Anda di halaman 1dari 8

PERAN PANCASILA BAGI PEMUDA GUNA MEMBANGUN RASA NASIONALISME DI ERA MODERN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS PANCASILA

Oleh :

Yunaz Ali Akbar Karaman

NIM 121511433045

Dosen Pembimbing :

Arya Wanda Wirayudha, S.S., M.A.

NIP 139131754

ILMU SEJARAH

FALKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2015
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dihaturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, karena atas berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar.

Berikut ini penulis akan mempersembahkan makalah yang berjudul “PERAN PANCASILA BAGI
PEMUDA GUNA MEMBANGUN RASA NASIONALISME DI ERA MODERN ” yang menurut penulis dapat
memberikan manfaat bagi kita semua karena kita dapat mengetahui peranan Pancasila bagi para
pemuda di era modern.

Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan mohon dimaklumi apabila
dalam makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang salah atau kurang tepat bagi para pembaca
makalah ini.

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih pada pihak yang
membantu dan semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 8 Desember 2015


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………. i

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ……………………………………………………… 1

2. Rumusan Masalah …………………………………………………... 1

3. Tujuan ………………………………………………………………. 2

4. Manfaat ……………………………………………...…………….... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Bagaimana Sejarah Lahirnya Pancasila ? …………………………... 3

2. Pancasila Sebagai Pandangan dan Tujuan

Hidup bangsa ……………………………………………………….. 5

3. Modal Historis Perjuangan Bangsa Bagi

Generasi Muda …………………………………………………....... 6

4. Upaya Penananman nilai-nilai Pancasila

pada Generasi Muda ...……………………………………………… 9

5. Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai

Pancasila pada Generasi Muda …………………………..………… 16

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan …………………………………………………………. 18

2. Saran …………………………………………………………...…… 18

DAFTAR PUSTAKA ……………………….…………………………………….. 20


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak generasi tua kini menanyakan dan menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila belum
diimplementasikan pada generasi muda Indonesia, khususnya pada era modern sekarang. Padahal
jika dilihat dari sisi historis, generasi muda Indonesia memiliki peran yang sangat penting utamanya
dilihat dari segi perjuangan hingga Indonesia merdeka.

Diawali dengan angkatan ’28, para pemuda memiliki satu visi yaitu ingin menyatakan keinginannya
untuk bersatu tanpa memandang dari golongan maupun etnis manapun, maka dari itu muncullah
Sumpah Pemuda. Berawal dari Sumpah Pemuda itu, pandangan para pemuda di Indonesia menjadi
revolusioner dan memiliki nasionalisme yang kuat. Pada tahun 1945, tepatnya pada sekitar
proklamasi, terdapat terdapat peristiwa bersejarah yang juga dipelopori oleh para pemuda. Karena
adanya perbedaan pendapat dengan golongan tua, maka golongan muda berupaya agar proklamasi
segera dilaksanakan dengan cara “menculik” Soekarno ke Rengasdengklok dengan alasan agar tidak
terpengaruh oleh Jepang di saat itu.

Bercermin pada peristiwa perjuangan bangsa yang didalangi oleh generasi muda, menunjukan
bahwa pada saat itu jiwa generasi muda telah tertanam nilai-nilai Pancasila yang bersifat nasional
yang mendasari cita-cita bangsa. Menanamkan nilai-nilai Pancasila pada jiwa generasi muda kini
sangatlah penting, karena dengan jiwa Pancasila bangsa Indonesia tidak akan mudah terpengaruh
oleh kebudayaan dan ideologi bangsa lain. Apalagi pada era modern kini kebudayaan bangsa lain
dapat dengan mudah merasuki jiwa generasi muda, oleh karena itu generasi muda kini harus tetap
berpegang teguh pada nilai-nilai dan kepribadian Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah.

Dari uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah cara menanamkan nilai-nilai Pancasila guna membangun rasa nasionalisme pada
generasi muda di era modern ? ;

2. Mengapa penting dilakukan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila pada generasi
muda di era modern ?.

1.3 Tujuan

1 Untuk mengetahui pentingnya peran nila-nilai Pancasila pada generasi muda di era modern
guna membangun rasa nasionalisme ;

2. Mengetahui cara-cara pengimplementasian nilai-nilai Pancasila pada generasi muda guna


membangun rasa nasionalisme ;

3. Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Pancasila, program studi Ilmu Sejarah, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.
1.4 Manfaat.

1. Mengetahui solusi penanaman nilai-nilai Pancasila pada generasi muda Indonesia guna
membangun rasa nasionalisme bangsa di era modern ;

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila pada generasi muda


Indonesia di era modern ;

3. Mengetahui pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila pada generasi muda di era modern ;

4. Mengetahui perbedaan kepribadian dan jiwa nilai-nilai Pancasila yang tertanam pada generasi
muda Indonesia pada masa perjuangan dan pada generasi muda di era modern.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana Sejarah Lahirnya Pancasila ?

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dalam pengertian historisnya adalah hasil dari pemikiran
dan penggalian kembali oleh para pendiri negara (The Founding Fathers) untuk menemukan
landasan atau pijakan yang kokoh untuk di atasnya didirikan negara Indonesia merdeka1. Sebagai
suatu negara yang baru merdeka, Indonesia memerlukan ideologi atau landasan dalam bernegara
yang jelas. Dikarenakan pada tahun-tahun setelah Indonesia merdeka timbul dua kubu besar yaitu,
blok barat dengan paham liberal kapitalis dan blok timur dengan paham sosialis komunisnya.

Bangsa Indonesia telah berhasil merumuskan dan menentukan Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dan dasar negara yang disepakati sejak tanggal 18 Agustus 1945 2. Sebelum disepakati, pada
sidang BPUPKI tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945 ada beberapa usulan dasar negara dari para pendiri
bangsa. Terdapat tiga pendiri bangsa dengan usulannya, yakni : Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr.
Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dan selanjutnya konsep-konsep itu di olah kembali oleh Panitia Kecil
yang terdiri dari delapan orang, antara lain. Ir. Soekarno sebagai ketua dengan anggota-anggota
Bung Hatta, Soetardjo Kartohadikusoemo, K.H. Wachid Hasyim, A.A Maramis 3.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Kecil lalu mengadakan pertemuan dengan badan penyidik. Dari
pertemuan ini berhasil dibentuk kembali “Panitia Sembilan” yang terdiri dari Bung Karno, Bung
Hatta, Moh Yamin, Ahmad Subarjo, A.A. Maramis, K.H Abdulkahar Muzakhir, K.H. Wachid Hasyim,
Abikusno Tjokrosuyoso, dan H. Agus Salim.Pada akhirnya Panitia Sembilan mencapai kesesuaian
dalam menetapkan rumusan pembukaan hokum dasar, yang dikenal dengan “Piagam Jakarta” .

Dalam susunan konsep pada Piagam Jakarta tersebut yang menyerupai pada sila Pancasila kini.
Namun sebelum ditetapkan dan disahkan ada perubahan pada sila pertama dengan menghapuskan
kata-kata “…, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pmeluknya” sehingga
tinggal kata-kata “Ke-Tuhanan Yang Maha Esa” saja . Perubahan itu terjadi karena adanya reaksi dari
Indonesia Timur, dimana disana agama Nasrani berkembang cukup luas, Indonesia memiliki berbagai
keyakinan, tidak hanya Islam meskipun mayoritas. Mengingat pula agama Hindu dan Budha pernah
tersebar luas dengan dibuktikan adanya kerajaan besar yang pernah berdiri di Nusantara.

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, seperti tersebut
diatas bersidang dan mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia, yang meliputi Pembukaan,
Batang Tubuh dan Penjelasan tentang pokok-pokok pikiran di dalamnya . Di dalam Pembukaan UUD
1945 tercantum bunyi sila-sila Pancasila pada alinea ke IV, yakni : Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Dalam sejarah lahirnya pancasila tentu terdapat pula peran para generasi muda. Seperti
tercantum pada latar belakang makalah. Generasi muda Indonesia telah memikirkan perlunya dasar
negara yang harus dibudayakan, dihayati, dan diamalkan pada kehidupan yang nyata. Sehubung
dengan kekhasan jiwa pemuda yang setiap langkah lakunya dilakukan dengan kenyataan ayng ada di
sekitarnya, dan kemurnian serta keberanian dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan baru (H.
Muzayin Ar, M.Ed, 1990 : 3)

Perjalanan panjang melahirkan kembali Pancasila oleh para pendiri bangsa tentu tidaklah mudah,
banyak berbagai macam hambatan di dalamnya. Hambatan itu pula tidak terjadi saat proses
dirumuskan hingga disahkannya Pancasila, namun hambatan itu selalu ada dalam setiap zaman dan
memiliki hambatan yang berbeda-beda. Hambatan ini merupakan tugas dari segala lapisan
masyarakat, utamanya generasi muda. Perlunya penhayatan dan pengamalan kembali nilai-nilai
Pancasila pada generasi muda sangatlah perlu guna menghargai jasa para pendiri bangsa dan juga
perlu guna menumbuhkan rasa nasionalisme dalam jiwa generasi muda kini.

2.2 Pancasila Sebagai Pandangan dan Tujuan Hidup bangsa.

Sebagai suatu negara Indonesia telah mengikrarkan bahwa falsafah atau ideologi bangsanya adalah
ideologi Pancasila. Segala hal telah tertanam dalam nilai-nilai Pancasila, termasuk tujuan bangsa,
cita-cita bangsa, hingga pedoman berperilaku. Selain itu Pancasila juga merupakan cerminan jiwa
dan kepribadian bangsa Indonesia.

Sebagai pandangan hidup bangsa Pancasila sebenarnya telah berabad-abad mewarnai dan
membentuk sikap dan cara hidup rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang mendiami
tidak kurang dari 13.660 pulau di wilayah Indonesia4. Disebut sebagai jiwa dan kepribadian bangsa,
Pancasila juga memberikan suatu kekhasan yang dimiliki bangsa Indonesia dan merupakan pembeda
dari bangsa lain. Salah satu ciri khas dalam bersikap yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah sikap
toleransi dan terdapat banyak ciri khas bangsa Indonesia yang tercantum dalam nilai-nilai Pancasila.

Pandangan hidup bangsa termasuk di dalamnya adalah tujuan bangsa. Dalam nilai-nilai Pancasila
juga telah tertanam intisari tujuan bangsa Indonesia, salah satunya adalah mewujudkan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila . Hal tersebut tertanam dalam sila ke-5 yang berbunyi “
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Peran generasi muda dalam mewujudkan tujuan dan
penghayatan Pancasila sebagai pedoman dalam berbangsa sangatlah penting utamanya dalam
membentuk jiwa nasionalisme. Setelah memahami apa saja nilai-nilai yang ada dalam Pancasila,
yang harus dilakukan adalah dengan membudayakan dan mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam
sila-sila Pancasila itu dalam kehidupan sehari-hari.

4 Ibid, hlm : 13.


Namun pada Era Reformasi dibarengi masuknya pengaruh globalisasi, nilai-nilai Pancasila sebagai
pandangan dan tujuan hidup bangsa seakan terlupakan. Namun masyarakat utamanya generasi
muda tidak menyadari bahwa hal itu sangat krusial untuk merusak pandangan serta tujuan bangsa.
Dalam kehidupan sosial, masyarakat kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya terjadi konflik-konflik
yang pada akhirnya melemahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam bidang budaya,
kesadaran masyarakat atas keluhuran budaya bangsa Indonesia mulai luntur, yang pada akhirnya
terjadi disorientasi kepribadian bangsa yang diikuti dengan rusaknya moral generasi muda 5.-
Terlihat dari merosotnya nasionalisme para generasi muda dan perilaku yang cenderung meniru
kebudayaan bangsa lain.

Perlu adanya kesadaran untuk mengatasi kemerosotan nilai pandangan dan tujuan bangsa ini guna
memprkokoh jati diri bangsa Indonesia yang sesuai dengan Pancasila. Dalam upaya ini perlu
diupayakan secara serius suatu penelitian mengenai aspek-aspek sosial budaya dan lainnya pada
masyarakat Indonesia, dan kemudian diikuti dengan suatu program aksi pembentukan dan
pemasyarakatan nilai-nilai budaya “baru”, yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 sehingga
mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman dimasa mendatang 6. Serta dapat meluruskan
kembali Pancasila sebagai pandangan dan tujuan hidup bangsa.

5 Modul Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila , 2013, hlm : 18

6 Universitas Mercu Buana dan LEMHANAS, Aktualisasi Pengamalan Pancasila dan UUD 1945 Dalam
Era Globalisasi, 1995, hlm : xxv.

2.3 Modal Historis Perjuangan Bangsa Bagi Generasi Muda

Dalam proses pembentukan identitas dan nasionalisme di Indonesia di awali dengan masa
perjuangan bangsa melawan penjajah Belanda. Perjuangan tersebut dahulu dilakukan secara
kedaerahan atau melakukan gerakan perlawanan secara lokal, seperti : Pangeran Diponegoro, Imam
Bonjol, Sultan Hasanudin, dan lain-lain. Perlawanan semacam ini dinilai banyak mengalami
kegagalan dan bangsa Indonesia banyak mengalami merugikan.

Pada permulaan tahun 1900-an, mulailah muncul gerakan nasional yang diwujudkan dalam
bentuk organisasi-organisasi politik. Organisasi ini juga dipelopori oleh para generasi muda yang
telah mendapatkan pendidikan tinggi, antara lain pendidikan Kedokteran, sekolah dokter terkenal
adalah STOVIA yang bertepat di Jakarta. Para pelajar di STOVIA sering bertukar pikiran dengan
pelajar lain mengenai penderitaan rakyat oleh penjajahan Belanda.

Dengan pertukaran pikiran itu para pelajar Indonesia mulai muncul pemikiran, gagasan, dan cita-
cita untuk melakukan perjuangan. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Dr. Sutomo, bersama
Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada tanggal 20 Mei 1908 mendirikan Budi Utomo, organisasi modern
pertama yang ada di Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah untuk memajukan pengajaran dan
kebudayaan di Indonesia, dan hal ini mengawali kebangkitan nasional.
Pada Era Kebangkitan ini, masih belum ada Bangsa (Nation) Indonesia, yang ada baru idea,
gagasan, cita-cita untuk membentuk suatu bangsa yang bersatu dalam suatu wilayah tertentu
dengan cita-cita yang sama. ( Edi Purwinarto, 2008 : 44)

Gagasan itu barulah terwujud pada tahun 1928, dimana para organisasi pemuda dari suku dan
daerah yang berbeda-beda, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Borneo, Jong Ambon dan yang
lainnya. Organisasi itu berkumpul dan melakukan kongres pertama yang bersifat Nasional dan
menyerukan dan bersumpah bahwa hanya ada satu bangsa yaitu bangsa Indonesia, satu bahasa
yaitu bahsa Indonesia, dan satu tanah air yaitu Indonesia. Dalam kongres ini pula pertama kalinya
dinyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, yang diciptakan oleh W.R Supratman.

Mengenai kongres pemuda yang kemudian dikenal dengan “Sumpah Pemuda”, Edi Purwinarto
(2008 : 44-45) mengatakan sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai