Soekarno dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 ketika pagi hari saat fajar menyingsing.
Menurut kepercayaan Jawa, seseorang yang lahir ketika matahari terbit memiliki nasib yang
baik. Terlahir dengan darah biru mengalir di tubuhnya, Ayah dari Soekarno yakni Raden
Sukemi Sosrodiharjo yang bekerja sebagai mantri guru di Sekolah Rakyat di Singaraja, Bali,
merupakan seorang Jawa keturunan sultan Kediri. Sementara itu, Ibunda dari Soekarno Ida
Ayu Nyoman Rai, wanita keturunan bangsawan Bali berkasta brahma asal Buleleng, Bali
merupakan keponakan raja terakhir dari Singaraja.
Ketika Soekarno masih kanak – kanak , Ia sangat sering jatuh sakit sehingga ayah
Soekarno berkeputusan untuk mengubah namanya menjadi Soekarno. Nama Soekarno sendiri
diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna yang
digambarkan sebagi seorang pahlawan besar dalam cerita Hindu tersebut. Nama “Karna”
menjadi “Karno” karena dalam bahasa Jawa huruf “a” berubah menjadi “o” sedangkan awalan
“su” memiliki arti “baik”. Ejaan nama Soekarno diubah oleh beliau menjadi Sukarno ketika
menjadi presiden karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah.
Soekarno mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan
Indonesia Merdeka. Setelah membentuk partai yang berasaskan Nasionalisme, selanjutnya
pada Desember 1928 Soekarno mendirikan sebuah federasi dari PNI dengan semua partai
utama yang berhaluan kebangsaan, Permufakatan Perhimpunan- Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dengan terbentuknya PPPKI ini, memungkinkan Soekarno
dan para pendiri bangsa yang lainnya bergerak dengan kekuatan yang lebih besar daripada yang
pernah terjadi sebelumnya.
Tahun 1928, pak Karno dan partainya begitu aktif dalam melakukan propaganda dan
sering tampil dengan pidato–pidatonya yang berapi–api dan menggugah. Karno mendapat
julukan ”Singa Podium”, sebuah julukan yang dulu dilekatkan pada Cokroaminoto oleh banyak
orang. Akibatnya, Belanda memasukkan Soekarno ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29
Desember 1929. Dari dalam penjara inilah, Ir Soekarno membuat pledoi yang tersohor,
Indonesia Menggugat. Ia memaparkan kebejatan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju
itu. Pada bulan Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno
bergabung dengan Partindo (Partai Indonesia) dan sekaligus menjadi pemimpinnya. Untuk
itu, ia kembali ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Ende, Flores pada tahun 1933.
Pada tanggal 28 Mei 1945, dengan bantuan Jepang, kaum Nasionalis Indonesia
berkumpul untuk merencanakan suatu negara merdeka, bersamaan dengan itu BPUPKI(Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dibentuk. Setelah bersidang selama tiga
hari untuk membahas manifesto-manifesto ideologis, BPUPKI membentuk suatu Sub-komite
yang terdiri dari tujuh orang anggota dibawah pimpinan Soekarno untuk menyelesaikan
persoalan agama yang rumit. Di dalam Badan Penyelidik di Jakarta, Soekarno mendesak agar
versinya tentang nasionalisme yang bebas dari agama disetujui. Pada tanggal 1 Juni, Soekarno
mengemukakan doktrin Pancasilanya, yang akan menjadi falsafah resmi dari Indonesia
merdeka, yaitu ketuhanan, kebangsaan, perikemanusiaan, kesejahteraan dan demokrasi.
Tanggal 1 Juni kemudian diingat sebagai hari lahir Pancasila.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1
Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya
Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad
Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945
Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.