Anda di halaman 1dari 12

1.

Hubungan antara pendidikan dengan Proses belajar dan proses pembelajaran,

Proses Belajar dan Pembelajaran

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Ruang Lingkup Belajar dan Pembelajaran


1. Definisi Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses yang bersifat internal (a purely internal event) yang tidak dapat
dilihat dengan nyata. Proses itu terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami proses
belajar. “Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus-menerus akan
dilakukan selama manusia tersebut masih hidup” (Thobroni dan Mustofa, 2013: 16). Sedangkan
menurut Slameto (2010, 2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sehingga dapat disimpulkan
belajar adalah proses perubahan kegiatan respon karena adanya situasi atau pengalaman baru.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru
bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya
dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak
didominasi oleh aktivitas menghafal. Sehingga hanya mengutamakan aspek pengetahuan kognitif
saja. Melihat fenomena tersebut maka diperlukan adanya pembelajaran yang melibatkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.
“Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar” (Dimyati
dan Mudjiono, 2013: 297). Sedangkan menurut Thobroni dan Mustofa (2013: 21) pembelajaran
merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan adanya perubahan
perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek
belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau
pebelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif
mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.
Berdasarkan uraian
tersebut, maka pembelajaran adalah upaya atau proses atau kegiatan atau mengelola terjadinya
proses belajar yang efektif dengan tujuan untuk memaksimalkan proses belajar peserta didik.

2. Ciri-Ciri Belajar dan Pembelajaran


Berikut ciri-ciri belajar dan pembelajaran, antara lain:
a. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku (change behavior).
b. Perubahan perilaku relatif permanen.
c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung.
d. Perubahan perilaku bersifat potensial.
e. Perubahan perilaku merupakan hasil pengalaman atau latihan.
f. Pengalaman atau latihan dapat memberikan penguatan.

3. Perbedaan Belajar dan Pembelajaran


No Unsur-unsur Pembelajaran Belajar
1. Pelaku Guru sebagai pembelajar Siswa yang bertindak
yang mendidik siswa sebagai pebelajar
dan siswa sebagai
pebelajar yang dididik
2. Tujuan Membantu siswa untuk Memperoleh hasil
menjadi pribadi mandiri belajar dan pengalaman
yang utuh hidup
3. Proses Adanya interaksi Internal pada diri
edukatif antara guru pebelajar
dengan siswa
4. Lama waktu Sepanjang hayat (life Sepanjang hayat
long process) dan sesuai
jenjang lembaga
5. Syarat terjadi Guru memiliki Motivasi belajar kuat
kewibawaan pendidikan

B. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran


1. Berikut prinsip-prinsip belajar
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan
membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcemen dan motivasi yang kuat pada siswa untuk
mencapai tujuan instruksional.
3) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkunganya.
b. Sesuai hakikat belajar
1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
2) Belajar adalah proes organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian satu dengan yang lain) sehingga
mendapatkan pengertian yang diharapkan.
c. Sesuai materi yang harus dipelajari
1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga
siswa mudah menangkap pengertiannya
2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional
yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang
2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu
mendalam pada siswa.

2. Berikut Prinsip-Prinsip Pembelajaran


a. Perhatian
Dalam pembelajaran guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang
diberikan oleh guru. Perhatian ini berkaitan dengan minat dan bakat siswa, sehingga perhatian
akan timbul bila dirangsang oleh guru dengan penyajian pelajaran yang menarik dan media
pembelajaran.
b. Aktivitas
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir
maupun berbuat, seperti sisiwa mengajukan pertanyaan, pendapat dan melakukan diskusi dengan
guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu pengetahuan secara luas.
c. Appersepsi
Tiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa akan memperoleh hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pelajaran yang akan diterimanya.
d. Peragaan
Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli.
Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau menggunakan
media lainnya. Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran
yang diberikan dan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran.
e. Repetisi
Yaitu pengulangan pada materi pelajaran. Pelajaran yang diulang akan memberikan
tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan. Ulangan dapat diberikan secara teratur, dalam
waktu-waktu tertentu, atau setelah tiap unit diberikan.
f. Korelasi
Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar setiap
metapelajaran. Sehingga saling berkaitan dengan kenyataan hidup manusia. Namun, hubungan
itu tidak terjadi dengan sendirinya tetapi terus dipikrkan sebab-akibatnya. Ada hubungan secara
korelasi, hubungan itu dapat diterima oleh akal dan dapat dimengerti sehingga memperluas
pengetahuan siswa.
g. Sosialisasi
Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Mengingat dirinya
sebagai makhluk sosial. Mereka saling bekerja sama, bergotong royong, dan tolong menolong.
Bekerja di dalam kelompok juga dapat meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat
memecahkan masalah dengan baik dan lancar.
h. Evaluasi
Semua kegiatan mengajar belajar perlu di evaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi
guru maupun siswa sehingga mereka lebih giat belajar dan meningkatkan proses berpikirnya.
Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa dan prestasinya, tetapi juga dapat menjadi
bahab umpan balik bagi guru sendiri. Seperti berusaha memperbaiki dalam perencanaan dan
teknik penyajian pembelajaran.

C. Faktor-Faktor Belajar
Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
adalah faktor yang ada diluar individu.
1. Faktor-faktor intern
Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu:
a. Faktor jasmaniah
1) Faktor kesehatan
Kesehatan adalah hal atau keadaan sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain
itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lelah,
kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/ kelainan-kelainan alat inderanya serta tubuhnya.
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatau yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna
mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juka memperngaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh
kecacatannya itu.

b. Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang
memperngaruhi belajar, yaitu:
1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecapakan untuk menghadapi
dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
2) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka
timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak
ada daya tarik baginya.
4) Bakat
Bakat memperngaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan
bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia senang belajar dan selanjutnya ia lebih
giat lagi dalam belajarnya.
5) Motif
Dalam proses belajar harus diperhatikan apa yang mendorong siswa dapat belajar dengan
baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan
dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat
tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Dengan kata lain anak yang sudah
siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang).
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari
dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti
kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.

c. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi
sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Agar siswa dapat belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.

2. Faktor-faktor ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor,
yaitu:
a. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
1) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya.
Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak
acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali terhadap kepentingan-
kepentingan anaknya dalam belajar. Hasil yang akan didapatkan oleh anaknya adalah nilai
belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.
2) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya.
Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut
mempengaruhi belajar anak. Sebetulnya relasi antar anggota keluarga ini erat hubungannya
dengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaran serta keberhasilan anak, perlu diusahakan
relasi yang baik dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian
dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk
mensukseskan belajar anak.
3) Suasana rumah
Suasana rumah merupakan faktor yang penting dan tidak termasuk faktor yang disengaja.
Suasana rumah yang gaduh/ramai tidak akan member ketenangan kepada anak yang belajar.
Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram.
4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ini erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya, dan juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu
hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
5) Pengertian orang tua
Anak yang belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar
sebaiknya tidak diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak akan mengalami
lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat
mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.
6) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam
belajar. Anak perlu diberikan/ditanamkan kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak
untuk belajar.

b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup:
1) Metode mengajar
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik
pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan
dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas,
sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Guru yang progressif berani
mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar
mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
maka metode mengajar harus diusahakan secara tepat, efisien dan efektif.
2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswanya. Kegiatan
itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik
terhadap belajar.
3) Relasi guru dengan siswa
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang terjadi dengan baik, siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebaik-baiknya.
4) Relasi siswa dengan siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa didalam
kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Menciptakan relasi yang baik antar siswa
sangatlah perlu agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
5) Disiplin sekolah
Kedisplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga
belajar. Kedisplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan
tata tertib, kedisplinan para pegawai dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau
keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain, kedisplinan kepala sekolah dalam
mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya. Dengan demikian, agar siswa disiplin haruslah
guru beserta staff yang lain disiplin pula.

6) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang
dipakai oleh guru pada waktu mengajar akan di pakai pula oleh siswa untuk menerima bahan
yang diajarkan. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangatlah perlu agar guru
dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dan belajar dengan baik
pula.
7) Metode belajar
Banyak siswa menggunakan cara belajar yang salah. Hal ini perlu pembinaan dari guru.
Dengan cara belajar yang tepat maka akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Maka dari itu perlu
belajar setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan
cukup istirahat akan meningkatkan belajar.

D. Tujuan Belajar dan Pembelajaran


1. Instructional effects
Merupakan tujuan belajar yang dicapai dengan tindakan instruksional. Instructional effects
biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan.
2. Nurturant effects
Merupakan tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional. Bentuknya
berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang
lain, dan sebagainya.

E. Jenis-Jenis Belajar
1. Belajar bagian
Belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang luas
atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak atau gerakan-gerakan motoris, seperti silat. Dalam hal
ini, individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain
berdiri sendiri.

2. Belajar dengan wawasan


Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku
yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian
suatu persolan.
3. Belajar diskriminatif
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat
situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan
pengertian ini, maka dalam eksperimen subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda
terhadap stimulus yang berlainan.
4. Belajar global/keseluruhan
Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya.
5. Belajar insidental
Individu tidak mempunyai kehendak sama sekali untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk
kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut insidental
apabila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan kepada individu mengenai materi belajar
yang diujikan kelak. Dalam belajar insidental jumlah frekuensi materi belajar yang diperlihatkan
tidak memegang peranan penting, prestasi individu menurun dengan meningkatnya motivasi.
6. Belajar instrumental
Pada belajar ini, reaksi-reaksi seorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda
yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.
Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan
penguat (reinforcement) atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu
bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”.
7. Belajar intensional
Merupakan belajar dalam arah tujuan, dan merupakan lawan dari belajar insidental.

8. Belajar laten
Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terihat tidak terjadi secara
segera, dan oleh karena itu disebut belajar laten.
9. Belajar mental
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan
hanya perubahan proses kognitif karena ada bahan pelajaran yang di pelajari. Ada tidaknya
belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Ada yang
mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku
orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain.
10. Belajar produktif
Adalah belajar dengan transfer yang maksimal. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk
melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain. Belajar disebut produktif
bila mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi yang
lain.
11. Belajar verbal
Adalah belajar mengenai materi verbal melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal
diperlihatkan dengan adanya sifat eksperimen yang meluas dari belajar asosiatif mengenai
hubungan dua kata mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan
secara verbal.

DAFTAR RUJUKAN
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto.2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Thobroni, M., & Mustofa, A. 2013. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik
Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai