Anda di halaman 1dari 18

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Diare
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/24 jam. Menurut World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines 2005, diare akut di definisikan sebagai pasase tinja yang cair atau
lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal berlangsung kurang dari 15 hari.
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Definisi lain
memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.1

2.1.1 Klasifikasi Diare


1) Diare akut
Diare akut berlangsung kurang dari 15 hari. Diare akut diklasifikasikan
secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi.
Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan
manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala
klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik,
mual, muntah, demam, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja
rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta secara
mikroskopis ditemukan sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.
Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan
tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan
pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.16,17

2) Diare kronis
Diare kronis berlangsung lebih dari 15 hari. Pada diare kronis ditemukan
adanya penurunan berat badan dan nafsu makan.16,17
6

2.1.2 Etiologi
Secara klinis, penyebab diare akut dibagi menjadi 4 kelompok. 10

Retrovirus, adenovirus,
virus
norwalk, norwalk like agent

Shigella, Salmonella, E.Coli,


Vibrio, Bacilus carecus,
Bakteri Clostridium botolinum,
Staphylococcus aureus,
Infeksi Camphylobacter, Aeromonas

Protozoa: E.histolitica,
Giarda lambdia, Balantisium
coli, Cryptosporidum
Malabsorpsi
Parasit

Cacing perut : Ascaris,


Trichuris, Strongyloids,
Penyebab Diare Akut Blasstisitis hominis

Keracunan bahan kimia

Keracunan makanan Jasad renik

Keracunan oleh racun yang


dikandung dan diproduksi

Diare terkait penggunaan


ikan
antibiotik (DTA/AAD)

Bagan 1. Penyebab diare akut


Rotavirus merupakan penyebab paling sering diare akut pada anak.
Morbiditas diare yang berulang mungkin disebabkan karena traktus
gastrointestinal yang rentan terhadap berbagai zat patogen. Perubahan sel-sel
intestinal, termasuk juga perubahan fungsi sel dan enzim-enzim dapat terjadi
secara cepat karena dipengaruhi faktor-faktor seperti infeksi, penyakit metabolik,
zat toksik, dan zat-zat kimia. Tabel berikut menunjukkan beberapa penyebab diare
pada anak. 6
Tabel 1. Penyebab Diare
Penyebab Umum Penyebab Khas
Infeksi Virus, bakteri, protozoa, fungi
Metabolik Gastrointestinal alkalosis, defisiensi disakarida, intoleransi
monosakarida
Nutrisi Malnutrisi, marasmus, kwashiorkor
Alergi Susu, bahan makanan
Mekanik Shunt, obstruksi, usus pendek
Hiperosmolar Overfeedings, makanan formula hiperosmolar
Zat kimia Logam berat, asam borat, racun
Neoplasma Ganglioneuroma, lymphoma, Whipple's disease
7

Psikogenik Stress
Idiopatik Inflamasi kronik dari usus

2.1.3 Patofisiologi Diare


Diare adalah kondisi ketidakseimbangan absorpsi dan sekresi air dan
elektrolit. Terdapat 4 mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan
air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare yaitu :
1. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi
natrium atau peningkatan sekresi klorida.
2. Perubahan motilitas usus.
3. Peningkatan osmolaritas luminal.
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.

Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokan diare secara klinis,yaitu :


1. Diare sekretori, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip (contoh
vasoactive intestinal peptide (VIP) atau toksin bakteri) meningkatkan sekresi
atau menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam jumlah besar.
2. Diare osmotik, disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang mempertahankan cairan
intestinal.
3. Diare eksudatif, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang
mengeluarkan mukus, protein atau darah kedalam saluran pencernaan.
4. Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di usus halus,
pengsongan usus besar yang prematur dan pertumbuhan bakteri yang
berlebihan.8

2.1.4 Manifestasi Klinis Diare


Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan
renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang lanjut. Salah satu akibat dari diare adalah kehilangan air dalam jumlah
banyak. Rasa haus adalah salah satu gejala awal karena kehilangan banyak air.
8

Rasa haus muncul ketika air hilang sebanding dengan 2 persen dari berat badan
pasien.5,3,2
Diare yang disertai kehilangan natrium gambaran klinisnya tergantung dari
tingkat kehilangan natriumnya. Apabila pasien kehilangan ion ini secara cepat
akan terjadi syok, sedangkan bila kehilangannya secara lebih lambat akan muncul
gejala-gejala diantaranya lemah, lesu dan apatis. Studi eksperimental McCance
dengan merangsang hilangnya natrium menggambarkan subyek percobaannya
mengalami keletihan dan lemah otot yang amat sangat. Sakit kepala adalah gejala
awal dan lebih terasa ketika berdiri. Pusing dan perasaan akan pingsan ketika
berdiri setelah duduk muncul karena penurunan volume darah sirkulasi. Kram otot
muncul yang bisa diperparah karena pasien meminum air dengan jumlah banyak
sehingga memperparah kehilangan Na secara relatif. Gejala lebih lanjut adalah
delusi, delirium, mental confusion, stupor dan koma.8
Hal-hal yang perlu ditanyakan untuk menilai diare pada anamnesis adalah:
1. Lama diare, frekuensi, volume, konsistemsi feses, warna, bau, ada atau
tidak lendir maupun darah.
2. Bila disertai dengan muntah, tanyakan volume dan frekuensi.
3. Jumlah atau frekuensi buang air kecil.
4. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.
5. Gejala lain, seperti panas badan, kejang, atau penyakit lain yang
menyertai seperti batuk, pilek, campak.
6. Tindakan yang telah dilakukan untuk menangani diare seperti
pemberian oralit.
7. Riwayat pengobatan sebelumnya.
8. Riwayat imunisasi.
Pada pemeriksaan fisik yang dinilai adalah tanda vital, berat badan, tanda
dehidrasi. Bila didapatkan pernapasan cepat dan dalam menunjukkan suatu
kondisi asidosis metabolik. Bising usus yang menurun atau tidak ada,
menandakan suatu gejala hipokalemi. Daerah perianal dapat ditemukan ruam
perianal.11
9

2.1.5 Terapi Diare


Tujuan terapi pada pengobatan diare adalah untuk mengatur diet, mencegah
pengeluaran air berlebihan, elektrolit, dan gangguan asam basa, menyembuhkan
gejala, mengatasi penyebab diare.
Pengaturan diet merupakan prioritas utama untuk pengobatan diare. Klinisi
merekomendasikan untuk menghentikan makanan padat selama 24 jam dan
menghindari produk-produk yang mengandung susu. Pemberian diet makanan
lunak dimulai seiring adanya penurunan gerakan usus. Rehidrasi dan perbaikan air
dan elektrolit adalah perawatan primer sampai diare berakhir.
Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan diare dikelompokan menjadi
beberapa kategori yaitu antimotilitas (Difenoksilat, Loperamid, Paregoric, Tinctur
Opium, Difenoxin) kemudian adsorben (Kaolin Pektin, Polikarbofil, Attapulgit)
dan antisekresi (Bismut Subsalisilat, Enzim (laktase), Lactobacillus).8

2.1.5 Komplikasi diare


Kehilangan cairan dan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutam pada
usia lanjut dan anak-anak. pada kasus yang terlambat meminta pertolongan medis,
sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat
timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi
organ. komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak
adekuat sehingga tidak tercapai rehidrasi yang optimal.17
10

1. Kehilangan cairan (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak daripada input air. (11)
Tabel 2. Penilaian Derajat Dehidrasi
Pemeriksaan A B C
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel* Lesu, tidak sadar*
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Kering
Rasa Haus Minum biasa Haus, minum banyak* Malas minum/tidak bisa
minum*
Periksa turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat*
Derajat dehidrasi TANPA DEHIDRASI RINGAN- DEHIDRASI BERAT
DEHIDRASI SEDANG Bila ada satu tanda*
Bila ada satu tanda* ditambah ≥1 tanda lain
ditambah ≥1 tanda lain
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 3. Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS


Teradapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini:
 Letargis atau tidak sadar
 Mata cekung DEHIDRASI BERAT
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat
Teradapat dua atau lebih dari tanda-tanda DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
berikut ini:
 Gelisah, rewel/mudah masalah
 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan TANPA DEHIDRASI
sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang
11

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)


Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,
pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.
Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah.

3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi,
lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini
terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia
tersebut berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok,
kejang sampai koma.

4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan
karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
12

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat
mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran
(soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

2.1.5 PRINSIP TATA LAKSANA DIARE


Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare ( Lima Langkah
Tuntaskan Diare) yang terdiri atas :
1. Oralit osmolaritas rendah
Tabel 4. Perbedaan Komposisi Oralit Baru dengan Oralit Lama 11
Kandungan Formula Lama Formula Baru (mmol/L)
(mmol/L)
Glukosa 111 75
Natrium 90 75
Klorida 80 65
Kalium 20 20
Sitrat 10 10
Total Osmolaritas 311 245

2. Zinc
Umumnya anak di Negara berkembang sudah mengalami defisiensi
zinc. Apabila anak diare, maka kehilangan zinc dalam diare akan
menyebabkan defisiensi yang semakin berat. (10)
Mikronutrien zinc ini sangat penting bagi tubuh, diantaranya sebagai:
a. Kofaktor enzim.
b. Memetabolisme radikal bebas yang dapat merusak jaringan epitel
usus.
c. Menghambat enzim inos (inducible nitric oxide synthase) yang
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
13

d. Proses epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan selama


diare.
Pemberian zinc telah dibuktikan mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare 3 bulan berikutnya.
Penelitian di Indonesia membuktikan bahwa zinc menurunkan
kekambuhan diare sebanyak 11% dengan hasil guna 67 %. 10
Pemberian zinc pada anak dilakukan untuk dosis 10 mg per hari jika
anak kurang dari 6 bulan dan 20 mg jika usia anak lebih dari 6 bulan
dalam waktu 10 hari walaupun diare telah membaik. Cara
pemberiannya yaitu dengan melarutkan tablet dalam 1 sendok air
matang atau ASI.10
3. Pemberian ASI/MAkanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
agar anak tetap kuat dan mencegah berkurangnya berat badan.
Pemberian ASI pada anak usia kurang dari 6 bulan tetap dilanjutkan
dan diberikan lebih sering. Jika anak sudah lebih dari 6 bulan dan
mendapatkan makanan padat, berikan makanan yang mudah dicerna
sedikit demi sedikit namun sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra dilanjutkan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan badan anak. 10
4. Pemberian antibiotic hanya dengan indikasi
Antibiotik tidak boleh diberikan rutin karena kecilnya kejadian diare
yang memerlukannya (8,4%). Antibiotik hanya bermanfaat pada anak
yang diare berdarah, suspek kolera, dan infeksi karena penyakit lain
seperti pneumonia. Obat-obatan antidiare tidak boleh diberikan pada
ank karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak
dianjurkan kecuali muntah berat. Obat antiprotozoa digunkaan bila
diare sudah terbukti disebabkan oleh parasit (amoeba, giardia). 10
5. Pemberian nasihat
Ibu atau keluarga yang memiliki hubungan erat dengan anak yang
terkena diare harus diberi edukasi tentang:
14

a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah.


b. Harus membawa kembali anak ke petugas kesehatan apabila:
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan atau minum sedikit
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari. 10
Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam :
a. Pengobatan kausal
b. Pengobatan simptomatik
c. Pengobatan cairan
d. Pengobatan dietetik.
a. Pengobatan kausal
Pengobatan kausal pada kasus diare dapat diberikan setelah kita
mengetahui penyebabnya yang pasti. Jika kausa diare ini adalah penyakit
parenteral, diberikan antibiotika sistemik. Jika tidak terdapat infeksi parenteral,
sebenarnya antibiotika baru boleh diberikan kalau pada pemeriksaan laboratorium
dapat ditemukan bakteri patogen. Pada penderita diare, antibiotika hanya boleh
diberikan kalau :
1. Ditemukan bakteri pathogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau
biakan
2. Pada pemeriksaan makroskopis dan/atau mikroskopis ditemukan darah
pada feses
3. Di daerah endemic kolera
4. Pada neonatus bila diduga terjadi infeksi nosokomial.
15

Tabel 3. Penggunaan antimikroba pada kasus diare akut tertentu 10


Diagnosa Klinis Obat Pilihan Obat Pengganti
Kolera Tetrasiklin Eritromisin
Anak: 50 mg/kgBB/hari dibagi Anak : 50 mg/kgBB/hari
4 dosis selama 2- 3 hari. dibagi 4 dosisi selama 3 hari
Shigella disentri Siprofloksasin Pivmecillinam 20
30mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
selama 3 hari selama 5 hari
Kotrimoksazol 50 Sefiksim 10 mg/kgBB/hari
mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis digabi 2 dosis selama 5 hari
selama 5 hari
Tiamfenikol 50mg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis

Amubiasis Metronidazole
Anak: 30 mg/kgBB/hari dibagi
3 dosis selama 5-10 hari

b. Pengobatan simptomatik
1. Obat anti diare
Obat-obatan yang berkhasiat mengobati diare secara cepat seperti anti
spasmodik/spasmolitik atau opium (papverin), akstratum beladona, liperamid,
kodein dan sebagainya) justru akan memperburuk keadaan karena akan
menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan menyebabkan
terjadinya perlipatgandaan (over growth) bakteri, gangguan digesti, dan absorbsi.
Obat-obat ini hanya berkhasiat menghentikan peristaltik saja, tetapi justru
akibatnya sangat berbahaya karena baik si pemberi obat maupun penderita akan
terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung
dan dehidrasi bertambah berat yang akhirnya bertambah fatal bagi penderita.
Obat-obat antidiare dapat dibagi kedalam beberapa golongan atas dasar cara
kerjanya, yaitu:
1. Kemoterapeutika
Untuk terapi kausal, yakni membrantas bakteri penyebab diare seperti
antibiotika, sulfonamida, dan senyawa kinolon.
2. Obstipansia
16

Untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara,
yakni:
a. Zat-zat penekan peristaltik usus (spasmolitika) sehingga memberikan lebih
banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus, yakni
derivat peptidin (loperamid) dan antikolinergika (atropin, ekstrak
belladonna).
b. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut dan aluminium.
c. Adsorbensia misalnya karbo adsorbens yang pada permukaannya dapat
menyerap (absorpsi) zat-zat beracun yang dihasilkan oleh bakteri atau
yang ada kalanya berasal dari makanan (udang, ikan) termasuk
mucilagines, zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-
lukanya dengan suatu lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat dalam buah apel) dan garam-garam bismut serta
alumunium.
3. Spasmolitika
Yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang sering kali
mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin, loperamid18

Obat Penghambat Peristaltik Usus


1) Candu : opium, Pulvis opii
2) Loperamid

1. Loperamid
Loperamid adalah suatu antidiare sintesis yang mempunyai struktur mirip
haloperidol. Loperamid adalah turunan fenilpiperidin yang digunakan untuk
mengontrol diare.
Mekanisme kerja
Loperamid bekerja dengan beraksi langsung pada otot-otot usus
menghambat peristaltik dan memperpanjang waktu transit, mempengaruhi
perpindahan air dan elektrolit melalui mukosa usus, mengurangi volume fecal,
menaikan viskositas dan mencegah kehilangan air dan elektrolit.
17

1) Indikasi
Sebagai tambahan terapi rehidrasi pada diare akut pada dewasa dan anak-
anak lebih 4 tahun, diare kronik hanya pada dewasa.
2) Kontraindikasi
Kram abdomen dan reaksi kulit termasuk urtikaria, ileus paralitik dan perut
kembung.
3) Dosis
Dosis untuk diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setelah habis
buang air besar. Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg
setiap buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. Pemberian harus
dihentikan bila tidak ada perbaikan setelah 48 jam.
4) Farmakokinetik
Loperamid mempunyai onset aksi 30-60 menit, durasi 4-6 jam, absorpsi
oleh GI ± 40%, ikatan protein 97%, waktu untuk mencapai kadar puncak
adalah 5 jam pada pemberian bentuk sediaan kapsul; 2,5 jam pada pemberian
bentuk sediaan cairan. Metabolisme di hepatik (>50%) menjadi komponen
inaktif. waktu paruh sekitar 7-14 jam. Eliminasi melalui feses dan urin
(ekskresi metabolit 1% dan obat tak berubah30-40%).20

2. Adsorben
Obat-obatan seperti kaolin, pektin, dan carcoal (norit, tabonal), bismut
subbikarbonat dan sebaginya telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.

3. Stimulan
Obat-obatan stimulan seperti adrenalin, nikotinamid, dan sebagainya tidak
akan memperbaiki rejatan atau dehidrasi, karena penyebab dehidrasi ini adalah
kehilangan cairan (hipovolemik shok) sehingga pengobatan yang palingtepat
adalah pemberian cairan secepatnya.

4. Anti emetik
Obat anti emetik seperti Chlorpromazin (Largaktil) terbukti selain
mencegah muntah juga dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan selain
18

feses. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1 mg/kgBB/hari) kiranya


cukup bermanfaat.

5. Anti piretik
Obat anti piretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam dosis
rendah ternyata selain menurunkan panas yang terjadi sebagaai akibat dehidrasi
atau panas karena infeksi penyerta, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar
bersama feses.

c. Pengobatan cairan
Tiga cara terapi diare di rumah
Rencana Terapi A
Usia Jumlah Oralit yang Jumlah Oralit yang
Diberikan tiap BAB (mL) Disediakan di rumah (mL/hari)
<1 50-100 400 (2 bungkus)
1-4 100-200 600-800 (3-4 bungkus)
>5 200-300 800-1000 (4-5 bungkus)
Dewasa 300-100 1200-2800

TUNJUKKKAN PADA IBU CARA MENCAMPUR ORALIT


 Berikan sesendok the tiap 1-2 mneit untuk usia <2 th
 Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
 Bila anak muntah, tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih
sedikit (misalnya sesendok setiap 1-2 menit).
 Bila diare berlanjut sesudah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk
memberikan cairan lain seperti yang dijelaskan dalam cara pertama atau
kembali kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan tambahan oralit.
19
20

Tabel Rencana Terapi B


RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
21

Tabel Rencana Terapi C

RENCANA TERAPI C
22

2.1.7 Pencegahan Diare


Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral
dan pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi
dehidrasi, kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan,
untuk mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi
penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak
terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak,
kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan
kepada bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air
bersih, pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi
sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enteric, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita,
penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila
menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik
mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

PROGNOSIS
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan
penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut
usia. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang
berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.

Anda mungkin juga menyukai