Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup kegiatan
bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai pengetahuan dan
keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan juga harus memiliki etika yang baik sebagai
pedoman bersikap/bertindak dalam memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan
kebidanan. Agar mempunyai etika yang baik dalam pendidikannya bidan dididik etika dalam mata
kuliah Etika profesi namun semuanya mata kuliah tidak ada artinya jika peserta didik tidak
mempraktekannya dalam kehidupannya di masyarakat.
Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika. Hal ini tentu
akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik karena akan mudah
mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga akan percaya pada bidan.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan
kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang mampu menyatu
dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada ibu
sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensif pada
neonatal, dan postpartum serta mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah,
kelahiran seksio sesaria, dan sebagainya. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin
pelayanan yang profesional dan akuntibilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan
sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based (
Fakta yang ada) sehingga berbagai dimensi etik dan bagaimna kedekatan tentang etika merupakan
hal yang penting untuk digali dan dipahami.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian etika, etiket, moral, dan hukum?
2. Apa etika dalam pelayanan kebidanan?
3. Apa yang dimaksud dengan sistematika etika?
4. Apa saja fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan?
5. Apa saja kode etik profesi bidan?
6. Apa saja sumber etika dalam praktek kebidanan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian etika, etiket, moral, dan hukum
2. Mengetahui etika dalam pelayanan kebidanan
3. Memahami sistematika etika
4. Mengetahui fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan
5. Mengetahui kode etik profesi bidan
6. Mengetahui sumber etika dalam profesi kebidanan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika, Etiket, Moral, dan Hukum


a. Pengertian Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk
tunggal mempunyai arti kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat, akhlak, waktu,
perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak ta etha mempunyai arti adat
kebiasaan. Menurut filsuf Yunani Aristoteles, istilah etika sudah dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Sehingga berdasarkan asal usul kata, maka etika berarti: ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika berasal dari
bahasa Inggris Ethics, artinya pengertian, ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang
baik, yakni tindakan yang tepat yagn harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan
moral pada umumnya. Etika berasal dari bahasa Latin Mos atau Mores (jamak), artinya
moral, yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika adalah
sama, hanya bahasa asalnya berbeda. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Poerwadarminta, 1953), Etika artinya ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak
(moral).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) etika mengandung arti:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban
moral.
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Sedangkan Bertens merumuskan arti kata etika sebagai berikut:

1) Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Sistem nilai bisa berfungsi
dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2) Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode
etik.
3) Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk.

b. Pengertian Etiket
Etiket berasal dari bahasa Inggris Etiquette. Etika berarti moral, sedangkan etiket berarti
sopan santun. Persamaan etika dengan etiket adalah:
1) Sama-sama menyangkut perilaku manusia.
2) Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang etika dan etiket, maka berikut ini
digambarkan mengenai perbedaan antara etiket dengan etika:

2
Etiket Etika
Menyangkut cara suatu perbuatan yang Tidak terbatas pada cara dilakukannya
harus dilakukan. suatu perbuatan, memberi nilai tentang
perbuatan itu sendiri.
Hanya berlaku dalam pergaulan, bila tidak Selalu berlaku, tidak tergantung hadir atau
ada orang lain tidak berlaku. tidaknya seseorang.
Bersifat relatif, tidak sopan dalam satu Bersifat absolut, contoh jangan mencuri,
kebudayaan, sopan dalam kebudayaan lain. jangan berbohong.
Memandang manusia dari segi lahiriah. Memandang manusia dari segi batiniah.

c. Pengertian Moral
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang
dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai
perkembangan atau perubahan norma atau nilai. Moralitas berasal dari bahasa Latin
Moralis, artinya:
1) Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
2) Sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk.

d. Pengertian Hukum
Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak
mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Sebaliknya moral juga berhubungan
erat dengan hukum. Moral hanya sebatas hal yang abstrak saja tanpa adanya hukum.
Contoh bahwa mencuri itu adalah moral yang tidak baik, supaya prinsip etis ini berakar di
masyarakat maka harus diatur dengan hukum.
Menurut Bertens, ada beberapa perbedaan antar hukum dan moral:
Hukum Moral
Hukum ditulis sistematis, disusun dalam Moral bersifat subyektif, tidak tertulis dan
kitab undang-undang, mempunyai mempunyai ketidakpastian lebih besar.
kepastian lebih besar dan bersifat obyektif.

Hukum membatasi pada tingkah laku Moral menyangkut sikap batin seseorang.
lahiriah saja dan hukum meminta legalitas.
Hukum bersifat memaksa dan mempunyai Moral tidak bersifat memaksa, sanksi moral
sanksi. adalah hati nurani tidak tenang, sanksi dari
Tuhan.
Hukum didasarkan atas kehendak Moral didasarkan pada norma-norma
masyarakat dan negara, masyarakat atau moral yang melebihi masyarakat dan
negara dapat merubah hukum. Hukum negara, masyarakat dan negara tidak dapat
tidak menilai moral. merubah moral. Moral menilai hukum.

2.2 Etika Dalam Pelayanan Kebidanan


Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi. Bidan sebagai praktisi pelayanan
harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based Etika adalah penerapan

3
dan proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika dibagi menjadi tiga bagian,
meliputi:
1) Metaetika (etika)
2) Etika atau teori moral
3) Etika praktik

Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur atau mekanisme untuk
memecahkan masalah etika. Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik sehari-
hari, dimana dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi keputusan harus segera dibuat.
Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusa tentang: apa yang baik atau buruk,
apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak), apa yang boleh atau tidak
boleh dilakukan.

2.3 Sistematika Etika


a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya: adat
kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang
terdapat pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan atau subkultur
tertentu,dalam suatu periode sejarah, dan sebagainya. Karena etika deskriptif hanya
melukiskan, tidak memberi penilaian. Misalnya ia melukiskan adat mengayau kepala yang
ditemukan dalam masyarakat yang disebut primitif, tapi ia tidak mengatakan bahwa adat
semacam itu dapat diterima atau harus ditolak.
Sekarang ini etika deskriptif dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi budaya,
psikologi, sosiologi, sejarah dan sebagainya, meskipun mereka tidak pernah akan
memakai istilah etika “deskriptif”. Studi-studi termasyhur tentang perkembangan
kesadaran moral dalam hidup seorang manusia oleh psikolog Swiss Jean Piaget (1896-
1980) dan psikolog Amerika Laurence Kohlberg (1927-1988) merupakan contoh bagus
mengenai etika deskriptif ini. Karena itu dapat dimengerti bahwa etike deskriptif ini
sebetulnya termasuk ilmu pengetahuan empiris dan bukan filsafat.
b. Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana
berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral. Disini
ahli bersangkutan tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika
deskriptif, tapi ia melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku
manusia. Ia tidak lagi melukiskan adat mengayau yang pernah terdapat dalam
kebudayaan-kebudayaan di masa lampau, tapi ia menolak adat itu, karena dinilai
bertentangan dengan martabat manusia. Ia tidak lagi membatasi diri dengan memandang
fungsi prostitusi dalam suatu masyarakat, tapi menolak prostitusi sebagai suatu lembaga
yang melanggar martabat, biarpun dalam praktik belum tentu diberantas sampai tuntas.
Tentu saja, etika deskriptif dapat juga berbicara tentang norma-norma, misalnya bila ia
membahas tabu-tabu yang terdapat dalam suatu masyarakat primitif. Hal yang sama bisa
dirumuskan juga dengan mengatakan bahwa etika normatif itu tidak deskriptif melainkan
preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan melainkan menetukan benar atau
tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Secara singkat dapat dikatakan etika

4
normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggung jawabkan
dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktik. Etika normatif dapat dibagi
lebih lanjut dalam etika umum dan etika khusus.
1. Etika umum
Etika yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-
prinsip moral. Memandang tema-tema umum seperti apa itu norma etis. Jika ada
banyak norma etis, bagaimana hubungannya satu sama lain.
2. Etika khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud. Bagaimana saya mengambil keputusan
dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang
didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat
juga berwujud. Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang
kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan atau tidanakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia
yang khusus. Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian:
1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
2) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku ma
nusia sebagai anggota umat manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai
anggota umat manusia saling berkaitan.

Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung
maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara) sikap kritis terhadap
pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab terhadap
lingkungan hidup.

3. Etika Profesi
Merupakan etika khusus yang dikhususkan pada profesi tertentu, misalnya etika
kedokteran, etika Rumah Sakit, Etika Kebidanan, Etika Keperawatan, dan lain-lain.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi
petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan
profesinya, dan larangan-larangan, termasuk ketentuan- ketentuan apa yang boleh
dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak hanya dalam
menjalankan tugas profesinya, melainkan berkaitan juga dengan tingkah lakunya
secara umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat. Guna etika adalah
memberi arah bagi perilaku manusia tentang apa yang baik atau buruk, apa yang
benar atau salah, hak dan kewajiban moral(akhlak), apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan.

5
2.4 Fungsi Etika dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain.
3. Menjaga privacy setiap individu.
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
5. Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya.
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah.
7. Menghasilkan tindakan yang benar.
8. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar
atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.
10. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak.
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik.
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik.
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di
dalam organisasi profesi.
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang biasa
disebut kode etik profesi.
2.5 Hak dan Kewajiban
Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pasien
memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti berhubungan
dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk
pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien. Sedang kewajiban adalah suatu
yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan
kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.
A. Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.
2) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3) Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
4) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
5) Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan.
6) Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses
persalinan berlangsung.
7) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
8) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis
dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.

6
9) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengatahuan dokter
yang merawat.
10) Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
11) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
a. Penyakit yang diderita
b. Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
c. Alternatif terapi lainnya
d. Prognosisnya
e. Perkiraan biaya pengobatan
12) Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
13) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
14) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
15) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
16) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
17) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
18) Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal-praktek.
B. Kewaiiban Pasien
1) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tat tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya
3) Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas
jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan
perawat
4) Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
C. Hak Bidan
1) Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
2) Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang
pelayanan kesehatan.
3) Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan
dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.
4) Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
pasien, keluarga maupun profesi lain.
5) Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.

7
6) Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk mmingkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai.
7) Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
D. Kewaiiban Bidan
1) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
2) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien.
3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga.
5) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya.
6) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta risiko yang mungkiri dapat timbul.
8) Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang
akan dilakukan.
9) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
10) Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal.
11) Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
2.6 Kode Etik Profesi Kebidanan
Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif pofesi
bidan yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
Kode etik profesi bidan hanya ditetapka oleh organisasi profesi, Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Penetapan harus dalam Konggres IBU. Kode etik profesi bidan akan mempunyai garuh dalam
menegakkan disiplin di kalangan profesi bidan.
Kode etik bidan Indonesia tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) X tahun 1988, dan petunjuk pelaksanaan disyahkan dalam Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991. Kode etik bidan Indonesia terdiri atas 7 bab, yang
dibedakan atas tujuh bagian :
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir).
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir).
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir).
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir).
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir).
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir).
7. Penutup (1 butir).

Menurut Standar Profesi Bidan 2007, terdapat beberapa pada bagian 5, yaitu kewajiban
bidan terhadap diri sendiri (dari 2 butir menjadi 3 butir).

8
a. Kode Etik Bidan Indonesia
Sesuai keputusan Menteri Kesehatan Rupublik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007
Tentang Standar profesi bidan, didalamnya terdapat Kode Etik Bidan Indonesia adalah
merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan ekternal suatu
disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi.
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT
1. Setiap bidan senatiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugas senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA

1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
2. Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan
dalam mengambil keputusan termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau
rujukan.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA

1. Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA

1. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.
2. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

9
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI

1. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannva agar dapat melaksanakan tugas


profesinya dengan baik.
2. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH NUSA, BANGSA DAN TANAH AIR

1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-


ketentuan pemerintah dalam bidan kesehatan khususnya dalam pelayanan KIA/ KB
dan kesehatan keluarga.
2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
2.7 Sumber Etik Profesi Bidan
Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila dapat dijadikan sebagai
sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai
pancasila juga dapat diwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik
tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini.
Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku
kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil
besar.

10
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Oleh karena itu, selain
mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan
juga harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap atau bertindak dalam
memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan. Agar mempunyai etika
yang baik dalam pendidikannya bidan dididik etika pada mata kuliah Etikolegal dalam
Praktik Kebidanan namun semuanya mata kuliah tidak ada artinya jika peserta didik tidak
mempraktekannya dalam kehidupannya di masyarakat.
Banyak fungsi yang dapat diperoleh apabila etika dan moralitas dalam praktik
kebidanan dapat diterapkan dengan baik. Hal ini tentu akan membuat profesi bidan dapat
dipandang baik dalam masyarakat, mengabdi secara profesional, serta menciptakan
keamanan dan kenyamanan klien.

3. 2 Saran
1. Pasien diberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa diskriminasi
2. Bidan berhak mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum
antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia
bekerja.
3. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien.

11
Daftar Pustaka

http://pryttaayunita.blogspot.com/p/fungsi.html

http://walidrahmanto.blogspot.com/2011/12/etika-moral-dan-nilai-dalam-praktik.html

http://yektiyulfia.blogspot.com/2013/04/prinsip-etika-dan-moralitas-dalam.html

http://www.academia.edu/7419424/etika_etiket_dan_moral_hukum_dalam_praktek_kebidanan

https://sucirahmadanisafitri.wordpress.com/2012/03/26/hak-kewajiban-dan-tanggung-jawab-
bidan-dan-pasien/

https://wijayanti82.wordpress.com/2014/06/17/konsep-etika-moral-dalam-pelayanan-kebidanan-2/

12

Anda mungkin juga menyukai