Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Definisi

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir dari perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Menurut Undang Undang No. 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang

telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014, p.4).

Para ahli membedakan kategori usia lanjut diantaranya (Setiawan :

Tamher & Noorkasiani, 2009, p.1) :

a. Usia kronologis dihitung dengan tahun kalender. Di Indonesia dengan

usia pensiun 56 tahun, barang kali dapat dipandang sebagai batas

seseorang mulai memasuki usia lanjut.

b. Usia biologis adalah usia yang sebenarnya. Dimana biasanya

diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis.

Selain itu, menurut Departemen Kesehatan RI dikenal pula usia

psikologis, yaitu dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk dapat

mengadakan penyesuaian terhadap setiap situasi yang dihadapi (Tamher &

Noorkasiani, 2009, p.1).

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan

proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari

luar dan dalam tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

9
10

2. Klasifikasi Lansia

a. Menurut WHO (Nugroho, 2008), klasifikasi lansia adalah :

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

b. Menurut Depkes RI , 2003 klasifikasi lansia adalah :

1) Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2) Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia resiko tinggi

Seseorang yang serusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4) Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5) Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain.

3. Perubahan Pada Lansia

Perubahan pada lansia menurut Nugroho (2008) yaitu :

a. Perubahan fisik dan fungsi


11

1) Sel

Pada lansia mengalami penurunan jumlah sel dan ukuran

selnya akan lebih besar. Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular

berkurang. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati

menurun, jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel

terganggu, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%, lekukan

otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.

2) Sistem persarafan

Sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya, pada

lansia berat otak menurun 10-20%, terjadi penurunan hubungan

persarafan, respons dan waktu bereaksi lambat khususnya terhadap

stres, saraf panca indra mengecil, penglihatan berkurang,

pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil,

lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan

terhadap dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan dan terjadi

defisit memori.

3) Sistem pendengaran

Gangguan pada pendengaran. Hilangnya daya pendengaran

pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, membran

timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis, fungsi

pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan/stres.
12

4) Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar

menghilang, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih

suram, menjadi katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar,

daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat

dalam gelap, hilangnya daya akomodasi, lapang pandang menurun,

luas pandangan berkurang, daya membedakan warna menurun.

5) Sistem kardiovaskular

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas aorta

menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun sesudah berumur 20 tahu. Hal ini menyebabkan

kontraksi dan volume menurun. Curah jantung menurun, pembuluh

darah kehilangan elastisitasnya, kinerja jantung lebih rentan

terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan, tekanan darah

meningkat akibat resistensi pembuluh darah perifer yang

meningkat.

6) Sistem pengaturan suhu tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai

suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu.

Kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi.

Yang sering ditemui antara lain :

a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±

350 C ini akibat metabolisme yang menurun.


13

b. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan

dapat pula menggigil, pucat dan gelisah.

c. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat

memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi

penurunan aktivitas otot.

7) Sistem pernapasan

Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi,

kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku,aktivitas silia menurun,

paru kehilangan elastisitasnya, kapasitas residu meningkat,

menarik napas lebih berat, ukura alveoli melebar, berkurangnya

elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun menjadi 75

mmHg, refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang, sering

terjadi emfisema senilis, kemampuan pegas dinding dada dan

kekuatan otot pernapasan menurun seiring pertambahan usia.

8) Sistem pencernaan

Kehilangan gigi sebagai penyebab utama periodontal disease

yang biasa terjadi setalah umur 30 tahun, indra pengecap menurun,

adanya iritasi selaput lendir yang kronis, esofagus melebar, rasa

lapar menurun, peristaltik lemah, fungsi absorpsi melemah dan hati

mengecil serta tempat penyimpanan menurun dan aliran darah

berkurang.

9) Sistem reproduksi

Pada wanita, vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari

menciut, uterus mengalami atrofi, terhadi atrofi payudara dan


14

pulva, selaput lendir vagina menurun. Sedangkan pada pria, testis

masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan

secara berangsur angsur, dorongan seksual menetap sampai usia di

atas 70 tahun asal kondisi kesehatannya baik.

10) Sistem genitourinaria

Ginjal mengecil akibat atrofi pada nefron, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang,

akibatnya kemampuan mengonsentrasi urin menurun, berat jenis

urin menurun, proteinuria dan nilai ambang ginjal terhadap glukosa

meningkat. Otot otot kandung kemih lemah, kapasitasnya menurun

sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni

meningkat. Pada pria lansia kandung kemih sulit dikosongkan

sehingga mengakibatkan retensi urin meningkat. Pria usia 65 tahun

ke atas sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga lebih

kurang 75% dari besar normal.

11) Sistem endokrin

Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktifitas

tiroid basal metabolis rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi

aldosterone, serta sekresi hormon kelamin seperti progesterone,

estrogen dan testosteron.

12) Sistem integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit cendrung kusam, kasar dan bersisik, timbul bercak

pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada


15

permukaan kulit sehingga tampak bintik bintik atau noda cokelat,

terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, kulit kepala dan

rambut menipis, kuku jari menjadi keras dan rapuh.

13) Sistem muskuloskeletal

Tulang kehilangan densitasnya (cairan) dan semakin rapuh,

gangguan tulang terjadi, yakni mudah mengalami demineralisasi,

kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,

pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat

pada area tulang tersebut, kartilago yang meliputi permukaan sendi

tulang penyangga rusak, mengalami kifosis, gangguan gaya

berjalan, kekakuan jaringan penghubung, persendian membesar

dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis,

terjadi atrofi serabut otot, aliran darah ke otot berkurang.

b. Perubahan mental

Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan mental adalah

perubahan fisik khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat

pendidikan, keturunan, dan lingkungan. Perubahan kepribadian yang

drastis, keadaan ini jarang terjadi, lebih sering berupa ungkapan yang

tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain

misalnya penyakit.
16

1) Kenangan (memori)

Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari

yang lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka

pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk (bisa ke

arah demensia).

2) Intelegentia quation (IQ)

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal. Penampilan, persepsi, dan keterampilan

psikomotor berkurang, terjadi perubahan pada daya

membayangkan karena tekanan faktor waktu.

c. Perubahan Psikososial

Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan

identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila

mengalami pensiun (purnatugas, seseorang akan mengalami

kehilangan antara lain :

1) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup

tinggi, lengkap dengan semua fasilitas)

3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi

4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan

5) Merasakan atau sadar akan kematian


17

4. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson (Dewi, 2014, p.7) kesiapan lansia untuk beradaptasi

terhadap tugas perkembangan lansia dipengaruhi oleh proses tumbuh

kembang pada tahap sebelumnya.

Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.

c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

d. Mempersiapkan kehidupan baru.

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara

santai.

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

Sedangkan tugas perkembangan lansia menurut Burnside et al

(Potter and Perry, 2005, p.732) yaitu :

a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan atau penetapan

pendapatan

c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup

f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

g. Menemukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup


18

B. Kekuatan Otot

1. Pengertian

Kekuatan otot adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam

sekali usaha maksimal. Usaha maksimal ini dilakukan oleh otot secara

umum adalah kekuatan sistem otot secara keseluruhan dalam

mengatasi suatu tahanan (Atmojo, 2008 : Mudrikhah, 2012).

Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk menghasilkan

tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis

maupun statis atau dengan kata lain kekuatan otot merupakan

kemampuan maksimal otot untuk berkontraksi (Bambang : Kurnia,

2017, p.30).

Kekuatan otot mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu

kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan gaya

hidup dan penurunan penggunaan sistem neuromuskular adalah

penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot. Kerusakan otot

terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara umum

pada organ dan jaringan tubuh (Stanley & Beare, 2007, p.154).

2. Pengukuran Kekuatan Otot

Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan

pengujian otot secara manual yang disebut dengan Manual Muscle

Testing (MMT). Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui

kemampuan mengkontraksikan otot secara volunter (Pudjiastuti &

Utomo, 2003, p.33).


19

Kekuatan otot dinilai dari perbandingan antara kemampuan

pemeriksa dengan kemampuan untuk melawan tahanan otot volunter

secara penuh dari klien. Untuk menentukan apakah kekuatannya

normal, maka umur klien, jenis kelamin, dan bentuk tubuh harus

diperhitungkan (Muttaqin, 2011, p.109).

Menurut Muttaqin (2011) Pengukuran kekuatan otot dinyatakan

dengan menggunakan angka 0-5 yaitu :

Tabel 2.1 Derajat Kekuatan Otot (Muttaqin, 2011)

Skala Derajat Kekuatan Otot


Tidak Ada 0 Paralis total/tidak ditemukannya kontraksi pada
otot
Sedikit 1 Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa
perubahan dari tonus otot yang dapat diketahui
dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan
sendi.
Buruk 2 Otot hanya mampu menggerakkan persendian
tetapi kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh
gravitasi
Sedang 3 Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga
dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak
kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh
pemeriksa.
Baik 4 Kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai
dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang
ringan.
Normal 5 Kekuatan otot normal

Keterangan :
Kuat = 4-5
Tidak kuat = 1-3

3. Cara mengukur kekuatan otot dengan menggunakan MMT

Saat mengukur kekuatan otot, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu (Pudjiastuti & Utomo, 2003, p.35) :


20

a. Posisikan lansia sedemikian rupa sehingga otot mudah

berkontraksi sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus

memungkinkan kontraksi otot dan gerakan mudah diobsevasi.

b. Bagian tubuh yang akan diperiksa harus terbebas dari pakaian yang

menghambat.

c. Usahakan lansia dapat berkonsentrasi saat dilakukan pengukuran.

d. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan

e. Bagian otot yang akan diukur ditempatkan pada posisi

antigravitasi. Jika otot terlalu lemah, maka sebaiknya lansia

ditempatkan pada posisi telentang.

f. Bagian proksimal area yang akan diukur harus dalam keadaan

stabil untuk menghindari kompensasi dari otot yang lain selama

pengukuran.

g. Selama terjadi kontraksi gerakan yang terjadi di observasi baik

palpasi pada tendon atau otot.

h. Tahanan diperlukan untuk melawan otot selama pengukuran.

i. Lakukan secara hati hati, bertahap dan tidak tiba tiba.

j. Catat hasil pengukuran pada lembar observasi.

4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot

Menurut Lesman (Dewi, 2014), faktor faktor yang mempengaruhi

kekuatan otot adalah :

a. Penampang melintang otot

Semakin besar penampang melintang otot, semakin besar tenaga

yang dihasilkan.
21

b. Kekuatan dan kekakuan jaringan penghubung

Tenaga kontraksi tergantung pada integritas dari jaringan

penghubung dan tendon.

c. Jenis kontraksi otot

Kekuatan otot yang timbul tergantung pada jenis kontraksi yaitu

kontraksi isotonik atau kontraksi isometrik.

d. Usia dan kebugaran fisik

Puncak kekuatan dicapai pada umur 18-27 tahun dan menurun

bertahap setelah itu.

e. Hormon

Kekuatan otot pada laki laki setelah masa pubertas dipengaruhi

oleh hormon seks pria yaitu testosteron yang mempunyai efek

anabolik yang salah satunya penting dalam mempertahankan masa

otot jaringan tulang.

f. Jenis kelamin

Kekuatan otot wanita lebih lemah dibandingkan dengan kekuatan

otot laki laki.

g. Faktor psikologis

Subjek harus dimotivasi untuk menghasilkan kekuatan otot yang

maksimum.
22

Gambar : 2.1

Gambar: 2.2
23

Gambar: 2.3

Gambar: 2.4

C. Keseimbangan fisik

1. Pengertian

keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan proyeksi

pusat tubuh pada landasan penunjang baik saat berdiri, duduk, transit

dan berjalan (Winter,1995 dalam Howe , et al 2008). Keseimbangan di


24

butuhkan untuk mempertahankan posisi dan stabilitas ketika bergerak

dari satu posisi ke posisi yang lain (Lee& Scudds, 2003).

Keseimbangan juga merupakan bereaksi secara cepat dan efisien

untuk menjaga stabilitas postural sebelum, selama, dan setelah

pergerakan serta dalam berespon terhadap gangguan eksternal.

Keseimbangan dipertahankan oleh integrasi yang dinamik dari faktor

internal dan eksternal yang melibatkan lingkungan (Gribble &

Hertel,2004 dalam Cetin,2008)

Keseimbangan ada dua tipe yaitu keseimbangan statis dan

keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis mempertahankan posisi

yang tidak bergerak atau berubah sedangkan keseimbangan dinamis

melibatkan control tubuh karena tubuh bergerak dalam ruang (National

Throws Coaches Association).

Banyak cara yang dilakukan untuk melakukan pengukuran

keseimbangan, beberapa diantaranya Ber Balance Scale (BBS), Timed

Up and Go Test (TUGT), Tinetti Performance Orientated Mobility

Assessment (POMA), Functional Teach Test (FRT) dan Lateral Reach

Test (LRT). TUGT, FRT, dan LRT merupaka tes pengukuran

keseimbangan yang tidak membutuhkan waktu yang lama.

Perbedaannya adalah TUGT untuk mengukur keseimbangan statis dan

dinamis, sedangkan FRT dan LRT hanya mengukur keseimbangan

statis. BBS dan POMA merupakan pengukuran keseimbangan dengan

panduan item . pada0 BBS menggunakan 14 item sedangkan POMA


25

menggunakan 14 item ditambah 10 item untuk mengukur gaya

berjalan.

2. Aktivitas Keseimbangan Fisik

Aktivitas fisik merupakan beberapa pergerakan tubuh yang

dibentuk dari otot-otot skeletal dan menghasilkan pengeluaran energi

yang diekspresikan dengan kilokalori serta dapat dilakukan pada

lingkup pekerjaan, waktu luang dan aktivitas rutin sehari-hari (Pender,

Murdaugh, &Person, 2001). Aktivitas fisik juga dapat terjadi dalam

melakukan aktivitas seperti pekerjaan rumah, berkebun, melakukan

hobi, rekreasi dan olahraga (Allender & Spradley, 2001). Kategori

aktivitas fisik dibagi berdasarkan tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas.

Aktivitas fisik dapat dilakukan dengan frekuensi 1-3 kai seminggu dan

durasi 15-60 menit.

Aktivitas fisik dapat dibagi menjadi ringan, sedang (moderate) dan

berat (vigorous) (Pender et al., 2001). Rekomendasi untuk melakukan

aktivitas fisik moderate adalah dilakukan setiap hari, durasi selama 30

menit sehari melalui kombinasi aktivitas, intensitas 3,5-7 kkal/menit

atau 3-6 METS dengan frekuensi nadi maksimalkurang dari 60%. Jenis

aktivitas moderat seperti berjalan cepat, bersepeda di jalan yang lapang

dan lurus, berenang dan berdansa. Rekomendasi dalam melakukan

aktivitas fisik vigorous adalah melakukan seminggu 3 kali, durasi

selama 20 menit sehari, intensitas lebih dari 7 kkal/menitatau lebih dari

6 METS dengan frekuensi nadi maksimal 60%atau lebih. Jenis


26

aktivitas vigorous misalnya jogging, berenang berkali-kali, bersepeda

di jalan yang menanjak, dan berenang (Pender et al., 2001).

Berg balance scale test dikembangkan untuk mengukur

keseimbangan penurunan fungsi dengan menilai pelaksanaan tugas

fungsional. Test ini digunakan untuk mengukur kemampuan

keseimbangan statis dan dinamis. Berg balance scale umumnya

dianggap sebagai standar emas untuk test keseimbnagan fungsional.

Test ini sangat cocok untuk melakukan tindakan evaluasi, efektifitas,

intervensi, dan kuantitatif. Scoring sebuah skala lima poin, mulai 0-4.

“0” menunjukkan tingkat terendah dan fungsi “4” tingkat tertinggi

fungi.

Tabel 2.2
Test Berg Balance Scale

No Item yang dinilai SKOR NILAI

1. Duduk ke berdiri 4 = mampu berdiri tanpa


Instruksi : tolong berdiri, menggunakan tangan
cobalah untuk tidak 3 = mampu untuk berdiri
menggunakan tangan sebagai namun menggunakan
sokongan bantuan tangan
2 =mampu berdiri
manggunakan setelah
beberapa kali mencoba
1 = membutuhkan bantuan
minimal untuk berdiri
0 = membutuhkan bantuan
sedang taua maksimal
untuk berdiri
2. Berdiri tanpa bantuan 4= mampu berdiri selama
Instruksi : berdirilah selama dua dua menit
menit tanpa berpegangan 3= mampu berdiri selama
dua menit dengan
penawasan
2 = mampu berdiri selama
30 detik tanpa bantuan
27

1 = membutuhkan beberapa
kali untuk mencoba berdiri
selama 30 detik tanpa
bantuan
0 = tidak mampu brdiri
selama 30 detik tanpa
bantuan
3. Duduk tanpa sandaran punggung 4 = mampu duduk dengan
tetapi kaki sebagai tumpuan di aman selama 2 menit
lantai 3 = mampu duduk selama
Instruksi : duduklah kembali dua menit dii bawah
melipat tangan anda selama 2 pengawasan
menit 2 = mampu duduk
selama30 detik
1 = mampu duduk selama
10 detik
0 = tidak mampu duduk
tanpa bantuan selama 10
detik
4. Berdiri ke duduk 4 = duduk dengan aman
Instruksi : silahkan duduk dengan penggunaan
minimal tangan
3 = duduk menggunakan
bantuan tangan
2 = menggunakan bantuan
bagian belakang kaki untuk
turun
1 = duduk mandiri tapi
tidak mampu mengontrol
pada saat dari berdiri ke
duduk
0 = membutuhkan bantuan
untuk duduk
5. Berpindah 4 = mampu berpindah
Instruksi : buatlah kusi dengan sedikit penggunaan
bersebelahan minta klien untuk tangan
berpindah ke kursi yang 3= mampu berpindah
memiliki penyagga tangan dengan bantuan tangan
kemudian kearah kursi yang 2 = mampu berpindah
tidak memiliki penyangga dengan isyarat verbalatau
tangan pengawasan
1 = membutuhkan
seseoranguntuk membantu
0 = membutuhkan dua
orang untuk membantu atau
mengawasi
6. Berdiri tanpa bantuan dengan 4 = mampu berdiri selama
mata tertutup 10 detik dengan aman
28

Instruksi : tutup mata anda dan 3 = mampu berdiri selama


berdiri selama 10 detik 10 detik dengan aman
2 = mampu berdiri selama
30 detik
1 = tidak mampu menahan
mata agar tetap tertutup
tetapi tetap beridi dengan
aman
0 = membutuhkan bantuan
agar tidak jatuh
7 Berdiri tanpa bantuan dengan 4 = mampu merapatkan
dua kali rapat kaki dan berdiri satu menit
Instruksi : rapatkan kaki anda 3 = mampu merapatkan
dan berdirilah tanpa kaki dan berdiri satu menit
berpegangan dengan pengawasan
2 = mampu merapatkan
kaki tetapi tidak dapat
bertahan selama 30 detik
1 = membutuhkan bantuan
untuk mencapai posisi
diperintahkan tetapi mampu
berdiri selama 15 detik
0 = membutuhkan bantuan
untuk mencapai posisi dan
tidak dapat bertahan
selalama 15 detik
8. Meraih ke depan dengan 4 = mencapai 25cm ( 10
menguluhkan tangan ketika inchi )
berdiri 3 = mencapai 12cm ( 5
Instruksi : letakkan tangan 90 inchi )
derjat rengangkan jari anda dan 2 = mencapai 5 cm ( 2 inchi
railah semampu anda ( penguji )
meletakkan pengaris untuk 1 = dapat meraih tapi
mengukur jarak antara jari memerlukan pengawasan
dengan tubuh) 0 = kehilangan
keseimbangan ketika
mancoba/ memerlukan
bantuan
9. Mengambil objek dari lantai dari 4 = mampu mengambil
posisi berdiri dengan mudah dan aman
Instruksi : ambilah sepatu atau 3 = mampu mengambil
sandal di depan kaki anda tetapi membutuhkan
pengawasan
2 = tidak mampu
mengambil tetapi meraih 2-
5 cm dari benda dan
dapatmenjagakeseimbangan
1 = tidak mampu
29

mengambil dan memrlukan


pengawasanketika mencoba
0 = tidak dapat mencoba
membutuhkan bantuan
untuk mencegah hilangnya
keseimbangan atau terjatuh
10. Melihat ke belakang melewati 4 = melihat ke belakang
bahu kansn dan kiri ketika darikedua sisi
berdiri 3 = melihat ke belakang
Instruksi : tengoklah ke hanya dari satu sisi
belakang melewati bahi kiri 2 = hamya mampu melihat
lakukan kembali ke arah kanan ke sampingtetapi dapat
menjaga keseimbanaga
1 = membutuhkan
pengawasan ketika
menengok
0 = membutuhkan bantuan
untuk mencegah
ketidakseimbangan atau
terjatuh
11 Berputar360 derajat 4 = mampu berpuar 360
Instruksi : berputarlah satu derajat dengan aman
lingkaran penu, kemudian ulangi selama 4detik atau kurang
lagi dengan arah yang 3 = mampu berputar 360
berlawanan derajat haya dari satu sisi
selama empat detik atau
kurang
2 = mampu berputar 360
derajat tetapi dengan
gerakan yang lambat
1 = membutuhkan
pengawasan atau isyarat
verbal
0 = membutuhkan bantuan
untuk berputar
12. Menepatkan kaki 4 = mampu berdiri mandiri
secarabergantian pada sebuah dan malakukan pijakan
pijakan ketika berdiri tanpa dalam 20 detik
bantuan 3 = mampu berdiri mandiri
Instruksi : tempatkan secar dan melakukan 8 kali
bergantian satiap kaki pada pijakan > 10 detik
sebuah pijakan lanjutkan sampai 2 = mampu melakukan 4
setiap kaki menyentuh pijakan pijakan tanpa bantuan
selama 4 kali 0 = membutuhkan
bantuanuntuk mencegah
jatuh tidak mampu
malakukan
13. Bediri tanpa bantuan satu kaki di 4 = mampu menempatkan
30

depan kaki lainya ke dua kaki ( tandem ) dan


Instruksi : tempatkan langsung menahan selama 30 detik
satu kaki di depan kaki lainya 3 = mampu memajukan
jika merasa tidak bisa cobalah kaki dan menahan selama
melangkah sejauh yang anda 30 detik
bisa 2 = mampu membuat
langkah kecil dan menahan
selama 15 detik
1 = membutuhkan bantuan
untuk melangkah dam
mampu menahan selama 15
detik
0 = kehilangan
keseimbangan ketika
melangkahatau berdiri
14. Berdiri dengan satu kaki 4 = mampu mengangkat
Instruksi : berdirilah dengan satu kaki dan menahan > 10
kaki semampu anda tanpa detik
berpegangan 3 = mampu mengangkat
kaki dan menahan 5-10
detik
2 = mampu mengangkat
kaki dan menahan > 3 detik
0 = tidak mampu mencoba

Keterangan:
Tidak Seimbang = 0-40
Seimbang = 41-60
31

Gambar : 2.4

Gambar: 2.5

D. Resiko jatuh
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering dialami oleh lansia

akibat proses penuaan (Pudjiastuti, 2003). Jatuh dapat menggakibatkan

trauma serius, seperti nyeri, kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini

menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa percaya diri sehingga lansia

membatasi aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan menurunnya


32

kualitas hidup pada lansia yang mengalaminya (Stocslager & Schaeffer,

2008). Untuk mengatasi masalah akibat jatuh inilah diperlukan

penanganan yang sesuai untuk mencegah kejadian jatuh. Jatuh dapat

dicegah dengan melakukan penilaian terhadap gaya berjalan lansia

(Stanley dan bare, 2006).

Faktor Predisposisi jatuh pada lansia terbagi menjadi : Faktor

Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Instrinsik meliputi: usia, penurunan

status kesehatan, perubahan status mental, imobilisasi dan perubahan

status fungsional. Faktor Ekstrinsik meliputi kondisi lingkungan seperti

pencahayaaan yang kurang, lantai licin, penempatan perabot yang kurang

tepat, dan pemakaian alas kaki yang tidak pas. Jatuh yang terjadi pada

lansia berawal dari munculnya faktor instrinsik yang menurunkan

kemampuan lansia untuk pengaturan lingkungan.

a. Faktor intrinsic

Perubahan pada lansia yang meliputi postur, gaya berjalan,

keseimbangan dan penurunan penglihatan meningkatkan resiko

terjadinya jatuh pada lansia. Perubahan postur umum terjadi pada

lansia akibat penurunan kekuatan dan fleksibelitas.

1) Postur dan keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan koordinasi pada posisi

berdiri dan bereaksi mencegah jatuh bergantung pada koordinasi

sistem musculoskeletal, neurolodi dan sistem penglihatan.

2) Gaya berjalan
33

Gaya berjalan pada lansia ditandai dengan penurunan kecepatan,

langkah kaki diseret, langkah pendek, langkah ragu, penurunan

lambaian tangan dan postur membungkuk. Perubahan kecepatan

pergerakan dan kemampuan untuk mempertahankan postur tubuh

tegak dapat mempengaruhi keseimbangan lansia dan meningkatkan

resiko jatuh pada lansia.

3) Penglihatan

Penurunan penglihatan meningkatkan resiko jatuh pada lansia

karena dapat menurunkan kemampuan lansia untuk memfokuskan

objek yang berada pada jarak jauh dan menurunkan kemampuan

lansia untuk menentukan jarak. Penurunan tajam penglihatan dapat

memperparah perubahan gaya berjalan lansia karena penglihatan

sangat diperlukan untuk mempertahankan kestabilan dalam

berjalan.

b. Faktor ekstrinsik

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

jatuh pada lansia, diantaranya :

1) Program Latihan

Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa latihan dapat

menurunkan resiko jatuh sacar signifikan pada lansia. Latihan

dapat membantu memperbaiki kelemahan otot, gangguan

keseimbangan dan gangguan gaya berjalan pada lansia. Program


34

latihan yang di rancang untuk mencegah jatuh umumnya dilakukan

dua hingga tiga kali perminggu.

Tabel 2.3 Skala Morse

No Pengkajian Skala
1 Riwayat jatuh, apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan Tidak 0
terakhir? Ya 25
2 Diagnose sekunder, apakah lansia memiliki lebih dari Tidak 0
satu penyakit? Ya 25
3 Alat bantu jalan:
 Bed rest/dibantu perawat 0
 Kruk/ tongkat/ walker 15
Berpegangan pada benda-benda disekitar 30
(kursi,lemari,meja)
4 Terapi intravena, apakah saat ini lansia terpasang infuse? Tidak 0
Ya 20
5 Gaya berjalan/gaya berpindah
 Normal/bed rest/immobile (tidak dapat bergerak 0
sendiri)
 Lemah (tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal (pincang, diseret) 20
6 Status mental
 Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri 0
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15

Keterangan :

1. Tidak beresiko : 0-24

2. Risiko rendah : 25-50

3. Risiko tinggi : =50


35

Table : 2.4
Kerangka Teori

Lansia 60 > Terjadi perubahan Perubahan fisik :


fisik dan mental
- Kelemahan otot
- Perubahan sel
- Perubahan alat
panca indra
- Ketidakseimbanga
n tubuh

Keseimbangan fisik : Kekuatan otot :


- 0-40 = tidak seimbang - 0-3 : tidak kuat
- 41-60 = seimbang - 4-5 : kuat

Rresiko jatuh Tingkat resiko jatuh :

- 0-24 : tidak
beresiko
- 25-50 : beresiko
Penatalaksanaan
rendah
program latihan
- > 50 resiko tingi

Nilai resiko jatuh menurun

Anda mungkin juga menyukai