Anda di halaman 1dari 9

TARI NUSANTARA

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk
keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi-bunyian yang
disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin
disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan,
atau bersenam. Menurut jenisnya, tari digolongkan menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari
kreasi baru.

Seni tari adalah gerak terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau expresi manusia
yang di dalamnya terdapat unsur keindahan wiraga/tubuh, wirama/irama,
wirasa/penghayatan, dan wirupa/wujud. Banyak sekali pendapat para pakar seni tari dari
dunia salah satunya adalah Corrie hartong dari belanda dalam bukunya Dankunst: “Tari
adalah keteraturan bentuk gerak tubuh yang ritmis di dalamsuatu ruang”. Dari pendapat para
pakar seni tari dapat di simpulkan bahwa subtansi atau bahan baku tari adalah gerak yang
terangkai sehingga membuat ritme dan waktu di dalam ruang. Dapat di artikan bahwa seni
tari adalah “ pengungkapan gerak yang digayakan dan berkesinambungan yang di dalamnya
terdapat unsur keindahan ". Seni tari mempunyai 4 unsur keindahan yaitu wiraga, wirama,
wirasa dan wirupa.
Tari daerah nusantara adalah tari-tarian yang tumbuh dan terus berkembang sesuai
kelompok masyarakat pendukungnya. Tari daerah ini memiliki keunikan gerak, bentuk
penyajian, iram musik pengiring, rias dan busana. Keunikan ini di sesuaikan dengan fungsi
tari tersebut. Tari tradisioanal kerakyatan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
masyarakat umum atau rakyat. Biasanya digunakan sebagai tari hiburan, pergaulan, juga
sebagai wujud rasa syukur. Cirinya adalah bentuk gerak, irama, expresi dan rias busana yang
sederhana serta sering disajikan secara berpasang-pasangan/kolektif (kelompok). Contoh:
 Tari topeng klana – Jawa barat
 Tari bedhaya, srimpi, sawung – Jawa tengah
 Tari beskalan, ngremo – Jawa timur
 Tari rejang – Bali
 Tari syang hyang – Bali
 Tari pakarena – Sulawesi selatan
Tari kreasi adalah bentuk gerak tari baru yang dirangkai dari perpaduan gerak tari
tradisional kerakyatan dengan tradisional klasik. Gerak ini berasal dari satu daerah atau
berbagai daerah di indonesia. Bentuk tari yang lebih baru lagi misalnya tari pantomim,
operet, dan kontemporer. Contoh:
 Tari oleg, tambulingin, tenun, wiranata, panji, semirang – Bali
 Tari kijang, angsa, kupu-kupu, merak – Jawa
 Tari pattenung tari pandedang, bosara, lebonna – Sulawesi selatan
Peran tari bagi masyarakat di antaranya sebagai pempersatu. Lewat tari warga berinteraksi,
bergaul dan berkomunikasi. Menciptakan hubungan yang lebih baik.tari juga dapat menjadi
simbol sebuah daerah di nusantara.
Jenis tari Berdasarkan Koreografinya

 Tari tunggal ( Solo )


Tari tunggal merupakan bentuk tarian yang ditarikan secara individu/sendiri, baik
laki-laki ataupun perempuan. Penari memiliki tanggung jawab pribadi untuk
menghafal gerak dan formasi dari awal sampai akhir pementasan tarian. Contoh:
 Tari panji semirang – Bali
 Tari golek – Jawa tengah
 Tari topeng – Jawa barat.

 Tari berpasangan ( duet/pas de duex)

Tari berpasangan atau berpasang-pasangan, penari harus memperhatikan


keselarasan gerak dengan pasangannya. Contoh:

 Tari oleg tambulilingan –Bali


 Tari gale-gale – Irian jaya
 Tari payung – Melayu
 Tari piso surit – Batak karo
 Tari cokek – Jakarta

 Tari kelompok ( Group choreography),

Tari kelompok adalah bentuk tarian yang di tarikan oleh tiga orang atu lebih. Tari
jenis ini memperlukan kerja sama yang lebih baik lagi. Contoh:

 Tari bedhaya semang – 6 orang , Surakarta, Jawa tengah


 Teri bedaya ketawang – 6 orang , Yogyakarta
 Tari lawung – 4 orang, Jawa tengah
 Tari serimpi – 4 orang, Jawa tengah
 Tari kecak – Bali

 Tari kolosal adalah tari yang dilakukan secara massal lebih dari banyak kelompok dan
biasanya dilakukan oleh setiap suku bangsa diseluruh daerah Nusantara.
Contoh Tari Nusantara

1. Tari Jaipong

Tari jaipong atau Jaipongan adalah sebuah kesenian dari sunda berupa seni tari
dengan diiringi musik Degung, yang dulunya bernama ketuk tilu dan bermula
diciptakan seniman berbakat yang bernama gugum gumilar. yang menjadi ciri utama
Jaipongan adalah gaya kaleran,alami dan apa adanya, ceria, erotis, humoris,
bersemangat, berspontanitas, dan kesederhanaan. Tari Raden Bojong,Tari Daun dan
Pulus Keser Bojong adalah karya tari jaipong Gugum Gumbira yang pertamakalinya.
Gerakan-gerakan pada tari jaipong sangat dipengaruhi oleh kliningan, pencak silat,
seni ketuk tilu, dan ronggeng sehingga terbentuk gerakan tari yang indah dan enak
untuk kita tonton
Dalam garak Tari Jaipong dapat dibedakan dari beberapa bagian diantaranya
a. Gerakan pembuka yang disebut juga Bukaan
b. Bagian dari gerakan-gerakan yang disebut Pencungan
c. pemberhentian atau titik disebut Ngala
d. Pindahan dari peralihan sesudah ngala disebut Mincit

Dalam perjalanannya kesenian Jaipongan terjadi pro kontra mengenai keerotisan


dalam pakaian dan gaya tariannya. namun meski demikian seni Jaipongan masih tetap
eksis di berbagai acara pentas nasional maupun Internasional
2. Tari Merak

Tari Merak merupakan salah satu tarian daerah kreasi baru yang dikreasikan oleh
Raden Tjetjep Somantri sekitar tahun 1950-an, yang kemudian direvisi kembali oleh
dra. Irawati Durban pada tahun 1965. Pada tahun 1985 dra. Irawatai merevisi kembali
koreografi tari merak dan mengajarkannya secara langsung pada Romanita Santoso
pada tahun 1993.
Walaupun tarian ini dibawakan oleh penari wanita, namun sebenarnya tarian ini
mengambarkan tingkah laku merak jantan dalam menebatkan pesonanya kepad merak
betina. Dalam tarian ini digambarkan bagaimana usaha merak jantan untuk menarik
perhatian merak betina dengan memamerkan bulu ekornya yang indah dan panjang.
Dalam usahanya menarik merak betina, sang jantan akan menampilkan pesona terbaik
yang ada pada dirinya hingga mampu membuat sang betina terpesona dan berlanjut
pada ritual pekawinan tari merak
Gerakan tari merak lebih didominasi oleh gerakan yang menggambarkan keceriaan
dan kegembiraan yang dipancarkan oleh sang merak jantan. Dan nilai keceriaan yang
digambarkan dalam tari merak semakin jelas dengan penggunaan kostum yang
digunakan oleh sang penari.
Dalam membawakan tarian merak, umumnya penari akan menggunakan kostum yang
berwarna – warni dengan aksesoris yang semakin mempertegas kesan burung merak
jantan. Dan yang tidak pernah ketinggalan dalam kostum tari merak adalah sayap
burung merak yang bisa dibentangkan dan hiasan kepala (mahkota) yang akan
bergoyang – goyang ketika penari menggerakan kepalanya.
Fungsi Tari Merak
Sedangkan untuk fungsi tari merak, tarian ini sering ditampilkan sebagai tarian
persembahan atau tarian penyambutan. Berikut adalah beberapa fungsi tari merak :
a. sebagai tarian persembahan untuk para tamu yang hadir dalam resepsi
pernikahan
b. sebagai tarian penyambutan untuk rombongan pengantin pria ketika menuju
pelaminan
c. sebagai tarian penyambutan tamu agung dalam sebuah acara atau ritual
d. sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam kancah
internasional.
3. Tari Pendet

Tari Pendet termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan
khusus untuk keperluan upacara keagamaan. Tarian ini diciptakan oleh seniman tari
Bali, I Nyoman Kaler, pada tahun 1970-an yang bercerita tentang turunnya Dewi-
Dewi kahyangan ke bumi. Meski tarian ini tergolong ke dalam jenis tarian wali
namun berbeda dengan tarian upacara lain yang biasanya memerlukan para penari
khusus dan terlatih, siapapun bisa menarikan tari Pendet, baik yang sudah terlatih
maupun yang masih awam, pemangku pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa.
Pada dasarnya dalam tarian ini para gadis muda hanya mengikuti gerakan penari
perempuan senior yang ada di depan mereka, yang mengerti tanggung jawab dalam
memberikan contoh yang baik. Tidak memerlukan pelatihan intensif. Pada awalnya
tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di Pura, yang
menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam
marcapada,merupakan pernyataan persembahan dalam bentuk tarian upacara. Lambat
laun, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tari Pendet
menjadi tari “Ucapan Selamat Datang”, dilakukan sambil menaburkan bunga di
hadapan para tamu yang datang, seperti Aloha di Hawaii. Kendati demikian bukan
berarti tari Pendet jadi hilang kesakralannya. Tari Pendet tetap mengandung anasir
sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental. Dan tari
pendet disepakati lahir pada tahun 1950.
4. Tari Piring
Tari Piring merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat, Minang Kabau. Tarian
khas ini sudah sangat terkenal di Indonesia. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
saya akan sedikit mengulas Sejarah Asal Usul Tari Piring yang sangat terkenal
tersebut sebagai penambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap budaya bangsa.
Mari kita simak informasi lengkapnya dibawah ini.
Sejarah Asal Usul Tari Piring
Pada mulanya, Tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat
setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah.
Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian
diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi
digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari
tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan
pada acara-acara keramaian.
Di Malaysia , tarian piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan terutama bagi
keluarga berada, bangsawan dan hartawan di sebuah kampung. Tarian ini biasa dilihat
di kawasan Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu. Ada yang
dipersembahkan dengan pakaian lengkap dan pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit
bayaran akan dikenakan jika menjemput kumpulan tarian ini mempersembahkan
tarian piring. 10 - 20 menit diperuntukkan untuk persembahan tarian ini. Tarian piring
dan silat dipersembahkan di hadapan mempelai di luar rumah. Majelis perkawinan
atau sesuatu apa-apa majlis akan lebih meriah jika diadakan tarian piring. Namun
begitu, segelintir masyarakat tidak dapat menerima kehadiran kumpulan tarian kerana
dianggap ada percampuran lelaki dan perempuan. Bagi mengatasi masalah itu,
kumpulan tarian disertai hanya gadis-gadis sahaja.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang lalu, Tari Piring telah ada di wilayah kehulauan
Melayu. Tari Piring identik dengan Sumatera Barat. Hingga masa kerajaan Sri Vilaya,
eksistensinya masih ada bahkan semakin mentradisi. Pada saat masa-masa kejayaan
kerajaan Majapahitlah, tepatnya abad ke-16, kerajaan Sri Vijaya dipaksa jatuh.
Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari Piring mengalami
perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring hengkangnya pengagum setia
Sri Vijaya. Bergantinya pelaku peradaban memaksa adanya perubahan konsep,
orientasi dan nilai pada Tari Piring.
Pada awalnya Tari Piring diperuntukkan buat sesembahan para dewa, dibarengi
dengan penyediaan sesaji dalam bentuk makanan yang lezat-lezat. Tarian ini
dibawakan oleh beberapa perempuan yang dengan penampilan khusus, berbusana
indah, sopan, tertib, dan lemah lembut.
Dalam perjalanannya, orientasi atau tujuan sesembahan Tari Piring bergeser drastis.
Ketika Islam datang, orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada para dewa, namun
dipersembahkan kepada para raja dan pejabat, khususnya saat ada pertemuan atau
forum khusus dan istimewa lainnya. Selain itu, Tari Piring juga semakin populer dan
tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan elit tertentu.
Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti dan makna Tari
Piring diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak harus kepala negara
atau pemimpin kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa dianalogikan dengan
sepasang pengantin. Sang pengantin adalah raja, yaitu “raja sehari”. Karena itulah
tradisi Tari Piring kerap dipersembahkan dihadapan “raja sehari” (pengantin) saat
bersanding dipelaminan dalam acara walimatul ‘arsy.
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah
satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau
disebut dengan Tari Piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada
para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di
Minangkabau Tari Piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi
majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, Tari
Piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta
perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali Tari Piring ini belum diketahui pasti, tapi
dipercaya bahwa Tari Piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun
yang lalu. Tari Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang
hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang
menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong Tari Piring berkembang ke negeri-negeri
melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
5. Tari Saman
Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam
kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman ini terletak pada
kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak
serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah
digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang
dinamis. Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati
para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara.
Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi mengenai tarian unik ini.
Sejarah
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena
diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV
Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan
rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair
yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi
tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya
pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di
bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan
zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin
sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari
hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa
atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang
bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau
perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah,
lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya
disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar
tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.
Makna dan Fungsi
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil
pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan
nasehat-nasehat yang berguna kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di
antunkan dalam tari Saman juga berisi petuah-petuah dan dakwah.
Berikut contoh sepenggal syair dalam tari S aman:
Reno tewa ni beras padi, manuk kedidi mulu menjadi rempulis bunge.
Artinya: Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun
begitu, burung kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama
yang harum.
Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering
berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain.
Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian :
a. Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu
setelah dilakukan sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah
tiruan bunyi. Begitu berakhir langsung disambung secara bersamaan dengan
kalimat yang terdapat didalamnya, antara lain berupa pujian kepada seseorang
yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-tumbuhan.
b. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
c. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang
penari pada bagian tengah tari.
d. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang
tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
e. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan
oleh penari solo.
Gerakan
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian
saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam,
syeikh saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali
lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan
dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih
digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui
pertunjukan-pertunjukan.
Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan
gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep,
lingang, surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris
orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus
menari dengan harmonis. Dalam Tari Saman biasanya, temponya makin lama akan
makin cepat supaya Tari Saman menarik.
Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi
jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga
dimainkan oleh kaum perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan
kurang dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba
sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era modern menghendaki bahwa suatu
tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang
lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan menyanyikan
syair-syair tari Saman.
Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu:
a. Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi.
Dua segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.
b. Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam
benang putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek
dan kekait, baju bertangan pendek) celana dan kain sarung.
c. Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam
penggunaan warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena
melalui warna menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut
mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan
keharmonisan.
Tari saman memang sangat menarik. Pertunjukkan tari Saman tidak hanya populer di
negeri kita sendiri, namun juga populer di mancanegara seperti di Australia dan
Eropa. Baru-baru ini tari saman di pertunjukkan di Australia untuk memperingati
bencana besar tsunami pada 26 Desember 2006 silam. Maka dari itu, kita harus
bangga dengan kesenian yang kita miliki, dan melestarikannya agar tidak punah.
6. Tari Tor Tor
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak. Gerakan tarian ini seirama dengan iringan
musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti
gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Menurut sejarah, tari tor tor digunakan
dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan "masuk"
ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur). Patung-patung tersebut tersebut
kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut
berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Jenis tari tor tor beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan).
Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan
lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh
dari mara bahaya. Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari
ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri
kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan
dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung). Terakhir, ada tor tor
Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila
suatu desa dilanda musibah. Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk
mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal
panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah,
dan Benua bawah. Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika
orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia. Kini, tari tor tor biasanya hanya
digunakan untuk menyambut turis.

Anda mungkin juga menyukai