Anda di halaman 1dari 12

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Waktu dan Lokasi Penelitiaan


Pengambilan data penelitian dilakukan selama dua hari pada Jumat
dan Sabtu, 10 dan 11 Juli 2018 di Posyandu wilayah kerja Puskesmas 1
Cilongok di mana jumlah sampel minimal yang diperlukan berdasarkan
rumus perhitungan adalah sebesar 15 sampel untuk masing-masing
kelompok. Total sebanyak 30 responden ikut dalam penelitian ini.
2. Analisis Univariat
Tabel 6.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Frekuensi Persentase (%)


Penumonia 15 50
Pneumonia Bukan
15 50
Pneumonia
Laki-Laki 20 66,7
Jenis Kelamin Perempuan 10 33,3
Baik 28 93,3
Status Gizi Kurang 2 6,7
Ya 26 86,7
Pemberian Vitamin A Tidak 4 13,3
Lengkap 25 83,3
Imunisasi Tidak Lengkap 5 16,7
Ya 25 83,3
Paparan Asap Tidak 5 16,7
Ya 17 33,3
Rumah Sehat Tidak 13 66,7
Ya 8 26,7
Riwayat BBLR Tidak 22 73,3
Baik 15 50
Pengetahuan Ibu Kurang 15 50
Ya 25 83,3
Asi Eksklusif Tidak 5 16,7
Baik 15 50
Sosial Ekonomi Kurang 15 50
Hasil analisis univariat dapat dilihat pada Tabel 6.1 dan 6.2 yang
mendeskripsikan karekteristik sampel yang menjadi sampel pada
penelitian ini. Berdasarkan Tabel 6.1, didapatkah hasil bahwa mayoritas
responden pada penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki di mana
jumlahnya sebanyak 20 responden (66,7%), sedangkan yang berjenis
kelamin perempuan hanya ada 10 responden (33,3%).
Kemudian, dari Tabel 6.1 juga dapat dilihat bahwa sampel yang
dengan status gizi baik pada penelitian ini 28 responden (93,3%),
sedangkan dengan status gizi kurang ada 2 responden (6,7%).,
Dari karakteristik pemerian vitamin A, yang dibedakan berdasarkan
ya atau tidak, didapatkan hasil sebanyak 26 responden (86,7%) yang
diberikan vitamin A dan yang tidak diberikan vitamin A terdapat sebanyak
4 responden (13,3%).
Sebanyak 25 sampel (83,3%) berdasarkan Tabel 6.1 memiliki riwayat
imunisasi lengkap, sedangkan sisanya sebanyak 5 sampel tidak memiliki
riwayat imunisasi lengkap (16,7%).
Karakteristik paparan asap rokok menunjukkan bahwa balita yang
terpapar dengan asap sebanyak 28 sampel (93,3%) sedangkan yang tidak
terpapar sebanyak 2 sampel (6,7%).
Karakteristik rumah sehat dilihat dari Tabel 6.1 menunjukan bahwa
keadaan rumah sehat terdapat 10 rumah (33,3%), sisanya sebanyak 20
rumah (66,7%) tidak sehat.
Sebanyak 8 sampel (26,7%) berdasarkan Tabel 6.1 memiliki riwayat
BBLR, sedangkan sisanya sebanyak 22 sampel tidak memiliki riwayat
BBLR (73,3%).
Responden yang memiliki pengetahuan ibu tentang penumonia yang
baik sebanyak 7 responden (23,3%) sedangkan terdapat 23 responden
(76,7%) yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang penumonia.
Dari karakteristik pembagian asi eksklusif, yang dibedakan
berdasarkan ya atau tidak, didapatkan hasil sebanyak 25 responden (83,3),
yang diberikan vitamin A dan yang diberikan vitamin A terdapat sebanyak
5 responden (16,7%).
Karakteristik terakhir, status ekonomi, berdasarkan Tabel 6.1,
sebanyak 9 responden (30%), memiliki status ekonomi yang baik dan
sisanya sebanyak 21 responden (70%) memiliki status ekonomi yang
kurang.
Tabel 6.2 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian

Pneumonia
Ya Tidak
N % N %
Laki-laki 10 66,7 10 66,7
Jenis Kelamin
Perempuan 5 33,3 5 33,3
Baik 13 86,7 15 100
Status Gizi
Kurang 2 13,3 0 0
Ya 12 80 14 93,3
Pemberian
Vitamin A Tidak 3 20 1 6,7
Lengkap 11 73,3 14 93,3
Imunisasi
Tidak 4 26,7 1 6,7
Ya 14 93,3 11 93,3
Paparan Asap
Tidak 1 6,7 4 6,7
Ya 4 26,7 13 13,3
Rumah Sehat
Tidak 11 73,3 2 86,7
Ya 6 40 2 13,3
Riwayat BBLR
Tidak 9 60 13 86,3
Pengetahuan Baik 4 26,7 11 73,3
Ibu Kurang 11 73,3 4 26,7
Asi Eksklusif Ya 12 80 12 86,7
Tidak 3 20 3 13,3
Sosial Ekonomi Baik 3 20 12 80
Kurang 12 80 3 20
Berdasarkan Tabel 6.2, terkait karakteristik jenis kelamin, didapatkan
10 responden (66,7%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 5 responden
(33,3%) yang berjenis kelamin perempuan yang mengidap pneumonia.
Berdasarkan karakteristik status gizi, didapatkan 13 responden
(86,7%) yang memiliki status gizi baik dan 2 responden (65%) yang
memiliki status gizi kurang pada responden yang mengidap pneumonia
Pemberian vitamin A dilakukan oleh 12 responden (80%) yang
mengidap pneumonia, sedangkan yang mengidap pneumonia tidak
diberikan vitamin A 3 responden (20%).
Responden dengan imunisasi lengkap terdapat 11 responden (73,3%)
dan yang tidak lengkap 4 responden pada responden mengidap pneumonia.
Pencemaran paparan asap pada responden yang mengidap
pneumonia didapatkan 14 responden (93,3%) yang tercemar dan 1
responden (6,7%) yang tidak teercemar paparan asap.
Responden yang memiliki rumah sehat terdapat 4 responden (26,7%)
dan rumah tidak sehat 11 responden (73,3%) pada semua responden yang
mengidap pneumonia.
Responden yang memiliki riwayat BBLR terdapat 6 responden (40%)
dan tidak memiliki riwayat BBLR 9 responden (605) pada responden yang
mengidap pneumonia.
Berdasarkan pengetahuan Ibu mengenai penyakit pneumonia
didapatkan 4 responden (26,7%) yang memiliki pengetahuan yang baik
dan 11 responden (73,3%) yang masih memiliki pengetahuan kurang pada
responden yang memiliki balita pneumonia
Dari pemberian ASI eksklusif yang baik didapatkan 12 responden
(80%) dan 3 responden (20%) pemberian ASI eksklusif yang kurang pada
responden yang mengidap pneumonia.
Berdasarkan status ekonomi pada responden yang mengidap
pneumonia didapatkan 3 responden (20%) status ekonomi baik dan 12
responden (80%) status ekonomi kurang. Sedangkan pada responden yang
tidak mengidap pneumonia terdapat 6 responden (40%) status ekonomi
baik dan 9 responden (60%) status ekonomi yang masih kurang.
3. Analisis Bivariat
Tabel 6.2 Hasil Analisis Bivariat
Pneumonia
Nilai IK 95%
Tidak Ya OR
P
N % N % Min Maks
Laki-Laki 10 66,7 10 66,7 1 1 0,468 2,136
Jenis Kelamin
Perempuan 5 33,3 5 33,3
Tidak Baik 0 0 2 13,3 0,143 2,154 1,447 3,206
Status Gizi
Baik 15 100 13 86,7
Tidak 13 86,7 9 60 0,99 0,545 0,287 1,037
BBLR
Iya 2 13,3 6 40
Kurang 1 6,7 3 20 0,283 1,625 0,806 3,278
Vitamin A
Cukup 14 93,3 12 80
Tidak
1 6,7 4 26,7 0,142 1,818 0,976 3,389
Imunisasi Lengkap
Lengkap 14 93,3 11 73,3
Tidak 2 13,3 3 20 0,624 1,250 0,548 2,849
ASI
Iya 13 86,7 12 80
Tidak Baik 4 26,7 11 73,3 0,01 2,750 1,12 6,71
Pengetahuan
Ibu Baik 11 73,3 4 26,3

Tidak Baik 3 20 12 80 0,001 4,00 1,40 11,35


Sosial
Ekonomi Baik 12 80 3 20

Tidak Baik 2 20 11 73,3 0,001 3,596 1,480 8,738


Rumah Sehat
Baik 13 80 4 26,7
Tidak 4 26,7 1 6,7 0,142 0,357 0,060 2,133
Paparan Asap
Terpapar 11 73,3 14 93,3

Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian adalah Uji Chi-


square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat. Berdasarkan Tabel 6.2, dari 10 variabel yang diteliti ada 3 variabel
yang memiliki hasil yang bermakna (bermakna jika nilai p < 0,05).
Variabel yang bermakna berdasarkan analisis data adalah dimaksud adalah
pengetahuan ibu (nilai p = 0,01), Status Sosial (nilai p = 0,001), serta faktor
rumah sehat (nilai p = 0,001). Variabel lainnya, tidak memiliki pengaruh
yang bermakna terhadap factor resiko pneumonia dikarenakan memiliki
nilai p > 0,05.

4. Analisis Multivariat
Tabel 6.3 Nilai p Hasil Analisis Multivariat
Nilai IK 95%
Koefisien S.E Wald df OR
p Min Max

Status Gizi 19.612 2842 0,000 1 0,999 6,80 0,000 0,00

Imunisasi 0,610 1,465 0,174 1 0,677 1,841 0,104 32,489

Pengetahuan
-0,336 1,396 0,058 1 0,810 0,715 0,046 11,026
Ibu

Sosial
2,773 0,913 9,225 1 0,002 16,00 2,674 95,754
Ekonomi

Rumah
-18,600 205,423 0,000 1 0,999 0,00 0,00 0,00
Sehat

Asap -2,020 1,433 1,988 1 0,003 18,74 2,693 130,43

Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji


regresi logistik di mana variabel terikatnya berupa variabel kategorik.
Berdasarkan hasil analisis bivariate dari 7 variabel, pengetahuan ibu, status
gizi, imunisasi, rumah sehat,paparan asap dan status ekonomi merupakan
variabel yang memiliki nilai p <0,25 sehingga dapat dilanjutkan kedala
analisis multivariat. Hasil uji regresi logistik pada penelitiaan ini
menunjukan bahwa status social merupakan faktor yang paling
berpengaruh diantara variabel lainnya terhadap kejadian pneumonia pada
balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok dengan nilai p = 0,002 dan
OR = 16,00

B. Pembahasan
Dari hasil analisis multivariat, bahwa status ekonomi menjadi faktor
risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita di
wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok. Berdasarkan Uji regresi logistic yang
terlebih dahulu dilakukan analisis bivariate bahwa status ekonomi merupakan
faktor yang paling berpengaruh diantara variable lainnya yang memiliki nilai p
= 0,001 dan mempunyai OR = 4,00 untuk factor status ekonomi yang artinya
faktor resiko kejadian pneumonia pada balita yang social ekonominya tidak
baik 4,00 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang social ekonominya
baik terhadap pneumonia.
Berdasarkan social ekonomi terhadap pneumonia didapatkan 12
responden (80%) yang sosial ekonominya tidak baik dan 3 responden (20%)
yang social ekonominya baik. Sedangkan pada responden yang tidak mengidap
pneumonia didapatkan 12 responden (80%) memiliki balita dengan social
ekonomi yang baik dan 3 responden yang memiliki balita dengan social
ekonomi yang tidak baik. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian
Pudjiadi pada tahun 2014 dan seusai dengan penelitian WHO pada tahun 2016.
VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, faktor risiko yang
berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja
Puskesmas 1 Cilongok adalah faktor social ekonomi, ibu yang kurang akan
pengetahuan tentang pneumonia, rumah sehat yang tidak terpenuhi. Penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa social ekonomi merupakan faktor
yang paling berhubungan dengan kejadian pneumonia yang terjadi pada anak
balita dimana balita yang memiliki social ekonomi yang tidak baik memiliki
risiko lebih tinggi mengalami pneumonia Dari faktor risiko tersebut dapat
dibuat beberapa alternatif pemecahan masalah kejadian pneumonia di wilayah
kerja Puskesmas 1 Cilongok sebagai berikut :
1. Penyuluhan dan pelatihan kader tentang pneumonia terutama penyebab
pneumonia, cara pencegahannya, dan cara penularannya. Penyuluhan
diberikan dengan cara diskusi interaktif melalui media leaflet dan diadakan
pre dan post test berkaitan dengan pneumonia.
2. Pemasangan poster tentang pneumonia di Puskesmas 1 Cilongok.
3. Edukasi pada kader posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok.

B. Penentuan Alternatif Terpilih


Adanya berbagai keterbatasan meliputi sarana, tenaga, dana, dan waktu
membuat perlunya dilakukan pemilihan prioritas alternatif pemecahan
masalah. Metode Rinke merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
dalam memilih prioritas pemecahan masalah. Metode tersebut menggunakan
dua kriteria, yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar.
Kriteria efektifitas terdiri dari pertimbangan mengenai besarnya masalah
yang dapat diatasi (magnitude), kelanggengan selesainya masalah
(importancy), dan kecepatan penyelesaian masalah (vulnerability). Efisiensi
dikaitkan dengan jumlah biaya (cost) yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah. Penentuan skoring kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel
7.1.
Tabel 7.1. Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
Skor M I V C
(besarnya (kelanggengan (kecepatan (jumlah biaya
masalah yang selesainya penyelesaian yang diperlukan
dapat diatasi) masalah) masalah) untuk
menyelesaikan
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat Sangat murah
langgeng lambat
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal

Prioritas pemecahan masalah kejadian pneumonia di wilayah kerja


Puskesmas 1 Cilongok dengan menggunakan metode Rinke adalah sebagai
berikut:
Tabel 7.2. Prioritas Pemecahan Masalah Metode Rinke

Efektivitas Urutan
Daftar Alternatif Jalan Efisiensi M.I.V
No Prioritas
Keluar M I V (C) C
Masalah
1 Penyuluhan dan pelatihan 4 3 3 2 18 1
kader tentang pneumonia.
Penyuluhan diberikan
dengan cara diskusi
interaktif melalui media
leaflet dan diadakan pre
dan post test berkaitan
dengan pneumonia.
2 Pemasangan poster 2 3 3 4 4,5 3
tentang pneumonia di
Puskesmas 1 Cilongok.
3 Edukasi pada kader 3 3 2 2 9 2
posyandu balita di
wilayah kerja Puskesmas
1 Cilongok.
VIII. RENCANA KEGIATAN

A. Latar Belakang
Penyakit pneumonia secara global termasuk kedalam 4 penyakit mayor
yang menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun, selain
pneumonia yaitu diare, komplikasi kelahiran preterm, dan asfiksia. Sebanyak
1,3-1,6 juta kematian tiap tahunnya akibat pneumonia dan sebanyak 18%
yaitu anak dibawah usia 5 tahun. Angka kematian pneumonia lebih dari 99%
terjadi pada negara dengan tingkat pendapatan rendah sampai sedang.
Puskesmas 1 Cilongok merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas. Wilayah Puskesmas 1 Cilongok secara administratif kerja
Puskesmas I Cilongok meliputi sebelas desa yang berada di Kecamatan
Cilongok, yaitu Desa Cilongok, Cikidang, Gunung lurah, Karanglo, Kalisari,
Karang tengah, Pernasidi, Panembangan, Rancamaya, Sambirata dan
Sokawera dengan luas wilayah kurang lebih sebesar 62,13 Ha. (data
puskesmas tahun 2017). Selama bulan Januari sampai dengan Juli 2018
terdapat 100 kasus pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas 1 Cilongok
Pengetahuan tentang pneumonia sangatlah diperlukan untuk
membiasakan kader waspada terhadap gejala-gejala pneumonia, serta
bagaimana cara-cara penularannya. Penuluhan disertai pembagian leaflet
mampu meningkatkan pengetahuan kader tentang pneumonia. Setelah diberi
leaflet tentang pneumonia, diharapkan kader dapat berperan aktif menjaga
kesehatan masyarakat terutama balita supaya tidak tertular pneumonia.

B. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan kader tentang pneumonia.
2. Meningkatkan pengetahuan kader tentang pengertian, penyebab, dan
mengenali tanda-tanda pneumonia
3. Meningkatkan pengetahuan kader tentang cara pencegahan pneumonia
4. Menekan angka kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas
1 Cilongok.

C. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan dan pelatihan kader tentang pneumonia tentang pneumonia.
Penyuluhan dan pelatihan diberikan dengan cara diskusi interaktif melalui media
leaflet dan diadakan pre dan post test berkaitan dengan pneumonia.

D. Sasaran
Kader kesehatan masyarakat di desa Sambirata pada tanggal 16 Agustus
2018.

E. Pelaksanaan
1. Personil
a. Kepala Puskesmas : dr. Teguh Ariyanto
b. Bidan Desa : Bidan Yeni
b. Pelaksana : Dani Muhammad Ridwan
Lorisna Hardiknas Damastiwi
2. Waktu dan Tempat
a. Hari : Kamis
b. Tanggal : 16 Agustus 2018
c. Tempat : Balai Desa Sambirata
d. Waktu : 09.00 WIB – selesai

F. Rencana Anggaran
Pencetakan leaflet : 50 x Rp 1.000 = Rp 50.000
Total = Rp 50.000

G. Rencana Evaluasi Kegiatan


1. Input
a. Sasaran
Sasarannya adalah kader kesehatan masyarakat Desa Sambirata hari
Kamis, 18 Agustus 2018.

b. Sumber Daya
Pelaksana sekaligus pembuat leaflet dan percetakan leaflet.
2. Proses
a. Keberlangsungan kegiatan
Evaluasi keberlangsungan kegiatan meliputi tersedianya leaflet,
pelaksana, serta antusiasme kader yang dinilai dari ketertarikannya
menerima leaflet, edukasi, keaktifannya dalam bertanya saat diberikan
edukasi, serta terdapat peningkatan pengetahuan setelah dilakukan
edukasi. Materi disampaikan dalam bentuk leaflet yang meliputi definisi,
etiologi, gambaran klinis, kelompok yang berisiko, dan cara pencegahan
pneumonia.
b. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Evaluasi jadwal pelaksanaan kegiatan dinilai dari ketepatan
tanggal, waktu, serta alokasi waktu pada saat berlangsungnya kegiatan.
Kegiatan direncanakan berlangsung pada hari Kamis, 16 Agustus 2018
pukul 09.00 WIB di Balai Desa Sambirata. Adapun alokasi waktu serta
rincian kegiatan yang akan dilakukan dicantumkan dalam Tabel 8.1
Tabel 8.1 Jadwal Kegiatan
Jam Alokasi Kegiatan
09.00-09.30 30 menit Persiapan pelaksana
09.30-09.35 5 menit Pembagian pertanyaan tentang
pneumonia sebagai pre test.
09.35-09.45 10 menit Waktu untuk menjawab
pertanyaan.
09.45-10.15 30 menit Pembagian leaflet+penyuluhan
kepada ibu yang memiliki balita
10.15-10.25 10 menit Post test

3. Output
Seratus persen kader yang menerima leaflet dapat menjawab pertanyaan post test
yang diajukan pelaksana setelah membagikan leaflet dan edukasi.

Anda mungkin juga menyukai