ID Pola Komunikasi Kesehatan Dalam Pelayana PDF
ID Pola Komunikasi Kesehatan Dalam Pelayana PDF
Kokom Komariah, Susie Perbawasari, Aat Ruchiat Nugraha, Heru Ryanto Budiana
Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
ABSTRAK
Penyakit Tuberkulosis (TBC) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena mer-
upakan salah satu penyakit infeksi pembunuh utama yang menyerang golongan usia produktif (15-50 tahun)
dan anak-anak serta golongan sosial ekonomi lemah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif survei. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) proses pelayanan kes-
ehatan Puskesmas dalam pengendalian penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor; 2) Model pemberian
informasi yang dilakukan oleh Puskesmas dalam pengendalian penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor;
3) pelayanan pemberian informasi kaitannya dengan tingkat pengetahuan penderita dalam menanggulangi
penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor. Hasil menunjukkan bahwa proses pelayanan kesehatan yang
dilakukan Puskesmas Citeureup dalam pengendalian penyakit TBC mengikuti standar pelayanan puskesmas
yang sudah baku. Dengan mengusung motto Pelayanan Prima, Responsif, Efektif, Strategis, Tangguh, Asih,
Senyum, Sapa, Salam dan Inovatif). Model pelayanan dalm pemberian informasi dilakukan secara anterper-
sona yang dialogis, transaksional, sesuai model sirkuler Schramm. Pelayanan pemberian informasi secara
linier dapat meningkatkan tingkat pengetahuan penderita dalam menanggulangi penyakit TBC di wilayah
Kabupaten Bogor.
Kata-kata kunci: Pola komunikasi, pelayanan kesehatan, pemberian informasi dan komunikasi kesehatan
ABSTRACT
Until now tuberculosis disease (TBC), which infection creates a major health problem, is responsible for
the high mortality rate of society in productive age of 15-50 years old, children and also the weakest social
economic in Indonesia. Method used in this research is descriptive survey. The purpose of this research is
to explore: 1) Puskesmas (Society Health Centre) health service process in controlling TBC disease in Bo-
gor district; 2) Model of information dissemination developed by Puskesmas in controlling TBC in Bogor
district; 3) Information dissemination service in connection with the knowledge of patient about controlling
TBC disease in Bogor district. Result shows that health process services done by Puskesmas at Citeureup
sub-district, Bogor district, strictly follows the standard rules of Puskesmas principle in controlling TBC dis-
ease. The motto of Pelayanan Prima (prime services), Responsif (responsives), Efektif (effective), Strategis
(strategic), Tangguh (tough), Asih (compassion), Senyum (smile), Sapa (greetings), Salam (addressing) dan
Inovatif (innovative). Service model in delivering information is done by using a dialogic interpersonal and
transactional as stated by Schramm. The information dissemination service, linearly, could improve patient’s
level of knowledge in controlling TBC disease in Bogor district.
Keywords: Communication pattern, health service, information dissemination and health communication
Korespondensi: Dra. Kokom Komariah, M.Si. Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21. Email: kokom.komariah66@
yahoo.com
174 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember 2013 hlm 173-185
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menyatakan balik antara komunikator dan komunikan.
bahwa untuk sosialisasi mengenai TBC dengan Komunikasi kesehatan merupakan studi yang
berbagai solusinya telah dilakukan secara masif menekankan peranan teori komunikasi yang
langsung kepada masyarakat maupun melalui dapat digunakan dalam penelitian dan praktik
optimalisasi kader-kader kesehatan yang ada di yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan
lingkungan sekitar puskesmas. pemeliharaan kesehatan. Komunikasi keseha-
Berdasarkan fenomena tersebut maka dapat tan merupakan proses untuk mengembangkan
dirumuskan bagaimana pola komunikasi kes- atau membagi pesan kesehatan kepada audiens
ehatan dalam pelayanan pemberian informasi tertentu dengan maksud mempengaruhi penge-
mengenai penyakit TBC serta kaitannya dengan tahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pili-
tingkat pengetahuan penderita dalam menang- han perilaku hidup sehat.
gulangi penyakit TBCdi wilayah Kabupaten Definisi lain dari komunikasi kesehatan
Bogor? menurut Health Communication Partnership’s
Pola komunikasi merupakan model dari pros- M/MC Health Communication Materials Data-
es komunikasi, sehingga dengan adanya berb- base ialah Seni dan teknik penyebarluasan infor-
agai macam model komunikasi dan bagian dari masi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi
proses komunikasi dapat ditemukan pola yang dan memotivasi individu, mendorong lahirnya
sesuai dan mudah digunakan dalam berkomuni- lembaga atau institusi baik sebagai peraturan
kasi. Proses komunikasi merupakan rangkaian ataupun sebagai organisasi di kalangan audiens
dari aktivitas menyampaikan pesan sehingga yang mengatur perhatian terhadap kesehatan.
diperoleh feedback dari penerima pesan. Dari Komunikasi kesehatan meliputi informasi ten-
proses komunikasi, timbul pola, model, bentuk tang pencegahan penyakit, promosi kesehatan,
dan juga bagian-bagian kecil yang berkaitan kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regula-
erat dengan proses komunikasi. Adapun proses si bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh
komunikasi yang sudah masuk dalam kategori mungkin mengubah dan membaharui kualitas
pola komunikasi yaitu; pola komunikasi komu- individu dalam suatu komunikasi atau mas-
nikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola yarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
komunikasi linear, dan pola komunikasi sirku- pengetahuan dan etika (Liliweri, 2007: 47).
lar.
Pola komunikasi primer merupakan suatu METODE PENELITIAN
proses penyampaian pikiran oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan suatu Penelitian ini bertujuan untuk melihat
simbol sebagai media atau saluran. Pola ko- fenomena pola komunikasi kesehatan dalam
munikasi sekunder adalah proses penyampaian pelayanan pemberian informasi mengenai pen-
pesan oleh komunikator kepada komunikan yakit TBC pada puskesmas di Kabupaten Bo-
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai gor. Agar mendapat gambaran yang lengkap,
media kedua setelah memakai lambang pada penelitian ini menggunakan format deskriptif
media pertama. Pola Komunikasi Linear, disini survey. “Penelitian ini tidak bermaksud men-
mengandung makna lurus yang berarti perjala- cari hubungan atau sebab akibat dari variabel”
nan dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang (Bungin, 2001: 51). Oleh karena itu pada pene-
berarti penyampaian pesan oleh komunikator lian ini tidak menggunakan hipotesis penelitian,
kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi, tetapi menggunakannya dalam kegiatan peng-
dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi umpulan data merupakan suatu keharusan.
dalam komunikasi tatap muka (face to face),
tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola komunikasi sirkular secara harfiah berarti
bulat, bundar atau keliling. Dalam proses sirku- Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
lar itu terjadinya umpan balik, yaitu terjadinya yang diselenggarakan secara bersama-sama
arus dari komunikan ke komunikator, sebaga dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
penentu utama keberhasilan komunikasi. Da- meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan
lam pola komunikasi yang seperti ini proses mengobati penyakit serta memulihkan keseha-
komunikasi berjalan terus yaitu adaya umpan tan perorangan, kelompok, keluarga ataupun
176 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember 2013 hlm 173-185
Gambar 1 Model pemberian informasi yang dilakukan oleh Puskesmas dalam penanggulangan penyakit TBC
di wilayah Kabupaten Bogor
POLA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PELAYANAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
177
MENGENAI PENYAKIT TBC PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR
ikan pelayanan secara prima, dimulai dengan kasi tentang penyakit TBC, petugas juga me-
menyampaikan 3S (senyum, sapa dan salam) mantau pasiennya dalam makan obat-obat yang
kepada pasiennya. diberikan. Petugas melakukan pengecekan sil-
Dalam komunikasi antarpersona tersebut bi- ang antara data minum obat pasien dengan wak-
asanya terjadi secara dialogis dan transaksion- tu pengambilan obat pasien. Dari sana dapat
al, yang memulai bisa dari pasiennya terlebih diketahui apakah pasien konsisten atau tidak
dahulu atau dari petugasnya dan sebaliknya. minum obatnya”. Bahkan menurutnya, apabila
Karenanya diantara keduanya terjadi bergantian pasien berhalangan hadir di hari H pengobatan,
posisi (komunikator dan komunikan, dan proses bisa diambilkan atau berobat sebelum penjad-
encoding dan decoding). walan, supaya obat tidak sampai kehabisan.
Menurut Erna, “Pada pertemuan awal, bi- Proses pemberian informasi penyakit TBC
asanya petugas memberikan informasi seputar yang dilakukan secara antarpersona (petugas
penyakit TBC, mulai dari menjelaskan apa itu dan pasien) ini modelnya dapat ditunjukkan
penyakit TBC, apa obatnya dan cara meminum- dengan model Schramm dalam Gambar 2.
nya, serta tidak kalah pentingnya menjelakan Data deskriptif Variabel Bebas: Pelayanan
bagaimana perilaku pasien yang seharusnya Pemberian Informasi Dalam penelitian ini ter-
guna tidak menularkannya kepada anggota kel- dapat 5 (Lima) sub variabel bebas yaitu unsur
uarganya atau kepada orang lain di tangible, responsiveness, reliability, empathy
lingkungannya. Intinya pasien haru diedu- dan assurance.
kasi berkaitan dengan penyakitnya. Karena Unsur Tangible
penyakit TBC itu dalam pengobatannya perlu Sub variabel tangible terdiri dari 9 item per-
kesabaran dan kedisiplinan, dimana obatnya itu tanyaan. Jawaban dari 44 responden atas kue-
tidak boleh putus. Putus berarti mengulang dan sioner sub variabel tangible dapat terlihat dalam
akan memperpanjang lagi waktu pengobatan”. tabel berikut ini:
Lebih lanjut Erna bertutur, “Selain mengedu-
Untuk mengetahui kategori dari sub variabel Dengan demikian indikator-indikator dari
tangible pemberian informasi, maka dihitung sub variabel tangible pemberian informasi TBC
terlebih dahulu batas interval dengan cara : berada pada kategori baik. Artinya responden
• Skor tertinggi = 5 x 9 x 44 adalah 1980 sudah menilai unsur tangible pemberian infor-
• Skor terendah= 1 x 9 x 44 adalah 396 masi yang meliputi : Ketersediaan alat peraga
• Batas interval = (1980– 396) : 5 adalah sebagai alat penunjang dalam pemberian in-
316,8 formasi TB, Kelengkapan media pemberian
informasi seperti papan pengumuman, edaran,
brosur, poster dan instruksi yang ditempel, dan
Kenyamanan ruangan pelayanan dinilai respon-
den sudah baik.
Untuk mengetahui kategori dari sub variabel • Skor terendah= 1 x 5 x 44 adalah 220
responsiveness pemberian informasi, maka di- • Batas interval = (1100– 220) : 5 adalah
hitung terlebih dahulu batas interval dengan 176
cara:
Dengan demikian indikator-indikator dari Untuk mengetahui kategori dari sub variabel
sub variabel responsiveness pemberian infor- reliability pemberian informasi, yanga dapat di-
masi TBC berada pada kategori baik. Artinya lihat pada Tabel 3, maka dihitung terlebih dahu-
unsur responsiveness menurut sebagian besar lu batas interval dengan cara :
responden mengenai Kecepatan petugas (dok- • Skor tertinggi = 5 x 3 x 44 adalah 660
ter/perawat) dalam melayani pasien, Kesigapan • Skor terendah= 1 x 3 x 44 adalah 132
petugas (dokter/perawat) dalam melayani pa- • Batas interval = (660– 132) : 5 adalah
sien sudah baik. 105,6
Tabel 7 Keterkaitan Pelayanan Pemberian Informasi tentang Penyakit TBC (X) dan tingkat pengetahuan (Y)
linier dapat menaikkan tingkat pengetahuan. an informasi dalam rangka program bimbingan
Dari kelima aspek tersebut aspek tangible, re- ialah kegiatan membantu seeorang dalam men-
liability, assurance memiliki keterkaitan yang genali lingkungannya, terutama tentang kesem-
tinggi dengan tingkat pengetahuan penderita patan-kesempatan yang ada didalamnya, yang
tentang penyakit TBC, sementara aspek empa- dapat dimanfaatkan seseorang baik untuk masa
thy, dan responsiveness memiliki keterkaitan kini maupun masa yang akan datang. Penyaji-
yang sedang namun keduanya terdapat satu an informasi itu dimaksudkan untuk member-
responden yang menjawab rendah. Disamping ikan wawasan kepada para seseorang sehingga
itu temuan peneliti memunculkan bahwa dua ia dapat menggunakan informasi itu baik untuk
item pada subvariabel tangible yaitu penampi- mencegah atau mengatasi kesulitan yang dih-
lan yang menarik dan kerapihan serta kebersi- adapinya, serta untuk merencanakan masa de-
han petugas (perawat dan dokter) bersifat tidak pan. Perencanaan kehidupan ini mencakup, ke-
valid terkait dengan tingkat pengetahuan dari hidupan dalam studinya, dalam pekerjaannya,
penderita terhadap TBC. maupun dalam membina keluarga.
Paru-paru merupakan salah satu organ pent- Sedangkan Winkel &Sri Hastuti (2006: 316-
ing manusia yang bertugas sebagai tempat per- 317) menjelaskan bahwa layanan informasi
tukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan adalah usaha untuk membekali para seseorang
mengeluarkan karbondioksida yang merupakan dengan pengetahuan tentang data dan fakta
sisa hasil pernafasan yang harus dikeluarkan dibidang tertentu, supaya mereka dengan be-
dari tubuh, sehingga kebutuhan manusia akan lajar tentang lingkungan hidupnya lebih mam-
oksigen terpenuhi. Paru-paru mempunyai per- pu mengatur dan merencanakan kehidupann-
anan penting bagi manusia dan mempunyai tu- ya sendiri. Dari beberapa pengertian tentang
gas yang berat dalam mengambil oksigen dari layanan informasi diatas dapat diambil kesim-
udara, belum lagi udara yang kita hirup sema- pulan bahwa layanan informasi adalah suatu
kin tercemar oleh berbagai bibit penyakit yang kegiatan atau usaha untuk membekali para ses-
dapat menimbulkan penyakit paru-paru, salah eorang tentang berbagai macam pengetahuan
satunya penyakit TBC. supaya mereka mampu mengambil keputusan
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri my- secara tepat dalam kehidupannya.
crobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat Adapun metode layanan informasi menurut
menular melalui percikan ludah saat penderita Prayitno &Erman Amti (2004: 269-271) Pem-
batuk. Penyakit ini ditandai gejala seperti batuk berian informasi kepada seseorang dapat dilaku-
berdahak yang lebih dari tiga minggu atau ba- kan dengan berbagai cara sebagai berikut:
tuk yang mengeluarkan darah. Ceramah. Ceramah merupakan metode pem-
TBC menyebar melalui udara dan ditularkan berian informasi yang paling sederhana, mudah
melalui batuk dan bersin. Proses penularan dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat
terjadi ketika seorang yang memiliki penya- dilakukan hampir oleh setiap petugas.
kit tubercolusis aktif batuk atau bersin hingga Diskusi. Penyampaian informasi pada seseo-
menyebarkan kuman ke udara. Kuman tersebut rang dapat dilakukan melalui diskusi. Diskusi
terhirup oleh orang yang berada didekatnya dan semacam ini dapat diorganisasikan baik oleh
mengakibatkan orang tersebut terinfeksi kuman petugas sendiri mapun oleh konselor.
TBC. Buku panduan. Buku-buku panduan (seper-
Menurut Prayitno & Erman Amti (2004: 259- ti buku panduan kesehatan) dapat membantu
260) layanan informasi adalah kegiatan mem- seseorang dalam mendapatkan informasi yang
berikan pemahaman kepada individu-individu berguna.
yang berkepentingan tentang berbagai hal yang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau tangibilitas pelayanan informasi yang diberikan
kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu oleh petugas kesehatan menunjukkan keterkai-
tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan tan yang tinggi dengan tingkat pengetahuan pa-
demikian, layanan informasi itu pertama-tama sien mengenai penyakit TBC. Dengan demikian
merupakan perwujudan dari fungsi pemahaman informasi mengenai penyakit TBC yang sudah
dalam bimbingan dan konseling. diberikan oleh petugas pelayann telah me-
Menurut Budi Purwoko (2008: 52) penyaji- menuhi syarat sebagai informasi mengacu pada
184 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember 2013 hlm 173-185
definisi informasi dari Wilbur Scrhamm, yaitu: Kemudahan petugas untuk dihubungi pasien,
segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian kemampuan dalam memahami keinginan dan
atau mengurangi jumlah kemungkinan alternat- kebutuhan pasien, serta kemampuan petugas
if dalam situasi (Rakhmat, 2007: 223). berkomunikasi dengan pasien merupakan rasa
Artinya, tingkat pengetahuan yang dimiliki empati petugas terhadap pasien, tetapi rasa em-
pasien mengenai penyakit TBC dapat disebab- pati tersebut belum dapat meningkatkan pen-
kan oleh adanya informasi yang diberikan petu- getahuan pasien tentang penyakit TBC secara
gas pelayanan, dan mampu mengurangi ketida- signifikan artinya empati memiliki keterkaitan
kpastian yang dimiliki pasien dalam menangani yang rendah dengan tingkat pengetahuan. Hal
penyakit TBC yang diterimanya. Contohnya: tersebut sesuai dengan pendapat Simon yang
pasien menjadi memiliki pengetahuan menge- menyatakan bahwa “Ada hubungan positif an-
nai cara-cara atau langkah-langkah yang harus tara kesamaan dengan rasa percaya dan hormat,
mereka lakukan agar mereka dapat segera ter- tetapi hubungannya lemah” (dalam Rakhmat,
bebas dari penyakit tersebut. 2007: 264). Sementara menurut Roger “Orang
Selanjutnya, jaminan pelayanan informasi mudah berempati dan merasakan perasaan
yang diberikan petugas pelayanan kesehatan, orang lain yang dipandangnya sama dengan
meliputi sikap yang sopan yang diberikan saat mereka juga menunjukkan bahwa kesamaan
memberikan pelayan kesehatan bagi pasien antara komunikator dan komunikate memudah-
TBC. Sikap sopan dan santun yang ditunjukkan kan terjadinya perubahan pendapat” (dalam Ra-
petugas pelayanan kesehatan memberikan kes- khmat, 2007: 262).
an bahwa petugas pelayanan memiliki kemau-
an atau niat baik dalam memberikan pelayanan SIMPULAN
kesehatan bagi pasien. Faktor kemauan dipen-
garuhi oleh kecerdasan, dan energi yang diper- Proses pelayanan kesehatan Puskesmas da-
lukan untuk mencapai tujuan (Rakhmat, 2007: lam penanggulangan penyakit TBC di wilayah
43). Kabupaten Bogor, khususnya di wilayah Citeu-
Berikutnya faktor keterandalan, faktor akur- reup sudah berjalan sesuai standar pelayanan
asi pemberian diagnosis yang diberikan petugas puskesmas. Pelayanan poli TBC diadakan pada
pelayanan kesehatan meningkatkan pengeta- setiap hari Rabu. Dengan mengusung motto pe-
huan pasien mengenai kondisi penyakit yang layanan PRESTASI.
dideritanya. Akurasi hasil diagnosis mening- Model pemberian informasi yang dilakukan
katkan tingkat keterpercayaan pasien terhadap oleh Puskesmas dalam penanggulangan pen-
petugas pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai yakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor, khu-
dengan penyataan bahwa kepercayaan mem- susnya di wilayah Citeureup sudah memenuhi
berikan perspektif pada manusia dalam mem- kebutuhan informasi bagi petugas dan pasien.
persepsi kenyataan dan memberikan dasar pen- Bentuk komunikasi dalam pemberian informasi
gambilan keputusan (Rakhmat, 2007: 42). antarpersona dan model komunikasi sirkuler.
Kecepatan dan kesigapan dalam melayani Pelayanan pemberian informasi tentang pen-
pasien, kemutakhiran alat-alat dan fasilitas yakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor, khu-
pelayanan serta kemudahan memperoleh atau susnya di wilayah Citeureup sudah baik, hal ini
mengakses media informasi yang merupa- dapat dilihat dari pengetahuan penderita yang
kan indikator dari unsur responsiveness telah cukup tentang penyebab, gejala, cara pencegah-
dilakukan petugas dengan baik, tetapi belum an, dan pengobatan terhadap penyakit TBC.
dapat meningkatkan pengetahuan pasien se- Sedangkan saran dari penelitian ini antara
cara signifikan. Menurut Rakhmat “Orang akan lain:
menerima pengaruh karena perilaku yang dian- Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
jurkan itu esuai dengan sistem nilai yang dimi- bahwa pelayanan dari petugas dan pengetahuan
likinya. Kita menerima gagasan, pkiran, atau penderita tentang penyakit TBC sudah cukup
anjuran orang lain, karena gagasan, pikiran, baik. Namun ternyata masih ditemukan adanya
atau anjuran tersebut berguna untuk memecah- tingkat kegagalan yang cukup significan yai-
kan masalah, menunjukkan arah, atau dituntut tu 25 %. Hal ini disebabkan kurangnya kedi-
oleh sistem nilai kita.” (Rakhmat. 2007: 256) siplinan penderita dalam meminum obat. Untuk
POLA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PELAYANAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
185
MENGENAI PENYAKIT TBC PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR
itu petugas selalu mengingatkan pasiennya un- Graeff, A. J., dkk. (1996). Komunikasi dalam
tuk minum obat secara teratur kesehatan dan perubahan perilaku. Yogya-
Untuk lebih meningkatkan pelayanan kese- karta: Gadjah Mada University Press.
hatan hendaknya, aspek keterjangkauan tidak Moeleong, Lexy. (2006). Penelitian kualitatif.
melulu dari sudut biaya. Tetapi mewujudkan Bandung: Remaja Rosda Karya.
keadaan seperti ini harus dapat diupayakan Liliweri, Alo. (2007). Dasar-dasar komunikasi
pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan antarbudaya. Yogyakarta: Pelajar Pustaka.
biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan ke- Prayitno & Amti, Erman. (2004). Dasar-dasar
mampuan ekonomi masyarakat. BK. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwoko, Budi.(2008). Organisasi dan man-
DAFTAR PUSTAKA agemen bimbingan konseling. Surabaya: Un-
esa University Press.
Ahmad, A. S. (2006). Panduan komunikasi kes- Rakhmat, J. (2004). Metode penelitian komuni-
ehatan. Yogyakarta: Indarti. kasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Azwar, S. (2005). Sikap manusia, teori dan _________. (2007). Psikologi komunikasi.
pengukurannya. Yogyakarta: Penerbit Pusta- Bandung: Remaja Rosdakarya.
ka Belajar. Sugiyono. (2013). Metode penelitian manaje-
Azwar, A. (1996). Pengantar administrasi men pendekatan: kuantitatif, kualitatif, kom-
kesehatan (Edisi Ketiga). Jakarta: Binarupa binasi, penelitian tindakan dan penelitian
Aksara evaluasi. Bandung: Alfabeta.
Baskoro, A. (2008). Komunikasi kesehatan. Yo- Winkel, W. S. & Hastuti, S. (2006). Bimbingan
gyakarta: Banyu Media. dan konseling di institusi pendidikan. Yogya-
Bungin, B. (2001). Metode penelitian kuanti- karta: Media Abadi
tatif dan kualitatif. Yogyakarta. Gajahmada Kabupaten Bogor. Diakses dari http://dinkes.
Press. bogorkab.go.id