Anda di halaman 1dari 32

UJI TOKSISITAS

Musdalifa, S.Si., M.Si

Materi Perkuliahan Toksikologi


D4 Analis Kesehatan
STIKES-MW Kendari
Uji Toksisitas

Uji toksisitas adalah suatu uji untuk menentukan:


• potensial suatu senyawa sebagai racun,
• mengenali kondisi biologis/lingkungan
• munculnya efek toksik
• mengkarakterisasi aksi/efek

umumnya bertujuan untuk menilai resiko yang mungkin


ditimbulkan dari suatu zat kimia “toksikan“
Uji Toksisitas
• uji toksisitas pada dasarnya bertujuan untuk menekan resiko bahaya
yang ditimbulkan bagi manusia

• umumnya uji toksisitas dilakukan pada binatang, hewan bersel
tunggal, atau sel kultur

• Hambatan etik, tidak memungkinkan langsung melakukan uji


toksisitas pada manusia

• Perkembangan ilmu „QSAR: quantitative structure activity


relationships“ tidak cukup untuk memprediksi potensi resiko bahaya
suatu zat kimia
Perkembangan Uji Toksisitas

• Miningkatnya penelitian sumber bahan baru untuk


makanan tambahan, obat, pestisida, dll → memerlukan
pengujian toksisitas yang efektif

• Faktor lain: prosfektif nilai ekonomi dari bahan uji.


Uji
Toksisitas

Kualitatif Kuantitatif

• Biasanya dilakukan atas dasar gejala


• Uji toksisitas terhadap hewan uji
penyakit yang timbul
• Penelitian epidemiologi
• Akibat tidak spesifiknya gejala/penyakit
akibat keracunan (tidak ada/belum
didapat gejala yang khas bagi setiap
keracunan
Analisis Kuantitatif

Dosis Letal (LD)

• Jumlah zat yang betul – betul masuk ke dalam tubuh organisme


• uji yang menyebabkan respons berupa kematian organisme uji
• Untuk mencari dosis aman  menggunakan LD50 (dosis yang
mematikan 50% organisme uji)

Konsentrasi Letal (LC)

• Konsentrasi zat yang berada di luar tubuh organisme yang menyebabkan


respons berupa kematian organisme uji
• Mempermudah menentukan konsentrasi zat yang aman yang boleh ada di
lingkungan
Contoh : kafein (kafein murni )memiliki LD50 200
mg/kg.

Artinya dosis 200 mg/kg itu sangat mematikan bagi 50%


orang yang mengonsumsi kafein tersebut.
Jadi, seseorang dengan BB 50 kg kemungkinan (probability
50%) akan mati jika mengonsumsi kafein sebanyak 10 g (50
kg (weight) x 200 mg/kg (dose) = 10.000 mg –> 10 g).
Ld50 beberapa senyawa
• ethyl alcohol 10000
• sodium chorida (garam dapur) 4000
• BHA/BHT (antioksidan) 2000
• aspirin 1750
• ethanol 1000
• morphine sulfate 900
• morphine 500
• caffein 200
• heroin 150
• lead (timbal) 20
• cocain 17.5
• sodium cyanide (NaCN) 10
• nicotin 1-2
• curare 0.5
• shellfish toxin 0.01
• sarin 0.001
• botulinum toxin 0.00001
Analisis Kuantitatif

Istilah toksisitas yang lain untuk menentukan dosis aman :


• LOAEL (lowest observed adversed effect level)
• NOAEL (no observed adverse effect level)
• NOEL (no observed effect level)
Analisis Kuantitatif

• NOAEL (no observed adverse effect level)


• LOAEL (lowest observed adversed effect level)
konsentrasi/dosis terbesar suatu zat
kimia yang dapat menimbulkan efek
buruk yang tidak teramati dalam
sebuah populasi uji.
LOAEL berarti dosis terendah yang
(masih) menimbulkan efek
dosis paparan pada manusia yang masih dapat
ditoleransi oleh kesehatan.

Secara numerik NOAEL selalu lebih rendah daripada LOAEL


Analisis Kuantitatif

• NOAEL (no observed adverse effect level)


• LOAEL (lowest observed adversed effect level)

nilai acuan untuk melihat apakah suatu senyawa bersifat karsinogenik


adalah menetapkan nilai konsentrasi terendah yang efeknya masih dapat
diamati (LOAEL) pada manusia, hewan dan tumbuhan
Analisis Kuantitatif

• NOEL (no observed effect level)

dosis tertinggi dalam study toksisitas yang tidak


mengakibatkan efek yang merugikan kesehatan/tingkat
paparan yang tidak menyebabkan kerusakan yang
dapat diamati
Analisis Kuantitatif
Penting untuk mengenal rantai makanan :

Memprediksi perginya racun apabila racun


memasuki lingkungan tertentu

zat yang terakumulasi di dalam organisme


tentunya akan terakumulasi pula di Uji toksisitas dilakukan
organisme dengan tingkat trofis yang lebih Berurutan dengan melihat
tinggi tingkat trofis organisme uji
Uji Toksisitas

• Tujuan : Menilai efek akut, sub akut & kronis


• Uji dilakukan berdasarkan waktu  merupakan kendala
utama
• 3 (tiga) kelompok uji toksisitas :
1. Uji Akut / Uji Tingkat I  Uji jangka pendek
2. uji Sub kronis / Uji Tingkat II
3. Uji Kronis / Uji Tingkat III
Uji Akut/Uji Tingkat I

pemberian zat kimia uji secara tunggal


Terdiri atas :
• Uji dosis-respons untuk mencari LD/LC dan kemungkinan kerusakan berbagai
organ
• Uji iritasi mata dan kulit
• Screening pertama terhadap mutagenisitas (SAL, MOLY, ABS dan SCE)
• SAL = Ames Salmonella/microsome mutagenesis assay (salmonella test/amest test)
• ABS = Assay for chromosome abberation
• SCE = Sister chromated exchange induction
• MOLY = Mouse lymphoma L5178Y cell mutagenesis assay

Lama pengujian : 24 – 96 jam


Uji Akut/Uji Tingkat I

Uji Iritasi Mata & Kulit

• Dikenal sebagai : Draize Test


• Uji iritasi mata : zat yang akan diuji dimasukkan pada salah satu
matanya, mata yang lain sebagai kontrol
• Jenis hewan uji : kelinci albino
• Waktu pemantauan : setelah 24 jam, 48 jam & 96 jam
• Hasil dinilai dari gejala yang timbul pada mata : edema, kekeruhan
kornea, reaksi terhadap cahaya, pelebaran vaskuler dan kemerahan
Uji Akut/Uji Tingkat I
Uji Iritasi Mata & Kulit

• Uji iritasi kulit : Bisa dilakukan langsung pada kulit


• Tujuan : Untuk mencari iritasi primer, sensitisasi kulit, foto-toksisitas dan foto
sensitisasi

A. Uji iritasi primer B. Uji sensitisasi kulit :


• dilakukan pada kulit punggung, kulit • untuk mengetahui apakah xenobiotik
telinga atau mencelupkan seluruh tubuh menggangu sistem imunitas
hewan kedalam cairan uji (2 uji terakhir • hewan uji : mencit (guinea pig)
sudah tidak digunakan lagi) • hewan uji diberi xenobiotik 3 hari sekali
• hewan uji : kelinci albino selama 2 minggu, dengan selang istirahat
• evaluasi : setelah 24, 48 & 96 jam 2 minggu
• skor keparahan secara numerik • evaluasi : setelah 24, 48 & 96 jam
Uji Akut/Uji Tingkat I
Uji Iritasi Mata & Kulit

• Uji iritasi kulit : Bisa dilakukan langsung pada kulit


• Tujuan : Untuk mencari iritasi primer, sensitisasi kulit, foto-toksisitas dan foto
sensitisasi

D. Uji Mutagenisitas :
• dilakukan dengan uji SAL, ABS, SCE & MOLY
C. Uji Fototiksiti & Fotosensitisasi: • SAL (Ames test)
• untuk melihat efek dari kombinasi xenobiotik • bersifat reverse mutation test
dengan cahaya, terutama sinar UV • hewan uji : Salmonella typhmurium
• Uji essei untuk aberasi kromosom :
• merupakan modifikasi dari uji sebelumnya
• Uji ABS, SCE & MOLY
(setelah aplikasi xenobiotik, dilakukan • mekanisme aberasi setiap test berbeda
penyinaran dengan UV) • yang dicari : kromosom terputus (breaks), terjadi
• hewan uji : mencit (guinea pig); kelinci albino pertukaran antar bagian kromosom (sister
• valuasi : setelah 24 48 & 96 jam chromatid)
• hewan uji : sel hidup  sel sumsum tulang tikus, sel
limfosit tikus penderita kanker dsb
Uji Sub Kronis/Uji Tingkat II

pemberian zat kimia uji secara berganda (dosis harian)

• Waktu essei :
• Aplikasi pada kulit : 30 hari
• Studi inhalasi : 30 – 90 hari
• Uji oral : 90hari

Tujuan : mendapatkan nilai NOEL atau NOAEL, dst


Dosis yang diujikan divariasikan 3-4 variasi :
• Dosis tinggi menyebabkan kematian
• Dosis ringan menunjukkan NOEL

• Hewan uji : tikus, anjing atau kera ; (jantan : 10-20 ekor & betina : 10-20 ekor pada setiap level
dosis yang diberikan)
• Observasi yang dilakukan terhadap: setiap organ tubuh, mortalitas, morbiditas, mata, konsumsi
makanan, berat badan, respons neurologis, perilaku tidak normal, respirasi, elektro kardiogram
(EKG), elektro-encefalogram (EEG), hematologi, biokimia darah, analisis urin & tinja, kerusakan
organ makroskopis
Uji Sub Kronis/Uji Tingkat II

Tujuan Observasi yang dilakukan :


• Skrining kedua terhadap mutagenisitas
• Uji teratologi & uji reproduktif
• Uji farmakokinetik
• Uji perilaku
• Uji interaksi, seperti sinergisme, antagonisme dan aditivisme

semuanya diselesaikan dalam waktu dua-setengah tahun


Uji Tingkat III/Uji Kronis

• Dilakukan dalam jangka panjang


• zat uji diberikan selama sebagian besar masa hidup hewan uji:
• Mewakili separuh usia hidup hewan uji, bahkan lebih dari satu
generasi
• Yang dilihat : rentang dosis yang menyebabkan efek ringan dan
berat
• Bila rentang sempit  zat berbahaya
• Bila rentang lebar  zat tidak/kurang berbahaya
• Contoh : - Rentang CO : (100 – 250) mg/kg
- Rentang kafein : (100 mg – 10 gr)/kg
kafein dianggap kurang berbahaya
• Uji terpenting : Uji karsinogenitas, teratogenitas & reproduksi
Uji Tingkat III/Uji Kronis

Tujuannya untuk menguji :


• Mutagenisiti pada mamalia
• Karsinonegisiti pada tikus selama 2 tahun
• Farmakokinetika pada manusia bila relevan
• Klinis pada manusia
• Data epidemiologis untuk efek terhadap eksposur akut dan
kronis
• Pengujian suatu zat, tergantung pada penggunaannya dan
kemungkinan eksposur yang dapat diterima
manusia/masyarakat
Uji Tingkat III/Uji Kronis
Uji Tingkat III/Uji Kronis
Analismandalawaluya.ac.id

Anda mungkin juga menyukai