pengocokan.
35 - 20
◆ Fase dalam dan fase luar cenderung memisah → adanya tegangan
permukaan pada kedua cairan. bila gaya ini tidak dihilangkan ,
butir-butir fase dalam akan bersatu dan emulsi akan pecah.
◆ Efek dari gaya ini dapat diatasi dg cara :
1. Menambah bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan /
surfaktan.
2. Menambah bahan yg dapat menempatkan diri pada permukaan
antara kedua fase dan mengikat kedua fase dengan kekuatan besar.
3. Menambah bahan yg membentuk suatu film / selaput tipis di
sekeliling butiran-butiran fase dalam yang secara mekanis
mencegah kedua fase tersebut bersatu.
35 - 21
◆ Terbentuknya emulsi tipe m/a atau a/m tergantung :
a. Kelarutan selektif emulgator yg digunakan.
- bila emulgator larut dalam air → terbentuk emulsi tipe m/a
◆ - bila emulgator larut dalam minyak → terbentuk emulsi tipe
a/m
b. Perbandingan jumlah fase minyak dan fase air.

35 - 22
CARA PERACIKAN SEDIAAN EMULSI
◆ FORMULA UMUM SEDIAAN EMULSI
◆ R/ Bahan obat
Bahan pengemulsi
Bahan tambahan
Pembawa

35 - 23
a. Bahan obat.
Bahan obat dalam sediaan emulsi dapat berasal dari minyak
yang dikandung dlm biji-bijian atau bahan cair yang
umumnya berupa minyak atau yang menyerupai minyak
yang tidak dapat tercampurkan dengan pembawa umumnya
air.
b. Bahan pengemulsi = emulgator.
Untuk menstabilkan suatu emulsi, agar fase dalam dan fase
luar tidak memisah dapat ditambahkan bahan pengemulsi /
surfaktan.
35 - 24
MACAM-MACAM BAHAN PENGEMULSI
Bhn pengemulsi dibedakan berdsrkan:
◆ Kelarutan emulgator
■ emulgator larut air mis: gom arab, tragakan,tween
■ emulgator larut minyak mis: sabun kalsium stearat, span

◆ Muatan emulgator
a. anionik mis : gom arab, sabun natrium stearat
b. kationik mis : benzalkonium klorida

35 - 25
c. Non ionik
- bersifat lipofil
* alkohol – lemak → stearil alkohol
* ester-ester asam lemak dg alkohol tinggi:
-dg as. lemak jenuh →span 20, 40, 60
-dg as. Lemak tdk jenuh → span 80, 85
• bersifat hidrofil mis : ester asam lemak
• * dengan polietilenglikol → PEG 4000 monostearat
• * dengan polioksietilen → tween

d. amphoter misal : protein

35 - 26
◆ Untuk membuat emulsi dengan emulgator span dan tween
dilakukan dengan cara :
- Span dilarutkan dalam fase minyak
- Tween dilarutkan dalam fase air
- Campur kedua fase dalam botol bermulut lebar, kemudian
kocok beberapa menit.

35 - 27
Bahan Pengemulsi

Pada Pembuatan Sediaan Emulsi


1. Golongan karbohidrat : gom arab, tragakan, metilselulosa,
karboksimetil selulosa
2. Golongan protein : gelatin = pharmagel

3. Golongan sabun dan alkali :TEA

4. Golongan alkohol : setil alkohol, stearil alkohol, oleil alkohol,


gliseril monostearat, PEG
5. Golongan pembasah : Natrium lauril sulfat, Span, Tween

35 - 28
◆ 1. Gol. Karbohidrat :
◆ Gom arab
◆ - dapat digunakan untuk mengemulsikan minyak lemak dan
minyak menguap
◆ - Jumlah gom arab yang dibutuhkan : menurut pustaka(Van
Duin) untuk :
◆ * minyak lemak : digunakan ½ x minyak
◆ * minyak menguap : digunakan sama banyak
◆ * minyak jarak : digunakan 1/3 x minyak
35 - 29
◆ Gom Arab
◆ Emulsi dengan gom arab stabil pada pH 2-11
◆ Dapat digunakan sebagai musilago atau dalam bentuk kering → hasil
yang lebih baik.
◆ Emulsi dengan gom arab viskositasnya agak rendah → agak cepat
terjadi creaming atau sedimentasi.
◆ Emulsi dengan gom arab OTT dengan:
- alkohol konsentrasi > 35%, - lar. FeCl3, - lar. pekat Natrium borat

35 - 30
◆ Tragakan
◆ Sebagai emulgator, tragakan kurang efisien → tidak
menurunkan tegangan antar permukaan secara nyata.
◆ Diameter butiran-butiran minyak agak besar
◆ Pembuatan yang baik dengan homogenizer.
◆ » Jumlah tragakan yang dibutuhkan : 1/10 bagian dari Gom
Arab

35 - 31
Tragakan
◆ Stabil dalam media asam dan netral

◆ Umumnya digunakan sebagai mucilago → tragakan digerus


dengan air 20kalinya → ditambah bergantian sejumlah kecil
minyak dan air.
◆ Viskositas lebih besar dari gom arab → sukar dituang.

◆ Bila tragakan dikombinasi dengan gom arab (0,1 g tragakan


ditambah 1 g gom arab) → - gom arab membuat diameter
butir-butir minyak lebih kecil →tragakan memperbesar
viskositas. 35 - 32
◆ Metilselulosa = MC
◆ Merupakan semisintetis selulosa, jenis tergantung
viskositasnya.
◆ Jumlah MC yang digunakan : umumnya dalam kadar 1 –
10%, tergantung jenisnya.
◆ Stabil pada pH 2 – 12
◆ - Digunakan sebagai musilago, cara : mencampur minyak
dengan musilago MC

35 - 33
Karboksimetil selulosa = CMC
◆ Sifat hampir sama dengan MC

◆ Digunakan sebagai musilago, cara : mencampur minyak


dengan musilago CMC

35 - 34
◆ 2. Golongan Protein Gelatin = Pharmagel
• Ada 2 jenis yaitu Gelatin A dan Gelatin B
• Gelatin A : - mempunyai titik isoelektrik pada pH 8
• pada pH ± 3,2 : sangat mudah terhidrasi, bermuatan positif
dan berfungsi baik sebagai stabilitas emulsi.
• untuk membuat pH 3,2 ditambahkan asam tartrat.

35 - 35
◆ Gelatin B - mempunyai titik isoelektrik pada ph 4,7
◆ - pada pH 8 : sangat mudah terhidrasi, bermuatan negatif.
◆ - untuk membuat pH 8 ditambahkan natrium bikarbonat
◆ Emulsi yg dibuat dg gelatin viskositasnya akan turun krn
hidrolisa dari gelatin.

35 - 36
Gelatin

◆ Perubahan ini dapat dikurangi sampai minimum


menggunakan lar.gelatin yg dipanaskan dekat dengan titik
didihnya selama 15-20 menit untuk menghidrolisa gelatin.
◆ Sebelum digunakan larutan gelatin didinginkan terlebih
dahulu sampai ± 50°C.
◆ - Emulsi dengan gelatin akan didapat hasil yang baik bila
digunakan homogenizer.

35 - 37
◆ 3. Golongan Sabun Dan Alkali
◆ Sabun jenis monovalen dari asam lemak tinggi menghasilkan
emulsi yang baik dalam sediaan lotion atau linimen.
◆ Untuk obat luar → rasa tidak enak dan efek laxansnya shg
dihindari penggunaannya untuk emulgator obat dalam.
◆ Emulsi dg sabun dari logam alkali polivalent menghasilkan
emulsi type a/m.

35 - 38
◆ Trietanolamin = TEA
◆ Trietanolamin + asam lemak bebas membentuk sabun →
bersifat basa lemah.
◆ Menghasilkan emulsi stabil tipe m/a utk penggunaan luar.
◆ Bila kandungan asam lemak dari suatu minyak terlalu
rendah, dpt ditambahkan asam stearat / asam oleat
tergantung jumlah minyak yg diemulsikan.

35 - 39
TEA

◆ Membuat emulsi dengan emulgator TEA + asam stearat


dengan cara :
1. Asam stearat dicairkan dengan minyaknya, TEA dilarutkan
dalam air panas.
2. Tambahkan fase air pelan-pelan ke fase minyak pada suhu
yg sama dengan pengadukan konstan sampai dingin.

35 - 40
◆ 4. Golongan Alkohol
◆ Sejumlah alkohol BM tinggi dlm sistem emulsi → utk daya
stabilisasi.
◆ Yang umum digunakan adalah setil alkohol, stearil alkohol,
oleil alkohol dan gliseril monostearat.
◆ Dalam pembuatan emulsi dikombinasi dg sabun-sabun atau
zat pembasah utk mendapatkan emulsi yg stabil.

35 - 41
◆ Polietilen Glikol Ester = PEG
◆ Mempunyai gugus etilenoksid dengan satu atau dua radikal
asam lemak.
◆ Macam PEG berdasarkan BM
◆ Perbandingan gugus hidrofil-lipofil yg berbeda-beda dan
membentuk emulsi tipe m/a
◆ Umumnya digunakan untuk penggunaan luar (kulit)

35 - 42
◆ 5. Golongan Pembasah
◆ Bahan surfaktan sintetis → mengurangi tegangan antar
permukaan antara dua cairan yg tidak tercampurkan.
◆ Mengandung gugus hidrofil dan lipofil, dan dalam emulsi
dapat digunakan sebagai emulgator atau penstabil emulsi.
Contoh : Natrium lauril sulfat, ester sorbitol dan derivat
polioksi etilen

35 - 43
◆ Derivat Sorbitol Ester
◆ Span : bersifat lipofilik, mempunyai harga HLB yg rendah
dan merupakan emulgator tipe a/m
◆ Tween : bersifat hidrofilik, mempunyai harga HLB yang tinggi
dan cenderung membentuk emulsi tipe m/a
◆ Kombinasi antar Span dan Twen untuk mendapatkan harga
HLB tertentu dari fase minyak akan menghasilkan emulsi
yang mudah dan stabil baik emulsi tipe m/a atau a/m

35 - 44
◆ Untuk membuat emulsi dengan emulgator span dan tween
dilakukan dengan cara :
◆ - Span dilarutkan dalam fase minyak
◆ - Tween dilarutkan dalam fase air
◆ - Campur kedua fase dalam botol bermulut lebar, kemudian
kocok beberapa menit.

35 - 45
◆ Nilai HLB Tipe Sistem
◆ 3-6 A/M emulgator
◆ 7-9 Zat pembasah
◆ 8-18 M/A emulgator
◆ 13-15 Zat pembersih
◆ 15-18 Zat penambah pelarutan

35 - 46
◆ HLB 1,8 – 8,6 → lipofil → tipe A/M
◆ HLB 9,6 – 16,7 → hidrofil → tipe M/A
◆ Contoh :
◆ R/ Tween 80 70 % HLB: 15
◆ Span 80 30 % HLB: 4,3

Perhitungan: Tween 80 : 70% x 15 = 10,5


Span 80 : 30% x 4,3 = 1,3
HLB campuran : 11,8

35 - 47
Cara Peracikan
◆ 1. Emulsi vera / emulsi alam
◆ Emulsi alam dibuat dari bahan dasar biji-bijian yang
mengandung minyak dan emulgator (protein).
◆ Dengan penambahan air dari luar akan terbentuk emulsi.
◆ Apabila tidak disebut lain,emulsi alam dibuat dari 10 bagian
bahan dasar untuk 100 bagian emulsi.
◆ Untuk biji kacang tanah, biji amigdalae dulces, maka kulit biji
harus dihilangkan dg merendam biji dlm air panas

35 - 48
◆ Cara pembuatan :
◆ Biji kacang tanah disiram dg air panas shg kulitnya dapat dg
mudah dilepas.
◆ Biji kacang tanah tanpa kulit digerus kuat-kuat dalam mortir,
kmdn + air ± ½ kali berat kacang gerus sampai menjadi
bubur. (+) kan air kira-kira ⅓ dari seluruh air yg tersedia,
gerus sampai berwarna putih, kmdn diserkai dg kain flanel.
◆ Ulangi lagi 2 kali proses tersebut dg sisa air yg tersedia.

35 - 49
◆ Penambahan Pada Emulsi Alam
◆ Emulgator/putih telur yang ada dalam bahan dasar, dapat
mengemulsikan lebih banyak minyak dari pada minyak yang
terdapat dalam bahan dasar.
◆ Emulgator tsb masih dapat mengemulsikan minyak seberat
bahan dasar tsb, dan dibuat bersama-sama pada pembuatan
emulsi alam.
◆ Apabila minyak yang ditambahkan > jumlah bahan dasar
→ perlu penambahan gom arab.
35 - 50
◆ Jumlah gom arab yg di + kan adlh ½ kali minyak yg belum
dapat diemulsikan oleh protein biji.
◆ Penambahan gom arab dalam jumlah besar dapat
mengendapkan protein dari biji, sehingga apabila dalam
pembuatan emulsi alam ditambahkan gom arab dari luar,
perlu penambahan gom arab ekstra sejumlah 2 g untuk
setiap 10 g bahan dasar untuk menggantikan protein biji
yang mengendap.

35 - 51
◆ Emulsi spuria / emulsi buatan
◆ Dalam pembuatan emulsi yang baik, perlu suatu tata cara
urutan pencampuran fase minyak, fase air, dan emulgator .
◆ Dalam pembuatan emulsi dapat dilakukan dalam mortir atau
dengan bantuan alat mis. Homogenizer.
◆ Bila dibuat dalam mortir, penggerusannya tidak memerlukan
tekanan tetapi memerlukan gerakan yang cepat dan konstan.

35 - 52
◆ Untuk pembuatan emulsi dengan emulgator gom arab ada
beberapa cara yg dapat digunakan :
a. Cara gom kering = cara continental
corpus emulsi dibuat dengan perbandingan :
- menurut ANSEL minyak : air : gom arab = 4 : 2 : 1
- menurut Van Duin minyak : air : gom arab = 2 :1,5 : 1

35 - 53
35 - 54
Cara Pembuatan :
◆ Minyak dan gom arab yang telah dihaluskan
◆ digerus dalam mortir kering sampai homogen.
◆ Tambahkan air sekaligus
◆ gerus secara cepat dan konstan sampai terbentuk corpus emulsi
yang berwarna putih.
◆ Bahan-bahan lain seperti sirup, gliserin ditambahkan ke corpus
emulsi sedikitsedikit sambil digerus.
◆ Tinctura, cairan alkoholis dan lar.elektrolit ditambahkan setelah
pengenceran
◆ Hasil lebih baik / cepat daripada cara basah.

35 - 55
b. Cara gom basah / cara Inggris
◆ Perbandingan minyak, gom arab, dan air untuk pembuatan
corpus emulsi sama seperti cara kering.
◆ Cara pembuatan :

1. Gom arab ditambah air, gerus ad terbentuk musilago

2. Tambahkan minyaknya sedikit demi sedikit dengan digerus


secara cepat. Bila terlalu kental, sebelum seluruh minyak
ditambahkan, dapat diencerkan dengan sedikit air,
kemudian ditambah sisa minyak sedikit-sedikit ad terbentuk
corpus emulsi. 35 - 56
35 - 57
C. Cara Botol
◆ Cara ini umumnya baik untuk pembuatan emulsi yang mengandung
minyak menguap.
◆ Corpus emulsi dibuat dengan perbandingan minyak : air : gom arab = 2
:2:1
◆ Cara pembuatan :
1. Gom arab dan minyak menguap dimasukkan ke dalam botol kering,
kemudian dikocok kuat-kuat sampai tercampur merata.
2. Tambahkan air sedikit-sedikit, kemudian kocok kuat-kuat ad terbentuk
corpus emulsi.
◆ Cara botol ini tidak bisa digunakan untuk minyak lemak, karena emulsi
yang terbentuk hasilnya kurang baik. Hal ini disebabkan karena
kekentalan yang terbentuk menghalangi pencampuran.
35 - 58
Emulsi dengan jumlah gom arab kurang dari setengah jumlah
minyak
R/ Parafin liquidi 20
Gummi arabici 7,5
Aqua ad 50
Cara pembuatan :
1. Parafin liq. 15 + gom arab 7,5 → gerus ad hom
2. (1) + air 1,5 kali gom arab (11 ml) sekaligus
3. gerus ad corpus emulsi
4. (+) kan sisa Parafin liq. (5 g) sedikitsedikit ke corpus emulsi
→gerus ad emulsi.
35 - 59
Emulsi dari lemak padat
◆ Pembuatan emulsi dengan lemak padat harus dilakukan
pada suhu tinggi sehingga lemak padatnya mencair.
◆ Jumlah gom arab yang digunakan sama banyak dengan
jumlah lemak padatnya.
◆ Cara pembuatan :

1. Lemak padat dilebur di atas penangas air, kemudian + gom


→gerus/aduk ad merata.
2. (+) segera air panas → gerus ad corpus emulsi
35 - 60
Emulsi minyak atsiri
◆ Jumlah gom arab yang digunakan sama banyak dengan
jumlah minyak atsirinya.
◆ Cara pembuatan :

sama seperti pada pembuatan emulsi dengan minyak lemak.


misal : Benzoas Benzylicus, Kreosot

35 - 61
Emulsi minyak atsiri bersama-sama dengan minyak lemak
Jumlah gom yang digunakan
Untuk minyak lemak : digunakan gom arab ½ kali minyak
Untuk minyak atsiri : digunakan gom arab sama banyak dg minyak

Cara pembuatan :
Sama seperti pada pembuatan dengan minyak lemak.

35 - 62
Emulsi dengan balsam
◆ Jumlah gom arab yang digunakan adalah sama banyak
dengan jumlah balsem, tetapi dengan gom arab sejumlah 2
kali balsem akan didapat hasil yang lebih baik seperti pada
sediaan Balsamum papilare.
◆ Cara pembuatan : Seperti pada minyak lemak

35 - 63
Emulsi dari balsem bersama-sama dengan minyak lemak.
◆ Jumlah gom yang digunakan :

◆ untuk minyak : digunakan gom arab ½ jumlah minyak

◆ untuk balsem: digunakan gom arab sama banyak balsem

◆ Cara pembuatan :
Dibuat corpus emulsi dari minyak dan seluruh gom arab,
kemudian + kan balsem ke dalam corpus emulsi.

35 - 64
Bahan – bahan pembantu / tambahan yang umumnya
ditambahkan dalam sediaan emulsi
1. Pengawet
◆ Emulsi yang menggunakan emulgator gom atau zat organik
lainnya, mudah sekali terurai baik oleh jamur, ragi atau
bakteri
◆ Emulsi yang disimpan tanpa pendinginan, agar tidak rusak
atau pecah harus ditambah pengawet.
◆ Agar efektif, pengawet harus larut dalam air karena
umumnya mikroorganisme tsb tumbuh dalam fase air.

35 - 65
Pengawet yang dapat digunakan a.l. :
◆ Alkohol, konsentrasi 12 – 15 % dari fase air

◆ Asam benzoat, konsentrasi 0,2 %

◆ Parahidroksi benzoat, konsentrasi 0,1 – 0,2 %

◆ Asam sorbat, konsentrasi 0,2 %

◆ Senyawa amonium kuarterner

35 - 66
2. Corrigens
◆ Penambahan corrigens ditujukan untuk menutupi rasa dan bau
dari minyak agar emulsi menjadi lebih enak.
◆ Untuk minyak ikan dapat diberi :
- ekstrak glicyrrhizae
- kopi
◆ vanili
◆ coklat
◆ minyak atsiri

35 - 67
◆ Corigens sering ditambahkan pada fase minyak sebelum
diemulsikan untuk memberi rasa enak pada fase dalam.
◆ Umumnya corrigens ditambah ke fase dalam dan fase luar
◆ Konsentrasi minyak atsiri yang digunakan 0,1 – 0,5 %
◆ Sebagai pemanis dapat digunakan sirup, gula atau sakarin.

35 - 68
V. WADAH, LABEL DAN PENYIMPANAN
SEDIAAN EMULSI
▪ Sediaan Emulsi, kecuali dinyatakan lain, disimpan dalam
wadah tertutup baik di tempat sejuk, dalam botol atau pot
sesuai dengan viskositas emulsi/sediaan.
▪ Sediaan emulsi harus diberi label “kocok dahulu “ karena
sebelum digunakan sediaan harus dikocok untuk menjamin
distribusi fase dalam yang merata dalam pembawa.

35 - 69
•SELAMAT BELAJAR

35 - 70

Anda mungkin juga menyukai