Anda di halaman 1dari 4

MUATAN PROGRAM AUDIT SEKTOR PUBLIK

Pemenuhan dan prosedur pengujian subtantif dapat ditunjukkan secara bersama-sama. Meskipun, hal itu
sekarang secara umum dianggap sebagai yang terbaik tidak untuk mengspesifikasikan pengujian
kelengkapan secara rinci dalam auditor tidak akan perlu berharap untuk pada semua pengendalian, dan
didalam sifat-sifat pengendalian, dan karena itu sifat pengujian sangat bervariasi dari klien ke klien.

PRA-PELAKSANAAN AUDIT

Secara operasional, umumnya seperti audit selalu didahului dengan penetapan kontrak audit. Auditor
biasanya diminta untuk membuat usulan audit (audit proposal). Dalam usulan audit, salah satu poin
penting yang mutlak perlu dikemukakan adalah penentuan aktivitas atau organisasi yang akan diperiksa.
Untuk dapat melakukan penetapan/penentuan aktivitas atau organisasi yang mana akan diperiksa,
pemeriksa perlu mempertimbangkan faktor-faktor berikut.

a. Peraturan perundang-undangan atau kebijaksanaan tertentu yang mewajibkan diadakannya


audit terhadap aktivitas atau organisasi tertentu.
b. Permintaan audit dari badan legislatif, komite audit atau dewan eksekutif.
c. Arti penting tidaknya suatu program atau aktivitas atau organisasi tertentu ditinjau dengan
ukuran jumlah pengeluaran, investasi dalam aktiva dan jumlah penghasilan.
d. Pengetahuan yang dimiliki oleh auditor dan kompleksitas system pengendalian internal maupun
system pengendalian manajemen.
e. Ada tidaknya program baru atau organisasi baru yang memerlukan perhatian khusus.
f. Ada tidaknya permintaan usulan pemeriksaan atas aktivitas atau fungsi tertentu.

Jika usulan audit diterima maka langkah berikutnya adalah penandatanganan surat kontrak audit
(engagement letter). Setelah surat kontrak audit ditandatangani, maka langka berikutnya adalah
memperkirakan berbagai alternatif sasaran audit atas penugasan audit tersebut yang bersifat masih
sangat sementara.

Tahapan audit pendahuluan bagi pemeriksa adalah untuk memperoleh informasi umum dan informasi
latar belakang dalam waktu relatif singkat mengenai semua aspek yang berhubungan dengan organisasi,
aktivitas, program, atau sistem dari entitas yang diperiksa.

Pada tahap ini semua informasi yang diperoleh bukanlah merupakan bukti (evidence), melainkan deskripsi
yang mana umumnya dapat dikelompokan dalam beberapa hal sebagai berikut.

1. Hal yang berkenaan dengan organisasi.


a. Lokasinya.
b. Susunan manajemennya.
c. Sejarah pendiriannya.
d. Jumlah tenaga kerja yang terlibat didalamnya.
e. Jenis audit yang dilaksanakan.
f. Kebijakan-kebijakan organisasinya.
g. Kewajiban-kewajiban hukum yang melekat.
h. Akte dan perubahan akte yang berhubungan dengan organisasi.
2. Hal yang berkenaan dengan aktivitas:

1
a. Jenis aktivitas.
b. Personalia yang bertanggungjawab atas pelaksanaan aktivitas.
c. Kebijakan yang berkenaan dengan aktivitas.
d. Prosedur khusus diupayakan untuk mensukseskan pelaksanaan aktivitas.
3. Hal yang berkenaan dengan program:
a. Maksud dan tujuan.
b. Keterkaitan antara unti organisasi yang dijalankan dalam upaya pencapaian tujuan program.
c. Kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan program.
d. Peraturan administratif yang berhubungan dengan program.

Auditor setelah memperoleh informasi umum dan informasi latar belakang diharapkan memiliki
gambaran kasar mengenai pekerjaan audit, terutama yang berhubungan dengan hal organisasi, aktivitas,
program dan sistem. Dan, audit pada akhir tahapan audit pendahuluan, diharapkan dapat menetapkan
sasaran audit pendahuluan yang ditetapkan sebagai sasaran audit sementara (tentative objective).

Lebih lanjut, auditor perlu memperoleh bukti-bukti yang relevan yang berkaitan dengan sasaran audit
sementara yang telah ditentukan sebelumnya meskipun bukti yang diperoleh pada tahap ini tidaklah perlu
banyak jumlahnya ataupun material nilainya ataupun bukti yang kompeten akan tetapi cukup bukti yang
relevan dengan sasaran audit sementaranya.

Auditor perlu memperoleh keyakinan bahwa bukti yang cukup, material dan kompeten akan dapat
diperoleh atas sasaran audit sementara yang teleh ditentukan, sehingga seluruh tahapan audit nantinya
dapat dilaksanakan. Jika, keyakinan tersebut tidak dapat diperoleh maka auditor dapat membatalkan
penugasan yang telah disepakati. Hal ini dapat terjadi misalnya pemeriksa ditekan oleh klien untuk
menyatakan kesimpulan memuaskan atas efektivitas program klien yang sedang diperiksa dengan ruang
lingkup audit yang dibatasi oleh pembatasan klien.

Area audit keseluruhan perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi area audit yang lebih sempit. Kemudian,
auditor berusaha memperoleh informasi umum dari informasi latar belakang dari masing-masing area
audit. Auditor perlu menentukan suatu area audit yang spesifik yang mana merupakan area yang akan
diperiksa dengan memperhatikan hal-hal berikut.

a. Jumlah dana yang dikeluarkan.


b. Perhatian dan persepsi pejabat.
c. Perhatian dan pandangan badan legislatif dan masyarakat.
d. Persyaratan peraturan undang-undang yang harus dipenuhi.
e. Pengetahuan dan pengalaman auditor.

Akhir tahap penjajagan ini adalah auditor perlu perencanaan dan penyusunan usulan audit yang akan
diajukan oleh auditor kepada pihak ketiga. Seandainya usulan pemeriksaan yang disusun dan diajukan
oleh auditor disetujui pihak ketiga maka langkah selanjutnya adalah penandatanganan surat perjanjian
kerja oleh kedua belah pihak.

ADMINISTRASI PEKERJAAN AUDIT

Administrasi pekerjaan audit dilakukan dengan mempersiapkan dan mengelola berbagai pekerjaan dan
dokumen yang diperlukan saat melaksanakan audit. Dokumen yang diperlukan pada tahapan ini antara
lain:

2
a. Daftar catatan-catatan yang dibutuhkan auditor.
b. Formulir-formulir yang harus dilengkapi.
c. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan dokumen-dokumen pekerjaan audit yang lain.

Administrasi pekerjaan audit erat kaitannya dengan informasi yang dibutuhkan auditor. Berikut
merupakan informasi yang dibutuhkan oleh auditor:

1. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan pernyataan independen dari pihak diluar organisasi yang diaudit yang
mendukung informasi yang tercantum didalam catatan keuangan organisasi. Pihak-pihak tersebut
adalah pihak yang memiliki kaitan langsung dengan organisasi seperti pemasok, bank, pemberi
dana, masyarakat atau pihak lainnya yang meminjamkan sejumlah uang dana atau meminjam
uang kepada organisasi yang diaudit.
2. Dokumen pengendalian internal
Dalam kaitannya dengan dokumen pengendalian internal, auditor akan meminta kepada staf
mengenai prosedur-prosedur yang berhubungan dengan permintaan dan pengeluaran, ketaatan
terhadap hukum, aturan dan batasan uang, daftar aktiva tetap dan pencatatan informasi
keuangan.
3. Dokumentasi
Auditor akan meminta sejumlah daftar informasi yang berhubungan dengan aktiva, kewajiban,
penerimaan, dan biaya.
4. Dokumen-dokumen lain seperti catatan rapat dewan direksi (pejabat yang berwenang), kontrak
dan perjanjian, rekening koran bank, rekonsiliasi bank, buku cek, cek yang dibatalkan, bukti
transaksi, anggaran dan komponen sistem akuntansi seperti kode akun, jurnal, buku besar dan
neraca dan lain-lain.

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN AUDIT

Perencanaan audit pada organisasi sector public umumnya menyangkut perencanaan terhadap hal-
hal berikut:

1. Jumlah staf auditor yang diperlukan supaya diperoleh pemanfaatan yang optimal dari kecakapan
staf auditor sehingga terhindar dari ketidakefektifan audit.
2. Jumlah waktu yang dibutuhkan, guna menjamin ketepatan waktu kerja.
3. Program auditor yang dibuat, agar diperoleh ketepatan penentuan prosedur audit sehingga
terhindar dari pelaksanaan prosedur yang sebenarnya tidak diperlukan.
4. Bentuk da nisi laporan hasil pemeriksaan untuk menentukan garis besar laporan yang bersifat
sementara atas area audit.

Perencanaan audit membutuhkan informasi yang banyak. Ketika merencanakan sebuat audit baru,
pertama-tama auditor harus menentukan sifat organisasi yang akan diaudit khususnya mengenai
pengendalian internalnya.

suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif (kepala daerah, instansi/dinas, dan segenap personel)
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut:

a. Keandalan laporan keuangan.


b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

3
c. Efektivitas dan efisiensi operasi.

Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, dibutuhkan suatu sistem yang dirancang oleh organisasi
sektor publik untuk menjaga aset-aset yang dimiliki agar terhindar dari kecurangan dan
penyalahgunaan. Sistem inilah yang kemudian disebut sebagai pengendalian internal. Adapun jenis-
jenis pengendalian internal organisasi, sebagai berikut:

a. Organisasi
Penyerahan wewenang dan tanggungjawab, termasuk jalur pelaporan untuk semua aspek
operasi, dan pengendaliannya seharusnya disebutkan secara rinci dan jelas.
b. Pemisahan tugas
Dapat mengurangi manupulasi ataupun kesalahan yang disengaja.
c. Fisik
Prosedur keamanan yang dirancang untuk memberikan keamanan kepada akses langsung
maupun tidak langsung lewat dokumentasi terhadap asset terbatas pada personel yang
berwenang.
d. Persetujuan dan otorisasi
Seluruh transaksi seharusnya diotorisasi ataupun disetujui oleh orang yang tepat.
e. Akuntansi
Pengecekan akurat terhadap pencatatan, penghitungan jumlah, rekonsiliasi, pemakaian nomor
rekening, jurnal-jurnal, dan akuntansi untuk dokumen.
f. Personel
Keadaan prosedur menjamin penempatan personel sesuai kemanpuan dan tanggungjawabnya.
g. Supervisi
Setiap pengendalian internal seharusnya mencakup supervise oleh atasan yang
bertanggungjawab atas transaksi dan pencatatannya sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra (2014). “Audit Sektor Publik-Pemeriksaan Pertanggungjawaban Pemerintahan (Edisi


Ketiga). Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai