Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Geolistrik merupakan salah satu bentuk metode geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik didalam bumi dan bagaimana cara
memdeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran
potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah
maupun akibat injeksi arus kedalam bumi.
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad
Schlumberger pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda
geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di
bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ('Direct
Current') yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus
listrik ini menggunakan 2 buah 'Elektroda Arus' A dan B yang ditancapkan
ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB
maka aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik, maka akan menimbulkan tegangan
listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah
diukur dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah
'Elektroda Tegangan' M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak
elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka
tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan
informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang
lebih besar.
Metode geolistrik bermacam-macam, antara lain:
a. metode potensial diri
b. arus telluric
c. magnetotelluric
d. elektromagnetik
e. induced polarization
f. metode resistivitas
g. dan lain-lain
Metode Resistivitas
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat
tahanan jenis listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Berdasarkan tujuan
penyelidikan metode resistivitas ini dibagi menjadi dua kelompok besar:
a. metode resistivitas mapping
b. metode resistivitas sounding
Metode ini dikenal berbagai macam konfigurasi. Diantaranya yang sering
digunakan adalah :
- konfigurasi wenner
- konfigurasi schlumberger
- konfigurasi dipole-dipole
Konfigurasi diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu
harus dilakukan pemilihan terlebih dahulu jenis konfigurasi yang sesuai
dengan kasus yang dihadapi

1.2 PERALATAN
1.2.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. NANIURA-NR022 (Direktorat SDM-Indonesia).
2. 4 Buah Elektroda  beda arus dan potensial
3. 4 buah palu
4. 2 buah meteran minimal @ 50 meter atau lebih.
5. 2 roll kabel arus @ 500 meter
6. 2 roll kabel potensial @ 100 meter
7. Sumber listrik (Baterai atau accu kering) minimum 12 V; 6.5 AH
8. Obeng dan baterai cadangan
9. Electrical Multimeter
10. Lembar Pengukuran dan kertas log-log

1.2.2 PRINSIP KERJA ALAT


Eksplorasi dengan metode geolistrik dilakukan di atas permukaan
tanah dengan cara menginjeksi arus listrik searah (DC) frekwensi
rendah ke dalam tanah melalui dua elektroda arus. Besar beda
potensial yang terjadi diukur di permukaan dengan dua elektroda
potensial. Hasil pengukuran besar yang diinjeksikan dan beda
potensial yang terjadi untuk setiap jarak elektroda yang berbeda akan
memberikan variasi harga tahanan jenis. Variasi nilai tersebut
menunjukkan adanya variasi lapisan batuan di bawah permukaan

PEMANCAR
Daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh alat ini sekitar 200 watt
dan 300 watt (masing-masing untuk 12 V dan 24 V) dan unuk
mencapai daya maksimum dianjurkan menggunakan aki dengan
kapasitas arus yang lebih besar (minimal 24 AH). Untuk tegangan 24
Volt, aki dihubungkan secara seri. Tegangan aki di tunjukkan oleh
indikator volt (jika menggunakan satu aki jarum akan menunjuk
disekitar pertengahan. Jika jarum menunjuk kurang dari 24 volt
(diluar daerah merah) sebaiknya aki diisi kembali. Tegangan keluar
terbagi dalam beberapa bagian yaitu :
 0 : 0 Volt.
 1 : 25 Volt.
 2 : 50 Volt.
 3 : 100 Volt.
 4 : 250 Volt.
 5 : 350 Volt.
 6 : 450 Volt.
Arus minimum yang dapat dihasilkan sekitar 2000 mA, tergantung
dari tahanan jenis batuan tersebut. Arus dapat diperbesar dengan
menaikkan tegangan (saklar Volt). Ketelitian pembacaan arus adalah
1 mA, untuk penghematan pemakaian catu daya, disarankan agar
untuk bertangan kecil, misalnya bentangan AB/2 hingga 15 meter,
digunakan tegangan rendah, misalnya 25 Volt atau 50 Volt (posisi 1
atau 2 di saklar OUT PUT).
Pemancar ini dilengkapi dengan indikator “current loop” yang dapat
membantu untuk mengecek kesinambungan elektroda arus.
Sebaiknya jarum indikator menunjuk didaerah merah, dan jika jarum
menunjuk jauh dari daerah merah berarti posisi electroda masih
kurang baik (perlu diperdalam lagi).
Catu daya dilengkapi dengan pengaman sekering sebesar 15 ampere,
dan disarankan agar tidak menggunakan sekering yang melebihi 20
ampere.

PENERIMA
Impendasi masukan alat ini cukup tinggi (10M-Ohm) sehingga tidak
akan terpengaruh oleh tahanan jenis batuan yang diukur. Jangkauan
pengukuran dari 0,1 mVolt hingga 500 mVolt dengan ketelitian 0,1
mVolt. Pembacaan dilengkapi dengan fasilitas “HOLD” sehingga
memudahkan kita untuk membaca besarnya harga potensial, dan
harga ini akan tetap tersimpan walaupun arus sudah dimatikan.
Sistem pembacaan alat ini adalah “Auto Range” yaitu skala dari mVolt
ke volt akan berubah secara otomatis (tidak menggunakan saklar
batas ukur).
DASAR TEORI

2.1 SIFAT LISTRIK BATUAN


Sifat arus listrik didalam batuan mineral dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu :
1. Konduksi elektrolitik yang terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak
elektron bebas sehingga arus listrik yang dialirkan dalam batuan oleh
elektron-elektron bebas tersebut.
2. Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porous dan pori-
porinya terisi oleh cairan elektrolitik.
3. Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik
terhadap aliran arus listrik.
Pengukuran sifat kelistrikan batuan dilakukan dengan menerapkan
Hukum Ohm’s dengan asumsi bahwa batuan tersebut homogen dan semi
tidak terbatas. Jika arus diinjeksi ke bawah permukaan sebesar 1 mA dan
besar beda potensial yang terjadi adalah V mV, maka nilai resistensi atau
hambatan listrik (R) :
V L
R= dan R = 
I A
Maka :
A V
 
L I

dimana : R = Resistensi (ohm)


V = Potensial (V)
I = Kuat arus (A)
L = Panjang medium (m)
A = Luas penampang (m2)
 = Resistivitas (Ohm-m)

Berdasarkan harga resistivitas listriknya batuan dan mineral


digolongkan menjadi tiga bagian yaitu :
 Konduktor baik (10-8 < ρ < 1 Ω.m)
 Konduktor sedang (1 < ρ < 107 Ω.m)
 Isolator ( ρ > 107 Ω.m)
Dalam metode geolistrik tahanan jenis bumi digunakan definisi-definisi
sebagai berikut :
 Resistansi.
 Resistivitas.
 Konduktivitas.
Dalam pengukuran geolistrik digunakan empat buah elektroda yang
diberi simbol sebagai berikut :
 A = elektroda arus positif
 B = elektroda arus negatif
 M dan N = elektroda potensial.
Jika MN merupakan jarak antara elektroda M dan elektroda N, maka
persamaan diatas dapat diekspresikan sebagai berikut (Zohdy, dkk, 1974) :
2 V
 
1 1 1 1 I
  
AM BM AN BN
V
 K
I

2.2 RUMUS DASAR LISTRIK


Arus listrik adalah partikel bermuatan positif. Kuat arus listrik adalah
banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui penampang suatu
penghantar per satuan waktu. Dimana persamaannya adalah :
Q
I=
t
Dimana : I = kuat arus listrik ( coulomb per second atau Ampere).
Q = muatan listrik (coulomb).
t = waktu (second).
Sedangkan beda potensial / tegangan antara kuat arus dengan
hambatan listrik adalah :
V=IxR
Dimana : I = kuat arus listrik (Ampere).
V = beda potensial / tegangan (volt).
R = hambatan (Ohm).
Hambatan listrik :
 Susunan seri
Hambatan listrik yang disususn secara seri bertujuan untuk memperbesar
hambatan suatu rangkaian. Hambatan-hambatan disussun sedemikian
rupa sehingga kuat arus yang melalui tiap-tiap hambatan sama besar,
meskipun besar hambatan masing-masing tidak sama.
Jadi : I1 = I2 = I3.
 Tegangan pada hambatan pengganti seri sama dengan jumlah
tegangan pada tiap-tiap komponen. Vt = V1 + V2 + V3.
 Hambatan pengganti seri sama dengan jumlah hambatan tiap-
tiap komponen adalah : Rt = R1 + R2 + R3
Vt
Sehingga : I =
Rt
 Susunan pararel
Ini bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu rangkaian. Hambatan
tersebut dihubungkan sedemikian rupa sehingga tegangan pada tiap
hambatan sama besar, meskipun hambatan masing-masing tidak sama.
Jadi :
 Tegangan pada tiap komponen sama dengan tegangan pada
hambatan pengganti pararel (V1 = V2 = V3).
 Kuat arus Yang melalui hambatan pengganti pararel sama
dengan jumlah kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen ( It =
I1 + I2 + I3).
 Sedangkan susunan pararel berfungsi sebagai pembagi arus,
dimana kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sebanding
dengan kebalikan hambatannya.
1 1 1 1
  
R P R1 R 2 R 3

V
Sehingga : I =
Rp
2.3 ALIRAN LISTRIK DALAM BUMI
Potensial listrik disekitar titik arus.
1. Titik Arus Didalam Bumi

Gambar 1 aliran arus listrik dan sebuah titik arus


pada medium homogen
Arus keluar secara radial dari titik arus sehingga jumlah arus
yang keluar melalui permukaan bola A dengan jari-jari r adalah :
V(r) = I/4r
Dimana :  = 4rV/I
2. Titik Arus Dipermukaan Bumi
Permukaan yang dilalui arus I adalah luas setengah bola dengan
A/2r.
Sehingga :
V(r) = I/2r
Dimana :
 = 2rV/I
3. Titik arus yang berlawanan polaritasnya dipermukaan bumi.

Gambar 3 aliran arus listrik di permukaan bumi


oleh dua buah elektroda arus
beda potensial yang terjadi antara MN yang diakibatkan oleh
injeksi arus pada arah AB adalah :
∆V = VM – VN
I  I I   I I 
∆V =     

2  AM BM   AN BN 

V
 = 2c
I
V
=K
I
Dengan :
 1 1   1 1 
K = 2     
 AM BM   AN BN 
Yang merupakan koreksi karena letak konfigurasi Potensial dan
elektroda arus.

2.4 KONSEP RESISTIVITAS SEMU


Pada metode tahanan jenis arus searah ini diasumsikan bahwa bumi
mempunyai sifat homogen isotropis. Pada kenyataannya bumi terdiri atas
lapisan-lapisan dengan  berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur
merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga tahanan
jenis yang terukur bukan merupakan harga tahanan jenis untuk satu lapisan
saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar. Harga tahanan jenis
yang terukur tersebut disebut nilai tahanan jenis semu atau Apparent
Resisitivity.
Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar berikut misalkan terdapat
dua lapisan dengan lapisan pertama mempunyai tahanan jenis 1 dan lapisan
kedua 2, 1>2.. Arus yang mengalir antara elektroda A dan B akan
mempunyai kelengkungan yang berbeda pada tiap lapisan tersebut. Alat
ukur tegangan yang dihubungkan dengan elektroda C dan D hanya akan
mengukur total tegangan yang terjadi pada media yang dilewati oleh arus
listrik.

2.5 BUMI SEBAGAI MEDIUM TAK HOMOGEN


2.5.1 KONFIGURASI SCHLUMBERGER
Yaitu keempat elektroda ditempatkan sejajar, dengan jarak elektroda
potensial (MN) < elektroda arus (AB). atau a<b.

Gambar 4 selebaran elektroda menurut metode Schlumberger

Faktor geometri diekspresikan :


2 2
 AB   MN 
   
K=   2   2 
MN
2.5.2 KONFIGURASI WERNER
Konfigurasi Elektroda cara Werner. Yaitu empat buah elektroda
ditempatkan sejajar dengan jarak yang sama, AM = MN = NB = a.
Dalam konfigurasi ini AM = MN = NB = a
Gambar 4 selebaran elektroda menurut metode werner

Faktor geometri (K) = 2. .a.


Nilai Resistivitas untuk konfigurasi Werner adalah
V
(W) = K Dimana : K = 2a
I

Anda mungkin juga menyukai