Anda di halaman 1dari 8

1.

Adakah beda peranan peneliti naturalistik dan kuantitatif berhubung dengan lapangan
penelitian ?
Jawaban :
Ada. Pada penelitian naturalistik peneliti melakukan pengumpulan data terjadi interaksi
antara peneliti dengan yang diteliti, peneliti sendirilah yang terjun ke lapangan serta berusaha
sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi atau wawancara. Sedangkan pada penelitian
kuantitatif ketika dilapangan peneliti tidak berinteraksi dengan sumber data, peneliti kuantitatif
juga biasanya tidak berkenalan dan berhadapan langsung dengan setiap subjek , jadi peneliti
menjaga jarak agar data yang diperoleh obyektif.

2. Apakah konsekuensi peneliti sebagai intrumen berhubung dengan pengumpulan data?


Jawaban :

Masalah-masalah yang akan di jumpai peneliti selama proses pengumpulan data sangat
bervariasi,tetpi pada prinsipnya dapat di bedakan menjadi dua sumber masalah,yaitu masalah yang
berasal dari subjek dan masalah dari peneliti sendiri.

A. Masalah pada Subjek.

Keterbatasan jumlah subjek Peneliti mungkin menemui hambatan karena hanya sedikit jumlah
subjek yang tersedia atau mereka menolak untuk menjadi peserta.Kesalahan tersebut terjadi karena
peneliti kurang dapat memproduksi jumlah subjek yang bermasalah.

Subject Mortality Subjek mungkin setuju untuk menjadi responden akan taetapi salah dalam
pengisian ataupun tidak lengkap.ataupun beberapa subjek tidak ada di tempat pada waktu wawancara
yang kedua kalinya atau tidak mengembalikan daftar isian dari kuesioner atau terganggu kesehatan
sehingga ia di kelurkan dari peneliti.Pada kesalahan ini mutlak bukan suatu kesengajaan,tetpi suatu
insiden.untuk tetap mempertahankan akurasi maka peneliti harus melaporkan dalam hasil peneliti
tentang masalah yang di hadapi.

Subjek sebagai objek Peneliti pada tahap pengumpulan data ini mungkin bersifat kurang sopan
ataupun menakut-nakuti sehingga isian ataupun jawaban yang di berikan tidak sesuai dengan kehendak
responden.Peneliti memperlakukan responden sebagai objek dari subjek seperti halnya kita
memperlakukan responden sebagai orang yang membutuhkan perawatan.

Pengaruh dari luar Semua jawaban dari subjek di pengaruhi oleh orang di sekitarnya ataupun
subjek di keluarkan oleh peneliti karena sang isteri atau suami pada pertengahan peneliti tidak setuju
menjadi responden secara mendadak.

Passive Resisten Tidak adanya tanggapan yang baik dari tenaga kesehatan (dokter dan perawat)
lain terhadap riset yang kita laksanakan.Sehingga pengumpulan data yang kita laksanakan tidak
akurat.misal,seorang peneliti sedang melakukan eksperimen dengan memberikan pengobatan pada kulit
akan tetapi perawat yang lain merasa bahwa tindakan tersebut akan mengganggu kegiatan
rutinitas,khususnya dalam hal mandi dll.
B. Masalah pada peneliti.

Interaksi Peneliti kurang dapat melakukuan interaksi dengan baik kepada subjek,sehingga
informasi yang di terima dari subjek kurang akurat .

Kurangnya Keterampilan Kurangnya keterampilan ataupun pengalaman dalam pengumpulan


data berdampak terhadap data yang di kumpulkan.Hal ini bisa di lihat pada peneliti pemula yang
biasanya hanya menekankan pada data-data yang di liat tanpa adanya upaya untuk
menggali/menghubungkan dengan data lain.Sebenarnya di balik semua data yang di berikan terdapat
informasi yang sangat di perlukan untuk menjawab pertanyaan peneliti.

Komplik peran dari peneliti Sebagai seorang peneliti kadang kita merasa seorng petugas di
lapangan,sehingga pada waktu melakukan pengumpulan data kita melakukan intervensi keperawatan
secara emosional.Akibatnya hasil yang kita harapkan akan bias,karena kita terlalu dominan memengaruhi
pendapat dari klien(subjek).

3. Jelaskan istilah “soft data” dan “hard data”?


Jawaban:
Data yang diperoleh melalui wawancara senantiasa dapat diperhalus, dirinci dan
diperdalam. Oleh karena itu disebut “soft data”, karena masih selalu dapat mengalami
perubahan. Data yang diperoleh dalam penelitian kuantitatif misalnya dengan angket atau tes
sudah “keras”, tak berubah lagi dan segera dapat diolah secara statistik. Oleh karena itu disebut
“hard data”, mantap tak berubah-ubah.

4. Apakah keuntungan peneliti sebagai instrument?

Jawaban :

Penelitian kualitatif memiliki peran yang sangat penting dalam penelitiannya sendiri
yakni sebagai instrument atau alat penelitian dalam penelitiannya itu sendiri. Bahkan peneliti
kualitatif sering disebut sebagai key instrument atau instrument kunci dalam penelitiannya.
Karena memang peneliti sediri itulah yang membuat, menggali data, menelaahnya,
menafsirkannya. Peneliti itu sendiri yang membuat pertanyaan wawancara, yang melakukan
wawancara, yang menganalisis, yang menafsirkan dan lain-lain. Dengan begitu, seorang peneliti
harus lihai, cerdik dalam mengambil data.
Tidak bisa dipungkiri, dengan adanya peneliti sebagai instrument malah memberi banyak
keuntungan dalam peelitian kualitatif. Misalnya, dengan peneliti sebagai instrument akan mampu
mengumpulkan beraneka ragam data sekaligus yang mana hanya dapat dilakukan oleh peneliti.
Jika kita bandingkan misalnya dengan alat penelitian berupa tes, tes bakat bakat minat misalnya.
Tes ini hanya bisa menggali bakat minat seseorang, dan tidak bisa menggali data yang lain.
Namun peneliti yang berupa manusia bisa menggali berbagai macam data seklaigus. Selain itu
keuntungannya adalah hanya instrument berupa manusialah yang mampu merasakan serta
menghayati interaksi yang ada pada diri subyek penelitian. Karena memang interaksi manusia
tidak dapat dipahami hanya dengan pengetahuan saja. namun bisa dipahami dengan dirasakan
serta dihayati. dan yang dapat melakukannya hanyalah peneliti itu sendiri. Serta banyak
keuntungan yang lain.

6. Pengamatan yang tampaknya mudah, ternyata cukup pelik. Apa sebabnya?

Jawaban :

Pengamatan cukup pelik karena:

a) pengamatan dipengaruhi oleh pribadi si pengamat, sehingga hasil pengamatan dua orang
mungkin berbeda. Apa yang kita amati adalah ekspresi pribadi kita, yang dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perasaan, nilai-nilai, harapan dan tujuan kita.

b) mengadakan pengamatan bukan proses pasif dimana kita hanya mencatat apa yang terjadi
seperti halnya dengan kamera, seakan-akan kita berada di luar dan terpisah dari dunia yang kita
amati. Mengadakan pengamatan adalah proses aktif. Kita berbuat sesuatu, kita memilih apa yang
kita amati. Ada hal-hal yang kita amati, namun ada juga yang tidak kita hiraukan.

Dalam mengadakan pengamatan kita tidak hanya memperhitungkan apa yang kita amati, akan
tetapi juga mengamati diri sendiri. Karena kita terlibat dalam pengamatan, kita harus
memperhitungkan hingga manakah kita mempengaruhi hasil pengamatan serta tafsiran nya.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa tidak ada pengamatan yang lengkap, karena
pengamatan adalah kegiatan yang selektif.

8. Apa sebab pengamatan tidak pernah lengkap?

Jawaban :

Sebab-sebabnya mungkin adalah karena tiadanya ahli ilmu sosial yang memang
berpengalaman untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode ini, karena mungkin
dianggap sebagai metode yang gampang dan sepele sehingga tidak perlu dilakukan usaha
pemahaman yang mendalam. Sebabnya mungkin karena pada setiap saat dan setiap hari, yaitu
kalau kita tidak sedang tidur atau memejamkan mata, kita selalu menggunakan mata kita masing-
masing untuk melihat dan mengamati segala sesuatu yang ada di sekeliling kita atau yang kita
hadapi; bahkan seringkali hal ini kita lakukan tanpa sengaja atau bahkan tanpa ada sesuatu
rencana untuk mengamatinya. Sehingga ada anggapan bahwa metode ini bukanlah suatu metode
penelitian yang ilmiah, karena nampaknya sederhana dan tidak rumit tehnik-tehniknya dan tidak
susah untuk memahami dan menggunakannya; selama si pelaku masih mempunyai mata yang
dapat digunakan untuk mengamati.

Atau mungkin juga karena tulisan yang pernah ada dalam bahasa Indonesia yang ditulis
oleh Profesor Harsja W. Bachtiar dalam buku Metode-Metode Penelitian Masyarakat yang di edit
oleh Profesor Koentjaraningrat (Gramedia, 1977), yang lebih menekankan pembahasan pada
hakekat pengertian pengamatan sebagai metode ilmiah dan bukannya menyajikan uraian yang
berisikan petunjuk-petunjuk yang dapat dijasikan sebagai pedoman untuk menggunakan metode
pengamatan dalan penelitian di lapangan.

9. Data atau informasi jangan dilepaskan dari konteks. Jelaskan!


Jawaban :

Karena dalam penelitian yg akan di olah agar menjadi desain penelitian adalah data atau
informasi yg diperoleh dari lapangan, sehingga apabila data tidak sesuai konteks atau tidak valid
maka desain penelitian yang akan dibuat juga akan menjadi tidak valid.

11. Apakah kelebihan pengamatan oleh keberadaan peneliti didalam lapangan ?

Jawaban :

a. Dengan berada dilapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan
situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak


dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka
kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain, khususnya
orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap "biasa" dan karena itu tidak akan
terungkapkan dalam wawancara.

d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden
dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama
lembaga.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh
gambaran yang lebih komprehensif.

12. Apa yang dimaksud dengan pengamatan sebagai partisipan ?

Jawaban :

Pengamat partisispan pada suatu pihak merupakan “orang-dalam” yang merasakan dan
mengalami situasi secara pribadi. Di lain pihak ia juga “orang luar” yang dapat mengamati
situasi dengan sikap lebih objektif. Ia berada di dalam situasi, akan tetapi ia juga dapat
menempatkan diri di luar situasi. Ia dapat menjalankan kedua peranan itu secara berganti
menurut kehendaknya.

13. Jelaskan tingkatan dalam partisipasi. Bicarakan baik-buruknya.


Jawaban :

Partisipasi dibedekan beberapa tingkatan yaitu:

1. Manipulasi yaitu tingkatan partisipasi yang terendah dan dapat dikategorikan sebagai tidak
adanya partisipasi. Dalam tingkatan ini, partisipasi difungsikan sebagai kesempatan untuk
memaksakan kehendak pihak yang lebih berkuasa.
2. Penyebarluasan informasi dimana sebagai, pelaku telah diinformasikan mengenai hak,
tanggung jawab, dan pilihan mereka, namun partisipasi dalam tingkatan ini difungsikan
sebagai komunikasi satu arah dan tidak terbuka kesempatan untuk bernegosiasi dan
menyatakan pendapat.
3. Konsultasi yaitu tingkat partisipasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah dan
pelaku dapat mengekspresikan pendapat dan pandangannya, tetapi tidak ada jaminan bahwa
masukan-masukan mereka akan digunakan.
4. Membangun kesepakatan, yaitu dimana berbagai pelaku berhubungan untuk dapat saling
memahami antara satu dengan yang lainnya, bernegosiasi dan berkompromi terhadap
bermacam hal yang paling diterima oleh semua.
5. Pengambilan keputusan, yaitu dimana konsesus dihasilkan berdasarkan kesepakatan bersama
dan terjadi pembagian tanggung jawab antara berbagai pelaku yang terlibat. Dalam tingkat
ini, negosiasi dilakukan secara bertahap untuk memberikan kesepakatan kepada seluruh
pelaku dalam menyuarakan aspirasinya.
6. Kemitraan, yaitu suatu hubungan kerja yang sinergis diantara berbagai pelaku untuk
mewujudkan tujuan yang disepakati bersama, ditingkat ini para pelaku melakukan
pembagian tanggung jawab serta resiko dari consensus yang mereka hasilkan.

14. Apa yang dimaksud dengan “going native”? dari mana asalnya istilah itu?

Jawaban:

Istilah “going native” berasal dari bahasa Inggris yang berarti menjadi asli. Yang
dimaksud dengan istilah going native adalah seorang peneliti ikut terjun langsung atau terlibat
secara langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek atau kelompok yang diteliti. Dengan
keterlibatan langsung tersebut menyebabkan terjadinya hubungan sosial dan emosional antara
peneliti dengan subjek yang diteliti, yang menimbulkan akibat si peneliti mampu menghayati
perasaan, sikap, pola pikir yang mendasari perilaku subjek yang diteliti terhadap masalah yang
dihadapi. Perilaku menyamakan diri dengan orang dalam dan partisipasi yang terlampau
mendalam inilah yang di sebut dengan “going native”.

15. Berikan contoh-contoh dimana peneliti dapat atau tidak dapat menjadi partisipan aktif ?

Jawaban :

Partisipasi aktif terjadi bila peneliti turut serta dalam kegiatan-kegiatan kelompok yang
diselidikinya. Beberapa contoh peneliti dapat menjadi partisipan aktif adalah ketika ia menjadi
nelayan dan turut ke laut menangkap ikan, atau turut mengajar, atau menjadi kernet oplet.
Adapun seorang peneliti tidak dapat menjadi partisipan aktif ketika yang ia teliti hanya perlu
pengamatan. Misalnya mengamati lalu lintas dalam hal ini peneliti disebut partisipan pasif.

16. Bagaimana pandangan sdr. tentang pengamatan “covert”?

Jawaban :

Pengamatan covert adalah pengamatan yang dilakukan secara tersembunyi agar dapat
memperoleh data yang valid dan reliable, yang dapat dipercaya karena tidak dibuat-buat. Pada
umumnya manusia dianggap salng mencurigai, apalagi terhadap orang luar. Orang tidak rela
mengungkap rahasia atau kelemahan kelompoknya. Karena itu mereka sering memberikan
informasi tidak benar, yang menyesatkan atau mengelabui untuk menutupi kekurangan-
kekurangan mereka. Untuk mengelakkan informasi yang keliru itu, ada pihak tertentu yang
berpendapat bahwa satu-satunya jalan ialah melakukan pengamatan secara covert atau
tersembunyi dengan cara menyamar.

Di lain pihak ada pula peneliti yang menolak praktek yang demikian karena alasan etis,
karena secara moral tidak dapat dipertanggungjawabkan. Mereka berpendapat bahwa penelitian
harus terbuka, terang-terangan atau overt.

Menurut pandangan saya pribadi, tidak masalah jika dilakukan penelitian secara covert
agar informasi yang didapatkan valid dan reliabel, selama penelitian dan pengamatan yg
dilakukan sesuai dan tidak menyimpang atau sengaja ingin menjatuhkan kelompok tertentu.

17. Misalkan saudara mengobservasi stasiun (boleh juga pasar, pabrik, terminal bis, kantor, dan
sebagainya) dengan memperluas komponen tempat, prilaku dan kegiatan, coba berikan seterinci
mungkin, apa-apakah yang dapat saudara amati?

Jawaban:

adapun yang dapat diamati dalam mengobservasi stasiun-stasiun seperti diatas antara lain.

1) keadaan lingkungan yang diamati seperti barsih atau tidaknya dapat mempengaruhi hasil
observasi

2) keadaan masyarakat yang akan diamati. Keadaan masyarakat tempat observasi sangat
mempengaruhi hasil observasi. Dari masyarakat kita mendapat informasi, contoh jika tempat
observasi di pasar maka informasi yang kita perlukan salah satunya apa-apa saja barang
dagangan yang dijual di pasar.

3) keadaan interaksi antar masyarakat yang diamati. Interaksi antar masyarakat juga dapat
menjadi informasi untuk mengumpulkan data observasi. Pengamatan dapat dilakukan pada saat
kegiatan disalah satu tempat observasi contoh di kantor saat rapat dan lain-lain.
18. Saudara berada dalam ruang kuliah. Analisis secara terinci (makin terinci makin baik) apa-
apa yang dapat saudara amati dan dijadikan fokus pengamatan.
Jawaban:
Yang diamati dan dijadikan fokus pengamatan adalah
a. Perhatian mahasiswa terhadap pembelajaran perkuliahan
 Mahasiswa fokus perhatiannya terdahadap pembelajaran
 Melaksankan tugas dengan segera
b. Minat mahasiswa terhadap pembelajaran
c. Aktivitas mahasiswa
 Bertanya jika tidak jelas
 Segera menjawab jika diajukan pertanyaan
 Mencatat hal-hal penting
d. Semangat (motivasi) belajar mahasiswa
e. Sarana dan prasarana mahasiswa dikelas
f. Pelaksanaan dalam proes pembelajaran saat dikelas
g. Kedisiplinan dalam belajar
h. Hasil belajar mahasiswa

19. Data atau informasi jangan dilepas dari konteks. Jelaskan!

Jawaban :

Penelitian merupakan satu diantara disiplin ilmu yang melihat pada data atau informasi
yang ada. Setiap disiplin ilmu biasanya memiliki istilah terminologi tertentu. Istilah tersebut khas
digunakan di disiplin ilmu tersebut. Kita akan sulit menemukan padanan kata yang tepat ketika
istilah tersebut digunakan dalam bidang ilmu lain. Konteks berbeda akan memunculkan makna
yang berbeda walaupun mungkin istilah tersebut sama bunyinya. Begitu pun dalam sebuah
penelitian, peneliti harus pintar-pintar menempatkan konteks topik penelitiannya. Jangan sampai
terlalu melebar atau bahkan terlalu sempit dan tidak mencerminkan konteksnya.

20. hari minggu hari libur. Tidak ada tugas yang mendesak. Hari ini aku memamfaatkan
melakukan observasi serta wawancara. Pilih salah seorang dari lingkungan keluarga. Berhubung
dengan observasi dan wawancara itu, buat laporan lapangannya.

Jawaban :

Dari hasil wawancara dengan adik saya, kemeran sempat menanyakan satu pertanyaan
mengenai apa penyebab siswa/ peserta didik takut denan mata pelajaran matematika?

Ternyata yang pmempengaruhi siswa atau peserta didik takut denan mata pelajaran
matematika adalah karena sulit untuk memahami rumus rumus, sulit untuk berhitung, oleh
karena itu saya mengambil kesimpulan bahwa ternyata dalam pembelajaran matematika itu harus
di tingkatkan dan terutama perlu pendekatan per individu untuk menetahui sampai di mna
kemampuan setiap siswa dalam pembelajaran matematika

Anda mungkin juga menyukai